Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK KUAT TEKAN DAN PENYERAPAN AIR BATAKO DENGAN

PENAMBAHAN SERBUK KAYU DAN FLY ASH

Aulia Rahmina Anhadi1 dan Hariadi Yulianto2

1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email: 14511363@students.uii.ac.id
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email: 155111305@staf.uii.ac.id

Abstract : This research aimed to make batako with the mixture of sawdust and fly ash to know
compressive strength and water absorption based on Indonesian National Standards (SNI).
According to Famadya (2016) the optimum ratio of sawdust addition to batako is 1 cement : 5
sand : 2 sawdust. Based on previous study, researcher did a research by combining sawdust and
fly ash into one mixture. In this research, normal batako made by ratio of 1 portland pozzolan
cement : 7 sand and batako with addition of sawdust made by ratio of 1 portland pozzolan cement
: 5 sand :2 sawdust. Additon of fly ash to cement amounted to 15%, 20%, 25%, 30%, and 35%.
The result of this research showed that batako with a mixture compotition of 1 portland pozzolan
cement : 5 sand :2 sawdust + 25% fly ash has a highest compressive strength at 28 days amounted
to 35,45 kg/cm2 and lowest water absorption of 4,67%.

Keywords: batako, sawdust, fly ash

penggunaan yang biasanya menggunakan batu


1. PENDAHULUAN
bata.
1.1 Latar Belakang
Batako merupakan jenis unsur bangunan yang
Dalam pembangunan konstruksi, dinding dibuat dari bahan utama semen, air, dan
merupakan bagian dari bangunan yang berguna agregat. Batako dibedakan menjadi dua jenis
sebagai penutup interior bangunan. Posisinya yaitu batako berlubang dan batako pejal.
yang berada tepat di tengah-tengah bangunan Seiring dengan perkembangan zaman, telah
juga membuat dinding sekaligus berperan banyak ditemukan inovasi atau alternatif dalam
menopang beban bangunan yang ada di pembuatan batako untuk menahan laju
atasnya. Sejak dahulu, di Indonesia dinding kerusakan lingkungan. Dalam penelitian ini,
selalu menggunakan batu bata merah sebagai akan digunakan batako pejal dan
bahan utamanya. Namun, kebutuhan batu bata memanfaatkan serbuk kayu dan fly ash sebagai
yang semakin meningkat dan faktor bahan tambah campuran material batako
penggerusan tanah semakin dalam sehingga serbuk kayu dan fly ash diharapkan
mengakibatkan penggunaan batu bata kurang dapat menghasilkan batako dengan kuat tekan
efisien dalam bahan bangunan. Maka dari itu, tinggi dan penyerapan air rendah daripada
batako sebagai alternatif pengganti batu bata batako yang beredar di pasaran dan diharapkan
untuk pembuatan dinding diharapkan mampu dapat mengurangi jumlah penggunaan bahan
mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu baku batako yang berasal dari alam. Oleh sebab
dalam pelaksanaannya, batako dapat disusun 4 itu, untuk mengetahui pengaruh serbuk kayu
kali lebih cepat dan cukup kuat untuk semua dan fly ash terhadap kinerja batako diperlukan
pengujan-pengujian diantaranya uji kuat tekan batubara yang ditambahkan dilihat dari
dan uji penyerapan air berdasarkan SNI 03- kuat tekan penambahan abu batubara
0349-1989. Pengujian ini dilakukan dengan sebagai pengganti semen sebanyak 10%
membandingkan batako variasi serbuk kayu sampai 30% mampu meningkatkan kuat
dan fly ash dengan batako konvensional. tekan produk batako 4,5% dan 19,8%
dibanding tanpa penambahan abu
1.2 Tujuan Penelitian
batubara, sedangkan pada penambahan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk abu terbang melebihi 30% kuat tekan
mengetahui pengaruh penambahan serbuk batako semakin menurun.
kayu dan fly ash terhadap karakteristik (kuat
Berdasarkan penelitian tersebut,
tekan dan penyerapan air) batako dan untuk
dilakukan penelitian dengan menggabungkan
mengetahui persentase penambahan serbuk
serbuk kayu dan fly ash menjadi satu
kayu dan fly ash dalam campuran batako yang
campuran. Dalam penelitian ini, batako normal
optimum serta memenuhi SNI 03-0349-1989.
