Anda di halaman 1dari 14

STUDI EKSPERIMEN PENAMBAHAN CAMPURAN ABU AMPAS TEBU

DAN SERAT BAMBU PADA KUAT LEKAT BETON

JURNAL

Oleh :

SUGIANTO
K1512061

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
OKTOBER 2017

1
STUDI EKSPERIMEN PENAMBAHAN CAMPURAN ABU AMPAS TEBU
DAN SERAT BAMBU PADA KUAT LEKAT BETON

Sugianto1, Anis Rahmawati2, Ida Nugroho3


Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret
e-mail: sugiyantoptb@gmail.com

Abstrak:Tujuan penelitian ini adalah 1)Mengetahui pengaruh penggantian


sebagian agregat halus menggunakan abu ampas tebu dengan variasi 0%, 5%,
10%, 15% dan serat bambu 0%, 1,5% dan 3% terhadap kuat lekat beton, 2)
Mengetahui persentase optimal penggantian sebagian agregat halus menggunakan
abu ampas tebu dan serat bambu yang menghasilkan kuat lekat maksimal pada
beton. Penelitian menggunakan metode kuantitatif eksperimen dan teknik analisa
data menggunakan regresi. Variabel dalam penelitian ini adalah (1)Variabel bebas
yang berupa variasi penggantian sebagian agregat halus menggunakan abu ampas
tebu dan variasi penambahan serat bambu, (2)Variabel terikat diantaranya Kuat
Lekat dan Porositas beton. Hasil penelitian ini adalah 1)Penggantian sebagian
agregat halus menggunakan abu ampas tebu berpengaruh negatif terhadap kuat
lekat beton serat dan penambahan serat bambu bersifat positif terhadap kuat lekat
beton serat, 2) Nilai optimal penggantian sebagian agregat halus menggunakan
Abu Ampas Tebu dan penambahan serat bambu yang menghasilkan kuat lekat
maksimal sebesar 63,04 MPa pada persentase abu ampas tebu 0% dan serat
bambu 3%.

Kata Kunci: abu ampas tebu, serat bambu, beton serat

2
ABSTRACT

EXPERIMENTAL STUDY OF ADDITIONAL SUGARCANE BAGASSE


ASH (SCBA) AND BAMBOO FIBER ON BOND STRENGTH
CONCRETE
Sugianto1, Anis Rahmawati2, Ida Nugroho3
Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret
e-mail: sugiyantoptb@gmail.com

Abstract: The purpose of this research were 1) determine the effect of partial
replacement of fine aggregate use to bagasse ash addition with variation 0%, 5%,
10%, 15% and 0%, 1.5% and 3% of bamboo fiber on strength of concrete, 2)
determine an optimum percentage partial replacement of fine aggregate use to
bagasse ash and bamboo fiber addition which produced a maximum bond strength
of concrete. The research used quantitative experimental method and analysis data
using regression. Variable in this research were (1) The independent variables are
variations addition of partial replacement of fine aggregate use to bagasse ash and
the variations of bamboo fiber addition. (2) The dependent variable are bond
strength and porosity of concrete. The results of the research were, 1) Partial
replacement of fine aggregate use to bagasse ash take negative effect to the bond
strength of fiber concrete and the addition of bamboo fiber take positive effect to
the bond strength of fiber concrete, 2) There was an optimum Partial replacement
of fine aggregate use to bagasse ash and bamboo fiber addition that produced a
maximum bond strength of 63,04 MPa at percentage 0% of bagasse ash and 3% of
bamboo fiber.

Keywords: bagasse ash, bamboo fiber, fiber concrete.

