OLEH:
KELOMPOK IV
5. Ni Putu Indah Prabawati Nigrum 13. Siti Hamidah Ali Wahid Tuan Dasi
8. Ni Km Ari Cendani GP
PENDAHULUAN
Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap
orangtua. Untuk mewujudkannya tentu saja para orangtua harus selalu
memperhatikan, mengawasi, dan merawat anak secara seksama. Proses tumbuh
kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat
tergantung kepada pola asuh dari orang tua.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena
masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya. Pada masa periode kritis ini,
diperlukan rangsangan atau stimulasi agar potensinya berkembang. Perkembangan
anak akan optimal bila interaksi diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada
berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan.
Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia masa depan dimulai
dengan pembinaan anak masa datang. Masa depan manusia perlu dipersiapkan, agar
anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang, secara garis
besar dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu kebutuhan asah, asih, asuh. Jadi
dalam membesarkan anak ini hendaknya dipakai falsafah “ asah, asih, asuh” supaya
anak bisa tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan kemampuannya agar
menjadi manusia yang berguna
1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuan:
Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
Melatih kerja sama mata dengan tangan
Melatih kerja sama mata dengan telinga
Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan
Melatih mengenal sumber asal suara
Melatih kepekaan perabaan
Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang
Alat permainan yang dianjurkan:
Anak (1-3 12-14 jam 11 jam tidur malam, dan 2-3 jam di siang
Anak (4- 10-12 jam 8-9 jam tidur malam, dan 2 jam di siang
6 tahun)
D. Pola Eliminasi Urine (BAK) Pada Bayi
Bayi mengalami pola buang air kecil yang berbeda karena dipengaruhi banyak
faktor salah satunya pola makan pada bayi. Hingga usia 3 bulan biasanya bayi
akan BAK setiap satu jam. Selanjutnya, hingga ia berusia 12 bulan, selang
waktunya akan bertambah menjadi setiap 2-3 jam.
- Frekuensi Buang Air Kecil Pada Bayi
Normalnya bayi yang masih ASI eksklusif memang BAK sebanyak 10-20
kali sehari. Semakin bertambahnya usia pada bayi, frekuensi semakin
berkurang. Usia 0-4 bulan biasanya bayi BAK sebanyak 10-20 kali. Usia
5-6 bulan biasanya bayi BAK sebanyak
10-15 kali. Usia 1 tahun biasanya bayi BAK sebanyak 5-10 kali. Bayi
harus buang air kecil minimal 6 kali sehari sebagai tanda
mendapatkan asupan cairan yang cukup baik dari ASI maupun formula.
Frekuensi urin yang normal pada bayi berkisar antara 1-2 ml/kgBB/jam.
Konsistensi urin yang sehat pada bayi juga berwarna jernih kekuningan.
Jika urin pada bayi berwarna kuning tua, sedikit pekat, itu berarti menandakan
kurangnya cairan pada bayi
E. Pemberian ASI
Menurut WHO, sebagai rekomendasi kesehatan publik secara global, bayi
harus mendapatkan ASI ekslusif pada enam bulan pertama hidupnya, agar ia bisa
memiliki pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal. Setelah itu, untuk
mencukupi kebutuhan nutrisinya, bayi harus menerima makanan pendamping ASI
dan sebaiknya mengonsumsi ASI hingga menginjak usia dua tahun atau lebih.
- Frekuensi bayi menyusu
Umumnya bayi akan menyusu antara 8-12 kali sehari atau setiap
1-3 jam karena volume lambung yang sangat kecil. Susui bayi sesuai
kehendaknya (on demand). Untuk bayi yang termasuk kategori bayi kuning
biasanya memerlukan frekuensi menyusu yang sangat sering untuk
menormalkan kembali kadar bilirubinnya.
Cara menyusui yang benar
Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tekan areola antara ibu jari dan telunjuk hingga keluar beberapa
tetes ASI
Oleskan pada putting susu dan sekitar areola
Bayi diletakkan menghadap payudara (puting susu) ibu
Ibu duduk atau berbaring dengan santai.
Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh
menengadah dan bokong bayi ditopang dengan telapak tangan)
Rangsang bayi untuk membuka mulut dengan cara
menempelkan pipinya ke payudara
Lalu, masukkan puting ke mulut bayi. Pastikan dia mengisap seluruh area
gelap dari payudara (areola) dan bukan hanya putingnya saja karena jika yang
dihisap hanya putingnya saja maka ASI yang keluar hanya sedikit. Selesai
mengisap payudara tersebut, pindahkan dia ke payudara yang satu lagi
sampai selesai menyusui.
