LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
PEMANFAATAN KAPUR DAN SABUT KELAPA SEBAGAI CAMPURAN BATAKO
Wilarso Hermanto, Ibnu Toto Husodo, Agung Kristiawan, Putri Anggi Permata Suwandi1
Program Studi Teknik Sipil Universitas PGRI Semarang
Jl. Lontar No. 1 Sidodadi Timur (dr. Cipto) Semarang
1
Email: putrianggi.permata2@gmail.com
Abstrak
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan hayati salah satunya adalah pohon kelapa yang tumbuh di
seluruh pelosok Indonesia. Kelebihan sabut kelapa adalah memiliki bobot yang ringan dan sifatnya sebagai
serat alami dapat digunakan sebagai pengganti serat sintetis Selain sabut kelapa, ketersediaan kapur di
Indonesia sangat melimpah. Kelebihan dari kapur ini adalah ringan dan memperbaiki sifat fisika adukan beton
dalam jumlah tertentu.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan sabut kelapa dan kapur sebagai campuran batako.
Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas batako dengan campuran kapur dan sabut kelapa dengan batako
biasa
Penelitian ini menggunakan komposisi campuran dengan perbandingan bagian/volume bahan susun batako
yang terdiri dari semen portland pozzolan, kapur, sabut kelapa dan pasir. Hasil penelitian ini adalah dengan
adanya penambahan sabut kelapa dan kapur, berat udara batako akan menjadi lebih ringan tetapi daya serap
airnya masih cukup tinggi dibandingkan dengan batako biasa.
Kata kunci : batako, sabut kelapa, kapur
Abstract
As a tropical country, Indonesia has a wealth of biodiversity. One of the biodiversity is a palm
tree that grows throughout Indonesia. The advantage of coconut fiber is has a light weight
and nature as natural fibers that can be used as a substitute of synthetic fiber. The
availability of limestone in Indonesia is very abundant. The advantages of this limestone is
light and improve the physical properties of the concrete..
The purpose of this study was to utilize the coconut fiber and limestone as a mixture of the
concrete blocks. The aim of the study is compare the quality of the concrete blocks with a
mixture of lime and coconut husk with the ordinary brick
This research uses a mixed composition with a ratio of parts / material volume for the
concrete blocks. It is consisting of portland pozzolan cement, lime, coconut fiber and sand.
The results of this research are the addition of coconut fiber and limestone, the concrete
blocks would be lighter, but the absorption of the water is still quite high compared with
ordinary brick.
Keywords: concrete block, coconut fiber, limestone
1. Pendahuluan berpengaruh pada harga satuan dinding
Dinding sebagai penyekat adalah elemen Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki
yang ada pada hampir setiap bangunan gedung kekayaan hayati salah satunya adalah pohon
dan rumah.). Saat ini banyak dikembangkan kelapa yang tumbuh di seluruh pelosok
dinding dari berbagai macam bahan material. Indonesia. Hampir setiap bagian dari pohon
Akan tetapi banyak dari bahan tersebut yang kelapa dapat dimanfaatkan. Sabut kelapa
tidak dapat ditemui di Indonesia. Bahan – merupakan serat alami yang berasal dari buah
bahan tersebut banyak yang hanya bisa kelapa. Dalam kehidupan sehari hari, sabut
didapatkan melalui impor, yang pada akhirnya kelapa belum optimal digunakan apalagi
378
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN(SNHP‐V) ISBN 978‐602‐0960‐29‐6
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
sebagai material bahan bangunan. Hal ini kapur ( CaO ), Alumina ( Al2O3 ), pasir silikat (
sangat disayangkan karena bahan sabut kelapa SiO2 ) dan bahan biji besi ( FeO2 ) dan
sangat berlimpah. Selain itu sabut kelapa senyawa‐senyawa MgO dan SO3, penambahan
memiliki bobot yang ringan dan sifatnya air pada mineral ini akan menghasilkan suatu
sebagai serat alami dapat digunakan sebagai pasta yang jika mengering akan mempunyai
pengganti serat sintetis yang terkadang sulit kekuatan seperti batu (Nawy, 1990:9).
didapatkan di daerah daerah pelosok. Perbandingan bahan‐bahan utama penyusun
semen portland adalah kapur ( CaO ) sekitar
1.1 Tujuan penelitian 60%‐ 65%, silika ( SiO2 ) sekitar 20% ‐ 25% dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk oksida besi serta alumina ( Fe2O3 dan Al2O3)
membuat batako ringan berbahan baku utama sekitar 7% ‐ 12%.
dari sabut kelapa dan kapur yang memiliki 2.3. Agregat
bobot ringan dan kuat. Batako ringan dibuat Hampir tiga perempat volume semen, pasir
dengan cara mengolah sabut kelapa menjadi ditempati oleh agregat, sehingga
bahan campuran bersama dengan semen, karakteristik agregat akan menentukan
pasir dan kapur sehingga dapat dimanfaatkan kualitas semen, pasir. Ditinjau dari aspek
terutama di daerah daerah pelosok yang ekonomis, harga agregat dalam satuan berat
memiliki ketersediaan bahan yang melimpah. . yang sama, jauh lebih murah dari pada semen.
Agregat merupakan bahan yang bersifat kaku
1.2 Manfaat penelitian
dan memilki stabilitas volume dan durabilitas
Manfaat Teoritis:
yang baik pada pasta semen. Untuk
• Hasil penelitian ini dapat dipakai
menghasilkan semen, pasir yang baik, agregat
sebagai rujukan pembuatan dinding
halus maupun agregat kasar harus memiliki
berbahan baku serat alami
gradasi atau komposisi ukuran yang
Manfaat Praktis:
proporsional ( Hidayat, S., 2009 ). Pada
• Mengembangkan material dinding
penelitian ini agregat halus yang digunakan
alternatif berbahan baku lokal yang
adalah pasir yang lolos ayakan 3/8”.
ekonomis dan ketersediaannya
melimpah.
2.4. Air
Secara umum air yang digunakan untuk
2. Tinjauan pustaka
campuran semen, pasir harus bersih, tidak
2.1. Sabut Kelapa
boleh mengandung minyak, asam alkali, zat
Suhardiyono (1999) mengatakan bahwa
organis atau bahan lainnya yang dapat
serabut kelapa adalah bahan berserat dengan
merusak semen, pasir. Sebaiknya dipakai air
ketebalan sekitar 5 cm, merupakan bagian
tawar yang dapat diminum
terluar dari buah kelapa. Secara umum serat
sabut kelapa memiliki massa jenis 1,125
2.5. Kapur
gr/cm3. Menurut Standar Nasional Indonesia
Menurut Kusuma (2013) Kapur tohor adalah
(SNI) 01‐6095‐1999 tentang syarat mutu serat
hasil pembakaran batu kapur alam yang
sabut kelapa, terdiri dari 3 jenis (A, B, C)
komposisinya sebagian besar merupakan
meliputi; kadar air maksimal=12%; panjang
kalsium karbonat (CaCO3) pada temperature
serat; kadar impuritis maksimal=5%; warna
diatas 900 derajat Celsius terjadi proses
normal (tidak hitam)
calsinasi dengan pelepasan gas CO2 hingga
tersisa padatan CaO atau bisa juga disebut
2.2. Semen
quick lime
Semen portland adalah semen hidrolis
CaCO3 (batu kapur) —> CaO (kapur tohor) +
yang terutama terdiri dari silikat‐silikatkalsium
CO2
yang bersifat hidrolis bersama bahan‐bahan
Kapur padam adalah hasil pemadaman kapur
tambahan yang biasa digunakan yaitu gypsum
tohor dengan air dan membentuk hidrat
(Sagel et al , 1994:1). Semen portland ( PC )
CaO + Air ( H2O ) —–> Ca (OH)2(kapur
dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang
padam) + panas
komposisi utamanya adalah kalsium atau batu
379
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN(SNHP‐V) ISBN 978‐602‐0960‐29‐6
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
Kapur udara adalah.kapur padam yang diaduk mendeskripsikan kumpulan data atau hasil
dengan air setelah beberapa waktu campuran pengamatan. Definisi teknik analisis
tersebut dapat mengeras di udara karena eksperimental atau Experimental (controlled)
pengikatan karbon dioksida models, dimana karakteristik pendekatan ini
Ca (OH)2 +CO2 ——‐> Ca CO3 + H2O adalah melihat dampak dari perubahan
Kapur hidrolis adalah kapur padam yang perbandingan campuran material terhadap
diaduk dengan air setelah beberapa waktu kuat tekan, densitas maupun penyerapan air.
campuran dapat mengeras baik didalam air Dampaknya dilihat dari proses dan hasil
maupun didalam udara kegiatan tersebut.
Sifat‐Sifat Kapur Dalam penelitian ini terdapat beberapa
• Plastis, variabel yaitu 3 variabel terikat (dependent)
• Dapat mengeras dengan cepat dan dua variabel bebas (independent). Variabel
sehingga memberi kekuatan pengikat bebas merupakan variabel yang menjadi sebab
• Mudah dikerjakan tanpa melalui timbulnya atau berubahnya variabel dependen
proses pabrik (terikat), sehingga variabel independent dapat
• Menghasilkan rekatan yang bagus dikatakan sebagai variabel yang
untuk mortar/plesteran. mempengaruhi. Sedangkan variabel terikat,
Fungsi Kapur : sering juga disebut variabel kriteria, respond
• Perekat ( industri semen, bahan and output (hasil). Variabel terikat merupakan
mortar, plesteran, dll ) variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
• Untuk hidrolisasi ( industri sabun, dll ) akibat, karena adanya variabel bebas.
• Bahan absorbsi ( bahan pemutih, dll ) Variabel terikat yang diteliti adalah kuat tekan,
• Pelarut / solvent (ind. Cat casein, dll ) densitas (kerapatan) dan penyerapan.
• Bahan dihidrasi (pengering udara, dll) Sedangkan variabel bebas adalah komposisi
• Flokulan (ind, gula dll) kapur dan sabut kelapa pada batako ringan
• Fluk (pembuatan keramik, dll)
• Pelumas (pembuat kawat, dll) 3.2 Instrumen Penelitian
• Bahan koustik (ind. pulp sulfat, dll) . Dalam penelitian ini digunakan instrumen alat
• Untuk netralisasi (pemurnian air, dll) tes kuat tekan beton (compression machine)
• Stabilisasi Tanah untuk mengukur kuat tekan benda uji guna
mendapatkan data primer. Selain itu
2.6. Batako ringan digunakan timbangan untuk mengukur berat
Pengertian batako ringan dalam penelitian ini basah dan kering dan oven untuk
adalah batako yang memiliki berat jenis lebih mengeringkan batako ringan.
ringan daripada bata pada umumnya. Menurut
SNI 03‐0349‐1989, Conblok (Concrete Blok) 3.3 Pengumpulan Data
atau batu cetak semen, pasir adalah Data primer yang dibutuhkan pada penelitian
komponen bangunan yang dibuat dari ini antara lain adalah : Kuat tekan batako yang
campuran semen Portland atau pozolan, pasir, umum dijual di pasaran, Kuat Tekan Batako
air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya ringan berbahan baku semen, pasir, kapur dan
(additive), dicetak sedemikian rupa hingga sabut kelapa dengan campuran 25 gram.
memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai Densitas batako biasa, Densitas batako ringan,
bahan untuk pasangan dinding Penyerapan batako ringan, Penyerapan batako
biasa..
3. Metode penelitian
3.1 Desain Penelitian 3.4 Tahapan Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini Tahapan penelitian ini meliputi proses
adalah analisis deskriptif eksperimental. seperti dibawah ini:
Analisis deskriptif merupakan salah satu desain
penelitian yang menggunakan alat, teknik, atau
prosedur untuk menggambarkan atau
380
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN(SNHP‐V) ISBN 978‐602‐0960‐29‐6
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
pada 50 % ± 5 % dan pada temperatur 23° ± 2°
C sampai perubahan berat benda uji tidak lebih
dari 0,5 % kehilangan berat pada umur 28 hari.
Kemudian ditentukan berat kering batako dan
dicatat dengan kode ”A” yaitu berat kering
dalam kg.
Berat isi keadaan seimbang dihitung menurut
persamaan 1) berikut:
dengan :
A adalah berat batako yang sudah
dikeringkan (kg);
B adalah berat batako pada keadaan
jenuh permukaan kering (kg);
C adalah berat batako dalam air
sampai terendam penuh (kg).
3.5.2 Pengukuran Berat Isi Kering Oven
Setelah 24 jam tapi tidak lebih dari 32 jam,
batako dikeluarkan dari cetakan. Berat batako
yang terendam penuh dalam air dicatat
dengan kode ”G”, yaitu berat batako terendam
dalam air. Benda uji batako dikeluarkan dalam
air dan dibiarkan selama 1 menit dengan
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian menempatkan pada saringan ukuran 9,5 mm
atau lebih kasar. Air dihilangkan dengan kain
3.5 Pengujian Karakteristik lembab dan ditentukan beratnya dicatat
Uji karakteristik disini merupakan uji terhadap dengan kode ”F”, yaitu berat kering
sifat‐sifat fisik batako ringan. Uji yang permukaan jenuh. Kemudian benda uji batako
dilakukan akan dijelaskan lebih lanjut pada dimasukkan dalam oven pengering selama 72
uraian dibawah ini. jam atau sampai berat konstan tercapai.
Temperatur oven dijaga pada suhu 110° C ± 5°
3.5.1 Pengukuran Berat Isi Keadaan C. Batakodibiarkan menjadi dingin pada
Seimbang temperatur kamar dan beratnya ditentukan
Pengukuran berat isi keadaan seimbang, dengan kode ”D”, yaitu berat kering oven
batako dikeluarkan dari kondisi perawatan benda uji batako. Pengeringan dalam oven
setelah 6 hari dan direndam dalam air pada diulangi lagi pada setiap interval waktu 24 jam
temperatur 23° ± 2° C selama 24 jam. Batako sampai berat benda uji perubahannya tidak
kemudian ditimbang dalam air (terendam lebih dari 0,5 %.
penuh) dan dicatat dengan kode ”C”, yaitu Berat isi kering oven ditentukan menurut
berat batako dalam air sampai terendam persamaan 2 berikut :
penuh. Setelah itu dikeluarkan dari air dan
dibiarkan selama 1 menit dengan meletakkan
batako pada saringan ukuran 9,5 mm atau dengan :
lebih kasar. Air dikeringkan dengan kain D adalah berat batako kering oven (kg );
lembab, kemudian ditimbang dan dicatat F adalah berat jenuh permukaan kering (kg);
dengan kode ”B”, yaitu berat batako pada G adalah berat batako terendam dalam air
keadaan kering permukaan jenuh. (kg).
Batako dikeringkan seluruh permukaannya
dalam ruangan yang dikontrol kelembabannya
381
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN(SNHP‐V) ISBN 978‐602‐0960‐29‐6
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
CATATAN Penentuan berat isi kering oven maksimum bekerja. Beban maksimum dicatat
dapat ditentukan pada awal selain umur 24 sebagai massa ( m ).
jam. Pengukuran hasil kuat tekan mortar batako
dilakukan dengan menggunakan alat kuat
3.5.3 Perhitungan Berat Isi Kering Oven tekan beton, dimana besarnya beban gaya
Apabila jumlah campuran, kadar air dalam yang diterima mortar batako ditunjukkan
agregat, dan volume adukan semen, pasir melalui dial yang ada pada compression
diketahui, berat isi kering oven dihitung machine
menurut persamaan 3 berikut : F
σ=
A
dengan : Keterangan :
Oc adalah berat isi kering oven hasil σ = kuat tekan (kg/cm2)
perhitungan (kg/m3 ); F = beban yang diberikan (kg)
Mdf adalah berat kering agregat halus dalam A = luas penampang sampel mortar
satu takaran (kg); (cm2)
1,2 adalah faktor pengali, yaitu berat semen Berdasarkan SNI‐3‐0349‐1989, persyaratan
ditambah berat air untuk hidrasi (dengan kuat tekan minimum batako pejal sebagai
patokan bahwa air hidrasi adalah 20 % dari bahan bangunan dinding dapat dilihat pada
berat semen); tabel berikut :
Mct adalah berat semen dalam satu takaran Tabel 1 Kuat Tekan Minimum Batako
(kg); Mutu Kuat tekan Kuat tekan
Mdc adalah berat kering agregat kasar dalam minimum minimum
adukan (kg); (Mpa) (kg/cm²)
V adalah Volume semen, pasir dihasilkan oleh I 9,7 97
satu takaran (m3). II 6,7 67
III 3,7 37
3.5.4 Perhitungan Berat Isi Dalam Keadaan IV 2 20
Seimbang
Perhitungan perkiraan berat isi keadaan 3.5.6 Densitas
seimbang menggunakan berat kering oven Pengukuran densitas batako menggunakan
ditentukan menurut 6 c) dan 7.1. , melalui metode Archimedes (Sihombing Berlian, 2009)
persamaan 4 atau 5 berikut : dan dihitung menggunakan persamaan
Ec = Oc + 50 (kg/m3 ) ...................... 4 ) berikut:
Ec = Om + 50 (kg/m3 )..................... 5 )
ρbtk= Mk ρ A
dengan :
Ec adalah berat isi keadaan seimbang hasil Mk + Mt ‐ Mba
hitungan
Dimana :
3.5.5 Kekuatan Tekan (Compressive Mk = masa benda di udara (gram)
Strength). Mt = masa tali penggantung di dalam air
Pemeriksaan kuat tekan mortar dilakukan (gram)
untuk mengetahui secara pasti akan Mba = masa benda beserta tali
kekuatan tekan mortar dari mortar yang penggantung di dalam air (gram)
sebenarnya apakah sesuai dengan kuat tekan ρA = densitas air = 1 gr/cm3
yang direncanakan atau tidak. Alat yang
digunakan pada tes uji tekan mortar adalah 3.5.7 Penyerapan air (Absorption)
alat tes kuat tekan beton (compression Untuk mengetahui besarnya penyerapan air
machine). Pembebanan diberikan sampai dihitung dengan menggunakan persamaan
benda uji runtuh, yaitu pada saat beban sebagai berikut (Simbolon Tiurma, 2008) :
382
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN(SNHP‐V) ISBN 978‐602‐0960‐29‐6
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
WA = Mj – Mk x 100 % 9000
8500
Mk
8000 sabut 25 gr
Dimana : 7500 sabut 50gr
WA = water absorption (%)
7000 sabut 75 gr
Mk = masa benda di udara (gram)
6500 batako biasa
Mj = masa benda dalam kondisi
permukaan jenuh / SSD (gram) 6000
Berdasarkan SNI 03‐0349‐1989 tentang bata 1 2 3 4 5
beton (batako), persyaratan nilai penyerapan
air maksimum adalah 25%
4. Hasil penelitian dan pembahasan 5.1 Berat Dalam Air
4.1 Berat Udara Dari hasil pengujian, perbandingan berat
5. Dari hasil pengujian, perbandingan berat dalam air antara batako dengan campuran
udara antara batako dengan campuran antara semen : pasir : kapur sebesar 1 : 5 : 7
antara semen: pasir: kapur sebesar 1:5:7 dan sabut kelapa sebesar 25 gr, 50 gr dan 75 gr
dan sabut kelapa sebesar 25gr, 50gr dan terhadap batako biasa adalah :
75gr terhadap batako biasa adalah :
Tabel 2 Hasil perhitungan berat dalam air
Tabel 1. Hasil pengukuran berat udara batako
Perbandinga Penambahan Berat dalam
Perbandingan Penambahan Berat Jenis Sample n Komposisi Serabut air (gr)
Jenis Sample Komposisi Serabut Udara (gr)
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 3885
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 7080
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 3905
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 7085
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 4015
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 7095
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 4026
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 7017
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 4060
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 7120
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 3821
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 6860 Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 3640
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 6687 Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 3760
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 6760 Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 3925
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 6794 Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 4100
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 6660
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 3720
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 6850 Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 3490
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 6450 Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 3650
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 6578 Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 3460
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 6288 Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 3480
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 6280
Batako Hollow 1 : 12 5450
Batako Hollow 1 : 12 8645 Batako Hollow 1 : 12 5443
Batako Hollow 1 : 12 8450 Batako Hollow 1 : 12 5322
Batako Hollow 1 : 12 8376 Batako Hollow 1 : 12 5360
Batako Hollow 1 : 12 8489 Batako Hollow 1 : 12 5329
Batako Hollow 1 : 12 8288 Apabila tabel di atas digambarkan dengan
Apabila tabel di atas digambarkan dengan grafik, maka hasilnya adalah sebagai berikut :
grafik, maka hasilnya adalah sebagai berikut.
383
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN(SNHP‐V) ISBN 978‐602‐0960‐29‐6
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
6000 Apabila tabel di atas digambarkan dengan
5500 sabut 25 gr grafik, maka hasilnya adalah sebagai berikut.
5000
sabut 50gr
4500 10500
10000
4000
sabut 75 gr 9500
3500 sabut 25 gr
9000
3000 batako 8500 sabut 50gr
biasa
1 2 3 4 5 8000 sabut 75 gr
7500 batako biasa
7000
Gambar 2. Grafik Perbandingan Berat dalam 1 2 3 4 5
Air
Dari gambar diatas, tampak bahwa batako Gambar 3. Grafik Perbandingan Berat
biasa memiliki bobot yang paling berat dalam Jenuh/SSD
air bila dibandingkan berat dalam air batako
sabut kelapa. Selain itu tampak bahwa semakin Dari gambar diatas, tampak bahwa batako
banyak campuran sabut kelapa, maka bobot biasa memiliki berat jenuh yang paling besar
batako akan semakin ringan. Hal ini bila dibandingkan berat jenuh batako sabut
menunjukkan bahwa penambahan serat kelapa. Tampak juga bahwa semakin banyak
memberikan dampak yang cukup signifikan campuran sabut kelapa, maka berat jenuh
dalam pengurangan bobot batako. batako akan semakin ringan. Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan serat
5.2 Berat Kondisi Permukaan Jenuh / SSD memberikan dampak yang cukup signifikan
Dari hasil pengujian, perbandingan dalam pengurangan bobot batako.
jenuh/SSD antara batako dengan campuran
5.3 Persentase Penyerapan Air
antara semen: pasir: kapur sebesar 1 : 5 : 7 dan
sabut kelapa sebesar 25 gr, 50 gr dan 75 gr Dari hasil pengujian, persentase
terhadap batako biasa adalah : penyerapan air antara batako dengan
campuran antara semen: pasir: kapur sebesar
Tabel 3 Hasil Berat Kondisi Permukaan Jenuh / 1 : 5 : 7 dan sabut kelapa sebesar 25 gr, 50 gr
SSD dan 75 gr terhadap batako biasa adalah :
Perbandinga Penambahan Berat SSD
Jenis Sample n Komposisi Serabut (gr)
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 8640
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 8690
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 8728
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 8540
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 8730
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 8600
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 8490
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 8540
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 8578
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 8480
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 8051
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 8013
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 8040
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 8006
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 8080
Batako Hollow 1 : 12 10148
Batako Hollow 1 : 12 10110
Batako Hollow 1 : 12 10056
Batako Hollow 1 : 12 9878
Batako Hollow 1 : 12 9806
384
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN(SNHP‐V) ISBN 978‐602‐0960‐29‐6
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
Tabel 4 Persentase Penyerapan Air Gambar 4. Grafik Perbandingan Persentase
Penyerapan Air
Persentase Dari gambar diatas, tampak bahwa batako
Perbandinga Penambah
Jenis Sample Penyerapa
n Komposisi an Serabut biasa memiliki persentase penyerapan air yang
n air (%)
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 22,03% paling kecil bila dibandingkan persentase
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 22,65%
penyerapan air pada batako sabut kelapa. Hal
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 23,02%
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 21,70% ini juga menunjukkan bahwa batako sabut
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 22,61% kelapa memiliki persentase penyerapan air
Rata‐rata 22,40% yang lebih tinggi daripada batako biasa. Hal ini
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 25,36% berarti semakin tinggi persentase penyerapan
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 26,96%
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 26,33%
air, akan semakin mudah bagi air untuk
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 26,26% menembus dinding batako terpasang.
Batako Hollow 1 : 5 : 7 50 gr 27,33%
Rata‐rata 26,45% 5.4 Kuat Tekan Batako
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 17,53%
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 24,23% Dari hasil pengujian, perbandingan kuat tekan
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 22,23% antara batako dengan campuran antara
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 27,32% semen: pasir: kapur sebesar 1 : 5 : 7 dan sabut
Batako Hollow 1 : 5 : 7 75 gr 28,66%
Rata‐rata 25,61%
kelapa sebesar 25 gr, 50 gr dan 75 gr terhadap
batako biasa adalah :
Batako Hollow 1 : 12 17,39%
Batako Hollow 1 : 12 19,64%
Batako Hollow 1 : 12 20,06% Tabel 5 Hasil Rata‐rata Kuat Tekan Batako
Batako Hollow 1 : 12 16,36%
Batako Hollow 1 : 12 18,32% Kuat
Rata‐rata 18,35% Perbandingan Penambahan
Jenis Sample Tekan
Komposisi Serabut
Dari tabel diatas, rata‐rata penyerapan air (kg/cm²)
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 11,01
pada batako dengan campuran kapur dan Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 11,01
sabut kelapa untuk penambahan sabut kelapa Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 10,13
Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 11,89
25 gr, 50 gr dan 75 gr berturut‐turut Batako Hollow 1 : 5 : 7 25 gr 13,22
adalah 22,40%, 26,45%, 25,61%. Berdasarkan Rata‐rata 11,45
385
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN(SNHP‐V) ISBN 978‐602‐0960‐29‐6
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
disebutkan pada tinjauan pustaka, ternyata • Kuat tekan rata‐rata batako biasa yang
kuat tekan batako sabut kelapa masih belum ada dipasaran adalah 15,86 sedangkan
memenuhi syarat. batako dengan campuran sabut kelapa
25 gr, 50 gr dan 75 gram berturut turut
Apabila tabel di atas digambarkan dengan adalah 11,45 kg/cm2, 11,89 kg/cm2
grafik, maka hasilnya adalah sebagai berikut. dan 11,54 kg/cm2. Dari syarat SNI 03‐
0349‐1989 tentang kuat tekan batako
20.00
untuk kualitas IV sebesar 20 kg/cm2,
18.00 batako dengan campuran sabut kelapa
maupun batako biasa yang ada
16.00
sabut 25 gr dipasaran masih belum memenuhi
14.00 sabut 50gr syarat minimum kuat tekan.
12.00 sabut 75 gr • Berdasarkan hasil penelitian,
batako biasa
campuran batako yang paling ideal
10.00
adalah batako dengan campuran sabut
8.00 kelapa 25 gram karena lebih ringan
1 2 3 4 5 dari batako biasa dan penyerapan
airnya masih memenuhi syarat SNI.
Gambar 5. Perbandingan Kuat Tekan Batako Akan tetapi masih diperlukan
Dari gambar diatas, tampak bahwa batako penelitian lebih lanjut untuk
memperbaiki kuat tekannya hingga
biasa memiliki kuat tekan yang paling besar
memenuhi syarat SNI.
bila dibandingkan batako sabut kelapa. Hal ini
5.2. Saran
berarti penambahan kapur dan sabut kelapa • Untuk mengurangi penyerapan air
mengurangi kuat tekan batako. pada pasangan batako, dapat
menggunakan finishing plester dan aci
6. Kesimpulan dan saran • Masih diperlukan penelitian lanjutan
5.1. Kesimpulan untuk menambah kuat tekan beton
• Bobot rata rata batako biasa sebesar dengan campuran sabut kelapa
8449,6 gram. Sedangkan bobot rata‐
rata batako dengan campuran kapur Daftar pustaka
dan sabut kelapa untuk penambahan
sabut kelapa 25gr, 50gr dan 75gr D.P.U, 1980, SII. 013‐1980. Kelecakan Semen,
berturut turut sebesar 7079,4 gram, pasir dengan Menggunakan Semen
6752,2 gram dan 6489,2. Hal ini Portland Tipe I dan Tipe II.
mengindikasikan bahwa makin banyak Jakarta:Departemen Pekerjaan
campuran sabut kelapa, maka bobot Umum.
batako akan semakin ringan. D.P.U, 1980, SNI. 052 ‐ 1980. Syarat
• Rata‐rata penyerapan air pada batako Agregat untuk Adukan dan
biasa sebesar 18,35%. Sedangkan rata‐ Semen, pasir. Jakarta: Departemen
rata penyerapan batako dengan Pekerjaan Umum.
campuran kapur dan sabut kelapa D.P.U, 1990, (SK SNI T ‐ 15 ‐ 1990 ‐03) Tata
untuk penambahan sabut kelapa 25gr, Cara Pembuatan Campuran Semen,
50gr dan 75gr berturut‐turut pasir. Jakarta: Departemen Pekerjaan
adalah 22,40%, 26,45%, 25,61%. Dari Umum,
syarat SNI 03‐0349‐1989 dimana syarat D.P.U, 1990, SK SNI S ‐ 04 ‐ 1989 ‐ F)
maksimum penyerapan 25%, Spesifikasi bahan bangunan
campuran yang memenuhi syarat bagianA. Jakarta: Yayasan Penerbit
hanyalah campuran batako dengan Departemen Pekerjaan Umum.
penambahan sabut kelapa 25 gram Kole Segel P, Gideon Kusuma, 1991, Pedoman
dengan rata‐rata penyerapan 22,40% Pengerjaan Semen, pasir, SK SNI T‐
386
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN(SNHP‐V) ISBN 978‐602‐0960‐29‐6
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semarang, 21 November 2015
15 ‐ 1991 ‐ 03) Seri Semen, pasir 2, Nawy, E.G. 1998. Beton Bertulang. Suatu
Erlangga, Jakarta. Pendekatan Dasar. ( Terjemahan ),
Kusuma, D, (2013), Kapur Sebagai Bandung, P.T. Refika Aditama.
Bahan Bangunan, SNI 03‐0349‐1989, Bata beton untuk pasangan
https://dwikusumadpu.wordpress.co dinding, Balitbang Departemen
m/2013/06/26/kapur‐sebagai‐bahan‐ Kimpraswil, Jakarta.
bangunan/ SNI 03‐6825‐2002, Metode Pengujian Kuat
Tekan Mortar, Balitbang Departemen
Kimpraswil ,Jakarta
.
387