3
PENDAHULUAN
Konsep teknologi ramah lingkungan
telah menginspirasi para peneliti
untuk berbuat lebih banyak dalam
melindungi lingkungan hidup.
Menurut penelitian A.Baharudeen
(2015, 77-88) Pemanfaatan limbah
sebagai bahan bangunan alternatif
telah menjadi cara yang populer
untuk mengatasi masalah
lingkungan disebagian besar negara
berkembang karena limbah abu
ampas tebu langsung dibuang pada Gambar 1 Abu Ampas Tebu
daratan atau tanah yang ada
disekitar tempat pengolahan tebu. hasil limbah buangan yang berlimpah
Abu ampas tebu adalah salah satu dari proses pembuatan gula.
limbah yang berpotensi untuk Pembakaran ampas tebu memiliki
digunakan sebagai bahan campuran unsur yang bermanfaat untuk
dalam material bangunan. peningkatan kekuatan beton,
Indonesia sebagai negara agraris karena menurut A.Baharudeen
memiliki banyak kekayaan alam (2015,77-88) abu ampas tebu
dari sektor perkebunan. Berbagai mempunyai sifat pozzolan dan
jenis perkebunan yang dapat menjadi mengandung silica yang menonjol.
komoditi export dapat ditemukan Bila unsur ini dicampur dengan
di Indonesia seperti perkebunan semen akan menghasilkan kekuatan
tebu, tembakau, karet, kelapa yang lebih tinggi. Dari penelitian
sawit, perkebunan buah-buahan dan sebelumnya oleh Gerry Phillip
lainya. Diantara semua jenis Rompas (2013, 82-89) didapatkan
perkebunan di Indonesia tersebut, bahwa hasil pengujian oleh balai
perkebuanan tebu merupakan Riset dan Standarisasi Industri
perkebunan yang banyak ditemui di Manado diperoleh kandungan silica
daerah solo raya. Abu ampas tebu abu ampas tebu sebesar 68,5%
(AAT) adalah sisa hasil sehingga memiliki sifat pozzolan.
pembakaran dari ampas tebu. Hali ini disampaikan juga oleh
ampas tebu sendiri merupakan prashant (2013, 25-29) yang
melakukan penelitian dengan
menggunakan abu ampas tebu dalam
rasio 0%, 10%, 20%, 30% dan
40% dari volume agregat halus,
[diperoleh hasil bahwa]
penggantian AAT sebesar 10 %
dari volume agregat halus secara
efektif meningkatkan kekuatan pada
beton. Penelitian ini

4
mengaplikasikan pemanfaatan bahan pozzolan. Pozzolan adalah
limbah abu ampas tebu sebagai bahan yang mengandung senyawa
bahan alternatif yang dapat silica dan alumina, yang tidak
menggantikan agregat halus. Selain mempunya sifat semen, akan
itu, pada campuran beton akan tetapi dalam bentuk halusnya dan
ditambahkan juga serat bambu dengan adanya air dapat menjadi
sebagai material perkuatan beton. suatu massa padat yang tidak larut
Bambu merupakan tanaman ordo dalam air. (Tjokrodimuljo,
Bambooidae yang pertumbuhannya 1996:V.4).
cepat dan dapat dipanen pada Pozzolan dapat dibagi menjadi 2
umur sekitar 3 tahun. bagian, yaitu:
1. Pozzolan alam: yaitu bahan alam
yang merupakan sedimentasi dari
abu atau larva gunung yang
mengandung silica aktif, yang bila
dicampur dengan kapur padam akan
mengadakan proses sementasi
2. Pozzolan buatan: jenis ini
banyak macamnya baik merupakan
sisa pembakaran dari tungku,
maupun pemanfaatan limbah yang
Gambar 2 Serat Bambu
diolah menjadi abu yang
mengandung silika reaktif dengan
Pada masa pertumbuhan, bambu
proses pembakaran. Pozzolan dapat
dapat tumbuh vertikal 5 cm per
ditambahkan pada campuran
jam atau 120 cm per hari
adukan beton dan mortar (sampai
(Morisco,1996). Mencampurkan
pada batas tertentu dapat
serat bambu legi pada beton dengan
menggantikan semen), untuk
variasi 0%, 1,5% dan 3% dari
memperbaiki kelecakan, membuat
berat semen dapat mempengaruhi
beton lebih kedap air (mengurangi
kekuatan beton (Mudji, 1999, 88-
permeabilitas dan yang sifat agresif.
90). Dengan kenaikan terbesar
Abu ampas tebu adalah sisa dari
terjadi pada variasi 1,5%. Fokus
pembakaran ampas tebu. Ampas tebu
pada penelitian ini adalah
itu sendiri merupakan hasil limbah
memanfaatkan bahan limbah yaitu
buangan yang berlimpah dari proses
abu ampas tebu sebagai pengganti
pembuatan gula (±30% dari
agregat halus serta menambahkan
kapasitas giling). Komposisi kimia
serat bambu pada beton untuk
abu ampas tebu dapat dilihat pada
[meningkatkan nilai guna bahan
kandungan senyawa AAT
limbah sekaligus memperbaiki sifat
1 SiO2 48 - 81
mekanik beton. Tujuan yang
2 Al2O3 1 - 19
hendak dicapai dalam penelitian ini
3 Fe2O3 2 - 12
adalah untuk mengetahui pengaruh
4 CaO 2 - 4
penambahan AAT dan serat bambu
5 K2O 0,2 – 1,8
terhadap kuat tekan [beton]. Kajian
6 MgO 1 – 4
pustaka Abu ampas tebu termasuk