Biasanya bayi berhenti mengisap lalu melepaskan puting susu ibu setelah
merasa kenyang. Selesai makan, bayi dapat dibantu bersendawa satu atau dua
kali dengan cara:
Posisikan tubuh bayi secara vertikal (tegak), dengan dagu
menyandarkan ke bahu ibu. Wajah bayi menghadap ke
belakang ibu. Sangga leher dan punggung bayi dengan tangan
sambil menepuk-nepuk punggung dengan lembut punggung
bagian tengah
Telungkupkan bayi di pangkuan Anda. Letakkan bagian
perut bayi di pangkuan dan sangga bagian badannya. Usap
lembut bagian punggungnya dan tunggu sampai ia
bersendawa
Dudukkan bayi pada pangkuan, kepala bersandar miring ke
depan sementara dada ditahan oleh tangan anda. Beri tepukan
atau usapan lembut pada punggung dan pastikan kepala bayi
tidak terdongak ke belakang
Ciri-ciri bayi yang kenyang menyusu:
Bayi biasanya kenyang menyusu jika menunjukkan tanda-tanda
berikut ini:
Melepaskan payudara dengan sendirinya
Mengantuk
Bayi kelihatan relaks, tangan dan bahu keliahatn relaks,
dan tangan yang biasanya mengepal saat lapar juga tidak lagi
mengepal
Tertidur hingga dia merasa lapar Kembali
Payudara terasa lebih lembek, tidak lagi keras setelah beberapa
saat menyusu.
3. Memandikan bayi
1) Sebelum memandikan bayi dilakukan, terlebih dahulu harus disiapkan
perlengkapan memandikan bayi antara lain : Bak mandi, cangkir untuk
menyiram, sabun bayi, shampoo bayi, dua kain lap dan kapas untuk
membersihkan mata dan telinga bayi. Dan siapkan juga peralatan setelah
bayi mandi antara lain : pakaian bayi, handuk, sisir, lotion atau minyak,
popok atau pampers, salep untuk kulit ruam serta siapkan alcohol
pembersih untuk membersihkan area tali pusar jika masih menempel.
2) Pasang bak mandi yang akan digunakan untuk memandikan bayi. Bila
tidak punya bak mandi bisa menggunakan wastafel. Jangan menggunakan
bajan mandi (bathtub) karena bajan mandi terlalu dalam dan ada
kemungkinan bayi akan terpeleset ketika mandi.
3) Isi bak dengan air hangat kuku secukupnya
4) Baringkan bayi Anda di dalam bak dengan kaki terlebih dahulu. Sokong
leher dan kepala bayi dengan satu tangan sambil menurunkannya dengan
hati-hati ke dalam bak. Terus sokong bayi Anda selama memandikannya
dengan satu tangan, dan gunakan tangan yang lain untuk
membasuhnya.Bayi bisa “mengerut” dan licin. Jadi, Anda harus sangat
berhati-hati saat tubuh bayi mulai basah.
5) Mulai mandikan bayi. Gunakan cangkir, atau tangan Anda untuk
membasahi tubuhnya. Gunakan kain lembut untuk mencuci wajah, badan,
lengan, dan kaki. Gunakan kapas untuk mengelap mata dan telinga bayi.
Gunakan juga sabun bayi yang aman dan sangat netral untuk kulit bayi,
menggosok dengan lembut dan membilas tubuhnya cukup untuk menjaga
bayi agar tetap bersih. Jangan lupa untuk membersihkan daerah-daerah
lipatan kecil, belakang telinga, dan bagian bawah leher, di mana air liur
dan keringat berkumpul dan juga bagian kemaluan bayi.
6) Cuci rambut bayi. Bila diperlukan untuk mencuci rambut bayi, bisa
dilakukan dengan cara baringkan bayi, basahi rambut lalu mulai pijat
rambut dan kepalanya dengan perlahan menggunakan shampoo khusus
untuk bayi. Lindungi mata dan telinga bayi agar air dan shampoo tidak
masuk atau mengenai mata bayi.
7) Angkat bayi dari dalam bak. Sokong kepala, leher, dan punggung
menggunakan satu tangan, dan pegang bagian bokong dan paha dengan
tangan yang lain. Baringkan bayi Anda di atas handuk kering dan berhati-
hatilah saat menutup kepalanya dengan handuk.
8) Keringkan bayi Anda menggunakan handuk. Keringkan bagian dada dan
perut bayi terlebih dahulu, dan pastikan untuk mengeringkan belakang
telinga dan lipatan kulit dengan lembut, sehingga tak ada lagi air yang
tersisa. Keringkan juga rambut bayi sekering mungkin menggunakan
handuk.
