Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SILIKA DALAM BOTTOM ASH DAN SUHU

PEMBAKARAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BATU BATA

Eko Wahyu Astriana (1631410041), Kiptiyatul Qomariyah (1631410098)

Pembimbing : Drs. Mufid, M.T.

ABSTRAK Keywords: clay, bottom ash, compressive strength,


Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk fuel shrinkage, porosity.
mengetahui pengaruh silika dalam bottom ash dan
suhu pembakaran terhadap sifat mekanik batu bata. 1. Pendahuluan
Sifat mekanik batu bata dalam penelitian ditinjau Pembangunan hijau (green construction)
berdasarkan kuat tekan, susut bakar, dan porositas. merupakan pembangunan dimana menggunakan
Penelitian ini menggunakan bahan baku berupa limbah yang selama ini dibuang atau dianggap bahan
tanah liat dan bottom ash dengan komposisi tertentu sisa dijadikan sebagai bahan bangunan. Dalam
(%b/b). Sampel yang digunakan berukuran 10 cm x penelitian ini menggunakan limbah bottom ash.
10 cm x 1,5 cm untuk uji tekan dan 5 cm x 5 cm x Bottom ash merupakan limbah pembakaran batu
1,5 cm untuk uji porositas, uji susut bakar, dan uji bara, dimana jumlahnya akan terus bertambah
silika dengan jumlah sampel yang dibuat sebanyak selama industri terus berproduksi. Saat ini
54 sampel untuk keseluruhan. Selanjutnya dilakukan penanganan limbah hanya dilakukan dengan cara
pembakaran menggunakan furnace dengan variasi menimbunnya di lahan kosong. Penanganan limbah
suhu 850°C, 900°C, dan 950°C. Hasil dari penelitian dengan cara penimbunan dapat berpotensi bahaya
uji kandungan silika menunjukkan bahwa bagi lingkungan dan masyarakat sekitar, seperti
kandungan silika meningkat setelah dilakukan logam-logam dalam abu batu bara yang terekstrak
pembakaran. Untuk uji sifat mekanik, empat dari dan terbawa ke perairan, abu batu bara tertiup angin
tujuh sampel batu bata telah memenuhi standar kuat sehingga mengganggu pernafasan dan lain-lain.
tekan berdasarkan SII-0021-1978 kategori kelas 2,5- Untuk menekan jumlah residu limbah batu bara
5 N/mm2, empat dari lima belas batu bata memenuhi tersebut, maka diperlukan adanya inovasi yaitu salah
standar susut bakar yaitu <2,5 % dan hampir semua satunya dengan memanfaatkan bottom ash sebagai
uji porositas memenuhi standar yaitu <20%. campuran pembuatan batu bata.
Suseno (2012) menyatakan penambahan
Kata kunci: tanah liat, bottom ash, silika, kuat bottom ash pada pembuatan batu bata dapat
tekan, susut bakar, porositas. meningkatkan nilai kuat tekan. Sifat kimia bottom
ash hampir sama dengan lempung. Maka terdapat
ABSTRACT peluang untuk menggantikan lempung dengan
This research was aimed to determine the effect of bottom ash. Komposisi bottom ash yang digunakan
silica in the bottom ash and the combustion pada penelitian ini adalah 0%, 10%, 20%, 30%,
temperature on the mechanical properties of bricks. 35%, 40%, 45%, 50%, 55%, dan 60% (%b/b) dari
These properties were observed based on the tanah liat. Kuat tekan yang dihasilkan pada
compressive strength, fuel shrinkage, and porosity. komposisi bottom ash 0% didapatkan sebesar 10,46
This research used raw materials in the form of clay kg/cm2. Kuat tekan maksimum didapatkan pada
and bottom ash with certain composition (% b/b). campuran tanah liat 60% (%b/b) dengan bottom ash
The sample used 10 cm x 10 cm x 1.5 cm for the 40% (%b/b) yaitu sebesar 12,88 kg/cm2.
compressive test and 5 cm x 5 cm x 1.5 cm for the Peneliti lain, Ardi, (2016) telah melakukan
porosity test, fuel shrinkage test, and silica test with pembuatan batu bata dengan campuran tanah liat,
the total number of samples is 54. Furthermore, the pasir, air, dan campuran serbuk limbah botol kaca,
combustion process was carried out using furnaces dalam proses pengeringan dilakukan 1-2 hari
with variations in temperatures of 850 °C, 900 °C, kemudian pembakaran di dalam tanur dengan suhu
and 950 °C. The results of this silica content test 900oC selama 3,5 jam. Kemudian batu bata diuji tiga
showed that the silica content increased after the parameter yaitu kuat tekan, daya serap air, dan
process of combustion. For the mechanical densitas. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai
properties test, four out of the seven brick samples kuat tekan batu bata yang terbuat dari 100 % (%b/b)
met the compressive strength standard based on SII- tanah liat sebesar 229,97 kg/cm2. Metode yang
0021-1978 class 2.5-5 N/mm2 category, four out of dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode
fifteen bricks met the fuel shrinkage standard which sama seperti yang dilakukan penelitian oleh Ardi
was <2.5% and almost all porosity tests met the (2016) dikarenakan nilai kuat tekan yang didapat
standards of <20%. masuk ke dalam kelas 250 (kelas tertinggi).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ardi (2016) Sifat mekanik batu bata adalah sifat yang ada pada
tidak melakukan variasi suhu pembakaran yang batu bata jika dibebani atau dipengaruhi dengan
digunakan sehingga untuk penelitian ini akan perlakuan tertentu. Sifat mekanis batu bata meliputi
divariasikan suhu pembakaran untuk melihat kerapatan semu (Apparent density), Penyerapan air,
bagaimana pengaruh suhu pembakaran terhadap sifat Kadar air, Berat jenis, Initial Rate of Suction (IRS)
mekanik batu bata. dari batu bata, dan kuat tekan.
Darmawan (2008) menyatakan faktor yang Tabel 2.1 Kekuatan tekan rata-rata batu bata
mempengaruhi nilai kuat tekan adalah kandungan (SII-0021-1978)
silika. Semakin banyak kandungan silika maka kuat Kekuatan tekan rata-rata batu
tekan batu bata akan semakin kuat, hal ini karena
Kelas bata
silika akan banyak bereaksi dengan kalsium
Kg/cm2 N/mm2
hidroksida sehingga kuat tekan akan semakin
meningkat. Penelitian pemanfaatan bottom ssh 25 25 2,5
sebagai bahan campuran batu bata bertujuan untuk 50 50 5,0
mengetahui pengaruh kandungan silika dan suhu 100 100 10
pembakaran terhadap sifat mekanik batu bata. 150 150 15
Penelitian ini bersifat eksperimental, dimana 200 200 20
peneliti akan melakukan percobaan di laboratorium 250 250 25
dengan menggunakan tanah liat yang berasal dari (Sumber: SII-0021-78)
Desa Randuagung.sebagai bahan baku utama
penelitian dan bottom ash dari PLTU Adipala 1.2 Bahan penyusun batu bata
sebagai bahan tambahan. Bahan utama dan bahan Bahan utama penyusun batu bata adalah tanah
tambahan akan melalui proses pencampuran dan liat dan air. Tanah liat merupakan bahan dasar dalam
proses pembakaran mengunakan furnace. Penelitian pembuatan batu bata yang memiliki sifat plastis dan
ini akan dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik susut kering. Sifat plastis tanah liat sangat penting
Kimia dan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang untuk mempermudah dalam proses awal pembuatan
serta PT. Holcim Indonesia Tbk. Parameter yang batu bata. Apabila tanah liat yang dipakai terlalu
akan diamati antara lain kandungan silika, kuat plastis, maka akan mengakibatkan batu bata yang
tekan, susut bakar, dan porositas. dibentuk sifat kekuatan kering yang tinggi sehingga
Adapun tujuan dari penelitian yang berjudul akan mempengaruhi kekuatan, penyusutan dan
Pengaruh Kandungan Silika dalam Bottom Ash dan mempengaruhi hasil pembakaran batu bata yang
Suhu Pembakaran Batu Bata terhadap Sifat Mekanik sudah jadi (Ardi, 2016). Tanah liat akan
Batu Bata antara lain sebagai berikut: mengembang bila terkena air dan terjadi penyusutan
a. Mengetahui pengaruh kandungan silika dalam bila dalam keadaan kering atau setelah proses
bottom ash terhadap sifat mekanik batu bata. pembakaran. Tanah liat sebagai bahan dasar
b. Mengetahui pengaruh suhu pembakaran batu pembuatan batu bata merah mengalami proses
bata terhadap sifat mekanik batu bata. pembakaran dengan temperature yang tinggi hingga
c. Mengetahui kandungan silika dalam bottom ash mengeras seperti batu. Proses perubahan yang terjadi
untuk menghasilkan sifat mekanik batu bata yang pada pembakaran tamah liat pada temperature di
terbaik atas 800°C, terjadi perubahan-perubahan kristal dari
d. Mengetahui suhu pembakaran batu bata untuk tanah liat dan mulai terbentuk bahan gelas yang akan
menghasilkan sifat mekanik batu bata yang mengisi pori-pori sehingga batu bata merah menjadi
terbaik. padat dan keras (Wulandari, 2011).
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Tanah Liat
2. Tinjauan Pustaka Komponen Jumlah (%berat)
2.1 Batu Bata SiO2 60,67 – 67,00
Batu bata merupakan suatu kebutuhan bahan Al2O3 15,18 – 26,00
bangunan yang sudah tidak asing lagi di kalangan Fe2O3 2,90 – 7,83
masyarakat Indonesia. Batu bata merupakan bahan CaO 0,11 – 0,79
bangunan berbentuk prisma segiempat panjang, Na2O 0,07 – 0,56
pejal, dan digunakan untuk kontruksi dinding K2O 2,10 – 3,55
bangunan, yang dibuat dri tanah liat murni dengan MnO 0,01 – 0,02
atau tanpa dicampur bahan aditif dan dibakar pada TiO2 0,97 – 1,18
suhu tertentu antara 900º-1000º C (Khoufi, 2017). MgO 1,10 – 1,20
Batu bata memiliki dua sifat, yaitu sifat fisik P2O5 0,036 – 0,805
dan sifat mekanik. Sifat fisik batu bata adalah sifat SO3 0,47 – 0,55
fisik yang dilakukan tanpa merubah bentuk atau BaO 0,11
tanpa pemberian beban kepada batu bata itu sendiri ZnO 0,01
(Setyawan, 2012). Sifat fisik batu bata antara lain ZrO 0,01
bentuk, warna, berat, dan ukuran (Suhendra, 2015). (Sumber : Sultana et al. 2014)
Gambar 2.2 (a) Batu bata sebelum dibakar (b) Batu
Air merupakan bahan campuran yang sangat bata setelah dibakar (Sumber: Ardi, 2016)
penting dalam proses pengikatan material-material Gambar 2.1 menunjukkan proses pembakaran
yang digunakan untuk pembuatan batu bata. Air pada pembuatan batu bata. Gambar 2.1 (a)
yang digunakan dalam pembuatan batu bata harus merupakan partikel sebelum terbakar mempunyai
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: dua permukaaan terpisah yang berdekatan. Gambar
a. Air tawar dan berwarna bening. 2.1 (b) adalah setelah terbakar, butir-butir
b. Air harus tidak sadah tidak mengadung mempunyai satu batas. Gaya gerak untuk
garam yang larut dalam air. pembakaran adalah pengurangan luas permukaan
c. Air cukup bersih dengan tidak mengandung (yang berarti pengurangan energi permukaaan)
minyak, asam, alkali, tidak mengandung (Ardi, 2016).
banyak sampah, kotoran dan bahan organik
lainya (Hidayati, 2018). 1.4 Uji Sifat Mekanik Batu Bata
Selain bahan utama penyusun batu bata Pengujian dan analisis dilakukan untuk
terdapat bahan campuran yang digunakan pada mengetahui sifat mekanik dan kemampuan batu
penelitian ini, yaitu bottom ash. Bottom Ash bata. Beberapa jenis pengujian sifat mekanik dan
merupakan limbah hasil pembakaran batu bara, analisis yang dibahas untuk keperluan penelitian ini
dimana jumlahnya akan terus bertambah selama antara lain:
industri terus berproduksi. Di Indonesia sendiri,
pembangkit lisrik yang menggunakan batu bara 1.4.1 Uji Porositas
setiap tahunnya akan meningkat sebesar 13%. Batu bata merupakan material yang bersifat
Limbah hasil pembakaran batu bara terdiri dari fly higroskopis, artinya mudah menyerap air. Bata yang
ash dan bottom ash. Bottom ash memiliki ukuran berkualitas tinggi akan memiliki daya serap yang
partikel lebih besar dan lebih berat dari fly ash, rendah terhadap air dan kelembapan, sebaliknya bata
sehingga bottom ash akan jatuh pada tungku yang berkualitas rendah akan memiliki daya serap
pembakaran dan terkumpul pada penampung debu yang tinggi terhadap air dan kelembapan. Umumnya
(ash hopper) di bagian bawah, lalu dikeluarkan dari bata dianggap baik bila memiliki porositas kurang
tungku dengan cara disemprot dengan air kemudian dari 20% sesuai SNI 15-2094-2000.
dibuang atau digunakan (Suseno, 2012). Porositas pada suatu material dinyatakan dalam
Tabel 2.3 Komposisi yang terdapat pada bottom ash persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga
Hasil Analisa Bottom ash yang ada dalam material tersebut. Semakin banyak
Komposisi
Kadar Satuan porositas yang terdapat pada benda uji maka
Si 41,73 % semakin rendah kekuatannya, begitu pula
Mg 3183,456 ppm sebaliknya. Untuk menghitung porositas digunakan
Ca 17,32 ppm persamaan: (Hidayati, 2018).
Fe 432,625 ppm
Al 0,0146 % Porositas (% ) = x x 100%
(Sumber: Penelitian di Laboratorium Jurusan Kimia
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, 2012). (1)
Keterangan:
Mb = Massa basah benda uji (g).
Mk = Massa kering benda uji (g).
Vb = Volume benda uji (cm3).
𝜌air = Massa jenis air (g/cm3).

1.4.2 Uji Susut Bakar


Gambar 2.1 Bottom ash Susut bakar adalah perubahan dimensi atau
volume bahan yang telah dibakar. Menurut
1.3 Proses pembuatan batu bata Suwardono (2002), nilai yang baik untuk susut bakar
Pada proses pembuatan batu bata, terdapat
adalah kurang dari 2,5% untuk batu bata berbahan
beberapa tahapan yang meliputi penggalian bahan lempung (Hidayati, 2018). Untuk menentukan
mentah, pengolahan bahan, pembentukan,
besarnya susut bakar digunakan persamaan:
pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan
pemilihan (seleksi) (Hidayati, 2018).
Susut Bakar (%) = x 100%

Keterangan :
0 = Massa sampel uji sebelum dibakar (gram)
1 = Massa sampel uji sesudah dibakar (gram)
campurkan tanah liat, bottom ash, dan air, kemudian
1.4.3 Uji Kuat Tekan lumat bahan sampai tercampur secara homogen.
Kuat tekan suatu material didefenisikan Campuran tersebut dimasukkan ke dalam alat
sebagai kemampuan material dalam menahan beban cetakan batu bata dengan ukuran 10 cm x 10 cm x
atau gaya mekanis sebagai kemampuan material 1,5 cm (untuk uji tekan) dan ukuran 5 cm x 5 cm x
dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai 1,5 cm (untuk uji porositas, susut bakar, dan
terjadinya kegagalan (failure). Persamaan kuat kandungan silika). Hasil cetakan batu bata diberi
tekan: (E.P.Popov, 1995) kode sampel lalu dikeringkan selama 2 hari.
Kemudian dioven dengan suhu 120°C selama 1 jam.
P= (3) Selanjutnya batu bata dibakar menggunakan furnace
dengan suhu pembakaran 850°C, 900°C, dan 950°C
Keterangan: selama 3,5 jam. Batu bata yang sudah terbentuk
P = Tekanan (MPa). dianalisa (kuat tekan, porositas, susut bakar, dan
F = Beban maksimum (N). kandungan silika).
A = Luas bidang permukaan (mm2)
4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Uji Kandungan Silika
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Uji Silika pada
Blanko
Blanko
Komponen Bottom Ash Tanah liat
(%) (%)
Al2O3 6,2771 24,7382
CaO 4,4084 1,6655
Fe2O3 13,0058 15,3626

Gambar 2.3. Alat Uji Kuat Tekan (One Point Load) K2O 0,2641 0,0891
MgO 2,3734 1,8012
1.4.4 Uji Kandungan Silika
Na2O 0,3396 0,2434
Uji kandungan silika dilakukan menggunakan
alat X Ray Fluorocency (XRF). Spektrometer XRF SO3 0,5682 0,052
adalah alat uji yang digunakan untuk analisis unsur SiO2 69,6853 40,7624
yang terkandung dalam bahan secara kualitatif
maupun kuantitatif. Analisis kualitatif memberikan Na2OEQ 0,5133 0,302
informasi jenis unsur yang terkandung dalam bahan Cl 0,0075 0,0073
yang dianalisis, yang ditunjukkan oleh adanya
spektrum unsur pada energi sinar-x karakteristiknya.
Sedangkan analisis kuantitatif memberikan 20% TL 40% TL 60% TL 80% TL 100%TL
Komponen 80%BA 60%BA 40%BA 20%BA 0%BA
informasi jumlah unsur yang terkandung dalam
(%) (%) (%) (%) (%)
bahan yang ditunjukkan oleh ketinggian puncak
Al2O3 10,0714 13,1011 13,3154 17,3062 19,238
spektrum (Adiantoro, 2012). CaO 4,0393 3,5906 3,5888 2,8924 2,0922
Fe2O3 13,3814 13,7135 13,905 14,7738 13,9472
2. Metodologi Penelitian K2O 0,2435 0,2147 0,2197 0,182 0,1111
3.1 Alat dan Bahan MgO 2,369 2,2389 2,249 2,0706 1,7644
Alat yang digunakan dalam penelitian antara Na2O 0,3729 0,3579 0,3558 0,3188 0,1732
lain alat penghancur, alat uji tekan, ayakan, cetakan SO3 0,4917 0,3905 0,3789 0,2478 0,1409
batu bata, ember, furnace, gelas ukur, neraca SiO2 68,7836 63,1869 61,7049 54,1108 42,0185
analitik, dan mixer. Bahan yang digunakan yaitu air, Na2OEQ 0,5531 0,4991 0,5004 0,4385 0,2462
bottom ash, dan tanah liat. Cl 0,0066 0,0066 0,0068 0,0071 0,01

3.2 Cara kerja


20%TL 40%TL 60%TL 80%TL 100%TL
Proses pertama pembuatan batu bata yaitu Komponen 80%BA 60%BA 40%BA 20%BA 0%BA
semua bahan yang akan digunakan disiapkan (%) (%) (%) (%) (%)
terlebih dahulu. Setelah itu menyeragamkan ukuran AL2O3 8,6807 11,6781 12,9952 17,3554 25,4943
bottom ash menggunakan screening (40 mesh – 120 CaO 4,1311 3,7257 3,4974 2,9458 1,5535
mesh). Bahan baku yang sudah melewati Fe2O3 13,3066 13,6101 13,6749 14,294 14,8699
preteatment ditimbang sesuai dengan variabel yang K2O 0,2543 0,2319 0,2206 0,1824 0,0389
telah ditentukan. Setelah semua bahan ditimbang MgO 2,4101 2,3088 2,2484 2,1064 1,8299
Na2O 0,3734 0,3689 0,3526 0,3254 0,2371
SO3 0,4855 0,415 0,3494 0,256 0,0138
SiO2 71,4907 65,4577 63,3661 54,9607 41,6563
Na2OEQ 0,5407 0,5215 0,4978 0,4455 0,2923
Cl 0,0066 0,0065 0,0069 0,0067 0,0068
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Uji Silika pada Suhu
850°C
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Uji Silika pada Suhu
900°C 4.1.4 Uji Porositas
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Uji Silika pada Suhu Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Uji Porositas
950°C
Komposisi V
Massa Massa
20% TL 40% TL 60% TL 80% TL 100%TL Suhu (%) Sampel Porositas
Kering Basah
Komponen 80%BA 60%BA 40%BA 20%BA 0%BA (°C) (Px lx t) %
TL BA (g) (g)
(%) (%) (%) (%) (%) (cm3)
Al2O3 9,2749 12,8201 13,1856 17,4627 24,0615 20 80 53,24 58,89 33,264 17,6931
CaO 4,1095 3,5741 3,5299 2,7354 1,7404 40 60 47,82 52,21 25,8588 17.3626
Fe2O3 13,2417 13,718 13,9709 14,7399 15,4144 850 60 40 36,84 40,88 21,91024 19,453
K2O 1,2577 0,2213 0,2172 0,176 0,1251 80 20 28,28 31,97 20,5798 19,275
MgO 2,4119 2,2575 2,2747 2,0826 1,86 100 0 24,94 27,79 13,81284 22,4535
Na2O 0,3061 0,3558 0,3523 0,3178 0,2746 20 80 50,81 55,54 33,03168 14,9422
SO3 0,1725 0,1643 0,2662 0,1284 0,0238 40 60 45,63 49,08 28,6902 12,2922
SiO2 71,2221 63,8812 62,4544 54,3429 43,3055 900 60 40 37,23 40,17 21,84882 13,769
Na2OEQ 0,5555 0,5014 0,4952 0,4336 0,3569 80 20 29,73 32,83 20,1264 16,1728
Cl 0,0067 0,0065 0,0068 0,007 0,0071 100 0 22,61 25,55 15,54884 20,4009
Suhu Komposisi p l tebal F A P 20 80 52,12 57,15 30,81555 17,0484
(°C) %TL %BA (mm) (mm) (mm) (N) mm2 (N/mm2) 40 60 46,01 50,06 28,0485 14,7601
850 100 0 73 73 12,98 3698 5329 0,69394 950 60 40 35,09 38,29 21,1508 15,8172
20 80 96 96 16,25 32327 9216 3,5077 80 20 27,49 30,13 15,0024 18,5234
40 60 91 91 14,52 41815 8281 5,04951 100 0 22,76 25,51 13,85748 21,4986
900 60 40 90 90 14,34 29045 8100 3,5858
80 20 87 87 13,85 22160 7569 2,92773
100 0 78 78 12,85 7835 6084 1,2878 4.2 Pembahasan
950 100 0 76 76 11,66 6794 5776 1,17625 4.2.1 Uji Kandungan Silika
Batu bata sebelum dilakukan pembakaran akan
4.1.2 Uji Kuat Tekan berwarna kuning tua kecokelatan dikarenakan
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Uji Kuat Tekan adanya senyawa oksida berupa limonit (Fe 2O3.H2O)
(dapat dilihat pada lampiran 2), setelah dilakukan
Komposisi Massa Sampel pembakaran batu bata akan mengalami perubahan
Susut
Suhu Sebelum Sesudah warna menjadi merah. Hal ini karena dalam batu
Bakar
(°C) %TL %BA Dibakar Dibakar (%) bata mengandung senyawa hematite (Fe2O3)
(gram) (gram) (Hidayati, 2018). Reaksi terbentuknya senyawa
20 80 56,09 52,96 5,58 oksida hematite sebagai berikut(Nainggolan, 2007):
40 60 51,06 49,80 2,47 2Fe2O3 + 3H2O 2Fe2.3H2O
850 60 40 47,32 43,89 7,25 Kandungan SiO2 pada batu bata dapat
80 20 42,14 37,28 11,53 mengurangi sifat plastis, susut kering, susut bakar
100 0 38,29 33,14 13,45 (Hidayati, 2010), dan dapat meningkatkan nilai kuat
4,90 tekan batu bata (Darmawan, 2008). Gambar 4.1
20 80 53,87 51,23
merupakan grafik hubungan antara kandungan SiO 2
40 60 47,93 46,88 2,19
sebelum dan sesudah pembakaran.
900 60 40 45,54 44,41 2,48
80 20 42,84 40,78 4,81
100 0 38,49 35,61 7,48
20 80 52,07 49,19 5,53
40 60 50,35 49,15 2,38
950 60 40 39,81 37,77 5,12
80 20 35,45 32,49 8,35
100 0 32,17 28,76 10,60

4.1.3 Uji Susut Bakar


Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Uji Susut Bakar
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Kandungan
SiO2 Sebelum dan Setelah Pembakaran
berubah dan komposisi bottom ash (%b/b) sebagai
variabel tetap. Dari gambar 4.3 nantinya akan
Kenaikan kandungan SiO2 setelah dilakukan diperoleh suhu yang terbaik untuk proses
pembakaran disebabkan karena dengan adanya pembakaran batu bata (dilihat dari nilai kuat tekan
proses pengeringan dan pembakaran mampu yang paling tinggi). Suhu pembakaran batu bata
menghasilkan tingkat kemurnian SiO2 yang lebih yang terbaik tersebut digunakan untuk melakukan
tinggi, ditandai dengan % kandungan SiO2 yang uji kuat tekan pada berbagai komposisi bottom ash
semakin besar (Karyasa, 2014). (%b/b) untuk mengetahui pengaruh komposisi
bottom ash (%b/b) terhadap nilai kuat tekan batu
bata yang dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.2 Grafik Hubungan % Bottom Ash


terhadap % Silika pada Batu Bata Gambar 4.3 Grafik Hubungan Suhu Pembakaran
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa kenaikan dengan Kuat Tekan (pada Komposisi 0%Bottom
kandungan SiO2 dalam batu bata meningkat seiring Ash.
dengan penambahan % bottom ash. Hal tersebut Suhu pembakaran 900°C mempunyai nilai kuat
dikarenakan kandungan SiO2 dalam bottom ash yang tekan yang tinggi dibandingkan suhu 850°C dan
lebih besar dibandingkan dengan kandungan SiO2 950°C, sehingga suhu pembakaran yang terbaik
dalam tanah liat, sehingga penambahan komposisi yaitu 900°C. Batu bata yag dibakar pada suhu 900°C
bottom ash yang semakin banyak juga akan akan bertambah terus kekuatannya saat temperatur
meningkatkan kandungan SiO2 dalam batu bata yang semakin dinaikkan sampai suhu maksimal batu bata
dihasilkan. Selain itu, gambar 4.2 juga 1500°C. Hal ini mempertegas batu bata yang dibakar
menggambarkan hubungan antara kenaikan suhu pada suhu 950°C seharusnya mempunyai nilai kuat
yang dapat meningkatkan kandungan SiO2. tekan yang tinggi dibandingkan suhu 900°C.
Kenaikan suhu menyebabkan terbentuknya ikatan Penyimpangan ini terjadi karena batu bata yang
silika alumina dalam batu bata yang kemudian akan dihasilkan pada suhu 950°C mengalami keretakan.
berubah menjadi fasa metakaolin. Metakaolin terjadi Keretakan ini disebabkan oleh proses pengeringan
karena pemanasan akan mengakibatkan lepasnya yang terlalu cepat air hilang secara tiba-tiba tanpa
H2O dalam batu bata. Reaksi akan terus berlanjut diimbangi penataan partikel tanah liat secara
seiring dengan kenaikan suhu sampai terbentuk fasa sempurna (Ratri, 2008). Selain itu alasan yang
mullite. Pada suhu 900°C mengasilkan kandungan memperkuat pada suhu 900°C nilai kuat tekan yang
SiO2 terbesar, karena pada suhu 900°C inilah dihasilkan paling tinggi yaitu pada suhu 900°C
terbentuk fasa mullite. Mullite merupakan senyawa kristal silika akan meleleh secara efektif dan
sangat stabil sehingga adanya fasa mullite inilah mengalami rekristalisasi secara sempurna (Pramono,
yang menyebabkan batu bata semakin padat dan 2014).
kuat (Ratri, 2008). Reaksi yang terjadi dalam batu
bata sebagai berikut:
Al2SiO5(OH)4 Al2SiO7 + 2H2O
2[Al2O3.2SiO2] 2Al2O3.3SiO2 + SiO2
Metakaolin Silikon Spinel
2Al2O3.3SiO2 2[Al2O3.SiO2] + SiO2
Silikon Spinel Pseudomullite
3[Al2O3.SiO2] 3Al2O3.2SiO2 + SiO2
Pseudomullite Mullite + Cristobalite
(Septawendar, 2007). Gambar 4.4 Grafik Hubungan % Bottom Ash dengan
Kuat tekan (N/mm2) pada Suhu 900°C.
4.2.2 Uji Kuat Tekan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa penambahan
Hubungan suhu pembakaran dengan kuat tekan bottom ash dapat meningkatkan nilai kuat tekan batu
batu bata pada komposisi 0% bottom ash dapat bata. Peningkatan kuat tekan ini disebabkan partikel-
dilihat pada gambar 4.3. Tujuan dari gambar 4.3 partikel silika mulai mengisi ruang antar partikel
yaitu untuk mengetahui suhu yang terbaik pada tanah liat, akibatnya muncul ikatan antara partikel
proses pembakaran batu bata dengan cara lempung dan silika yang dikenal dengan ikatan
menjadikan suhu pembakaran sebagai variabel kovalen. Nilai kuat tekan yang diharapkan yaitu
sesuai standar SII-0021-1978 yaitu minimal 2,5 kualitas batu bata karena dapat menyebabkan retak
N/mm2. Kuat tekan optimum diperoleh pada saat (Mardiyati, 2010). Semakin kecil nilai susut bakar
penambahan bottom ash 60% hal ini terjadi karena maka batu bata yang dihasilkan memiliki kualitas
volume silika yang ditambahkan sama dengan yang baik. Nilai %susut bakar yang baik adalah
volume ruang kosong antar partikel tanah liat. <2,5% sesuai dalam penelitian (Hidayati, 2018).
Penambahan bottom ash kurang dari 60% Faktor lain yang mempengaruhi nilai susut
menghasilkan nilai kuat tekan yang tidak begitu bakar adalah suhu pembakaran yang digunakan
tinggi, hal ini karena jumlah silika yang dalam pembuatan batu bata. Pembakaran pada
ditambahkan belum cukup untuk menutup semua penelitian ini menggunakan suhu 850ºC, 900ºC, dan
pori pada tanah liat. Sedangkan apabila penambahan 950ºC. Suhu pembakaran yang menghasilkan susut
bottom ash lebih dari 60% nilai kuat tekan akan bakar terbaik yaitu 900ºC selama 3,5 jam, hal ini
menurun kembali yang disebabkan karena kadar karena pada suhu tersebut air yang terdapat dalam
SiO2 pada pori-pori lempung sudah jenuh, sehingga batu bata sudah menguap dengan baik dibandingkan
kristalinitasnya berkurang (Ratri, 2008). dengan suhu pembakaran 850ºC. Pada suhu
pembakaran 900ºC letak-letak partikel dalam batu
4.2.3 Uji Susut Bakar bata saling berdekatan (susunan partikel menjadi
Susut bakar adalah perubahan dimensi dimensi lebih rapat). Semakin rapatnya susunan partikel batu
atau volume batu bata setelah dilakukan pembakaran bata mengakibatkan batu bata semakin padat dan
(Hidayati, 2018). Pembakaran dilakukan pada suhu mengalami susut bakar. Pada suhu 950ºC nilai susut
850ºC, 900ºC, dan 950ºC. Gambar 4.5 adalah grafik bakar mengalami kenaikan. Hal tersebut disebabkan
yang menunjukkan hubungan antara %komposisi pada suhu pembakaran 950ºC terjadi penguapan
bottom ash dengan %susut bakar, serta hubungan yang berlebih sehinga partikel-patikel tanah liat
antara suhu pembakaran dengan %susut bakar. terlalu rapat. Partikel tanah liat yang terlalu rapat
menyebabkan susut bakar semakin besar, yang dapat
membuat batu bata mudah retak (Hidayati, 2018).

4.2.4 Uji Porositas


Pengaruh suhu pembakaran dan komposisi
%bottom ash terhadap porositas dapat dilihat pada
gambar 4.6.