5
7 Na2O 0,2 – 4 bambu yang cukup banyak dan
8 P2O3 0,5 – 4 tersebar sehingga mudah diperoleh.
(Menurut Balai Riset & Teknologi Bambu Legi sebagai salah satu jenis
Sumaatera Barat: 2010) bambu di Indonesia, meskipun
jarang dibudidayakan secara khusus,
Dari data ini dapat dilihat bahwa namun banyak tumbuh di lahan
kandungan atau komposisi senyawa lahan liar seperti di tepi sungai,
kimia yang dominan adalah SiO2 tebing-tebing dan sebagainya.
(silica) sebesar 46-81%. Komposisi Bambu jenis tersebut juga jarang
tersebut menguntungkan abu ampas dimanfaatkan sebagai bahan pokok
tebu bila bahan ini digunakan bangunan, sehingga harga pasaran
sebagai bahan pengisi dalam relative murah dibandingkan
campuran beton Berdasarkan SNI bambu jenis lain.
03-2834-2000, bahan tambah adalah METODOLOGI PENELITIAN
bahan yang ditambahkan pada Metode yang digunakan dalam
campuran bahan pembuatan beton penelitian ini adalah metode
untuk tujuan tertentu. Admixture kuantitatif dengan desain penelitian
adalah bahan-bahan yang eksperimental yang dilakukan di
ditambahkan kedalam campuran laboratorium untuk memberikan
beton pada saat atau selama suatu gambaran mengenai pengaruh
pencampuran berlangsung. Fungsi penggunaan abu ampas tebu dan
dari bahan ini adalah untuk serat bambu tehadap kuat lekat.
mengubah sifat-sifat dari beton Persentase penambahan abu ampas
agar menjadi lebih cocok untuk tebu tehadap volume agregat halus
pekerjaan tertentu, atau untuk yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15%.
menghemat biaya. Sedangkan Persentase penambahan
Menurut Tjokrodimulyo (2004: serat bambu terhadap berat semen
V.4), “Beton serat adalah bahan yaitu 0%, 1,5%, dan 3%. Sampel
komposit yang terdiri dari beton yang digunakan berupa beton
biasa dan bahan lain yang berupa berbentuk silinder dengan diameter
serat. Serat pada umumnya berupa 150 mm dan tinggi 300 mm
batang-batang dengan diameter sebanyak 48 buah. Dapat di lihat
antara 5 dan 500 mikro meter dan pada tabel
panjang sekitar 25 mm sampai 100
mm. bahkan serat dapat berupa : Tabel 1 Sampel Benda Uji
serat asbestos, serat tumbuh-
tumbuhan (rami, bambu, ijuk), Serat Benda
serat plastik (polypropylene) atau Bambu Uji
potongan kawat baja”. Penggunaan No AAT Jumlah
bambu sebagai bahan serat beton 1,5%
didasarkan pada pertimbangan
2%
bahwa kuat tariknya cukup tinggi,
pembuatan dari bahan baku menjadi 1 0% 0% 4 12
serat cukup mudah dan tidak perlu 1,5%
peralatan khusus. Serta populasi 2 5% 2% 4 12

6
0%
1,5%
2%
3 10% 0% 4 12
1,5%
2%
4 15% 0% 4 12
Total Benda Uji 48
Total Sample 48

Tabel 2 Hasil Pengujian Agregat


Halus
Alat dan bahan:
Hasil Pengujian Agregat Halus Gambar 3 Pasir
Parameter Hasil Standar Keterangan
Kadar 0,15 % < 5% Memenuhi Butiran-butiran mineral keras
lumpur standar dan tajam berukuran antara 0,075
Kadar zat 0 – 10 - Penurunan –5m
organik
kekuatan
Kadar air 1,97 % 1-3% Memenuhi
standart
Bulk Specific 2,63 2,5-2,7 Termasuk
Gravity SSD agregat
halus
normal
Modulus 3,91 1,5-3,8 Tidak
kehalusan Memenuhi
standart
Gradasi Daerah Dapat
I digunakan
Alat
1. Molen
2. Molding
3. UTM (Universal Testing
Hasil Pengujian Agregat Halus
Machine)
Bahan
1. Pasir

7
Gambar 4 Gradasi Agregat Halus
Gambar 5 Kerikil
Hasil Pengujian Agregat Kasar

2. Kerikil 150
Persentase Berat 100
97,64
95 100
Kerikil, untuk butiran antara 5 Lolos (%) 100
mm dan 20 mm. 60

50 30
27,24
Tabel 1.3 Hasil Pengujian Agregat 10
1,14
0 0
Kasar 0
Hasil Pengujian Agregat Kasar 0 4,8 10 20 40
Parameter Hasil Standar Keterangan Diameter Lubang Ayakan (mm)
Abrasi 20,84 % < 50% Memenuhi
standar
Gambar 6 Diameter Lubang
Bulk Specific 2,416 2,5-2,7 Termasuk
Gravity SSD agregat
Ayakan
kasar tidak
normal 3. Semen
Modulus 5,67 6-7,1 Termasuk Semen adalah zat yang
Kehalusan Termasuk agregat digunakan untuk merekat
Butir kerikil Daerah II kasar tidak batu, bata, batako, maupun
normal bahan bangunan lainnya.

8
Kuat Lekat

70,00

kuat lekat Kg/cm2


62,81
63,04
60,00 59,79 BAMBU
57,88
56,71 55,87 56,690%
54,24 53,66
50,00 50,78BAMBU
47,43 1,5%

42,45BAMBU
40,00 3%
Gambar 7 Semen AAT AAT AAT AAT
0% 5% 10% 15%
4. Abu Ampas Tebu (AAT)
Ampas tebu adalah limbah yang
dihasilkan dari proses penggilingan
tebu setelah diambil niranya. Dari
pengujian AAT yang telah Gambar 8 Grafik Kuat Lekat
dilaksanakan, diperoleh nilai kadar
air 39.43% specific gravity SSD Penggunaan AAT 0%
1,33. Nilai modulus kehalusan 3.20 sampai 5% cenderung mengalami
telah memenuhi syarat sebagai kenaikan kuat lekat beton serat
bahan pengganti agregat halus tetapi pada variasi 5% sampai 15%
dengan modulus kehalusan antara pada beton mengalami penurunan
1,5-3,8. kuat lekat. Penurunan terjadi
4. Serat bambu dikarenakan penambahan persentasi
Serat bambu adalah bahan dasar AAT ditambah. AAT memiliki
bambu yang diolah hingga butiran yang sangat halus. Hal
tipis.Serat bambu yang digunakan tersebut menyebabkan terjadinya
ukuran 20 mm x 10 mm x 5 mm. lemahnya ikatan tulangan baja
polos dan beton, hal tersebut juga
HASIL PENELITIAN DAN menyebabkan beton memiliki
PEMBAHASAN rongga pada area tulangan benda
uji. Oleh karena itu ikatan antar
Kuat Lekat tulangan baja polos dan campuran
Hasil pengujian kuat lekat rata-rata beton serat melemah.
beton serat ditampilkan pada Hasil pengujian diatas
menunjukkan penurunan kuat lekat.
Penurunan kuat lekat terdapat
dicampuran beton serat variasi
AAT 5% dan serat bambu 3%.
Penurunan ini terjadi dikarenakan
faktor air semen atau (fas). Fas
disini berfungsi untuk hidrasi
semen, tetapi fas terserap oleh serat

9
bambu dan AAT. Oleh karna itu penelitian beton serat ini
menyebabkan lemahnya ikatan didapatkan kekuatan ikatan 10-
tulangan polos dan beton serat. 15%, hasil uji ini lebih besar
Kuat lekat beton dan baja dibanding ikatan beton normal
tulangan tergantung pada faktor- tanpa campuran AAT dan serat
faktor utama yaitu adanya adhesi bambu. Sejalan dengan penelitian
antara elemen beton dan bahan Zahra Dahou (2016) kekuatan
penguatnya. Berdasarkan penelitian ikatan tulangan baja dan beton atau
T.Subramani (2015) abu ampas kekuatan lekat dipengaruhi oleh
tebu memiliki butiran-butiran yang tiga komponen terpisah yaitu adesi
sangat halus, dimana hal ini kimia, gesekan mekanik, dan bahan
mempengaruhi kebutuhan air dalam penyusun beton tersebut.
campuran beton meningkat. Pada Menurut Ali Ergun (2016)
penelitian beton serat bambu dan kekuatan ikatan antara tulangan dan
AAT ini, pada proses pencampuran beton tergantung pada agregat
agregat kebutuhan air yang di penyusunan beton tersebut pada
perlukan untuk pencampuran bahan campuran. Pada penelitian
agregat mengalami penambahan hal ini sebagian agregat halus
ini terlihat dari pengujian slump. digantikan menggunakan AAT.
Sejalan dengan pendapat Edward Hasil yang diperoleh menunjukkan
G. Nawy (1990: 398) bahwa kuat penggunaan AAT sampai dengan
lekat beton dan baja tulangan 10% menunjukkan kuat lekat yang
tergantung pada faktor-faktor utama lebih tinggi dari beton normal.
yaitu adanya adhesi antara elemen Berdasarkan penelitian
beton dan bahan penguatnya, efek Anisa (2016) penambahan serat
memegang (griping) sebagai akibat banner berpengaruh rendah
dari susut pengeringan beton terhadap kuat lekat beton. Pengaruh
sekeliling tulangan dan saling geser yang dihasilkan terhadap
antara tulangan beton dengan penambahan serat banner dengan
sekelilingnya, faktor diameter, hasil tertinggi pada penambahan
bentuk dan jarak tulangan persentase 0,40%, yaitu 51,09
2
mempengaruhi retakan, tahan kg/cm . Penambahan serat banner
gesekan (friction) terhadap dapat digunakan sebagai bahan
gelinciran dan saling mengait tambah beton serat dengan
dengan tulangan mengalami gaya penambahan tidak lebih dari 0,60%
tarik. dimana kuat lekat beton serat masih
Berdasarkan penelitian S.S berada diatas beton normal.
Mousavi (2016) kuat lekat beton Peningkatan penyerapan
dengan penambahan campuran energi terjadi hanya pada batasan 0
bubuk kapur memiliki ikatan – 0,7% fraksi volume, apabila
tulangan baja dan beton memiliki kandungan serat dinaikkan lagi
kekuatan ikatan 10-40%, hasil uji hingga lebih besar dari 0,7 %, maka
ini lebih besar dibanding ikatan kenaikan energi yang terjadi tidak
beton normal tanpa campuran terlalu besar. Beton bermutu tinggi
bubuk kapur. Sedangkan dalam lebih getas (brittle) dibandingkan

10
dengan beton normal, dengan negatif terhadap porositas beton
penambahan serat dapat dihasilkan serat. Penambahan serat bambu
beton yang lebih kuat berdasarkan berpengaruh negatif terhadap
Widodo (2014: 17) tentang beton porositas beton serat. Porositas
serat. Menurut Sunarmasto (2007: beton serat semakin meningkat
6) kuat lekat rata-rata beton normal hingga penambahan serat bambu
pada umumnya pada tulangan polos 3% dan setiap penggunaan AAT
adalah 3,279 MPa atau 32,79 5% -15% menyebabkan porositas
kg/cm2 sedangkan pada penelitian semakin meningkat
Karimah (2012: 196) kuat lekat 3. Nilai optimal penggunaan AAT
rata-rata beton normal sebesar 3,02 dan penambahan serat bambu
MPa atau 30,2 kg/cm2. Pada yang menghasilkan kuat lekat
penelitian ini diperoleh kuat lekat maksimal sebesar 63,04 MPa pada
maksimal 63,04% dengan persentase penggunaan AAT 0%
penambahan serat bambu 3%. dan penambahan serat bambu 3%.
4. Nilai optimal penggunaan AAT
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN dan penambahan serat bambu
SARAN yang menghasilkan porositas
A. Simpulan minimal sebesar 14,21% pada
Berdasarkan Hasil penelitian persentasi penggunaan AAT 0%
dan pembahasan tentang pengaruh dan penambahan serat bambu 3%.
penggunaan abu ampas tebu sebagai B. Implikasi
pengganti sebagian agregat halus Penelitian ini menunjukan
serta penambahan serat bambu pada bahwa penggunaan AAT dan
beton terhadap kuat lekat dan penambahan serat bambu pada beton
porositas beton serat, maka dapat serat berpengaruh terhadap kuat
disimpulkan bahwa: lekat. Persentase penggunaan AAT
1. Peggunaan AAT berpengaruh paling baik adalah 5% dan persentase
negatif, artinya bahwa semakin penambahan serat bambu paling
banyak penambahan AAT maka baik adalah 3%. Hasil penelitian ini
kuat lekat yang dihasilkan akan memberikan beberapa implikasi,
semakin menurun. Sedangkan antara lain:
penambahan serat bambu 1. Dalam bidang teknologi beton,
berpengaruh positif, artinya penelitian ini memberikan
bahwa semakin banyak informasi mengenai persentase
penambahan serat bambu maka penggunaan AAT dan
kuat lekat yang dihasilkan akan penambahan serat bambu
semakin meningkat. Kuat lekat sebagai alternatif perbaikan
beton serat tertinggi divariasi mutu, disamping itu
penggunan AAT 0% dan memanfaatkan limbah dari
penambahan serat bambu 3%. pabrik pengolahan tebu.
2. Peggunaan AAT dan penambahan 2. Dalam bidang ilmu pendidikan,
serat bambu tidak berpengaruh penelitian ini dapat dijadikan
terhadap porositas beton serat. refrensi bahan ajar untuk mata
Penggunaan AAT berpengaruh kuliah yang berhubungan

11
dengan teknologi pengembangan Pemakaian Air Untuk
beton. Beton. Badan
C. Saran Standarisasi Nasional
Berdasarkan simpulan dan
implikasi hasil penelitian ______,(1990). Standar Nasional
pembahasan tentang penggunaan Indonesia 03-1968-1990.
AAT dan penambahan serat bambu Metode Pengujian
sebagai bahan tambah beton serat Tentang Analisis
terhadap kuat lekaat, dan porositas, Saringan Agregat Halus
maka dapat dikemukakan saran-saran Dan Kasar. Badan
sebagai berikut: Standarisasi Nasional
1. Perlu adanya pengembangan
penelitian lebih lanjut untuk ______,(2000). Standar Nasional
pemanfaatan limbah abu ampas Indonesia 03-2834-2000.
tebu sebagai bahan pengganti Tata Cara Pembuatan
agregat halus pada beton dan Rencana Campuran
penambahan serat bambu Beton Normal. Badan
dengan variasi yang berbeda dari Standarisasi Nasional
penelitian ini untuk
mendapatkan nilai kuat lekat dan ______,(2004). Standar Nasional
porositas yang lebih baik dari Indonesia 15-2049-2004.
penelitian ini. Semen Portland. Badan
2. Perlu adanya pengembangan Standarisasi Nasional
penelitian lebih lanjut mengenai
cara pembuatan beton serat ______,(2008). Standar Nasional
bambu sebagai bahan tambah Indonesia 03-1972-2008.
dan AAT sebagai bahan Pelaksanaan Uji Slump.
pengganti agregat halus. Badan Standarisasi
3. Perlu adanya pengembangan Nasional
penelitian lebih lanjut mengenai
beton serat dengan bahan ______,(2008). Standar Nasional
tambah yang lain. Indonesia 1970:2008.
4. Perlu adanya pengembangan Cara Uji Berat Jenis dan
penelitian lebih lanjut untuk Penyerapan Air Agregat
metode penggunaan AAT dan Halus. Badan
penambahan serat bambu pada Standarisasi Nasional
beton serat sehingga dihasilkan
kuat lekat maksimal dan ______,(2008). Standar Nasional
porositas minimal yang lebih Indonesia 2417:2008.
baik dari penelitian ini. Cara Uji Keausan
Agregat Dengan Mesin
DAFTAR PUSTAKA Abrasi Los Angeles.
Badan Standarisasi
______,(1989) Standar Nasional Nasional
Indonesia S 04-1989-F

12
______,(2011). Standar Nasional
Indonesia 2493:2011. Dikutip:
Tata Cara Pembuatan http://junaidichaniago.wo
Dan Perawatan Benda rdpress.com (Senin, 6
Uji Beton Di Februari 2017 jam 20.15)
Laboratorium. Badan Junaidi. (2010). Titik Persentase
Standarisasi Nasional Distribusi F Probabilita=0.05.