9) Oleskan obat salep jika dibutuhkan. Oleskan sedikit obat salep pada bagian
ruam akibat popok atau luka sunat jika Ada disarankan oleh dokter. Bisa
juga mengoleskan lotion atau minyak yg sudah disediakan.
10) Pakaikan bayi Anda popok dan baju. Pilihlah pakaian yang mudah dipakai,
pakaian dengan kancing berjenis snap lebih disarankan daripada pakaian
berkancing biasa.
Taruh kain di permukaan datar dan lipat sedikit salah satu sudutnya.
Tempatkan bayi pada lipatan selimut, bahu bayi berada tepat di atas lipatan
tersebut.
Pastikan kedua lengan bayi berada di bawah dan mengapit tubuhnya.
Tarik sudut selimut dekat lengan kirinya menutupi lengan kiri dan
dadanya, kemudian selipkan sudut selimut tersebut di bawah sisi kanan
tubuhnya (berikan sedikit kelonggaran agar bayi dapat bebas bergerak).
Tarik sudut selimut dekat lengan kanannya menutupi lengan kanan dan
dadanya, kemudian selipkan sudut selimut tersebut di bawah sisi kiri
tubunya (berikan sedikit kelonggaran agar bayi dapat bebas bergerak).
Putar atau lipat ujung bawah selimut tersebut dan selipkan ke bagian
belakang bayi. Pastikan kedua kakinya agak menekuk ke atas, serta kaki
dan pinggulnya dapat bebas bergerak
Hindari membedong bayi terlalu ketat. Hal ini bisa menyebabkan
persendian pada kaki bayi melonggar karena kaki terlalu diluruskan. Selain
itu, cara ini juga dapat merusak tulang rawan lunak dari rongga pinggul
yang mengarah pada hip dysplasia.
Beberapa hal yang harus Anda perhatikan saat membedong bayi
adalah:
Hindari selimuti bayi terlalu ketat
Jangan menyelimuti bayi terlalu ketat terutama pada bagian kaki.
Banyak ibu yang menarik dan menekan kaki bayinya sebelum
melilitkan selimut. Hal ini dapat membuat kaki dan pinggul bayi tidak
bebas untuk bergerak. Selain itu, kaki bayi yang diluruskan dengan
paksa juga dapat menyebabkan persendian pada kaki dan pinggul bayi
melonggar. Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko bayi terkena
hip dysplasia (gangguan pembentukan sendi pinggul di mana bagian
atas tulang paha tidak berada tepat di rongga pinggul).
Eratkan selimut bagian atas
Biasanya para ibu menyelimuti bayinya dengan memberikan
kelonggaran pada bagian atas selimut dan lebih erat pada selimut
bagian bawah Namun sebenarnya, yang harus dilakukan adalah
sebaliknya. Beri kelonggaran pada bagian bawah bedongan, dan
bedong lebih erat bagian atas. Pergerakan bayi akan membuat
bedongan sedikit terlepas, sehingga pastikan lengan bayi sudah
dibedong dengan erat dan bedongan sudah terlilit dengan rapi. Selimut
bedongan bagian atas yang terlepas dapat menjadi faktor risiko dari
sudden infant death syndrome (SIDS) atau kematian bayi secara
mendadak. Membedong bayi merupakan salah satu cara untuk
menurunkan risiko SIDS karena memberikan kenyamanan pada bayi
saat tertidur.
Awasi saat bayi sedang tidur
Saat tidur, sebaiknya awasi bayi yang dibedong jangan sampai
terguling dan tidur dalam posisi telungkup. Tidur dalam posisi
telungkup dapat membuat jalan napas bayi terhalangi, sehingga dapat
memperbesar risiko bayi mengalami SIDS. Selain itu, usahakan agar
tidak ada benda-benda apapun di sekitar bayi saat ia tidur, seperti
selimut atau bantal. Benda-benda tersebut dapat menutupi hidung bayi,
sehingga ia bisa mengalami kesulitan saat bernapas..
DAFTAR PUSTAKA
https://pauddikmassulteng.id/berita/detail/para-orang-tua-harus-pahami-3-
kebutuhan-dasar-anak-asuh-asih-dan-asah/Diakses tanggal 19 agustus 2022 jam
19.00
Telli, L. Bounding Attachment. Diunduh 19 agustus 2022, jam 20.30 10:15
https://lusa.afkar.id/bounding-attachment diakses tanggal 19 agustus 2022 jam
21.07
https://hellosehat.com/parenting/bayi/perawatan-bayi/cara-bedong-bayi/ diunduh
20 Agustus 2022, Jam 21.43
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi
Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC