Abstract
Brick is one of the building materials widely used as the main ingredient in the construction of house walls and
buildings. The utilization of bricks in construction needs to be improved, one way that could be achieved in this
research was to mix the base material of bricks manufacturing by using diatomaceous earth and gypsum. The
specimens used in this research had the measurement of 21 cm x 11 cm x 4.5 cm, and were made with 5 variations
of gypsum addition were 0%, 5%, 10%, 15% and 20%. The amount of each test object variation was 12 pieces for
each variation, so that made the total of 60 pieces. The testing that was done was the compressive strength, water
absorption, apparent density and specific gravity. The research results showed that the optimum use of gypsum
was at 5% variation with maximum compressive strength of a single brick was 5,824 MPa and 3,566 MPa in
compressive strength test on paired bricks, for the results of the water absorption test showed that the minimum
water absorption of the brick was 30,850% , the apparent density 1,292 grams/cm3. Based on the test results on
brick characteristics, it shows that the optimum gypsum use is at 5% variation.
Abstrak
Batu bata merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan sebagai bahan utama dalam
pembuatan dinding rumah dan gedung. Pemanfaatan batu bata dalam konstruksi perlu adanya peningkatan, salah
satu cara yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencampur material dasar pembuatan batu bata dengan
menggunakan tanah diatomae dan gipsum. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 21 cm x 11
cm x 4,5 cm, dibuat dengan 5 variasi penambahan gipsum yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Jumlah masing-
masing benda uji adalah 12 buah benda uji untuk setiap variasi. Pengujian yang dilakukan yaitu kuat tekan,
penyerapan air, kerapatan semu dan berat jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan optimum
gipsum adalah pada variasi 5% dengan hasil kuat tekan bata tunggal maksimum yaitu 5,824 Mpa, kuat tekan bata
berpasangan 3,566 Mpa, penyerapan minimum sebesar 30,850% dan kerapatan semu sebesar 1,292 gram/cm3.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap karakteristik bata, menunjukkan bahwa penggunaan gipsum optimum yaitu
pada variasi 5%.
campurannya yaitu sebesar 50%. Jumlah substitusi Dalam pemanfaatan lempung untuk pembuatan
gipsum terhadap tanah diatomae digunakan 5 variasi, batu bata, harus diperhatikan beberapa hal yaitu:
yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari volume tanah 1. Lempung yang digunakan harus memenuhi sifat
diatomae. Jumlah benda uji masing-masing untuk plastis dan kohesif sehingga dapat mudah
setiap pengujian 3 buah dengan total yang digunakan dibentuk. Lempung yang memiliki nilai plastis
60 buah benda uji. Untuk pengujian kuat tekan bata yang tinggi dapat menyebabkan batu bata yang
berpasangan, penyerapan air dan kerapatan semu dibentuk akan meledak, retak atau pecah saat
berdasarkan SNI 15-2094-2000[3], untuk pengujian dibakar;
kuat tekan bata tunggal berdasarkan ASTM C67- 2. Lempung harus mempunyai kekuatan kering
03[4] dan untuk pengujian berat jenis bata tinggi dan susut kering rendah (maksimum 10%);
berdasarkan ASTM C373-88[5]. 3. Tidak boleh mengandung butiran kapur dan
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh kerikil lebih besar dari 5 mm; dan
penambahan gipsum dalam pembuatan campuran bata 4. Lempung berpasir akan menghasilkan produk batu
ringan terhadap sifat fisis dan sifat mekanis bata bata yang lebih baik jika dibandingkan dengan
ringan. Nilai kuat tekan bata tunggal maksimum penggunaan lempung murni.