dibuat dengan perbandingan 1 semen portland
2. TINJAUAN PUSTAKA pozolan : 7 pasir dan batako serbuk kayu dibuat
Penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai dengan perbandingan 1 semen portland
tinjauan pustaka pada penelitian ini adalah pozolan : 5 pasir : 2 serbuk kayu dengan
sebagai berikut: penambahan fly ash sebesar 15%, 20%, 25%,
30%, dan 35% dari berat semen.
a. Listikaningrum, F. (2016) telah melakukan
penelitian yang berjudul Inovasi Dinding 3. LANDASAN TEORI
Batako dengan Penambahan Serbuk Kayu 3.1 Bahan Penyusun Batako
Sebagai Agregat. Penelitian ini dilakukan
3.1.1 Portland Pozzolan Cement
dengan membuat 6 variasi benda uji
berdasarkan komposisi campuran serbuk Portland Pozzolan Cement (semen portland
kayu yang bertujuan untuk mengetahui pozzolan) adalah suatu semen hidrolis yang
komposisi material penyusun batako jika terdiri dari campuran yang homogen antara
ditambah dengan serbuk kayu yang semen portland dengan pozzolan halus, yang di
memenuhi SNI 03-0349-1989. Hasil produksi dengan menggiling klinker semen
penelitian menunjukkan bahwa batako portland dan pozzolan bersama-sama dimana
serbuk kayu tipe IV dengan komposisi kadar pozzolan 6% sampai dengan 40% massa
campuran 1 Pc : 5 pasir halus : 2 serbuk semen portland pozzolan (SNI 15-0302-2004).
kayu dan dengan faktor air semen sebesar Pozzolan adalah bahan alami atau buatan yang
0,5 memiliki kuat desak tertinggi yaitu sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silika
64,86 kg/m2 dan penyerapan air terendah (SiO2) dan alumina (Al2O3) yang reaktif.
yaitu 12,52%. Pozzolan tidak bersifat seperti semen, namun
b. Pangestu, E.K. (2011) telah meneliti dalam bentuknya yang halus jika dicampur
tentang Penambahan Limbah Abu dengan kapur padam aktif dan air akan
Batubara Pada Batako Ditinjau Terhadap mengeras dalam beberapa waktu, sehingga
Kuat Tekan dan Serapan Air. Penelitian ini membentuk masa yang padat dan sukar larut
menggunakan komposisi campuran dalam air. Rumus proses kimia (perkiraan)
dengan perbandingan berat bahan susun untuk reaksi hidrasi semen dapat ditulis
batako yaitu 1 semen : 6 pasir. sebagai berikut.
Perbandingan tersebut adalah dengan 2(C3S)+6H2O → (C3S2H3)+3Ca(OH)2
komposisi abu terbang sebesar 0% 2 (C2S)+4 H2O → (C3S2H3)+Ca(OH)2
(normal), 10%, 20%, 30%, 40%, 70%
terhadap berat semen. Sampel berupa Untuk mengetahui reaksi pozolan dengan
batako dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 10 semen dapat dilihat pada rumus berikut.
cm. Dari hasil percobaan dengan berbagai Ca(OH)2+SiO2+H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O
perbandingan antara semen, pasir, dan abu Ca(OH)2+Al2O3+H2O → 3CaO.Al2O3.6H2O
Dari rumus reaksi tersebut didapat bahwa (2013) menyatakan bahwa pada serbuk kayu
pozzolan (SiO2) dan (Al2O3) bereaksi dengan terdapat kadar selulosa dan hemiselulosa yang
hasil sampingan hidrasi semen yaitu kalsium apabila ditambahkan pada campuran semen
hidroksida Ca(OH)2 yang mulanya tidak dan pasir pembentuk beton, senyawa ini akan
diinginkan menjadi senyawa yang diinginkan terserap pada permukaan mineral/partikel dan
C3S2H3. Hal tersebut membuat dapat kuat tekan memberikan tambahan kekuatan ikat antar
batako lebih tinggi (Tjokrodimuljo, 2007). partikel akibat sifat adhesi dan dispersinya,
serta menghambat difusi air dalam material
3.1.2 Agregat Halus
akibat sifat hidrofobnya. Pada penelitian ini,
Agregat halus/pasir adalah agregat dengan serbuk kayu yang digunakan adalah serbuk
besar butir maksimum 4,75 mm berasal dari kayu balsa. Kayu jenis ini dipilih karena
alam atau olahan sesuai dengan SNI 03-6820- memiliki sifat yang lentur, tidak mudah lapuk,
2002. Agregat halus alam adalah agregat halus dan ringan dengan berat jenis 0,15-0,29 dan
hasil disintergrasi dari batuan. Sedangkan kadar air sebesar 13,9-14,2%. Kayu balsa
agregat halus olahan adalah agregat halus yang bukan merupakan kayu yang paling ringan,
dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran namun kayu balsa dianggap sebagai kayu
dengan cara penyaringan atau cara lainnya dari terkuat menurut beratnya. Menurut Prihandini
batuan. (2012), karena beratnya yang ringan dan
memiliki pori, kayu balsa sangat efisien
3.1.3 Air
sebagai bahan insulasi terhadap panas dan
Air digunakan pada pembuatan beton agar dingin. Selain itu, kayu balsa juga mempunyai
terjadi proses kimiawi dengan semen untuk sifat rambatan yang lambat terhadap suara dan
membasahi agregat dan memberikan getaran.
kemudahan dalam pekerjaan beton. Karena
karakter pasta semen merupakan hasil reaksi 3.2.2 Fly Ash
kimia antara semen dengan air, maka bukan Fly ash adalah abu terbang sisa pembakaran
perbandingan jumlah air terhadap total berat batubara yang bersifat pozzolan dan memiliki
campuran yang ditinjau, tetapi hanya ukuran maksimum sebesar 4,75 mm dan
perbandingan antara air dengan semen saja butiran minimum sebesar 0,075 mm berwarna
atau biasa disebut faktor air semen (water abu-abu kehitaman. Fly ash tidak memiliki
cement ratio). Pujianto (2010) menyatakan, kemampuan mengikat seperti semen, tetapi
pada beton mutu tinggi, pengertian faktor air dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya
semen bisa diartikan sebagai water to yang halus, silika dan alumina yang
cementitious ratio, yaitu rasio berat air terkandung dalam fly ash akan bereaksi secara
terhadap berat total semen dan aditif kimia dengan kalsium hidroksida yang
cementitious. terbentuk dari proses hidrasi semen dan
menghasilkan zat yang memiliki kemampuan
3.2 Bahan Tambah
mengikat.
Bahan tambah bertujuan untuk memperbaiki
atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu 3.3 Syarat Fisis Batako
dari beton atau mortar yang dihasilkan. Secara Batako ditinjau dari kuat tekan dan penyerapan
umum bahan tambah yang digunakan dalam air. Kuat tekan adalah besarnya beban per
beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan satuan luas yang menyebabkan benda uji
tambah yang bersifat kimiawi (chemical hancur bila dibebani dengan
admixture) dan bahan tambah yang bersifat daya tekan tertentu. Penyerapan air adalah
mineral (additive). perbandingan berat air yang mampu diserap
pori terhadap berat kering benda uji dan
3.2.1 Serbuk Kayu
dinyatakan dalam persen. Batako dinyatakan
Serbuk kayu merupakan salah satu material lulus uji apabila memenuhi persyaratan SNI
yang didapat dari sisa penggergajian kayu yang
berukuran 0,25 mm – 2,00 mm. Saifuddin dkk.
03-0349-1989. Syarat fisis batako pejal dan Tabel 2 Penentuan Kode dan Komposisi
harus sesuai dengan Tabel 1 berikut. Campuran Batako
Fly Ash
Tabel 1 Syarat Fisis Batako Pejal Kode Serbuk Kayu
(%)
Tingkat Mutu Bata Beton A 1 PPC : 7 PS : 0SK 0
Syarat
Satuan Pejal B 0
Fisis
I II III IV C 15
Kuat D 20
tekan 1 PPC : 5 PS : 2SK
kg/cm2 100 70 40 25 E 25
rata- F 30
rata G 35
Kuat
tekan kg/cm2 90 65 35 21 Benda uji batako dibuat dengan beberapa
satuan variasi yang berbeda, masing-masing variasi
Penyera dibuat 8 buah benda uji batako. Sebanyak 5
pan air buah batako dipakai untuk pengujian kuat
% 25 35 - -
rata – tekan dan 3 buah batako dipakai untuk
rata pengujian serapan air. Batako dibuat dalam
Sumber: SNI 03-0349-1989 bentuk batako pejal dengan dimensi 40×20×10
4. METODE PENELITIAN cm. Sebelum dilakukan pengujian, batako
dilakukan perawatan selama 28 hari berupa
Penelitian dilaksanakan dalam beberapa penyiraman dengan air agar batako tetap
tahapan yaitu persiapan, mix design, pengujian lembab karena saat semen kering maka proses
material, pembuatan benda uji, perawatan pengerasannya terhenti. Pada pengujian kuat
benda uji, pengujian benda uji, dan analisis tekan batako dilakukan dengan menggunakan
data. Penentuan campuran bahan penyusun mesin uji desak yang dimiliki Laboratorium
batako dapat diperoleh dengan persamaan Bahan Konstruksi Teknik Program Studi
berikut. Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan
1. Batako tanpa penambahan serbuk kayu Perencanaan Universitas Islam Indonesia.
(1PPC : 7PS : 0,5 Air). Arah tekanan pada bidang tekan benda uji
× × × × , × ×
disesuaikan dengan arah tekanan beban
+ + =1 didalam pemakaian. Mekanisme pembebanan
2. Batako dengan penambahan serbuk kayu batako dapat dilihat pada Gambar 1.
(1PPC : 5PS : 2SK : 0,5Air).
