Oleh
Afrizal Halim
1617041098
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
30
BAB I. PENDAHULUAN
Penelitian yang telah lebih dulu dilakukan membuktikan bahwa slag besi
dapat digunakan sebagai agregat kasar dalam campuran beton (Anindita dan
Thomas, 2000).
2. Variasi konsentrasi mineral slag terhadap semen sebesar 0%, 10%, 20%,
7. Bubuk slag dengan ayakan yang tertahan di mesh 60 dan mesh 80.
8. Uji fisis sampel yaitu kuat tekan, berat jenis, absorpsi, porositas, dan
susut bakar.
bahan bangunan.
33
Pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting
dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton
ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus,
air. Perbandingan dari air semen, semakin tinggi kekuatan tekannya. Suatu
julah tertentu air diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi dalam
pengerasan beton, kelebihan air meningkatkan kemampuan pekerjaan akan
tetapi menurunkan kekuatan (Wang dan Salmon, 1990).
2.2 Beton
Beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang
lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan membentuk massa padat. Nawy (1985:8) mendefinisikan
beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material
pembentuknya. Neville dan Brooks (1987) Definisi lain ditinjau dari
keragaman material pembentuk beton yaitu bahan yang terbuat dari berbagai
macam tipe semen, agregat dan juga bahan pozzolan, abu terbang, terak tanur
tinggi, serat dan lain-lain. Sesuai perkembangan teknologi beton yang
demikian pesat, menurut Supartono (1998) ternyata kriteria beton tinggi juga
berubah sesuai dengan perkembangan jaman, beton dikatakan mutu tinggi
jika kekuatan tekannya di atas 50 Mpa dan di atas 80 Mpa adalah beton mutu
sangat tinggi.
34
Ukuran butir agregat maksimum juga akan mempengaruhi mutu beton yang
akan dibuat. Hasil penelitian Larrad (1990) menyebutkan bahwa butiran
maksimum yang memberikan arti nyata untuk membuat beton mutu tinggi
tidak boleh lebih dari 15 mm. Namun demikian pemakaian butiran agregat
sampai dengan 25 mm masih memungkinkan diperolehnya beton mutu tinggi
dalam proses produksinya.
Semen merupakan bahan yang mempunyai sifat kohesif dan adhesif yang
dikenal sebagai bahan pengikat. Adapun senyawa kimia yang terdapat pada
semen yaitu C-S-H (kalsium silikat hidrat) yang akan mengikat bahan-bahan
padat lainnya jika bereaksi dengan air dengan membentuk satu kesatuan yang
kompak, padat, dan keras (Refnita dkk, 2012). Adapun pengertian semen
portland yaitu semen yang bersifat hidrolis yang diperoleh dengan cara
atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen
antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozzolan, senyawa silikat,
batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% hingga 35% dari massa
Slag merupakan limbah dari industri ketika proses peleburan logam. Slag
dapat berupa residu atau limbah yang menyerupai gumpalan logam, kualitas
yang dimiliki slag ini biasanya rendah karena telah tercampur dengan bahan-
bahan lain yang sulit untuk dipisahkan. Slag dapat terjadi akibat
penggumpalan dari mineral silika, potas, dan soda dalam proses peleburan
pelebur yang disebabkan oleh proses panas yang tinggi. Industri peleburan
logam baja menghasilkan limbah slag atau terak. Slag adalah limbah dari
besi dan baja yang berbentuk bongkahan-bongkahan kecil yang diperoleh dari
hasil samping pembuatan baja dengan tanur tinggi. (Ramadhan dkk, 2016).
2.6 Pasir
36
Pasir merupakan salah satu jenis bahan bangunan yang sangat dibutuhkan
butiran dari pasir ini telah ditentukan, jenis butiran pasir yang berbeda
menghasilkan fungsi pasir yang berbeda juga. Pasir dengan butiran yang lebih
kasar mempunyai fungsi yang berbeda dengan butiran pasir yang lebih halus.
mulai dari 0,0625 sampai dengan 2 milimeter. Kandungan yang ada pada
akan tetapi, jenis pasir dan bahan pembentuk pasir lebih banyak dan
3
4
5
Penelitian ini dilakukan pada bulan 6 januari sampai dengan 6 mei 2020 di
Alat yang digunakan pada penelitian ini berup jaw crusher, mixer B10
furnace, oven merk Memmert, gelas ukur Pyrex 100 mL, ember,
capacity 1500 KN, mesin uji XRF Type 7602 EA, dan mesin uji XRD
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu mineral slag dari sisa
peleburan BPTM, agregat halus, semen tipe PCC Baturaja, pasir dari
38
mm.
sebagai berikut.
𝑚= massa pasir
𝑣= volume
ayakan.
𝐴
MHB = 𝐵 × 100% (3)
b. Semen
dan XRD.
c. Batu Split
d. Mineral slag
e. Air
crusher.
ASTM C311:
variasi bubuk slag 0, 5, 10, 15, dan 25 (%) dari berat semen
seperti Tabel 7.
selama 10 menit.
berikut:
a. Kuat tekan
1. Menyiapkan benda uji yang telah diangkat dari air dan telah
3. Melihat benda uji pada saat uji kuat tekan apabila sudah
hancur dan dial tidak naik lagi lalu mencatat beban tekan
P = beban (kg)
(A).
ikut terbuang.
W2 −W1 1
Porositas = xρ x 100 % (10)
V air
W2 −W1
Absorpsi = × 100% (11)
W2
jam(gr).
V = volume (cm3)
Secara garis besar, tahapan yang dilakukan pada penelitian ini disajikan
Slag
Bubuk Slag
Karakterisasi menggunakan
XRF dan XRD
Hasil Analisa
Karakterisasi menggunakan
XRF dan XRD
Hasil Analisa
Pasir
Karakterisasi menggunakan
XRF dan XRD
Uji Fisis terhadap kadar
lumpur dan MHB
Hasil Analisa
45
Hasil Analisa
Kesimpulan
Selesai