sebesar 5,824 MPa yaitu pada bata dengan variasi
gipsum sebesar 5%. Nilai kuat tekan bata berpasangan 2.3 Tanah Diatomae
jenis ini turun menjadi 3,566 MPa akibat adanya Tanah diatomae dengan rumus kimia (SiO2.nH2O)
pengaruh mortar. Penyerapan air minimum yaitu adalah batuan sedimen silika terutama yang terdiri
sebesar 30,850% terdapat pada bata dengan variasi dari sisa kerangka fosil tumbuhan air, ganggang yang
gipsum 5%. Nilai penyerapan air pada bata ringan bersel tunggal. Hasil pemeriksaan sifat kimia yang
dalam penelitian ini tidak ada yang memenuhi syarat dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri
SNI 15-2094-2000[3]. Berdasarkan pengujian Banda Aceh, menunjukkan tanah diatomae yang
kerapatan semu, besarnya kerapatan semu bata ringan berasal dari Desa Lampanah, Aceh Besar memiliki
maksimum adalah 1,292 gram/cm3 pada bata dengan kandungan SiO2 sebesar 58,87 %, CaO sebesar
variasi gipsum sebesar 5%. Nilai tersebut lebih tinggi 12,20%, Fe2O3 sebesar 2,25 %, dan Al2O3 sebesar
dibandingkan dengan bata ringan tanpa penambahan 0,39 %. Berat jenis tanah diatomae sebesar 1,877
gipsum. Kerapatan semu minimum terdapat pada (Handayani) [6].
variasi gipsum sebesar 20% yaitu 1,200 gram/cm3. Selain ringan, tanah diatomae memiliki sifat
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap berat jenis pozzolan sehingga dapat digunakan untuk membuat
bata menunjukkan dengan adanya penambahan batu bata ringan sebagaimana hasil penelitian
gipsum dalam campuran bata menyebabkan nilai Pimraksa dan Chindaprasirt [7]. Pimraksa dan
berat jenis bata semakin bertambah. Berat jenis Chindaprasirt membuat batu bata ringan dengan
minimun yaitu 2,123 pada bata tanpa penambahan menggunakan diatomae, kemudian membandingkan
gipsum dan berat jenis maksimum yaitu 2,172 pada kekuatan yang dihasilkan dari proses kalsinasi dan
bata dengan variasi gipsum 20%. tanpa kalsinasi. Tanah diatomae yang digunakan
berasal dari Provinsi Lampang, Thailand Utara,
2. Tinjauan Kepustakaan dicampur dengan 15% kapur serta 5% gipsum
menunjukkan kekuatan yang cukup tinggi, yaitu 14,5
2.1 Batu Bata MPa dan densitas yang rendah, yaitu 0,88 gram/cm3.
Definisi batu bata menurut SNI 15-2094-2000[3] Kekuatan yang lebih tinggi (17,5 MPa) dan densitas
merupakan bahan bangunan yang berbentuk prisma lebih rendah (0,73 gram/cm3) didapatkan dengan
segiempat panjang, digunakan untuk konstruksi menggunakan diatomae hasil kalsinasi pada suhu
dinding bangunan yang dibuat dari tanah lempung 500oC.
dengan atau tanpa dicampur bahan aditif dan dibakar 2.4 Gipsum
pada suhu tertentu.
Gipsum adalah salah satu contoh mineral dengan
2.2 Tanah Lempung kadar kalsium yang mendominasi. Gipsum yang
Tanah lempung merupakan bahan utama material paling umum ditemukan adalah jenis hidrat kalsium
dari pembuatan batu bata dimana kandungan sulfat dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. Dalam
utamanya adalah silika dan alumina. Tanah lempung bentuk murni gipsum berupa kristal berwarna putih
mempunyai sifat yang dalam keadaan kering akan dan berwarna abu-abu, kuning, jingga atau hitam bila
bersifat keras, apabila dalam keadaan basah akan kurang murni.
bersifat lunak plastis dan kohesif, mengembang dan Keuntungan penggunaan serbuk gipsum sebagai
menyusut dengan cepat sehingga mempunyai berikut (Wibawa)[2]:
perubahan volume yang besar dan itu terjadi karena 1. Gipsum yang dicampur lempung dapat
pengaruh air, berkurang kuat gesernya bila struktur mengurangi retak karena sodium pada tanah
tanahnya terganggu. tergantikan oleh kalsium pada gipsum sehingga
pengembangannya lebih kecil;
𝑀𝑑 3. Metode Penelitian
𝑄𝑠𝑐ℎ = 𝑐−𝑏 × 𝑑𝑤 ......................................... 2)
3.1 Rancangan Penelitian
Keterangan: Pada penelitian ini dilakukan pengujian kuat tekan
Qsch = Kerapatan semu (gr/cm3); bata berpasangan berdasarkan SNI 15-2094-2000[3],
Md = Berat benda uji (gram); kuat tekan bata tunggal berdasarkan ASTM C67-
b = Berat benda uji ditimbang menggantung di 03[4], penyerapan air, kerapatan semu dan berat jenis
dalam air (gram); bata ringan yang berbahan dasar tanah lempung dan
c = Berat benda uji ditimbang setelah dimasukkan tanah diatomae dengan variasi penambahan gipsum.
Penelitian ini menggunakan variasi penambahan uji ditimbang kembali beratnya (B). Penyerapan air
gipsum 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat dihitung menggunakan Persamaan 1.
volume tanah diatomae. Variasi 0% digunakan
sebagai kontrol dari variasi gipsum yang ditambahkan 3.5 Pengujian Kerapatan Semu dan Berat
dalam pembuatan bata ringan. Jenis
3.2 Sumber Data Langkah-langkah pengujian kerapatan semu yaitu
benda uji bata dikeringkan di oven pengering selama
Data-data yang mendukung untuk penelitian ini 24 jam, kemudian bata didinginkan. Berat benda uji
diperoleh dari berbagai pengujian yang dilakukan di dalam keadaan kering ditimbang (Md), selanjutnya
laboratorium, hasil-hasil penelitian terdahulu, dan benda uji dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air.
literatur lainnya sebagai sumber data. Data yang Berat benda uji selama menggantung di dalam air juga
dikumpulkan meliputi data pemeriksaan berat volume ditimbang beratnya (b). Kemudian benda uji
tanah lempung, pasir, tanah diatomae dan gipsum, dikeluarkan dari air dan diseka dengan kain lap, lalu
data pemeriksaan sifat fisis tanah lempung, ditimbang beratnya (c). Setelah itu hitung kerapatan
penyerapan air, kerapatan semu, berat jenis dan semu sesuai dengan Persamaan 2. Dari hasil pengujian
pengujian kuat tekan bata ringan. kerapatan semu, bata dihitung berat jenisnya
menggunakan persamaan 3.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan 3.6 Pengujian Kuat Tekan Bata Tunggal
Sebelum pengujian, benda uji dioven terlebih
Pekerjaan persiapan yang dilakukan meliputi dahulu pada suhu 110–115°C selama 24 jam.
penyediaan alat dan bahan/material yang digunakan Kemudian benda uji diukur dimensi dan ditimbang
untuk penelitian ini seperti tanah lempung, tanah beratnya. Pengujian dilakukan meggunakan mesin uji
diatomae, gipsum, pasir dan air. Tanah yang tekan. Benda uji yang telah dipersiapkan ditempatkan
digunakan adalah jenis tanah lempung. Tanah diantara dua pelat pembebanan. Pengujian ini
diatomae yang digunakan telah dikalsinasi terlebih dilakukan dengan memberikan beban arah vertikal
dahulu dan ditumbuk menggunakan lesung dan secara perlahan-lahan hingga benda uji hancur. Hal ini
diayak agar memudahkan dalam pencampuran berdasarkan metode yang digunakan pada ASTM
dengan tanah lempung. Gipsum yang digunakan C67–03[4]. Besarnya kuat tekan bata tunggal dihitung
diletakkan di ruang tertutup dan diberi alas berdasarkan Persamaan 4.
dibawahnya.
3.7 Pengujian Kuat Tekan Bata Berpasangan
3.3.2 Pemeriksaan sifat fisis tanah lempung
Benda uji yang sudah siap dicetak dan dibakar,
Pemeriksaan sifat fisis yang dilakukan terhadap kemudian dipotong di bagian tengah bata
tanah lempung bertujuan untuk mengetahui baik menggunakan gergaji listrik menjadi dua bagian.
tidaknya jenis tanah yang digunakan sebagai bahan Tiap-tiap potongan bata yang satu ditumpukkan pada
pembentuk bata, untuk mengetahui jenis tanah yang potongan yang lain. Antara kedua bata diisi mortar
digunakan dan menentukan kadar air yang digunakan setebal 6 mm. Adukan mortar dibuat terdiri dari pasir
dalam pembuatan batu bata. Kadar air optimum yang dan bahan perekat sebagai berikut: 1 bagian berat
digunakan pada pembuatan batu bata disesuaikan Semen Portland + 3 bagian berat pasir + air seberat
dengan batas plastis dari tanah lempung. Pemeriksaan 60%-70% dari berat semen, diaduk hingga merata.
sifat-sifat fisis tanah lempung yang dilakukan Keesokan harinya, benda uji direndam dalam air
didasarkan pada standar SNI sebagai berikut : bersih dengan suhu ruangan selama 24 jam, kemudian
1. Batas cair tanah (SNI 1967-2008); diangkat dan bidang-bidangnya diseka menggunakan
2. Batas plastis dan indeks plastisitas tanah (SNI kain lap untuk menghilangkan air yang berlebihan.
1966-2008); dan Benda uji yang telah dipersiapkan ditempatkan
3. Berat jenis tanah (SNI 1964-2008). diantara dua pelat pembebanan. Pengujian kuat tekan
Pengujian sifat fisis tanah lempung dilakukan di bata berpasangan ini dilakukan sama dengan
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik pengujian kuat tekan bata tunggal yaitu dengan
Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. memberikan beban arah vertikal secara perlahan-
lahan hingga benda uji hancur. Batu bata diuji dengan
3.4 Pengujian Penyerapan Air
mesin uji kuat tekan hingga hancur. Kemudian kuat
Pengujian penyerapan air dilakukan dengan cara tekan dapat dihitung menggunakan Persamaan 4.
benda uji direndam dalam air selama 24 jam sampai Pengujian dilakukan pada masing-masing batu bata.
jenuh, kemudian ditimbang beratnya (A). Benda uji
dikeringkan di oven pada suhu (100–110)°C selama
24 jam. Selanjutnya benda uji dikeluarkan dari oven
dan didinginkan hingga mencapai suhu kamar. Benda
4. Hasil dan Pembahasan variasi 15% dan 20% tidak memenuhi nilai kelas kuat
bata (non kelas).
4.1 Sifat Fisis Tanah Lempung
4.3 Pengujian Kuat Tekan Bata Berpasangan
Hasil pemeriksaan sifat fisis tanah lempung yaitu
kadar air, batas cair, batas plastis dan indeks Hasil pengujian kuat tekan bata berpasangan
plastisitas diperlihatkan pada Tabel 2 berikut ini. diperlihatkan pada Gambar 2 berikut ini. Berdasarkan
Berdasarkan hasil pengujian tersebut menunjukkan Gambar 2 nilai kuat tekan bata berpasangan
bahwa tanah yang digunakan adalah jenis tanah maksimum sebesar 3,566 MPa yaitu pada variasi
lempung anorganik dan dapat digunakan sebagai penambahan gipsum 5%, terjadi penurunan sebesar
pembentuk bata. 38,78% dari kuat tekan bata tunggal, sama halnya
dengan kuat tekan bata tunggal, setelah penambahan
variasi 5% gipsum bata mengalami penurunan kuat
Tabel 2 Sifat fisis tanah lempung tekan. Nilai minimumnya 2,443 MPa yaitu pada
No Pemeriksaan Sifat Fisis Hasil Satuan variasi penambahan gipsum 20%. Penurunan kuat
1 Kadar Air 22,45 % tekan bata berpasangan dibandingkan dengan kuat
2 Batas Cair 71,86 % tekan bata tunggal dipengaruhi oleh kekuatan mortar
3 Batas Plastis 27,14 % bata. Untuk mengatasi penurunan nilai kuat tekan ini
4 Indeks Plastisitas 44,73 % dapat dilakukan salah satunya dengan meningkatkan
5 Berat Jenis 2,686 kekuatan mortar itu sendiri. Berdasarkan SNI 15-
4.2 Kuat Tekan Bata Tunggal 2094-2000[3], untuk bata berpasangan semua variasi
penambahan gipsum tidak termasuk ke dalam kelas
Hasil pengujian kuat tekan bata tunggal kuat bata (non kelas).
diperlihatkan pada Gambar 1 berikut ini.
4.00 3.543 3.566
3.345
Berpasangan (MPa)
7.00 3.50
Kuat Tekan Bata
5.824
Kuat Tekan Bata Tunggal
5.627
6.00 5.268 3.00 2.464 2.443
5.00 4.117 2.50
4.00 2.921 2.00
(MPa)
3.00 1.50
2.00 1.00
1.00 0.50
0.00 0.00
0% 5% 10% 15% 20% 0% 5% 10% 15% 20%
Persentase Gipsum Persentase Gipsum
Gambar 1 Grafik Hasil Kuat Tekan Bata Tunggal Gambar 2 Grafik Hasil Kuat Tekan Bata Berpasangan
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa pada 4.4 Perbandingan kuat tekan bata tunggal
penggunaan gipsum 5% kuat tekan bata tunggal dan kuat tekan bata berpasangan
mengalami peningkatan dan merupakan hasil kuat
tekan maksimum yaitu sebesar 5,824 MPa, Kenaikan Perbandingan dan hubungan antara kuat tekan
kuat tekan itu terlihat karena pada kondisi bata tanpa bata tunggal dengan kuat tekan bata pasangan dapat
penambahan gipsum hanya memiliki kuat tekan dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
sebesar 5,627 MPa. Penurunan dari kuat tekan
maksimum mulai terjadi pada variasi penambahan Perbandingan Kuat Tekan
gipsum 10% yaitu sebesar 5,268 MPa, pada variasi
8.00
penambahan gipsum 15% diperoleh kuat tekan
Kuat Tekan (Mpa)
sebesar 4,117 MPa. Kuat tekan minimum terjadi pada 6.00 5.627 5.824
5.268
variasi penambahan gipsum 20% yaitu sebesar 2,921 4.00 4.117
3.543 3.566 3.345
MPa. Penurunan kekuatan bata tersebut disebabkan 2.464 2.921
2.443
2.00
oleh adanya pengurangan nilai keplastisan material
pembentuk batu bata yang besar akibat penggunaan 0.00
0% 5% 10% 15% 20%
gipsum dalam jumlah yang besar terhadap material
Persentase Gipsum
batu bata sehingga menyebabkan kurangnya daya ikat
Kuat Tekan Bata Tunggal
antara lempung, tanah diatomae dan gipsum. Kuat Tekan Bata Berpasangan
Berdasarkan SNI 15-2094-2000[3], untuk bata
tunggal variasi 0% - 10% dapat diklasifikasikan ke Gambar 3 Grafik Perbandingan Nilai Kuat Tekan
dalam kelas bata 50, sedangkan bata tunggal dengan Benda Uji Bata
1.300
1.280 1.265 1.261
1.260 1.246
4.5 Penyerapan Air 1.240
1.234
33.942 1.140
34.00 32.986 0% 5% 10% 15% 20%
31.903
32.00 30.850 Persentase Gipsum
30.00
Gambar 6 Grafik Hasil Pengujian Kerapatan Semu
28.00
0% 5% 10% 15% 20% 4.7 Berat Jenis
Persentase Gipsum
Hasil pengujian berat jenis diperlihatkan pada
Gambar 5 Grafik Hasil Pengujian Penyerapan Air Gambar 7 berikut ini.
2.180
2.172 bata. Berat jenis bata tanpa gipsum sebesar 2,123,
2.162
kemudian naik menjadi 2,131 pada bata dengan
Specific Gravity
2.154
2.160
2.131 variasi gipsum 5%, 2,154 pada bata dengan variasi
2.140 2.123 gipsum 10%, 2,162 pada bata dengan variasi
2.120
gipsum 15%, dan berat jenis maksimun yaitu
2.100 2,172 pada bata dengan variasi gipsum 20%.
2.080
0% 5% 10% 15% 20% 5.2 Saran
Persentase Gipsum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik
dalam pengembangan keilmuan tentang bahan
Gambar 7 Grafik Hasil Pengujian Berat Jenis
bangunan khususnya bata maupun dalam penerapan
secara praktis di lapangan. Diharapkan penelitian
Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan berat jenis lanjutan dapat dilakukan oleh para penelitian lainnya,
bata semakin bertambah dengan adanya penambahan dengan memperhatikan beberapa hal dan saran
gipsum dalam campuran bata. Berat jenis bata tanpa sebagai berikut:
penambahan gipsum yaitu sebesar 2,123, kemudian 1. Dari penelitian ini variasi gipsum yang paling
naik pada variasi 5% menjadi 2,131, dan berat jenis optimum yaitu sebesar 5%.
terus meningkat seiring dengan pertambahan gipsum. 2. Disarankan untuk menggunakan campuran bata
Berat jenis maksimum yaitu sebesar 2,172 pada dengan penambahan gipsum pada kisaran 1%
variasi penambahan gipsum 20%. Hal tersebut terjadi sampai 5% untuk mengevaluasi kenaikan tiap
karena berat jenis gipsum lebih besar dibandingkan variasi.
dengan tanah diatomae. Dengan bertambahnya 3. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk
gipsum pada bata, maka bata akan menjadi lebih pembuatan benda uji lebih dari 3 benda uji guna
berat. mendapatkan Cv yang sangat baik.