Anda di halaman 1dari 7

ISSN 2685-0605

Pengaruh Penambahan Gipsum Terhadap Karakteristik Bata Ringan


Berbahan Dasar Tanah Diatomae
Putri Adnin1Mochammad Afifuddin2Muttaqin3
1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
23
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
Email: putriadnin@gmail.com

Abstract
Brick is one of the building materials widely used as the main ingredient in the construction of house walls and
buildings. The utilization of bricks in construction needs to be improved, one way that could be achieved in this
research was to mix the base material of bricks manufacturing by using diatomaceous earth and gypsum. The
specimens used in this research had the measurement of 21 cm x 11 cm x 4.5 cm, and were made with 5 variations
of gypsum addition were 0%, 5%, 10%, 15% and 20%. The amount of each test object variation was 12 pieces for
each variation, so that made the total of 60 pieces. The testing that was done was the compressive strength, water
absorption, apparent density and specific gravity. The research results showed that the optimum use of gypsum
was at 5% variation with maximum compressive strength of a single brick was 5,824 MPa and 3,566 MPa in
compressive strength test on paired bricks, for the results of the water absorption test showed that the minimum
water absorption of the brick was 30,850% , the apparent density 1,292 grams/cm3. Based on the test results on
brick characteristics, it shows that the optimum gypsum use is at 5% variation.

Keywords: diatomaceous earth, gypsum, lightweight brick, characteristics.

Abstrak
Batu bata merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan sebagai bahan utama dalam
pembuatan dinding rumah dan gedung. Pemanfaatan batu bata dalam konstruksi perlu adanya peningkatan, salah
satu cara yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencampur material dasar pembuatan batu bata dengan
menggunakan tanah diatomae dan gipsum. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 21 cm x 11
cm x 4,5 cm, dibuat dengan 5 variasi penambahan gipsum yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Jumlah masing-
masing benda uji adalah 12 buah benda uji untuk setiap variasi. Pengujian yang dilakukan yaitu kuat tekan,
penyerapan air, kerapatan semu dan berat jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan optimum
gipsum adalah pada variasi 5% dengan hasil kuat tekan bata tunggal maksimum yaitu 5,824 Mpa, kuat tekan bata
berpasangan 3,566 Mpa, penyerapan minimum sebesar 30,850% dan kerapatan semu sebesar 1,292 gram/cm3.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap karakteristik bata, menunjukkan bahwa penggunaan gipsum optimum yaitu
pada variasi 5%.

Kata kunci: tanah diatomae, gipsum, bata ringan, karakteristik.

1. Pendahuluan provinsi Aceh cukup tinggi dengan estimasi


40.353.700 ton (Maulani)[1].
Batu bata termasuk salah satu bahan bangunan Gipsum adalah salah satu mineral dengan kadar
yang banyak digunakan dalam konstruksi bangunan. kalsium yang mendominasi. Menuurut Wibawa [2],
Batu bata umumnya digunakan sebagai bahan utama gipsum yang dicampur lempung dapat mengurangi
dalam pembuatan rumah/gedung. Penggunaan batu retak karena sodium pada tanah tergantikan oleh
bata terus meningkat, dikarenakan adanya kalsium pada gipsum sehingga pengembangannya
pembangunan sarana dan prasarana untuk memenuhi lebih kecil.
kebutuhan manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Secara umum batu bata terbuat dari tanah lempung. bagaimana pengaruh penggunaan gipsum terhadap
Pemanfaatan batu bata dalam konstruksi perlu adanya kuat tekan bata penyerapan air (absorption),
peningkatan. Salah satu cara yang dilakukan pada kerapatan semu (apparent density) dan berat jenis
penelitian ini adalah mencampur material dasar (specific gravity) bata ringan berbahan dasar tanah
pembuatan batu bata dengan menggunakan tanah diatomae dan mencari penggunaan gipsum optimum
diatomae dan gipsum. Tanah diatomae yang agar menghasilkan bata ringan dengan sifat dan
digunakan untuk substitusi diberi perlakuan kalsinasi karakteristik yang lebih baik
± 500°C. Berdasarkan informasi Dinas Pertambangan Ukuran benda uji yang digunakan adalah batu bata
dan Energi Provinsi Aceh tahun 2012, di Kabupaten berukuran 21 cm x 11 cm x 4,5 cm. Tanah diatomae
Aceh Besar sebaran tanah diatomae banyak terdapat merupakan substitusi sebagian tanah lempung dalam
di Desa Lampanah. Deposit tanah diatomae di
Journal of The Civil Engineering Student 43
Vol. 2. No. 1 April 2020, Halaman 43 - 49
ISSN 2685-0605

campurannya yaitu sebesar 50%. Jumlah substitusi Dalam pemanfaatan lempung untuk pembuatan
gipsum terhadap tanah diatomae digunakan 5 variasi, batu bata, harus diperhatikan beberapa hal yaitu:
yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari volume tanah 1. Lempung yang digunakan harus memenuhi sifat
diatomae. Jumlah benda uji masing-masing untuk plastis dan kohesif sehingga dapat mudah
setiap pengujian 3 buah dengan total yang digunakan dibentuk. Lempung yang memiliki nilai plastis
60 buah benda uji. Untuk pengujian kuat tekan bata yang tinggi dapat menyebabkan batu bata yang
berpasangan, penyerapan air dan kerapatan semu dibentuk akan meledak, retak atau pecah saat
berdasarkan SNI 15-2094-2000[3], untuk pengujian dibakar;
kuat tekan bata tunggal berdasarkan ASTM C67- 2. Lempung harus mempunyai kekuatan kering
03[4] dan untuk pengujian berat jenis bata tinggi dan susut kering rendah (maksimum 10%);
berdasarkan ASTM C373-88[5]. 3. Tidak boleh mengandung butiran kapur dan
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh kerikil lebih besar dari 5 mm; dan
penambahan gipsum dalam pembuatan campuran bata 4. Lempung berpasir akan menghasilkan produk batu
ringan terhadap sifat fisis dan sifat mekanis bata bata yang lebih baik jika dibandingkan dengan
ringan. Nilai kuat tekan bata tunggal maksimum penggunaan lempung murni.
sebesar 5,824 MPa yaitu pada bata dengan variasi
gipsum sebesar 5%. Nilai kuat tekan bata berpasangan 2.3 Tanah Diatomae
jenis ini turun menjadi 3,566 MPa akibat adanya Tanah diatomae dengan rumus kimia (SiO2.nH2O)
pengaruh mortar. Penyerapan air minimum yaitu adalah batuan sedimen silika terutama yang terdiri
sebesar 30,850% terdapat pada bata dengan variasi dari sisa kerangka fosil tumbuhan air, ganggang yang
gipsum 5%. Nilai penyerapan air pada bata ringan bersel tunggal. Hasil pemeriksaan sifat kimia yang
dalam penelitian ini tidak ada yang memenuhi syarat dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri
SNI 15-2094-2000[3]. Berdasarkan pengujian Banda Aceh, menunjukkan tanah diatomae yang
kerapatan semu, besarnya kerapatan semu bata ringan berasal dari Desa Lampanah, Aceh Besar memiliki
maksimum adalah 1,292 gram/cm3 pada bata dengan kandungan SiO2 sebesar 58,87 %, CaO sebesar
variasi gipsum sebesar 5%. Nilai tersebut lebih tinggi 12,20%, Fe2O3 sebesar 2,25 %, dan Al2O3 sebesar
dibandingkan dengan bata ringan tanpa penambahan 0,39 %. Berat jenis tanah diatomae sebesar 1,877
gipsum. Kerapatan semu minimum terdapat pada (Handayani) [6].
variasi gipsum sebesar 20% yaitu 1,200 gram/cm3. Selain ringan, tanah diatomae memiliki sifat
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap berat jenis pozzolan sehingga dapat digunakan untuk membuat
bata menunjukkan dengan adanya penambahan batu bata ringan sebagaimana hasil penelitian
gipsum dalam campuran bata menyebabkan nilai Pimraksa dan Chindaprasirt [7]. Pimraksa dan
berat jenis bata semakin bertambah. Berat jenis Chindaprasirt membuat batu bata ringan dengan
minimun yaitu 2,123 pada bata tanpa penambahan menggunakan diatomae, kemudian membandingkan
gipsum dan berat jenis maksimum yaitu 2,172 pada kekuatan yang dihasilkan dari proses kalsinasi dan
bata dengan variasi gipsum 20%. tanpa kalsinasi. Tanah diatomae yang digunakan
berasal dari Provinsi Lampang, Thailand Utara,
2. Tinjauan Kepustakaan dicampur dengan 15% kapur serta 5% gipsum
menunjukkan kekuatan yang cukup tinggi, yaitu 14,5
2.1 Batu Bata MPa dan densitas yang rendah, yaitu 0,88 gram/cm3.
Definisi batu bata menurut SNI 15-2094-2000[3] Kekuatan yang lebih tinggi (17,5 MPa) dan densitas
merupakan bahan bangunan yang berbentuk prisma lebih rendah (0,73 gram/cm3) didapatkan dengan
segiempat panjang, digunakan untuk konstruksi menggunakan diatomae hasil kalsinasi pada suhu
dinding bangunan yang dibuat dari tanah lempung 500oC.
dengan atau tanpa dicampur bahan aditif dan dibakar 2.4 Gipsum
pada suhu tertentu.
Gipsum adalah salah satu contoh mineral dengan
2.2 Tanah Lempung kadar kalsium yang mendominasi. Gipsum yang
Tanah lempung merupakan bahan utama material paling umum ditemukan adalah jenis hidrat kalsium
dari pembuatan batu bata dimana kandungan sulfat dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. Dalam
utamanya adalah silika dan alumina. Tanah lempung bentuk murni gipsum berupa kristal berwarna putih
mempunyai sifat yang dalam keadaan kering akan dan berwarna abu-abu, kuning, jingga atau hitam bila
bersifat keras, apabila dalam keadaan basah akan kurang murni.
bersifat lunak plastis dan kohesif, mengembang dan Keuntungan penggunaan serbuk gipsum sebagai
menyusut dengan cepat sehingga mempunyai berikut (Wibawa)[2]:
perubahan volume yang besar dan itu terjadi karena 1. Gipsum yang dicampur lempung dapat
pengaruh air, berkurang kuat gesernya bila struktur mengurangi retak karena sodium pada tanah
tanahnya terganggu. tergantikan oleh kalsium pada gipsum sehingga
pengembangannya lebih kecil;

Journal of The Civil Engineering Student 44


Vol. 2. No. 1 April 2020, Halaman 43 - 49
ISSN 2685-0605

2. Gipsum dapat meningkatkan stabilitas tanah ke dalam air (gram); dan


organik karena mengandung kalsium yang dw = Kerapatan (density) air = 1,0 gr/cm3.
mengikat tanah bermateri organik terhadap
lempung yang memberikan stabilitas terhadap 2.6.3 Berat jenis (specific gravity)
agregat tanah; dan Berdasarkan ASTM C373-88[5], berat jenis bata
3. Gipsum meningkatkan kecepatan rembesan air, dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
dikarenakan gipsum lebih menyerap banyak air.
𝐷
2.5 Air T = (𝐷−𝑆) ........................................................ 3)

Air berfungsi sebagai bahan pelunak sekaligus Keterangan:


dapat digunakan untuk merendam Untuk T = Berat jenis (specific gravity);
mendapatkan kualitas batu bata yang maksimal, maka D = Berat bata kering oven (gram); dan
air yang digunakan harus disesuaikan dengan standar S = Berat bata menggantung di air (gram).
yang ada.
Berdasarkan Standar SK SNI S-04-1989-F 2.7 Pengujian Kuat Tekan Bata
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A[8], 2.7.1 Pengujian kuat tekan bata tunggal
persyaratan air yang digunakan adalah air harus
bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda Standar pengujian kuat tekan bata tunggal
melayang, yang dapat dilihat secara visual, tidak merujuk pada American Society for Testing and
mengandung garam-garam yang dapat larut dan Materials (ASTM) C67–03[4] tentang Metode
merusak lebih dari 15 gram/liter, tidak mengandung Standar Pengujian untuk Bata Struktural. Pengujian
klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter; dan tidak kat tekan ini dilakukan pada bata utuh sesuai kondisi
mengandung senyawa sulfat (sebagai SO3) lebih dari lapangan untuk mengetahui kuat tekannya. Adapun
1 gram/liter. persamaan kuat tekan yang diberikan adalah:
2.6 Sifat Fisis Bata 𝑊
𝐶= 𝐴
........................................................ 4)
2.6.1 Penyerapan air
Keterangan:
Salah satu sifat bata yang berpengaruh terhadap
C = Kuat tekan bata (kg/cm2);
kekuatan pekerjaan bata adalah penyerapan air.
W = Beban maksimum (kg); dan
Penyerapan air maksimum bata merah pasangan
A = Luas permukaan benda uji (cm2).
dinding adalah 20%. Pekerjaan dinding dengan
penyerapan air yang tidak sesuai dapat menimbulkan
2.7.2 Pengujian kuat tekan bata berpasangan
retak-retak. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung penyerapan (absorption) batu bata Dalam penelitian ini digunakan metode pengujian
adalah: kuat tekan bata berdasarkan SNI 15-2094-2000[3].
Nilai kuat tekan dihitung dengan menggunakan
𝐴−𝐵
Penyerapan = × 100% .......................... 1) Persamaan 4. Berdasarkan SNI 15-2094-2000[3]
𝐵
besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi
Keterangan: yang diijinkan untuk bata merah untuk pasangan
A = Berat benda uji setelah direndam dalam air selama dinding sesuai Tabel 1.
24 jam sampai jenuh (gram); dan Tabel 1 Klasifikasi kekuatan bata
B = Berat benda uji setelah dioven (gram). Kekuatan Tekan Rata-Rata
Koefisien
Kelas Minimum Bata yang Diuji
2.6.2 Kerapatan semu (apparent density) Variasi Izin
Kg/cm2 MPa
50 50 5 22%
Kerapatan semu minimum bata merah pasangan
100 100 10 15%
dinding berdasarkan SNI 15-2094-2000[3] adalah 1,2
150 150 15 15%
gram/cm3. Persamaan yang digunakan dalam Sumber : SNI 15-2094-2000
menghitung densitas atau kerapatan batu bata adalah:

𝑀𝑑 3. Metode Penelitian
𝑄𝑠𝑐ℎ = 𝑐−𝑏 × 𝑑𝑤 ......................................... 2)
3.1 Rancangan Penelitian
Keterangan: Pada penelitian ini dilakukan pengujian kuat tekan
Qsch = Kerapatan semu (gr/cm3); bata berpasangan berdasarkan SNI 15-2094-2000[3],
Md = Berat benda uji (gram); kuat tekan bata tunggal berdasarkan ASTM C67-
b = Berat benda uji ditimbang menggantung di 03[4], penyerapan air, kerapatan semu dan berat jenis
dalam air (gram); bata ringan yang berbahan dasar tanah lempung dan
c = Berat benda uji ditimbang setelah dimasukkan tanah diatomae dengan variasi penambahan gipsum.

Journal of The Civil Engineering Student 45


Vol. 2. No. 1 April 2020, Halaman 43 - 49
ISSN 2685-0605

Penelitian ini menggunakan variasi penambahan uji ditimbang kembali beratnya (B). Penyerapan air
gipsum 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat dihitung menggunakan Persamaan 1.
volume tanah diatomae. Variasi 0% digunakan
sebagai kontrol dari variasi gipsum yang ditambahkan 3.5 Pengujian Kerapatan Semu dan Berat
dalam pembuatan bata ringan. Jenis
3.2 Sumber Data Langkah-langkah pengujian kerapatan semu yaitu
benda uji bata dikeringkan di oven pengering selama
Data-data yang mendukung untuk penelitian ini 24 jam, kemudian bata didinginkan. Berat benda uji
diperoleh dari berbagai pengujian yang dilakukan di dalam keadaan kering ditimbang (Md), selanjutnya
laboratorium, hasil-hasil penelitian terdahulu, dan benda uji dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air.
literatur lainnya sebagai sumber data. Data yang Berat benda uji selama menggantung di dalam air juga
dikumpulkan meliputi data pemeriksaan berat volume ditimbang beratnya (b). Kemudian benda uji
tanah lempung, pasir, tanah diatomae dan gipsum, dikeluarkan dari air dan diseka dengan kain lap, lalu
data pemeriksaan sifat fisis tanah lempung, ditimbang beratnya (c). Setelah itu hitung kerapatan
penyerapan air, kerapatan semu, berat jenis dan semu sesuai dengan Persamaan 2. Dari hasil pengujian
pengujian kuat tekan bata ringan. kerapatan semu, bata dihitung berat jenisnya
menggunakan persamaan 3.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan 3.6 Pengujian Kuat Tekan Bata Tunggal
Sebelum pengujian, benda uji dioven terlebih
Pekerjaan persiapan yang dilakukan meliputi dahulu pada suhu 110–115°C selama 24 jam.
penyediaan alat dan bahan/material yang digunakan Kemudian benda uji diukur dimensi dan ditimbang
untuk penelitian ini seperti tanah lempung, tanah beratnya. Pengujian dilakukan meggunakan mesin uji
diatomae, gipsum, pasir dan air. Tanah yang tekan. Benda uji yang telah dipersiapkan ditempatkan
digunakan adalah jenis tanah lempung. Tanah diantara dua pelat pembebanan. Pengujian ini
diatomae yang digunakan telah dikalsinasi terlebih dilakukan dengan memberikan beban arah vertikal
dahulu dan ditumbuk menggunakan lesung dan secara perlahan-lahan hingga benda uji hancur. Hal ini
diayak agar memudahkan dalam pencampuran berdasarkan metode yang digunakan pada ASTM
dengan tanah lempung. Gipsum yang digunakan C67–03[4]. Besarnya kuat tekan bata tunggal dihitung
diletakkan di ruang tertutup dan diberi alas berdasarkan Persamaan 4.
dibawahnya.
3.7 Pengujian Kuat Tekan Bata Berpasangan
3.3.2 Pemeriksaan sifat fisis tanah lempung
Benda uji yang sudah siap dicetak dan dibakar,
Pemeriksaan sifat fisis yang dilakukan terhadap kemudian dipotong di bagian tengah bata
tanah lempung bertujuan untuk mengetahui baik menggunakan gergaji listrik menjadi dua bagian.
tidaknya jenis tanah yang digunakan sebagai bahan Tiap-tiap potongan bata yang satu ditumpukkan pada
pembentuk bata, untuk mengetahui jenis tanah yang potongan yang lain. Antara kedua bata diisi mortar
digunakan dan menentukan kadar air yang digunakan setebal 6 mm. Adukan mortar dibuat terdiri dari pasir
dalam pembuatan batu bata. Kadar air optimum yang dan bahan perekat sebagai berikut: 1 bagian berat
digunakan pada pembuatan batu bata disesuaikan Semen Portland + 3 bagian berat pasir + air seberat
dengan batas plastis dari tanah lempung. Pemeriksaan 60%-70% dari berat semen, diaduk hingga merata.
sifat-sifat fisis tanah lempung yang dilakukan Keesokan harinya, benda uji direndam dalam air
didasarkan pada standar SNI sebagai berikut : bersih dengan suhu ruangan selama 24 jam, kemudian
1. Batas cair tanah (SNI 1967-2008); diangkat dan bidang-bidangnya diseka menggunakan
2. Batas plastis dan indeks plastisitas tanah (SNI kain lap untuk menghilangkan air yang berlebihan.
1966-2008); dan Benda uji yang telah dipersiapkan ditempatkan
3. Berat jenis tanah (SNI 1964-2008). diantara dua pelat pembebanan. Pengujian kuat tekan
Pengujian sifat fisis tanah lempung dilakukan di bata berpasangan ini dilakukan sama dengan
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik pengujian kuat tekan bata tunggal yaitu dengan
Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. memberikan beban arah vertikal secara perlahan-
lahan hingga benda uji hancur. Batu bata diuji dengan
3.4 Pengujian Penyerapan Air
mesin uji kuat tekan hingga hancur. Kemudian kuat
Pengujian penyerapan air dilakukan dengan cara tekan dapat dihitung menggunakan Persamaan 4.
benda uji direndam dalam air selama 24 jam sampai Pengujian dilakukan pada masing-masing batu bata.
jenuh, kemudian ditimbang beratnya (A). Benda uji
dikeringkan di oven pada suhu (100–110)°C selama
24 jam. Selanjutnya benda uji dikeluarkan dari oven
dan didinginkan hingga mencapai suhu kamar. Benda

Journal of The Civil Engineering Student 46


Vol. 2. No. 1 April 2020, Halaman 43 - 49
ISSN 2685-0605

4. Hasil dan Pembahasan variasi 15% dan 20% tidak memenuhi nilai kelas kuat
bata (non kelas).
4.1 Sifat Fisis Tanah Lempung
4.3 Pengujian Kuat Tekan Bata Berpasangan
Hasil pemeriksaan sifat fisis tanah lempung yaitu
kadar air, batas cair, batas plastis dan indeks Hasil pengujian kuat tekan bata berpasangan
plastisitas diperlihatkan pada Tabel 2 berikut ini. diperlihatkan pada Gambar 2 berikut ini. Berdasarkan
Berdasarkan hasil pengujian tersebut menunjukkan Gambar 2 nilai kuat tekan bata berpasangan
bahwa tanah yang digunakan adalah jenis tanah maksimum sebesar 3,566 MPa yaitu pada variasi
lempung anorganik dan dapat digunakan sebagai penambahan gipsum 5%, terjadi penurunan sebesar
pembentuk bata. 38,78% dari kuat tekan bata tunggal, sama halnya
dengan kuat tekan bata tunggal, setelah penambahan
variasi 5% gipsum bata mengalami penurunan kuat
Tabel 2 Sifat fisis tanah lempung tekan. Nilai minimumnya 2,443 MPa yaitu pada
No Pemeriksaan Sifat Fisis Hasil Satuan variasi penambahan gipsum 20%. Penurunan kuat
1 Kadar Air 22,45 % tekan bata berpasangan dibandingkan dengan kuat
2 Batas Cair 71,86 % tekan bata tunggal dipengaruhi oleh kekuatan mortar
3 Batas Plastis 27,14 % bata. Untuk mengatasi penurunan nilai kuat tekan ini
4 Indeks Plastisitas 44,73 % dapat dilakukan salah satunya dengan meningkatkan
5 Berat Jenis 2,686 kekuatan mortar itu sendiri. Berdasarkan SNI 15-
4.2 Kuat Tekan Bata Tunggal 2094-2000[3], untuk bata berpasangan semua variasi
penambahan gipsum tidak termasuk ke dalam kelas
Hasil pengujian kuat tekan bata tunggal kuat bata (non kelas).
diperlihatkan pada Gambar 1 berikut ini.
4.00 3.543 3.566
3.345
Berpasangan (MPa)
7.00 3.50
Kuat Tekan Bata

5.824
Kuat Tekan Bata Tunggal

5.627
6.00 5.268 3.00 2.464 2.443
5.00 4.117 2.50
4.00 2.921 2.00
(MPa)

3.00 1.50
2.00 1.00
1.00 0.50
0.00 0.00
0% 5% 10% 15% 20% 0% 5% 10% 15% 20%
Persentase Gipsum Persentase Gipsum

Gambar 1 Grafik Hasil Kuat Tekan Bata Tunggal Gambar 2 Grafik Hasil Kuat Tekan Bata Berpasangan

Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa pada 4.4 Perbandingan kuat tekan bata tunggal
penggunaan gipsum 5% kuat tekan bata tunggal dan kuat tekan bata berpasangan
mengalami peningkatan dan merupakan hasil kuat
tekan maksimum yaitu sebesar 5,824 MPa, Kenaikan Perbandingan dan hubungan antara kuat tekan
kuat tekan itu terlihat karena pada kondisi bata tanpa bata tunggal dengan kuat tekan bata pasangan dapat
penambahan gipsum hanya memiliki kuat tekan dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
sebesar 5,627 MPa. Penurunan dari kuat tekan
maksimum mulai terjadi pada variasi penambahan Perbandingan Kuat Tekan
gipsum 10% yaitu sebesar 5,268 MPa, pada variasi
8.00
penambahan gipsum 15% diperoleh kuat tekan
Kuat Tekan (Mpa)

sebesar 4,117 MPa. Kuat tekan minimum terjadi pada 6.00 5.627 5.824
5.268
variasi penambahan gipsum 20% yaitu sebesar 2,921 4.00 4.117
3.543 3.566 3.345
MPa. Penurunan kekuatan bata tersebut disebabkan 2.464 2.921
2.443
2.00
oleh adanya pengurangan nilai keplastisan material
pembentuk batu bata yang besar akibat penggunaan 0.00
0% 5% 10% 15% 20%
gipsum dalam jumlah yang besar terhadap material
Persentase Gipsum
batu bata sehingga menyebabkan kurangnya daya ikat
Kuat Tekan Bata Tunggal
antara lempung, tanah diatomae dan gipsum. Kuat Tekan Bata Berpasangan
Berdasarkan SNI 15-2094-2000[3], untuk bata
tunggal variasi 0% - 10% dapat diklasifikasikan ke Gambar 3 Grafik Perbandingan Nilai Kuat Tekan
dalam kelas bata 50, sedangkan bata tunggal dengan Benda Uji Bata

Journal of The Civil Engineering Student 47


Vol. 2. No. 1 April 2020, Halaman 43 - 49
ISSN 2685-0605

34,637% pada bata dengan variasi gipsum 20%


Hubungan Kuat Tekan Bata Tunggal dan
Kuat Tekan Bata Berpasangan sedangkan nilai penyerapan air minimum sebesar
30,850% pada bata dengan variasi gipsum 5%.
Kuat Tekan Bata Berpasangan (MPa)

4.00 Penyerapan air yang besar disebabkan kurangnya


3.00
pemadatan saat proses pencetakan bata. Gipsum
mempunyai sifat cepat mengeras dan mudah
2.00 menyerap air. Semakin banyak penggunaan gipsum
pada batu bata mengakibatkan terjadinya pori atau
1.00
adanya retak-retak pada batu bata karena ikatan antara
0.00 partikel gipsum dengan tanah liat semakin tidak
2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 seimbang, sehingga menyebabkan daya resapan air
Kuat Tekan Bata Tunggal (MPa) bata meningkat. Nilai penyerapan air bata ringan ini
tidak ada yang memenuhi standar SNI 15-2094-
Gambar 4 Grafik Hubungan Kuat Tekan Bata Tunggal 2000[2].
dan Kuat Tekan Bata Berpasangan
4.6 Kerapatan Semu
Berdasarkan pengujian kuat tekan bata pasangan Hasil pengujian kerapatan semu diperlihatkan
diperoleh hasil yang berbeda dengan nilai kuat tekan pada Gambar 6 berikut ini.
bata tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan kerapatan
mortar bata berpengaruh terhadap kuat tekan bata itu semu variasi gipsum 5% lebih besar dibandingkan
sendiri. Kuat tekan bata tunggal lebih besar dari pada dengan kerapatan semu bata tanpa gipsum. Namun
kuat tekan bata berpasangan. Kekuatan mortar yang dari grafik juga terlihat penurunan kerapatan semu
berada di bawah kuat tekan bata tunggal akan pada saat penambahan variasi gipsum. Besarnya
menurunkan nilai kuat tekan bata berpasangan kerapatan semu yang terbentuk sangat dipengaruhi
tersebut. Kerusakan awal akibat beban tekan bata oleh keakuratan saat mencetak dan penimbangan tiap
berpasangan bermula dari mortar bata tersebut, bata. Kerapatan semu maksimum terjadi pada variasi
dikarenakan pada saat pembuatan mortar, air yang ada penambahan gipsum 5% yaitu sebesar 1,292
pada mortar diserap oleh bata. Hasil kuat tekan bata gram/cm3. Kerapatan semu minimum yaitu sebesar
berpasangan jauh lebih rendah jika dibandingkan 1,234 gram/cm3 yaitu pada variasi penambahan
dengan kuat tekan bata tunggal. Hubungan antara kuat gipsum 20%. Kerapatan semu bata ringan berbahan
tekan bata berpasangan dan kuat tekan bata tunggal dasar tanah diatomae dengan penambahan variasi
dapat dinyatakan sebagai berikut: gipsum pada penelitian ini mempunyai kerapatan
semu yang lebih rendah dibandingkan dengan bata
f’cb = 0,441 f’ct + 0,976 ................................ 5) merah 100% tanah lempung yang memiliki nilai
kerapatan semu 1,681 gram/cm3.
Dimana:
f’cb = kuat tekan bata berpasangan (MPa); dan
f’ct = kuat tekan bata tunggal (MPa). 1.320 1.292
Kerapatan Semu (gram/cm3)

1.300
1.280 1.265 1.261
1.260 1.246
4.5 Penyerapan Air 1.240
1.234

Hasil pengujian penyerapan air diperlihatkan pada 1.220


1.200
Gambar 5 berikut ini. 1.180
36.00 34.637 1.160
Penyerapan Air (%)

33.942 1.140
34.00 32.986 0% 5% 10% 15% 20%
31.903
32.00 30.850 Persentase Gipsum
30.00
Gambar 6 Grafik Hasil Pengujian Kerapatan Semu
28.00
0% 5% 10% 15% 20% 4.7 Berat Jenis
Persentase Gipsum
Hasil pengujian berat jenis diperlihatkan pada
Gambar 5 Grafik Hasil Pengujian Penyerapan Air Gambar 7 berikut ini.

Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan penurunan


penyerapan air minimum pada bata dengan variasi
gipsum 5%. Namun penyerapan terus bertambah pada
saat penambahan variasi gipsum sebesar 10% - 20%.
Nilai penyerapan air maksimum bata sebesar
Journal of The Civil Engineering Student 48
Vol. 2. No. 1 April 2020, Halaman 43 - 49
ISSN 2685-0605

2.180
2.172 bata. Berat jenis bata tanpa gipsum sebesar 2,123,
2.162
kemudian naik menjadi 2,131 pada bata dengan
Specific Gravity
2.154
2.160
2.131 variasi gipsum 5%, 2,154 pada bata dengan variasi
2.140 2.123 gipsum 10%, 2,162 pada bata dengan variasi
2.120
gipsum 15%, dan berat jenis maksimun yaitu
2.100 2,172 pada bata dengan variasi gipsum 20%.
2.080
0% 5% 10% 15% 20% 5.2 Saran
Persentase Gipsum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik
dalam pengembangan keilmuan tentang bahan
Gambar 7 Grafik Hasil Pengujian Berat Jenis
bangunan khususnya bata maupun dalam penerapan
secara praktis di lapangan. Diharapkan penelitian
Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan berat jenis lanjutan dapat dilakukan oleh para penelitian lainnya,
bata semakin bertambah dengan adanya penambahan dengan memperhatikan beberapa hal dan saran
gipsum dalam campuran bata. Berat jenis bata tanpa sebagai berikut:
penambahan gipsum yaitu sebesar 2,123, kemudian 1. Dari penelitian ini variasi gipsum yang paling
naik pada variasi 5% menjadi 2,131, dan berat jenis optimum yaitu sebesar 5%.
terus meningkat seiring dengan pertambahan gipsum. 2. Disarankan untuk menggunakan campuran bata
Berat jenis maksimum yaitu sebesar 2,172 pada dengan penambahan gipsum pada kisaran 1%
variasi penambahan gipsum 20%. Hal tersebut terjadi sampai 5% untuk mengevaluasi kenaikan tiap
karena berat jenis gipsum lebih besar dibandingkan variasi.
dengan tanah diatomae. Dengan bertambahnya 3. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk
gipsum pada bata, maka bata akan menjadi lebih pembuatan benda uji lebih dari 3 benda uji guna
berat. mendapatkan Cv yang sangat baik.

5. Kesimpulan dan Saran 6. Daftar Kepustakaan


5.1 Kesimpulan [1] Maulani, E., 2015, Pemakaian Tanah Diatomae
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil sebagai Substitusi Semen dan Aditif Untuk
penelitian pengaruh penambahan gipsum terhadap Produksi Beton Normal, Universitas Syiah
karakteristik bata ringan berbahan dasar tanah Kuala, Banda Aceh.
diatomae adalah sebagai berikut: [2] Wibawa, A., 2015, Pengaruh Penambahan
1. Nilai optimal kuat tekan bata terdapat pada Limbah Gypsum Terhadap Nilai Kuat Geser
penggunaan gipsum sebanyak 5%. Nilai kuat Tanah lempung, Universitas Bangka Belitung,
tekan bata tunggal maksimum diperoleh sebesar Bangka Belitung.
5,824 MPa. Namun nilai kuat tekan bata ini turun [3] Anonim, 2000, Standar Nasional Indonesia (SNI
sebesar 38,78% menjadi 3,566 MPa pada bata 15-2094-2000) tentang Bata Merah Pejal untuk
berpasangan. Hal ini terjadi karena adanya Pasangan Dinding, Badan Standardisasi
pengaruh mortar. Nasional, Bandung.
2. Pada hasil pengujian kuat tekan bata tunggal, bata [4] ASTM C67-03, 2003, Standard Test Methods
dengan variasi gipsum 0%, 5% dan 10% dapat for Sampling and Testing Brick and Structural
diklasifikasikan ke dalam kelas bata 50 Clay Tile, Annual Book of ASTM Standards.
berdasarkan SNI 15-2094-2000. Untuk bata [5] ASTM C373-88, 1999, Standard Test Method
dengan variasi gipsum 15% dan 20% tidak for Water Absorption, Bulk Density, Apparent
memenuhi syarat kelas kuat bata (non kelas). Porosity, and Apparent Specific Gravity of Fired
3. Pada hasil pengujian kuat tekan bata berpasangan, Whiteware Products, Annual Book of ASTM
semua variasi penambahan gipsum tidak Standards.
memenuhi syarat kelas kuat bata. [6] Handayani, S., 2017, Aplikasi Tanah Diatomae
4. Penyerapan air minimun diperoleh sebesar sebagai Substitusi Semen dan Bahan Tambah
30,850% pada bata dengan variasi gipsum 5%. Terhadap Sifat Mekanis Beton Normal,
Penyerapan air terus meningkat dengan adanya Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
penambahan gipsum. Nilai penyerapan air ini [7] Pimraksa, K., dan Chindaprasirt, P., 2009,
tidak memenuhi syarat SNI 15-2094-2000. Lightweight Bricks Made of Diatomaceous
5. Besarnya kerapatan semu maksimum bata adalah Earth, Lime and Gypsum, Ceramic International
1,292 gram/cm3 pada bata dengan variasi gipsum Res (2008), halaman 471-478.
5%, sedangkan kerapatan semu minimum yaitu [8] Anonim, 1989, SK SNI S-04-1989-F:
sebesar 1,234 gram/cm3. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, Bahan
6. Berat jenis bata semakin meningkat dengan Bangunan Bukan Logam, Badan Standardisasi
adanya penambahan gipsum dalam campuran Nasional, Bandung.

Journal of The Civil Engineering Student 49


Vol. 2. No. 1 April 2020, Halaman 43 - 49

Anda mungkin juga menyukai