Gambar 4.5 Grafik Hubungan %Bottom Ash


terhadap %Susut Bakar.
Penurunan %susut bakar disebababkan oleh
kandungan silika (SiO2) yang terdapat dalam
komposisi tanah liat dan bottom ash mengalami
perubahan susunan molekul sehingga susunan SiO2
mencapai kestabilan molekul. Kestabilan susunan
molekul silika itulah yang menyebabkan penyusutan
dimensi panjang batu bata sedikit. Penurunan nilai Gambar 4.6 Grafik Hubungan %Bottom Ash
susut bakar terjadi pada komposisi 20%-60% bottom terhadap %Porositas.
ash, kemudian mengalami kenaikan pada komposisi Gambar 4.6 menunjukkan bahwa pada
80% bottom ash. Kenaikan susut bakar variasi penambahan %bottom ash tertentu akan
menunjukkan bahwa penyusutan pada batu bata menyebabkan nilai porositas batu bata menurun dan
semakin besar yang menyebabkan molekul-molekul nilai porositas akan naik lagi pada komposisi
dalam batu bata semakin rapat. Meningkatnya nilai tertentu. Porositas terjadi akibat adanya daya ikat
susut bakar juga dapat disebabkan oleh susunan yang sedikit pada tanah liat sehingga menyebabkan
SiO2 (dalam tanah liat dan bottom ash) mengalami adanya rongga-rongga yang mengisi batu bata
deformasi (perubahan susunan), kembali menjadi (Rahmawati, 2015). Penambahan bottom ash 60%
tidak stabil (Rahmawati, 2015). Tanah liat mengikat mempunyai nilai porositas yang kecil, hal ini karena
lebih banyak abu dalam bottom ash, sedangkan abu kandungan silika dalam bottom ash yang
ikut bereaksi dengan panas pembakaran menjadi ditambahkan telah menutup pori pada tanah liat.
bahan bakar bagi tanah liat. Hal tersebut Penambahan bottom ash kurang dari 60%
menyebabkan susut yang semakin besar karena menjadikan batu bata memiliki nilai porositas yang
partikel tanah liat semakin merapat dan tinggi karena ruang kosong yang terdapat pada tanah
mengakibatkan berkurangnya panjang batu bata. liat masih belum terisi secara maksimal oleh silika
Besarnya susut bakar akan menyebabkan semakin yang terdapat dalam bottom ash (Ratri, 2008).
kecilnya porositas batu bata (Hidayati, 2018). Penambahan bottom ash lebih dari 60%
Penyusutan yang terlalu besar tidak baik untuk menyebabkan nilai porositas kembali meningkat, hal
ini dikarenakan adanya rongga yang terdapat pada kandungan silika batu bata sebelum dan
batu bata. Rongga tersebut disebabkan oleh sesudah dilakukan pembakaran.
kandungan silika yang terlalu berlebih menyebabkan 3. Untuk penelitian yang lebih maksimal
ikatan antar molekul pada tanah liat tidak seimbang sebaiknya dilakukan variasi komposisi
sehingga susunan molekul-molekul tanah liat yang bottom ash yang lebih variasi seperti 0 %, 10
lain menjadi tidak stabil. Sehingga menyebabkan %, 20 %, 30 %, 40%, 50%, 60 % , 70%, 80%,
ikatan antar bahan penyusun semakin renggang dan 90% dan 100 %.
porositas semakin besar (Rahmawati, 2015). 4. Variasi ukuran bottom ash dapat dijadikan
Suhu pembakaran akan mempengaruhi nilai variabel agar penelitian lebih maksimal.
porositas. Semakin tinggi suhu pembakaran maka
silika akan mengelas memasuki pori-pori dan Daftar Pustaka:
mengikat semua partikel tanah liat dengan
membentuk ikatan yang dikenal sebagai ikatan Abdurrohmansyah, Idharmahadi Adha, Hadi Ali.
alumina silika. Adanya pengelasan maka pori-pori 2015. Studi Kuat Tekan Batu Bata
batu bata semakin rapat, sehingga nilai porositas Menggunakan Bahan Additive (Abu Sekam
akan semakin kecil. Nilai porositas yang paling kecil Padi, Abu Ampas Tebu dan Fly Ash)
diperoleh saat suhu pembakaran 900°C, hal ini Berdasarkan Spesifikasi Standar Nasional
bertentangan dengan pernyataan yang menyatakan Indonesia (SNI). JRSDD, Edisi September
bahwa seharusnya suhu pembakaran 950°C akan 2015, Vol. 3, No. 3, Hal:541 – 552
menghasilkan nilai porositas kecil. Penyimpangan (ISSN:2303-0011.
ini disebabkan karena batu bata yang dihasilkan
pada suhu pembakaran 950°C mengalami keratakan Arita, Deri. Alex Kurniawandy, dan Hendra Taufik.
sehingga air akan lebih mudah masuk dalam batu 2017. Tinjauan Kuat Tekan Bata Ringan
bata tersebut yang menyebabkan nilai porositas akan Menggunakan Bahan Tambah Foaming
semakin tinggi (Ratri, 2008). Porositas batu bata Agent. Jom FTEKNIK Volume 4 No.1
maksimal yaitu 20% (SNI 15-2094-2000) sedangkan Februari 2017. Riau.
standar minimal porositas untuk batu bata (<5%).
Ardi, Andi Wahyudi. 2016. Uji Kuat Tekan, Daya
5. Penutup Serap Air Dan Densitas Material Batu Bata
5.1 Kesimpulan Dengan Penambahan Agregat Limbah
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Botol Kaca. Makasar: Fakultas Sains Dan
yang berjudul “Pengaruh Silika dalam Bottom Ash Teknologi UIN Alauddin Makassar.
dan Suhu Pembakaran terhadap Sifat Mekanik Batu
Bata” adalah sebagai berikut: Darmawan, Adi, Dian Anggraini, Gunawan. 2008.
1. Kandungan silika dalam komposisi bottom ash Pengaruh Substitusi Semen oleh Silika Abu
tertentu dapat meningkatkan sifat mekanik batu Sekam Padi terhadap Kuat Tekan dan Suhu
bata (kuat tekan, susut bakar, dan porositas). Reaksi Semen Portland. Jurnal Kimia Sains
2. Kenaikan suhu pembakaran dalam pembuatan dan Aplikasi 11 (1) : 15-19 (ISSN: 1410-
batu bata cendurung dapat meningkatkan sifat 8917)
mekanik batu bata (kuat tekan, susut bakar, dan
porositas). Evendi, Zulfan, Ahmad Fadli, dan Drastinawati.
3. Sifat mekanik batu bata (kuat tekan, susut 2015. Pembuatan Batu bata dengan
bakar, dan porositas) terbaik dihasilkan pada Penambahan Campuran Fly Ash Dan
saat kandungan silika pada bottom ash 60%. Semen Tanpa Proses Pembakaran. JOM
4. Suhu pembakaran optimal yang menghasilkan FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015.
sifat mekanik batu bata (kuat tekan, susut
bakar, dan porositas) terbaik yaitu 900°C. Handayani, Sri. 2010. Kualitas Batu Bata Merah
dengan Penambahan Serbuk Gergaji.
5.1 Saran Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan
Saran yang dapat dipergunakan untuk Nomor 1 Volume 12-Januari 2010: 41-50.
penelitian lebih lanjut yaitu:
1. Untuk penelitian selanjutnya, agar didapatkan Hidayati, Ratih Nurul. 2018. Pengaruh Penambahan
hasil yang lebih valid maka perlu dilakukan Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Campuran
uji kuat tekan pada berbagai variasi suhu Terhadap Sifat Mekanik Batu Bata Di Desa
dengan metode duplo. Gunung Cupu, Kecamatan Sindangkasih,
2. Perlu dilakukan uji kandungan silika batu Kabupaten Ciamis. Yogyakarta: Jurusan
bata pada berbagai komposisi bottom ash dan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika
tanah liat sebelum pembakaran agar dapat Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
mengetahui pengaruh pembakaran terhadap Negeri Yogyakarta.
Huda, Miftakhul, dan Erna Hastuti. 2012. Pengaruh Limbah pada Batu Bata Tradisional.
Temperatur Pembakaran Dan Penambahan Techno, ISSN 1410-8607, Volume 16 No.
Abu Terhadap Kualitas Batu Bata. Jurnal 2, Oktober 2015 Hal. 98-109.
Neutrino Vol.4, No. 2 April 2012. Jurusan
Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ratri, Amarylliss Kartika. Sriatun, dan Asi
Maliki Malang. Darmawan. 2008. Pengaruh Serbuk Kaca
dan Variasi Suhu Pembakaran pada
Karyasa, Wayan I. Pembuatan Ultra Fine Pembuatan Genteng Lempung Sedimentasi
Amorphous Silica (Ufas) Dari Jerami dan Banjir Kanal Timur Kota Semarang
Sekam Padi. Jurnal Sains dan Teknologi terhadap Kuat Tekan serta Daya Serapnya
Vol 3, No 1, April 2016 ISSN 2303-3142. terhadap Air. Jurnal Kimia Sains dan
Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Aplikasi 11 (3) (2008) :63-69, ISSN: 1410-
Pendidikan Ganesha Singaraja. 8917. Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Diponegoro.
Khoufi, Faisol, Oyong Novareza, dan Purnomo Budi Semarang.
Santoso. 2017. Peningkatan Kualitas
Produk Batu Bata Merah Dengan Ridayani, Dien. Mariana B. Malino, dan Asifa Asri.
Memanfaatkan Limbah Abu Serat Sabut 2017. Analisis Porositas dan Susut Bakar
Kelapa Dan Abu Serbuk Gergaji. Malang: Keramik Berpori Berbasis Clay dan Serat
Program Studi Teknik Industri Manufaktur, Tandan Kosong Kelapa Sawit. Prisma
Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Fisika, Vol. V, No. 2 (2017), Hal. 51-54.
Teknik, Universitas. Brawijaya Malang. ISSN: 2337-8204

Mulyati, Sri Slamet, dkk. 2017. Analisis Kualitas Septawendar, Rifki, dkk. 2007. Sifat Fisik Lempung
Batu-bata Bersumber Bahan Tambahan Tanjung Morawa dalam Transformasi Fasa
Sampah Serbuk Gergaji dalam Berbagai Mineral Berdasarkan Investigasi Difraksi
Variasi Berat. Jurusan Kesehatan Sinar X. Jurnal Riset Geologi &
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bandung, Pertambangan Jilid 17 No.1 (2007) 11-19.
Jalan Babakan Loa, 10A, Cimahi Utara. Bandung.
40514.
Setyawan, Endra Aji, Fadillahwaty Saleh, dan Hakas
Munasih, dan Thomas Priyasmanu. 2016. Batu Prayuda. 2012. Naskah Seminar Analisis
Bata Dengan Campuran Abu Sekam Padi Sifat Fisik Dan Mekanis Batu Bata Dalam
Di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Meningkatkan Kekuatan Dinding Di
Kabupaten Malang. Batu Bata dengan Yogyakarta. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Campuran Abu Sekam Padi Vol. 6, No. 1, Teknik, Universitas Muhammadiyah
Maret 2016: 31 – 37. Yogyakarta.

Muttaqim, Zaennal. Pengaruh Variasi Komposisi Suhendra, Elvira Handayani, dan Mirza Revita.
Antara Limbah Plastik High Density 2015. Karakteristik Fisik Batu Bata Merah
Polyethylene (Hdpe) Dan Abu Dasar Dan Kaitannya Dengan Analisa Harga
Batubara Sebagai Material Komposit Satuan Pekerjaan. Jurnal Ilmiah
Dengan Matrik Semen Terhadap Kekuatan Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4
Tekan Dan Serapan Air. Surakarta: Tahun 2015.
Program Studi Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Suseno, Hendro, dkk. 2012. Pengaruh Penggunaan
Surakarta. Bottom Ash sebagai Penggganti Tanah Liat
pada Campuran Bata terhadap Kuat Tekan
Bata. Jurnal Rekayasa Sipil, Vol. 6, No. 3-
Pramono, Susatyo Adi. Tri Watiningsih, dan Iwan 2012 ISSN 1978- 5658.
Rustendi. 2014. Sampah Sebagai Bahan
Baku Pembuatan Batu Bata. Prosiding Wulandari, Feny Indrarini. 2011. Pengaruh
Semnas Entrepreneurship Hal: 275-294 Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati
ISBN:978-602-8047-99-9 Juni 2014. (Tectona Grandits L.f), pada Paduan
Fakultas Teknik, Universitas Tanah Liat dan Abu Sampah terhadap
Wijayakusuma Purwokerto. Kualitas Batu Bata Merah di Kabupaten
Karanganyar. Surakarta: Fakultas MIPA
Rahmawati, Anis dan Ernawati Sri Sunarsih. 2015. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Manfaat Penambahan Karbon dari Material

Anda mungkin juga menyukai