1 × Vs × BvS 5 × Vs × BvP 2 × Vs × BvK 0,5 × Vs × BvS
+ + + =1
BjS BjP BjK BjW

Ket:
Vs = Volume semen
Bvs = Berat volume semen
Bjs = Berat jenis semen
Bvp = Berat volume pasir
Bjp = Berat jenis pasir Gambar 1 Mekanisme Pembebanan Batako
Bjw = Berat jenis air
Bvk = Berat volume kayu Selanjutnya, hasil pengujian dapat dianalisis
Bjk = Berat jenis kayu dengan menggunakan persamaan berikut.
P
Selanjutnya penentuan kode dan komposisi 𝑓𝑐′ =
campuran batako dengan serbuk kayu dan fly A
ash dapat dilihat pada Tabel 2. Ket:
fc’ = Kuat tekan (kg/cm2)
P = Beban maksimum (kg)
A = Luas permukaan bidang desak (cm2) 5. HASIL PENELITIAN
Pada pengujian penyerapan air batako 5.1 Pengujian Agregat Halus
dilakukan dengan menggunakan 3 buah benda
Dari hasil pengujian agregat halus didapat nilai
uji untuk setiap variasi campuran. Selanjutnya,
berat jenis jenuh kering muka sebesar 2,54,
dianalisis dengan menggunakan persamaan
penyerapan air sebesar 4,97%, berat volume
berikut.
gembur sebesar 1,36 gr/cm3, dan berat volume
A − B padat sebesar 1,68 gr/cm3. Agregat halus yang
penyerapan (%) = × 100%
B digunakan tergolong kedalam daerah gradasi 2
Ket: (pasir agak kasar). Pada pengujian kandungan
A = Berat batako sebelum di oven (kg) lumpur, kadar lumpur yang didapat awalnya
B = Berat batako setelah di oven (kg) lebih dari 5%, setelah itu agregat halus dicuci
lalu dilakukan pengujian kandungan lumpur
Untuk memudahkan, tahapan pada penelitian kembali dan didapatkan kadar lumpur agregat
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. halus setelah dicuci sebesar 3,49%.

MULAI
5.2 Pengujian Fly Ash
Fly ash yang digunakan dalam penelitian ini
dibeli dari Toko Bangunan Agape di Bantul.
PERSIAPAN PENELITIAN Untuk mengetahui senyawa yang terkandung
dalam fly ash, maka dilakukan pengujian
PENGUJIAN KUALITAS MATERIAL dengan metode X-Ray Fluorescence (XRF) di
-Pengujian fly ash Balai Konservasi Borobudur, Magelang. Hasil
-Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat pengujian senyawa yang terkandung dalam fly
halus ash dapat dilihat pada tabel 3.
-Analisa saringan agregat halus
Tabel 3 Senyawa yang Terkandung dalam Fly
-Pengujian kandungan lumpur agregat halus
Ash
-Pengujian berat volume agregat halus
Komposisi Hasil Analisis
Kimia (%)
PEMBUATAN BENDA UJI
CaO 11,55
MgO 4,97
PERAWATAN BENDA UJI (28 HARI) Al2O3 19,75
Fe2O3 14,25
K2O 1,21
PENGUJIAN BATAKO
TiO2 0,93
-Pengujian kuat tekan batako
SiO2 47,08
-Pengujian penyerapan air batako
Berdasarkan hasil pengujian dengan metode
XRF tersebut, dapat diketahui bahwa fly ash
ANALISIS DATA yang digunakan termasuk kelas F, karena
jumlah dari kadar senyawa kimiawi (SiO2 +
Al2O3 + Fe2O3) lebih dari 70% yaitu sebesar
PEMBAHASAN 81,08%. Penggolongan kelas tersebut diatur
dalam ASTM C 618.