______,(2013). Standar Nasional Linna. (2005). Pengujian Kuat Tekan


Indonesia 2847:2013. Beton Dengan Tambahan
Persyaratan beton Abu Ampas Tebu Dan
Struktural untuk Gips, Skripsi, Jurusan
bangunan gedung. Badan Teknik Sipil, Fakultas
Standarisasi Nasional Teknik, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta
______.(1990). Standar Nasional
Indonesia 03-1970-1990 Morisco. (1996). Bambu sebagai
Metode Pengujian Kadar Bahan Rekayasa, Pidato
Air. Badan Standarisasi Pengukuhan Jabatan
Nasional Lektor Kepala Madya
Fakultas Teknik UGM,
______.(2000). ASTM C 642: Yogyakarta
Standard Test Method for
Density, Absorption, and Morisco. (1999). Rekayasa Bambu,
Voids in Hardened Nafiri Offset, Yogyakarta
Concrete.
Mulyono, Tri. (2004). Teknologi
______.(2007). ASTM C150-07: Beton. Yogyakarta : Andi
Standard Specification
for Portland Cement: Olanda, Suci. (2013). Pengaruh
american society for Penambahan Serat
testing and materials Pinang (Areca Catechu
L. Fiber) Terhadap Sifat
______.(2008). Standar Nasional Mekanik Dan Sifat Fisis
Indonesia 1969:2008 Bahan Campuran Semen
Berat Jenis Agregat Gipsum. Skripsi. Jurusan
Kasar. Badan Fisika FMIPA.
Standarisasi Nasional Universitas Andalas

Antoni, dkk. (2008). Teknologi Pangestuti, E, Kanti. (2014).


Beton. Yogyakarta : Andi Pengaruh Penambahan
Limbah Pembakaran
Asroni, Ali. (2010). Balok dan Pelat Ampas Tebu Pada
Beton Bertulang. Paving Terhadap Jenis
Yogyakarta : Graha Ilmu Semen PPC Dan PCC.

13
Skripsi. Jurusan Fakultas Serat Bambu Ori
Teknik, Universitas Terhadap Kuat Tekan
Negeri Semarang Dan Kuat Tarik Beton.
(UNNES). Jurnal Penelitian,
Universitas Janabadra.
Rompas, G.P., dkk. (2013). Diperoleh Pada 8 oktober
Pengaruh Pemanfaatan 2016
Abu Ampas Tebu Sebagai
Substitusi Parsial Semen Tjokrodimuljo, K. (1992). Bahan
Dalam Campuran Beton Bangunan, Jurusan
Ditinjau Terhadap Kuat Teknik Sipil, Fakultas
Tarik Lentur Dan Teknik, Yogyakarta:
Modulus Elastisitas, Universitas Gadjah
Jurnal Sipil Statik Vol.1 Mada.
No.2 82-89
Tjokrodimuljo, Kardiyono. (2004).
Sihotang, Emelda. (2009). Teknologi Beton.
Pemanfaatan Abu Ampas Yogyakarta : Universitas
Tebu Pada Pembuatan Gajah Mada
Mortar. Skripsi. Jurusan
MIPA. Universitas
Sumatera utara

Soroushian,P, Bayasi,Z. (1987).


Mechanical properties of
Fiber Reinforced
Concrete, Procceding of
the International Seminar
on Fiber Reinforced
Concrete, Michigan State
University, Michigan,
USA

Subramani, T. (2015). Experimental


Study On Bagasse Ash In
Concrete, Vinayaka
Missions University,
Salem, India

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk


Penelitian. Bandung:
Alfabeta

Suhardiman, Mudji. (2015). Kajian


Pengaruh Penambahan

14

Anda mungkin juga menyukai