KESIMPULAN 5.3 Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan batako dilakukan ketika
benda uji berumur 28 hari dengan 5 buah benda
SELESAI uji untuk setiap variasi campuran. Hasil
pengujian kuat tekan batako dapat dilihat pada
Gambar 2 Bagan Alir Penelitian Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Pengujian Kuat Tekan 40
35
Kuat
Kuat 30

Kuat Tekan (kg/cm2)


Tekan
Variasi Kode Tekan 25
Rerata
2
20
(kg/cm ) (kg/cm2)
15
A1 26,42 10
A2 31,16 5
Normal A3 28,38 27,65 0
A4 24,59 A B C D E F G
Variasi Campuran
A5 27,73
B1 13,85 Gambar 3 Grafik Hubungan Variasi
Campuran vs Kuat Tekan
B2 15,19
FA 0% B3 14,63 13,96 Dari hasil pengujian, diperoleh nilai kuat tekan
B4 11,75 batako tertinggi ada pada campuran variasi E
B5 14,39 dengan nilai kuat tekan rata-rata 35,45 kg/cm2
C1 29,64 dan nilai kuat tekan terendah ada pada variasi
C2 29,07 B dengan nilai kuat tekan rata-rata 13,96
FA
C3 17,54 24,77 kg/cm2. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 hasil
15% uji kuat tekan batako variasi A telah memenuhi
C4 24,45
persyaratan kuat tekan rata-rata minimum yaitu
C5 23,17
sebesar 25 kg/cm2. Sedangkan pada batako
D1 35,97
variasi B tidak memenuhi persyaratan. Pada
D2 25,67
FA batako variasi C, D, dan E mengalami kenaikan
D3 30,89 31,44
20% kuat tekan yaitu berturut-turut sebesar 24,77
D4 38,60 kg/cm2, 31,44 kg/cm2, dan 35,35 kg/cm2.
D5 26,06 Kemudian mengalami penurunan kuat tekan
E1 34,12 kembali pada batako variasi F dan G yaitu
E2 29,85 sebesar 18,91 kg/cm2 dan 16,24 kg/cm2. Hasil
FA
E3 41,40 35,45 uji kuat tekan tersebut menunjukkan bahwa
25%
E4 34,25 batako variasi A, D dan E telah memenuhi
E5 37,63 persyaratan sedangkan batako variasi B, C, F,
F1 16,47 dan G tidak memenuhi persyaratan.
F2 18,32 Pengaruh penambahan serbuk kayu pada
FA
F3 18,36 18,91 batako normal ditinjau dari kekuatan tekannya
30%
F4 18,84 diuraikan pada Tabel 5.
F5 22,56
Tabel 5 Pengaruh Penambahan Serbuk Kayu
G1 17,97
pada Batako Normal Terhadap Kuat Tekan
G2 16,43 Kuat Tekan
FA
G3 13,92 16,24 Batako (kg/cm2) Persentase
35% Selisih
Selisih
Rerata
G4 14,79 Kode Serbuk
Normal
Kayu
G5 18,09 (A)
(B)
(kg/cm2) (%) (%)
Ket: 1 26,42 13,85 12,57 47,56
FA = Fly Ash 2 31,16 15,19 15,96 51,23
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 dapat 3 28,38 14,63 13,74 48,44 49,51
4 24,59 11,75 12,84 52,20
dibuat grafik dengan sumbu x merupakan
5 27,73 14,39 13,34 48,11
variasi campuran dan sumbu y merupakan kuat
tekan benda uji. Hasil ploting dapat dilihat Berdasarkan Tabel 5, didapat penurunan kuat
pada Gambar 3. tekan batako normal dengan batako serbuk
kayu pada variasi A1 dengan B1 sebesar 12,57
kg/cm2, A2 dengan B2 sebesar 15,96 kg/cm2, dalam batako maupun pori yang terbentuk
A3 dengan B3 sebesar 13,74 kg/cm2, A4 akibat penambahan serbuk kayu.
dengan B4 sebesar 12,84 kg/cm2, dan A5
Fly ash memiliki butiran yang lebih halus dari
dengan B5 sebesar 13,34 kg/cm2, dengan
semen sehingga akan mempengaruhi kuat
masing-masing persentase penurunan berturut-
tekan batako dan sifat pozzolan (SiO2 dan
turut sebesar 47,56%, 51,23%, 48,44%,
Al2O3) dari fly ash akan bereaksi dengan hasil
52,20%, dan 48,11%. Penambahan serbuk
samping hidrasi semen Ca(OH)2. Hasil
kayu pada batako mengakibatkan penurunan
samping hidrasi semen tersebut mulanya
kuat tekan cukup jauh yang berkisar antara
adalah senyawa yang tidak diinginkan, namun
47,56%-52,20%. Hal tersebut karena kayu
dengan adanya senyawa SiO2 dan Al2O3,
memiliki cukup banyak pori dan berat jenis
senyawa Ca(OH)2 tersebut kemudian bereaksi
kayu yang sangat ringan (0,15-0,29) tidak
menjadi senyawa yang diinginkan yaitu
sebanding dengan berat jenis pasir (2,5-2,7).
C3S2H3. Dari proses kimia tersebut, dapat
Atas dasar hal tersebut, digunakan fly ash dilihat bahwa penambahan fly ash yang
sebagai bahan tambah pada campuran batako berlebihan mengakibatkan kuat tekan batako
serbuk kayu yang hasilnya diharapkan dapat juga akan menurun karena hasil samping
meningkatkan kekuatan tekan pada batako agar hidrasi semen yaitu Ca(OH)2 sudah habis
sesuai dengan syarat yang diatur dalam SNI sehingga tidak dapat bereaksi lagi dengan
03-0349-1989. Pengaruh penambahan fly ash pozzolan (SiO2 dan Al2O3) yang masih tersisa.
pada batako serbuk kayu ditinjau dari kekuatan Kandungan pozzolan dari fly ash melebihi
tekannya diuraikan pada Tabel 6. jumlah maksimum sehingga dapat
Tabel 6 Pengaruh Penambahan Fly Ash pada
menurunkan daya rekat semen terhadap
Batako Serbuk Kayu Terhadap Kuat Tekan campuran. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kuat Tekan Ratmayana (2002) dalam Pangestu (2011),
Batako
Persentase
yang mensyaratkan penggunaan abu terbang
(kg/cm2) Selisih Rerata
Kode Selisih sebagai bahan bangunan yang paling baik
Serbuk
Serbuk
Kayu
Kayu adalah 20-30%.
+ Fly
(B)
Ash (C) (kg/cm2) (%) (%) 5.4 Penyerapan Air
1 13,85 29,64 15,78 53,26
Pengujian penyerapan air batako dilakukan
2 15,19 29,07 13,88 47,74
dengan 3 buah benda uji untuk setiap variasi
3 14,63 17,54 2,90 16,56 41,48
campuran. Pengujian ini perlu dilakukan untuk
4 11,75 24,45 12,70 51,94
mengetahui bagaimana pengaruh serbuk kayu
5 14,39 23,17 8,78 37,89
dan fly ash terhadap kekedapan air pada
Berdasarkan Tabel 6, didapat peningkatan kuat batako, sehingga diharapkan dapat memenuhi
tekan batako serbuk kayu dengan batako standar SNI 03-0349-1989. Hasil pengujian
serbuk kayu+fly ash pada variasi B1 dengan C1 kuat tekan batako dapat dilihat pada Tabel 7.
sebesar 15,78 kg/cm2, B2 dengan C2 sebesar Tabel 7 Hasil Pengujian Penyerapan Air
13,88 kg/cm2, B3 dengan C3 sebesar 2,90 Variasi Kode Penyerapan(%) Rerata(%)
kg/cm2, B4 dengan C4 sebesar 12,70 kg/cm2, A1 6,45
Normal A2 6,25 6,49
dan B5 dengan C5 sebesar 8,78 kg/cm2, dengan
A3 6,77
masing-masing persentase peningkatan
B1 5,15
berturut-turut sebesar 53,26%, 47,74%, FA
B2 9,38 7,22
16,56%, 51,94%, dan 37,89%. Penambahan fly 0%
B3 7,14
ash pada batako serbuk kayu mengalami C1 6,98
peningkatan kuat tekan cukup jauh dan variatif FA
C2 6,06 7,11
yang berkisar antara 16,56%-53,26%. Hal 15%
C3 8,30
tersebut karena fly ash memiliki butiran yang D1 8,63
sangat halus sehingga mampu mengisi pori di FA
D2 5,83 6,54
20%
D3 5,15
Lanjutan Tabel 7 Hasil Pengujian E, F, dan G nilai penyerapan air lebih rendah
Penyerapan Air dari batako normal (variasi A). Namun pada
Variasi Kode Penyerapan(%) Rerata(%) variasi F nilai penyerapan air mengalami
E1 4,39 peningkatan kembali menjadi 6,00%. Hal ini
FA
E2 4,96 5,48 disebabkan karena fly ash yang digunakan
25%
E3 7,09 terlalu banyak sehingga kandungan pozzolan
F1 5,43
FA dari fly ash tidak dapat bereaksi dengan hasil
F2 5,10 6,00
30% samping hidrasi semen.
F3 7,48
FA
G1 4,25 Pengaruh penambahan serbuk kayu pada
G2 5,43 5,06 batako normal ditinjau dari penyerapan airnya
35%
G3 5,51 diuraikan pada Tabel 8.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7 dapat Tabel 8 Pengaruh Penambahan Serbuk Kayu
dibuat grafik dengan sumbu x merupakan pada Batako Normal Terhadap Penyerapan Air
variasi campuran dan sumbu y merupakan hasil Penyerapan Air
pengujian penyerapan air batako. Hasil ploting (%) Persentase
Selisih Rerata
dapat dilihat pada Gambar 4. Kode
Normal
Serbuk Selisih
Kayu
(A)
8 (B) (%) (%) (%)
1 6,45 5,15 1,30 20,10
6
2 6,25 9,38 3,13 33,33 19,57
Penyerapan (%)

4 3 6,77 7,14 0,38 5,26

2 Berdasarkan data dari Tabel 8, dapat dilihat


penyerapan air per masing-masing benda uji
0 pada variasi A dan B terdapat perbedaan yang
A B C D E F G
Variasi Campuran cukup signifikan. Hasil penyerapan air pada
variasi A menunjukkan nilai penyerapan yang
Gambar 4 Grafik Hubungan Variasi
seragam yaitu pada variasi A1 sebesar 6,45%,
Campuran vs Penyerapan Air
variasi A2 sebesar 6,25%, dan variasi A3
Dari Gambar 4, diperoleh nilai penyerapan air sebesar 6,77%. Sedangkan penyerapan air pada
seluruh variasi campuran memenuhi standar variasi B, nilai penyerapan yang didapat cukup
maksimum SNI 03-0349-1989 yaitu sebesar variatif yaitu pada variasi B1 sebesar 5,15%,
25%. Nilai penyerapan air batako terendah ada variasi B2 sebesar 9,38%, dan variasi B3
pada campuran variasi E dengan nilai sebesar 7,14%. Hal ini disebabkan karena kayu
penyerapan air rata-rata 5,48% dan nilai memiliki sifat yang tidak seragam (heterogen).
penyerapan air paling tinggi ada pada variasi B
dengan penyerapan air rata-rata 7,22%. Didapat angka selisih penyerapan air batako
Semakin kecil angka penyerapan air, maka normal dengan batako serbuk kayu pada variasi
semakin baik kualitas yang dihasilkan dari A1 dengan B1 sebesar 1,30%, A2 dengan B2
batako tersebut. Karena rongga yang ada di sebesar 3,13%, dan A3 dengan B3 sebesar
dalam batako berkurang sehingga batako 0,38%, dengan masing-masing persentase
menjadi lebih padat dan kekuatan batako selisih berturut-turut sebesar 20,10%, 33,33%,
bertambah. dan 5,26%. Penambahan serbuk kayu pada
batako mengalami peningkatan penyerapan air
Pada batako variasi A ke variasi B mengalami rata-rata sebesar 19,57%. Hal tersebut karena
peningkatan penyerapan air. Penyerapan air serbuk kayu lebih mudah menyerap air
pada variasi A sebesar 6,49% dan pada variasi daripada agregat halus, sehingga saat agregat
B sebesar 7,22%. Kemudian setelah batako halus diganti dengan serbuk kayu penyerapan
serbuk kayu ditambahkan fly ash pada variasi air meningkat.
C, D, E, F, dan G penyerapan air pada batako
mengalami penurunan. Bahkan pada variasi D, Setelah batako serbuk kayu ditambahkan fly
ash dalam campurannya, penyerapan air pada
batako semakin menurun. Pengaruh 2. Penyerapan air rata-rata terendah ada pada
penambahan fly ash pada batako serbuk kayu variasi E yaitu sebesar 5,48% dan nilai
ditinjau dari penyerapan airnya diuraikan pada penyerapan tertinggi ada pada variasi B
Tabel 9. dengan nilai penyerapan rata-rata sebesar
Tabel 9 Pengaruh Penambahan Fly Ash pada
7,22%. Penyerapan air batako meningkat
Batako Serbuk Kayu Terhadap Penyerapan Air setelah ditambahkan serbuk kayu dalam
campurannya. Kemudian setelah batako
Penyerapan Air
(%) serbuk kayu ditambahkan fly ash pada
Persentase
Kode Serbuk
Serbuk Selisih
Selisih
Rerata campurannya penyerapan air pada batako
Kayu
Kayu
+ Fly
mengalami penurunan kembali.
(B)
Ash (C) (%) (%) (%) 3. Campuran batako optimum yang
1 5,15 6,98 1,82 26,12 memenuhi persyaratan SNI 03-0349-1989
2 9,38 6,06 3,31 35,35 25,14 didapat pada campuran dengan variasi E
3 7,14 8,30 1,16 13,95 (1PPC:5PS:2SK + FA25%) dengan nilai
Hasil penyerapan air pada variasi C kuat tekan sebesar 35,45 kg/cm2 dan
menunjukkan nilai yang cukup seragam yaitu penyerapan air sebesar 5,48%.
pada variasi C1 sebesar 6,98%, variasi C2 6.2 Saran
sebesar 6,06%, dan variasi C3 sebesar 8,30%. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang
Berdasarkan data dari Tabel 9, didapat selisih telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran
penyerapan air batako serbuk kayu dengan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut
batako serbuk kayu+fly ash pada variasi B1 sebagai berikut.
dengan C1 sebesar 1,82 %, B2 dengan C2 1. Pada penelitian ini, pemadatan dilakukan
sebesar 3,31%, dan B3 dengan C3 sebesar secara manual. Untuk pemadatan benda uji
1,16%, dengan masing-masing persentase pada penelitian selanjutnya disarankan
selisih berturut-turut sebesar 26,12%, 35,35%, dengan menggunakan mesin press agar
dan 13,95%. Penambahan fly ash pada batako batako menjadi lebih padat.
serbuk kayu mengalami penurunan penyerapan 2. Pada saat pembuatan benda uji agar dibuat
air rata-rata sebesar 25,14%. Hal ini sesimetris mungkin agar didapatkan data
disebabkan karena butiran fly ash yang sangat pengujian yang lebih valid.
halus sehingga dapat mengisi rongga udara 3. Pada penelitian selanjutnya agar dapat
dalam batako. Rongga udara sendiri mengembangkan penelitian ini terhadap
merupakan pintu masuk air ke dalam batako. pengaplikasian penambahan serbuk kayu
Semakin banyak rongga udara maka semakin untuk material bangunan lainnya.
banyak pula air yang masuk ke dalam batako.
DAFTAR PUSTAKA
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ASTM C 618-93. Standart Test Method for Fly
Ash and Row or Calcined Natural
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan Pozzolan for Use as a Mineral
sebagai berikut. Admixture in Portland Pozzolan Cement
1. Kuat tekan rata-rata tertinggi ada pada Concrete. American Society for Testing
variasi E dengan nilai 35,45 kg/cm2 dan of Concrete. 1991.
nilai kuat tekan terendah ada pada variasi Listikaningrum, F. 2016. Inovasi Dinding
B dengan nilai kuat tekan rata-rata 13,96 Batako dengan Penambahan Serbuk
kg/cm2. Penambahan serbuk kayu pada Kayu Sebagai Agregat. Tugas Akhir.
batako mengakibatkan penurunan nilai (Tidak Diterbitkan). Universitas Islam
kuat tekan batako. Sedangkan penambahan Indonesia. Yogyakarta.
fly ash dengan persentase tertentu dapat Pangestu, E.K. 2011. Penambahan Limbah
meningkatkan kuat tekan batako. Abu Batubara Pada Batako Ditinjau
Terhadap Kuat Tekan dan Serapan Air.
Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan. Vol.
13 No. 2: 161-168. Semarang.
Prihandini, F.D.A. 2012. Kayu Laminasi
Asimetris Sebagai Komponen Dinding
Sekat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Pujianto, A. 2010. Beton Mutu Tinggi dengan
Bahan Tambah Superplastisizier dan Fly
Ash. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika.
Vol.13 No.2: 171-180. Bantul.
Saifuddin, M.I., Bambang, E., dan Khairul, F.
2013. Pengaruh Penambahan Campuran
Serbuk Kayu Terhadap Kuat Tekan
Beton. Penelitian. Universitas Pasir
Pengaraian. Riau.
Standar Nasional Indonesia. 1989. SNI 03-
0349-1989 Bata Beton Untuk Pasangan
Dinding. Badan Standar Nasional.
Bandung.
Standar Nasional Indonesia. 2002. SNI 03-
6820-2002 Spesifikasi Agregat Halus
Untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran
Dengan Bahan Dasar Semen. Badan
Standar Nasional. Bandung.
Standar Nasional Indonesia. 2004. SNI 15-
0302-2004 Semen Portland Pozolan.
Badan Standar Nasional. Bandung.
Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Biro
Penerbit. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai