Anda di halaman 1dari 25

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Beton

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen
hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah
(admixture atau addictive). Untuk mengetahui dan mempeelajari perilaku elemen
gabungan (bahan bahan penyusun beton), diperlukan pengetahuan mengenai
karakteristik masing-masing komponen (Mulyono, 2004).

Beton banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Dalam adukan beton,
air, dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta semen ini selain
mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus juga bersifat sebagai
perekat/pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran-butiran agregat saling
terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak/padat (Kardiono
Tjokrodimuljo, 1996).

Menurut Murdock dan Brook (1986) menyebutkan bahwa beton adalah suatu
bahan bangunan dan bahan konstruksi, yang sifat-sifatnya dapat ditentukan lebih
dahulu dengan mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap
bahan-bahan yang dipilih. Bahan-bahan pilihan itu adalah ikatan keras, yang
ditimbulkan oleh reaksi kimia antar semen dan air, serta agregat, dimana semen
yang mengeras itu ber-adhesi dengan baik maupun kurang baik. Agregat boleh
berupa kerikil, batu pecah, sisa bahan mentah tambang, agregat ringan buatan,
pasir, atau bahan sejenis lainnya.

Kekuatan, keawetan, dan sifat beton tergantung dari nilai perbandingan bahan
dasar beton, sifat bahan dasarnya, cara pengadukan, pengerjaan, penuangan,
pemadatan serta perawatan selama proses pengerasan. Untuk membuat beton yang
baik maka harus diperhitungkan cara mendapatkan adukan beton segar yang baik
dan beton keras yang dihasilkan juga baik. Pencapaian kuat beton yang baik perlu
diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya karena umumnya semakin keras
commit to user

6
library.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

dan padat massa penyusunnya makin tinggi kekuatan dan durability-nya


(Tjokrodimulyo, 1996).

Untuk memperoleh kekuatan desak beton yang tinggi ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan seperti faktor air semen. Faktor air semen (fas) adalah
perbandingan berat antara air dan semen portland di dalam campuran adukan
beton. Dalam praktek pembuatan beton nilai fas berkisar antara 0,4 sampai dengan
0,6. Hubungan antara faktor air semen dan kuat tekan beton secara umum dapat
ditulis menurut Abrams (dalam Tjokrodimulyo, 1996) dengan persamaan :
1,5.X
f’c = A/B (2.1)

dengan;

f’c = Kuat tekan beton (MPa)

x = Perbandingan volume antara air dan semen (fas)

A, B = Konstanta

Gambar 2.1 Hubungan Kuat Tekan Dengan Faktor Air Semen (Kardiono
Tjokrodimulyo, 1996)

Selain faktor air semen juga ada beberapa faktor lainnya. Menurut Tri Mulyono
(2004) faktor-faktor tersebut di antaranya:

a. Kualitas semen,

b. Proporsi semen terhadap air dalam campuran,


commit to user
library.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

c. Kekuatan dan kebersihan agregat,

d. Interaksi adhesi antara pasta semen dengan agregat,

e. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton,

f. Penempatan yang benar, penyelesaian dan kompaksi beton segar,

g. Perawatan pada temperatur yang tidak lebih rendah dari 50ºF pada saat beton
hendak mencapai kekuatan,

h. Kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton yang diekspos dan 1%
bagi beton yang tidak diekspos.

2.2 Bahan Susun Beton

Alve Yunus, (2010) menerangkan kualitas beton dapat ditentukan antara lain
dengan pemilihan bahan-bahan pembentuk beton yang baik, perhitungan proporsi
yang tepat, cara pengerjaan dan perawatan beton yang baik, serta pemilihan bahan
tambah yang sesuai dengan dosis optimum yang diperlukan. Bahan pembentuk
beton terdiri atas semen, agregat halus, agregat kasar, air dan bahan tambah
(admixture) jika diperlukan. Untuk pembuatan beton yang baik, material-material
tersebut harus melalui tahap penelitian yang sesuai standar penelitian yang baku
sehingga didapat material yang berkualitas baik.

2.2.1 Semen Portland

Fungsi semen adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar menjadi suatu
massa yang kompak, padat dan kuat. Selain itu semen juga berfungsi untuk
mengisi rongga-rongga diantara butiran agregat. Semen yang dimaksud dalam
konstruksi beton adalah bahan yang mengeras jika bereaksi dengan air dan lazim
dikenal dengan semen hidraulik (hydraulic cement). Salah satu jenis semen yang
biasa dipakai dalam pembuatan beton ialah semen portland (portland cement)
(Tjokrodimulyo, 1996)

Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan menghaluskan


commit
klinker terutama terdiri dari atas silikat to useryang bersifat hidrolis, dengan gips
calsium
library.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

sebagai bahan tambahnya. Semen portland diperoleh dengan membakar secara


bersamaan suatu campuran dari calcareous (yang mengandung kalsium karbonat
atau batu gamping) dan argillaceous (yang mengandung alumina) dengan
perbandingan tertentu. Secara mudahnya kandungan semen portland adalah
kapur, silika, dan alumina. Ketiga bahan tadi dicampur dan dibakar dengan suhu
1550oC dan menjadi klinker. Setelah itu kemudian dikeluarkan, didinginkan, dan
dihaluskan sampai halus seperti bubuk. Biasanya lalu klinker digiling halus secara
mekanis sambil ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira 2-4%
sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan. Bahan tambah lain kadang
ditambahkan untuk membentuk semen khusus (Tjokrodimuljo, 1996).

Material-material utama dari semen portland adalah batu kapur yang mengandung
komponen-komponen utama CaO (kapur) dan tanah liat yang mengandung
komponen-komponen SiO2 (silica), Al2O3 (alumina), Fe2O3 (oksida besi), MgO
(magnesium), SO3 (sulfur) serta Na2+K2O (soda/potash). Komposisi dari bahan
utama pembuatan semen dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Komposisi Bahan Penyusun Semen

Komposisi Persentase (%)

Kapur (CaO) 60 – 65

Silika (SiO2) 17 – 25

Alumina (Al2O3) 3–8

Besi (Fe2O3) 0,5 – 6

Magnesia (MgO) 0,5 – 4

Sulfur (SO3) 1–2

Potash (Na2O + K2O) 0,5 – 1

Sumber : Kardiyono Tjokrodimulyo (1996)

commit to user
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Walaupun demikian pada dasarnya menurut Kardiono Tjokrodimulyo (1996) ada


4 unsur yang paling utama dari semen, yaitu:

1. Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2

Senyawa ini mengalami hidrasi sangat cepat disertai pelepasan sejumlah besar
panas, berpengaruh besar pada pengerasan semen sebelum umur 14 hari,
kurang ketahanan terhadap agresi kimiawi, paling menonjol mengalami
disintegrasi oleh sulfat air tanah dan kemungkinan sangat besar untuk retak-
retak oleh perubahan volume.

2. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2

Formasi senyawa ini berlangsung perlahan dengan pelepasan panas lambat.


Senyawa ini berpengaruh terhadap proses peningkatan kekuatan yang terjadi
dari umur 14 hari sampai dengan 28 hari dan seterusnya. Dengan kadar C 2S
banyak maka akan memiliki ketahanan tehadap agresi kimiawi yang relative
tinggi, pengerasan yang lambat, dan panas hidrasi yang rendah.

3. Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3

Senyawa ini mengeras dalam beberapa jam dengan melepas sejumlah panas.
Jika kandungan unsur ini lebih besar dari 10% akan menyebabkan kurang
tahan terhadap asam sulfat. Kuantitas yang terbentuk dalam ikatan menentukan
pengaruhnya terhadap kekuatan beton pada awal umurnya terutama dalam 14
hari.

4. Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3

Senyawa ini kurang penting karena tidak begitu besar pengaruhnya terhadap
kekuatan dan kekerasan semen. C4AF hanya berfungsi untuk menyempurnakan
reaksi pada dapur pembakaran pembentukan semen.

Dua unsur pertama (1 dan 2) biasanya merupakan 70-80% dan kandungan berat
semen sehingga merupakan bagian yang paling dominan dalam memberikan sifat
semen (Kardiono Tjokrodimuljo, 1996) Selanjutnya dalam proses setting dan
hardening akibat reaksi antara semen dan air, senyawa-senyawa C3S, C2S, C3A,
commit to user
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

dan C4AF mengalami hidrasi yang mekanismenya dapat digambarkan sebagai


berikut :

1. Hidrasi kalsium silikat (C3S dan C2S)

Kalsium silikat akan terhidrasi menjadi kalsium hidroksida dan kalsium silikat
hidrat

2(3CaO.SiO2)+6H2O→3CaO.2SiO2.3H2O+Ca(OH)2

2(2CaO.SiO2)+4H2O→3CaO.2SiO2.2H2O+Ca(OH)2

Terbentuknya kalsium hidroksida pada proses hidrasi diatas menyebabkan


pasta semen bersifat basa, hal ini dapat mencegah korosi pada baja akan tetapi
menyebabkan pasta semen cukup reaktif terhadap asam.

2. Hidrasi Kalsium Aluminat (C3A)

Proses hidrasi C3A akan menghasilkan kalsium aluminat hidrat setelah semua

kandungan gypsum (CaO.SO3.2H2O) habis bereaksi.

3CaO.Al2O3+CaO.SO3.2H2O+10H2O→4CaO.Al2O3.SO3.12H2O (kalsium
sulpho aluminat)

3CaO.Al2O3+Ca(OH)2+12H2O→4CaO.Al2O3.13H2O (kalsium aluminat hidrat)

3. Hidrasi Kalsium Aluminat Ferrite (C4AF)

4CaO.Al2O3.Fe2O3+2CaO.SO3.2H2O+18H2O→8CaO.Al2O3.Fe2O3.2SO3.
24HO.

Sesuai dengan tujuan dari penggunaannya, semen portland di Indonesia dibagi


menjadi 5 jenis berdasarkan ASTM C-150, yaitu :

1. Tipe I adalah semen portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling banyak
diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis konstruksi.

2. Tipe II adalah semen portland modifikasi, adalah tipe yang sifatnya setengah
tipe IV dan setengah tipe V (moderat).

commit to user
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

3. Tipe III adalah semen portland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28 hari
umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum dipakai ketika
acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus dapat cepat
dipakai.

4. Tipe IV adalah semen portland dengan panas hidrasi rendah, yang dipakai
untuk kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus
minimum. Misalnya pada bangunan masif seperti bendungan gravitasi yang
besar. Pertumbuhan kekuatannya lebih lambat daripada semen tipe I.

5. Tipe V adalah semen portland tahan sulfat, yang dipakai untuk menghadapi
aksi sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah dimana tanah atau airnya
memiliki kandungan sulfat yang tinggi.

2.2.2 Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton. Agregat menempati 70-75% dari total volume beton, maka
kualitas agregat akan sangat mempengaruhi kualitas beton, tetapi sifat-sifat ini
lebih bergantung pada faktor-faktor seperti bentuk, dan ukuran butiran pada jenis
batuannya. Berdasarkan butiran, agregat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
agregat halus dan agregat kasar (Yunus, 2010).

a. Agregat Halus

Agregat halus merupakan agregat yang lolos ayakan 4,75 mm. Agregat halus pada
beton dapat berupa pasir alam atau pasir buatan. Pasir alam didapatkan dari hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan (pasir gunung atau pasir sungai). Pasir buatan
adalah pasir yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu atau diperoleh dari hasil
sampingan dari stone crusher. Pasir (fine aggregate) berfungsi sebagai pengisi
pori-pori yang ditimbulkan oleh agregat yang lebih besar (agregat kasar/coarse
aggregate). Kualitas pasir sangat mempengaruhi kualitas beton yang dihasilkan.
Sifat-sifat pasir harus diteliti terlebih dahulu sebelum pasir tersebut digunakan dan
harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan (Yunus, 2010).

commit to user
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

b. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai ukuran lebih dari 4,75 mm dan
ukuran maksimumnya 40 mm. Agregat ini harus memenuhi syarat kekuatan,
bentuk, tekstur maupun ukuran. Agregat kasar yang baik bentuknya bersudut dan
pipih (tidak bulat/blondos) (Yunus, 2010).

2.2.3 Air

Air merupakan bahan dasar pembuatan beton yang penting namun harganya
murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan
pelumas antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Sifat
dan kualitas air yang digunakan dalam campuran beton akan sangat
mempengaruhi proses, sifat serta mutu beton yang dihasilkan (Yunus, 2010).

Menurut Kardiyono Tjokrodimulyo (1996) untuk bereaksi dengan semen, air yang
diperlukan hanya sekitar 25% dari berat semen, namun dalam kenyataanya nilai
f.a.s yang dipakai sulit kurang dari 0,35 karena beton yang mempunyai proporsi
air yang sangat kecil menjadi kering dan sukar dipadatkan.

2.3 Beton Ekonomis dan Ramah Lingkungan

Beton tersusun atas material semen, pasir, kerikil, dan air, yang terkadang juga
diberikan bahan-bahan tambah lainnya untuk mencapai performa beton yang
diinginkan. Material semen, walaupun dalam beton digunakan sekitar 7%-15%,
ternyata untuk menghasilkan semen digunakan energi yang cukup besar dan
limbah yang melimpah juga, sehingga akan sangat berpengaruh pada kondisi
lingkungan.

Penggunaan material agregat kerikil dan pasir, yang merupakan bahan penyusun
utama beton, sekitar 80%, apabila penambangannya tidak terkendali dan
serampangan, tentu akan menimbulkan degradasi lingkungan yang cukup besar.
Saat ini perlu dipikirkan penggunaan material penyusun beton yang dibuat dengan
konsep ramah lingkungan, atau diupayakan material lain yang mempunyai
karakteristik, performa dan kekuatan yang menyamai material beton tapi juga
ramah lingkungan.
commit to user
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Sifat yang paling penting dari beton adalah sifat mekaniknya yaitu sifat kekuatan
tekan, kekuatan lentur, dan kekuatan tarik. Sifat beton berubah karena sifat dari
bahan-bahan susun beton yaitu semen, agregat, air maupun perbandingan
campurannya. Sesuai dengan perkembangan teknologi untuk memperbaiki sifat-
sifat beton dan kinerja beton dengan biaya yang murah tanpa mengurangi
mutunya seperti pemanfaatan limbah buangan serat ijuk, sabut kelapa, serat nilon,
abu sekam padi, ampas tebu, sisa kayu, limbah gergajian, abu cangkang sawit, abu
terbang (fly ash), mikrosilika (silica fume), cangkang kemiri dan lain-lain (Sri
Mulyati 2006 dalam Agustina Panggabean, 2012).

Menurut The Institution of Structural Engineers (1999), pembuatan material


penyusun beton yang ramah lingkungan ini dapat dilakukan dengan mewujudkan
3 (tiga) usaha kelangsungan dan konservasi lingkungan, yaitu:

(1) pengurangan emisi gas rumah kaca (terbesar adalah CO2)

(2) efisiensi energi dan material dasar

(3) penggunaan material buangan/waste

(4) pengurangan efek yang mengganggu kesehatan/keselamatan pada pengguna


konstruksi, baik yang timbul selama proses konstruksi ataupun yang timbul
selama operasi bangunan, dengan menggunakan Konsep 4R (Reduce, Refurbish,
Reuse and Recycle) (Basuki, 2012).

Diantara upaya itu adalah dengan mereduksi penggunaan semen sebagai bahan
pengikat beton, dengan melakukan pengkajian dan pemanfaatan material lain
seperti fly ash, hulk ash, Fly Ash, metakaolin, silika fume sebagai pozzolan yang
dapat mengurangi sebagian penggunaan semen.

commit to user
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

2.4 Bahan Tambah

a. Pengertian Bahan Tambah

Menurut Kardiyono Tjokrodimulyo (1996) bahan tambah adalah bahan selain


unsur pokok beton (air, semen, agregat) yang ditambahkan pada adukan beton,
sebelum, segera atau selama pengadukan beton. Tujuannya ialah mengubah satu
atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah
mengeras, misalnya mempercepat pengerasan, menambah encer adukan,
menambah kuat tekan, menambah daktilitas, mengurangi sifat getas, mengurangi
retak-retak pengerasan dan sebagainya.

Bahan campuran tambahan (admixtures) adalah bahan yang bukan air, agregat
maupun semen yang ditambahkan ke dalam campuran sesaat atau selama
pencampuran. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat beton atau
pasta semen agar menjadi cocok untuk pekerjaan tertentu, atau ekonomis untuk
tujuan lain seperti menghemat energi Nawy (dalam Alve Yunus 2010).

Suatu bahan tambah pada umumnya dimasukkan ke dalam campuran beton


dengan jumlah sedikit, sehingga tingkat kontrolnya harus lebih besar daripada
pekerjaan beton biasa. Kontrol terhadap bahan tambah perlu dilakukan dengan
tujuan untuk menunjukkan bahwa pemberian bahan tambah pada beton tidak
menimbulkan efek samping seperti kenaikan penyusutan kering, pengurangan
elastisitas (Murdock dan Brook, 1991).

Semen portland bahan utama pembentuknya adalah silika (SiO2), aluminat


(Al2O3), Ferrit (Fe2O3), kapur (CaO), sedikit magnesia (MgO) dan terkadang
sedikit alkali. Adapun pemilihan Fly Ash sebagai bahan pembuatan beton yaitu :
pengadaan cukup mudah dan murah sehingga bila ditinjau dari segi ekonomis
akan lebih menguntungkan.

b. Jenis dan Pengaruh Bahan Tambah Mineral Pembantu

Bahan mineral pembantu saat ini banyak ditambahkan ke dalam campuran beton
dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen,
mengurangi temperatur akibat reaksi hidrasi, mengurangi atau menambah
commit to user
kelecakan beton segar. Cara pemakaiannya pun berbeda-beda, sebagai bahan
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

pengganti sebagian semen atau sebagai tambahan pada campuran untuk


mengurangi pemakaian agregat. Pembuatan beton dengan menggunakan bahan
tambah akan memberikan kualitas beton yang baik apabila pemilihan kualitas
bahannya baik, komposisi campurannya sesuai dan metode pelaksanaan
pengecoran, pemeliharaan serta perawatannya baik (Antoni Paul Nugraha, 2007).

Mineral pembantu yang digunakan umumnya mempunyai komponen aktif yang


bersifat pozzolanik (disebut juga mineral pozzolan). Pozzolan adalah bahan alam
atau buatan yang sebagaian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat
yang reaktif Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, PUBI-1982
(dalam Alve Yunus, 2010).

Pozzolan sendiri tidak memiliki sifat semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos
ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur padam pada suhu normal 24-27oC
menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air.

Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambah atau pengganti sebagai semen
portland. Bila pozzolan dipakai sebagai bahan tambah akan menjadikan beton
lebih mudah diaduk, lebih rapat air, dan lebih tahan terhadap serangan kimia.
Beberapa pozzolan dapat mengurangi pemuaian akibat proses reaksi alkaliagregat
(reaksi alkali dalam semen dengan silika dalam agregat), dengan demikian
mengurangi retak-retak beton akibat reaksi tersebut. Pada pembuatan beton massa
pemakaian pozzolan sangat menguntungkan karena menghemat semen, dan
mengurangi panas hidrasi (Tjokrodimulyo, 1996).

Perbedaan reaksi hidrasi dan reaksi pozzolanik adalah sebagai berikut:

Semen Portland
cepat
C3S + H C-S-H + CH

Semen Air Gel kalsium Kalsium

Silikat Hidrat Hidroksida


Material Pozzolan
Pozzolan + CH + H lambat C-S-H
Kalsium
Air Gel kalsium
Hidroksida commit to user
Silikat Hidrat
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Berlawanan dengan reaksi hidrasi dari semen dengan air yang berlangsung cepat
dan kemudian membentuk gel kalsium silikat hidrat dan kalsium hidroksida,
reaksi pozzolanik ini berlangsung dengan lambat sehingga pengaruhnya lebih
kepada kekuatan akhir dari beton. Panas hidrasi yang dihasilkan juga jauh lebih
kecil daripada semen portland sehingga efektif untuk pengecoran pada cuaca
panas atau beton massif (Nugraha, 2007).

Material pozzolan dapat berupa material yang sudah terjadi secara alami ataupun
yang didapat dari sisa industri. Masing-masing mempunyai komponen aktif yang
berbeda. Tabel 2.2. menunjukkan komponen aktif mineral pembantu yang berasal
dari material alami dan material sisa proses industri. Umumnya material pozzolan
ini lebih murah daripada semen portland sehingga biasanya digunakan sebagai
pengganti sebagian semen. Persentase maksimum pengantian ini harus
diperhatikan karena dapat menyebabkan penurunan kekuatan beton (Nugraha,
2007).

commit to user
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.2 Material Pozzolan pada Umumnya

Kategori Material umum Komponen aktif

Abu fulkanis murni Aluminosilicate glass

Abu vulkanis terkena Aluminosilicate glass

cuaca (tuff, trass, dll) Zeolite

Batu apung (pumice) Aluminosilicate glass


Material
alami Fosil kerang Amorphous hydrated silica

(diatomaceus earth)

Opaline chert dan shales Hydated silica gel

(batu sedimen)

Fly ash – tipe F Aluminosilicate glass

Material sisa – tipe C Calcium aluminosilicate glass


industri
Silika fume Amorphous silica

Rice husk ash Amorphous silica

Calcined clay Amorphous alumino silicate


(metakaolin)

Sumber: Antoni, Paul Nugraha (2007).

Kebutuhan air pada beton dapat meningkat untuk kelecakan yang sama karena
ukuran partikel meterial pozzolan yang halus. Namun bentuk partikel material ini
akan mempengaruhi kebutuhan akan airnya. Ukuran dan bentuk partikel material
pozzolan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

commit to user
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.3. Karakteristik Fisik dari Material Pozzolan

Ukuran Luas Massa


rata-rata permukaan jenis
Material Bentuk partikel
(specific
(µm) (m2/kg)
gravity)

Semen portland 10-15 <1 Angular, irregular 3,2

Pozzolan alamiah 10-15* <1 Angular, irregular bervarias


i

Fly ash (F dan C) 10-15 1-2 Mostly spherical 2,2-2,4

Silica fume 0,1-0,3 15-25 Spherical 2,2

Rice husk ash 10-20 50-100 Cellular, irregular <2,0

Calcined clay 1-2 15 Platey 2,4

(metakaolin)

*setelah dihaluskan, Sumber: Antoni, Paul Nugraha (2007)

Bentuk seperti bola (spherical) menghasilkan kelecakan yang lebih baik daripada
bentuk yang bersudut (angular) karena luas permukaan yang lebih kecil. Bentuk
bola juga mempunyai efek ball-bearing yang dapat meningkatkan kelecakan
campuran beton segar. Material pozzolan dengan bentuk bersudut, berongga
(cellular) ataupun bentuk tak tentu (irregular) membutuhkan penggunaan bahan
kimia pembantu (superplasticizer) agar didapat kelecakan yang baik (Nugraha,
2007).

Sifat-sifat umum dari pozzolan (Yunus, 2010) antara lain:

a. Tidak mempunyai sifat mengikat bila berdiri sendiri.


b. Terdiri dari sebagian besar unsur-unsur silika dan atau alumina (75%-80%).
c. Bila berbentuk bahan halus dan bersama-sama kapur padam akan mempunyai
sifat mengikat.
d. Kekuatannya bila dicampur commit
dengan tokapur
user sangat tergantung dari susunan
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

kimianya, terutama kandungan silica aktifnya.


e. Kehalusannya akan mempengaruhi kekuatannya.

Menurut Paulus Nugraha dan Mustofa (dalam Alve Yunus, 2010) pengaruh
penggunaan pozzolan di dalam campuran beton adalah sebagai berikut:

1. Menghemat biaya karena dapat digunakan sebagai pengganti semen dengan


konsekuensi memperlambat pengerasan sehingga kekuatan awal beton
rendah.
2. Mengurangi retak akibat panas hidrasi yang rendah karena adanya bahan
pozzolan tersebut, kandungan C3A dalam semen berkurang sehingga
temperatur awal dapat diturunkan.
3. Mengurangi muai akibat reaksi alkali-agregat sehingga retak-retak pada beton
dapat dikurangi.
4. Meningkatkan ketahanan beton terhadap garam, sulfat dan air asam, akan
tetapi sebagai pengganti semen, pozzolan memiliki kekurangan yaitu
pozzolan akan sangat mengurangi kekuatan 28 hari. Karena lambatnya aksi
pozzolanik maka dibutuhkan perawatan untuk waktu yang lebih lama. Dengan
semakin banyaknya pemakaian beton di dalam industri konstruksi termasuk
jalan beton maka semakin banyak pula usaha untuk membuatnya semakin
canggih dan semakin ekonomis. Seiring meningkatnya industri beton juga
berdampak pada lingkungan karena meningkatnya pemakaian energi untuk
produksi beton.

c. Fly Ash

Fly Ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara, yang
dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang telah
digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Fly Ash merupakan residu
mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari pembakaran batu bara yang
dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik. Partikel-partikel Fly Ash yang
terkumpul pada presipitator elektrostatik biasanya berukuran (0,074 – 0,005 mm).
Bahan ini terutama terdiri dari silikan dioksida (SiO2), aluminium oksida
commit to user
(AL2O3) dan besi oksida (Fe2O3).
library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Fly Ash adalah pozzolan yang dihasilkan ketika batu bara dibakar dan merupakan
partikel yang sangat kecil sehingga bisa melayang diudara. Fly Ash memiliki
berbagai warna (dari cokelat terang sampai abu-abu hingga hitam) dan pH yang
bervariasi karena perbedaan kandungan kimianya. Faktor-faktor utama yang
mempengaruhi dalam kandungan mineral Fly Ash (abu terbang) dari batu bara
adalah :

1. Komposisi kimia batu bara.

2. Proses pembakaran batu bara.

3. Bahan tambahan yang digunakan termasuk bahan tambahan minyak untuk


stabilitas nyala api dan bahan tambahan untuk pengendalian korosi.

Fly Ash didapatkan dari limbah pembakaran batu bara. Dibawah ini disebutkan
persentase komponen senyawa yang terdapat dalam Fly Ash :

Tabel 2.4 Komposisi kimia Fly Ash

SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 CaO MgO Na2O K2O3 LOI*)


57,47 21,88 3,61 0,81 3,64 1,41 2,69 1,59 1,77
*) Loss in Ignition

2.5 Uji Kuat Lentur

Pengujian kuat lentur secara normal digunakan untk menentukan karakteristik


perkerasan beton dan hasilnya dinyatakan dalam modulus of rupture. Kuat lentur
adalah kemampuan suatu balok atau plat benda uji untuk melawan kegagalan
patah (bending), yang mana secara spesifik diuji dengan pembebanan terhadap
suatu benda uji (berbentuk balok) dengan perletakan beban menggunakan jarak
sepertiga dari panjang benda uji. Apakah suatu benda uji plat beton patah dibawah
tegangan tarik yang diterapkan tergantung daripada modulus of rupture beton
tersebut. Hal ini ditentukan oleh unsur beton yang terkandung didalamnya, umur
beton dan sejarah tekanan yang berhubungan dengan kelelahan/fatigue (Alve
Yunus, 2010).

commit to user
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

British Standard menetapkan ukuran benda uji 150 mm x 150 mm x 750 mm (6 x


6 x 30 in). Tetapi jika ukuran maksimum agregat < 25 mm, ukuran benda uji
adalah 100 mm x 100 mm x 500 mm (4 x 4 x 20 in). Karena ukuran maksimum
agregat dalam penelitian ini < 25 mm, maka di gunakan benda uji dengan ukuran
100 mm x 100 mm x 500 mm (4 x 4 x 20 in) (Alve Yunus, 2010).

Menurut Antoni Paul Nugraha (2007) kuat lentur beton (Modulus of rupture)
dihitung dengan persamaaan (2.2) jika keruntuhan terjadi di bagian tengah
bentang

𝑃𝑥𝐿
𝑅 = 𝑏𝑑2 (2.2)

Persamaan (2.3) digunakan jika keruntuhan terjadi pada bagian tarik di luar
bentang.

3𝑃𝑥𝑎
𝑅= (2.3)
𝑏𝑑2

keterangan :

a. R = Modulus of Rupture
b. P = Beban maksimum yang terjadi.
c. L = Panjang Bentang.
d. b = Lebar spesimen.
e. d = Tinggi spesimen.
f. a = Jarak rata-rata garis keruntuhan dan titik peletakan terdekat
diukur pada bagian tarik spesimen.

2.6 Uji Kuat Tekan

Pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting dalam
kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton ditentukan
oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air.
committinggi
Perbandingan dari air semen, semakin to userkekuatan tekannya. Suatu jumlah
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

tertentu air diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi dalam pengerasan beton,
kelebihan air meningkatkan kemampuan pekerjaan akan tetapi menurunkan
kekuatan (Wang dan Salmon, 1990 dalam Wijaya, 2015).

Pengujian kuat tekan beton menggunakan mesin hidrolik yang ada pada
Laboratorium Bahan Teknik Program Studi Teknik Sipil UNS. Pencatatan yang
dilakukan pada saat pengujian adalah besarnya beban pada saat benda uji hancur.
Untuk mendapatkan besarnya tegangan hancur dari benda uji tersebut dilakukan
dengan perhitungan seperti pada persamaan berikut :

Gambar 2.2 Benda Uji Kuat Tekan Beton

Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM C 39. Cara
menentukan nilai kuat tekan beton:

(2.4)

Keterangan :

a. f’c = Kuat tekan beton (Mpa).


b. A = Luas penampang benda uji (mm2).
c. P = Beban tekan (N).

commit to user
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

2.7 Perkerasan Kaku

Peruntukan prasarana jalan atau jalan raya adalah melayani lalu-lintas kendaraan
baik bermotor maupun tidak bermotor dengan beban lalu-lintas mulai dari yang
ringan sampai yang berat, tentunya ini tergantung pada hirarki fungsional jalan
tersebut yang berada baik di luar maupun di dalam kota. Secara umum konstruksi
perkerasan jalan terdiri atas dua jenis, yaitu perkerasan lentur yang bahan
pengikatnya adalah aspal dan perkerasan kaku dengan semen sebagai bahan
pengikatnya yang jalannya biasa juga disebut jalan beton (Suryawan, 2005).

Jalan beton biasanya digunakan untuk ruas jalan dengan hirarki fungsional arteri
yang berada di kawasan baik luar maupun dalam kota untuk melayani beban lalu-
lintas yang berat dan padat. Selain itu karena biaya perawatan jalan beton dapat
dikatakan nihil walaupun biaya awalnya lebih tinggi dibandingkan dengan jalan
aspal yang selalu memerlukan pemeliharaan rutin, perawatan berkala, dan
peningkatan jalan (tentunya ini akan memakan biaya yang tidak sedikit pula),
maka sangatlah tepat jika jalan beton digunakan pada ruas-ruas jalan yang sangat
sibuk karena sesedikit apapun, perbaikan jalan yang dilakukan akan mengundang
kemacetan (kasus bottle neck) yang tentunya akan berdampak sangat luas
Barnabas (dalam Nugroho, 2010).

Pada awal mula teknik jalan raya, pelat perkerasan kaku dibangun langsung di
atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi
drainasenya. Pada umumnya dibangun slab setebal 6-7 inchi. Dengan
bertambahnya beban lalu lintas, mulai diperhatikan bahwa jenis tanah dasar
berperan penting terhadap perkerasan, terutama terjadinya pengaruh pumping
pada perkerasan. Pumping adalah proses keluarnya air dan butiran-butiran tanah
dasar atau pondasi bawah melalui sambungan dan retakan atau pada bagian
pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal pelat karena beban lalu
lintas, setelah adanya air bebas yang terakumulasi di bawah plat (Ari Suryawan,
2005).

commit to user
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Lapis perkerasan beton menurut Ari Suryawan (2005) dapat diklasifikasikan atas
2 tipe sebagai berikut:

1. Perkerasan beton dengan tulangan dowel dan tie bar. Jika diperlukan untuk
kendali retak dapat digunakan wire mesh, penggunaannya independent
terhadap adanya tulangan dowel.
2. Perkerasan beton bertulang menerus terdiri dari persentase baja yang relatif
cukup banyak dan tidak ada siar kecuali untuk keperluan pelaksanaan
konstruksi dan beberapa siar murni.

Nilai tegangan yang dapat dihitung berdasarkan teori adalah untuk beban statis.
Untuk perencanaan, nilai tegangan harus di-modifikasi terhadap hitungan repetisi
beban lalu-lintas. Jika beton dapat tahan terhadap perubahan berulang, yaitu
sebanyak repetisi beban, maka akan dapat bertahan, tergantung besaran beban
(Suryawan, 2005).

Metode perencanaan perkerasan kaku yang umum digunakan di Indonesia adalah :

1. PCA (Portland Cement Association)

PCA menawarkan metode perencanaan perkerasan kaku berdasarkan teknik


analisa tegangan yang dikembangkan oleh Westergaard. Dalam metode
rancangan ini, ketebalan tergantung pada besaran dan jumlah beban berulang,
modulus of rupture dan modulus reaksi tanah dasar. Modulus of rupture pada hari
ke 28 digunakan untuk perencanaan. Ketebalan perkerasan beton relatif tidak
sensitif terhadap modulus tanah dasar, kecuali jika membandingkan antara tanah
dasar yang sangat lunak dengan yang sangat kuat (Ari Suryawan, 2005).

Untuk hitungan fatigue digunakan rasio antara tegangan aktual pada perkerasan
dengan modulus of rupture. Jika rasio bernilai < 0.51 uji dan peformance di
lapangan menunjukkan bahwa beton akan tahan tanpa menjadi rusak terhadap
repetisi tegangan tidak terbatas (Ari Suryawan, 2005).

Pada metode ini beban kendaraan aktual diaplikasikan pada perancangan


perkerasan beton sebesar 20% lebih besar sebagai faktor keamanan.

commit to user
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

2. AASHTO (American Association of State Highway and Transportation


Officials)

Cara AASHTO dalam perencanaan tebal perkerasan kaku dikembangkan


berdasarkan hasil dari jalan uji AASHO (American Association of State Highway
Officials) seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Persamaan yang digunakan
untuk menghitung data AASHO dengan memperhitungkan beban pada ujung
pelat. Kemudian Poisson’s ratio diasumsikan 0,2 dan dari jarak ujung ke pusat
beban diambil 10 inchi. Campuran jenis kendaraan dapat dikonversikan dalam
bentuk beban ekivalen satu sumbu. Cara ini menunjukkan bahwa ketebalan pelat
beton relatif sensitif terhadap beban lalu-lintas, dan agak sensitif terhadap
tegangan yang terjadi pada pelat beton, namun modulus yang terjadi akibat reaksi
tanah dasar pengaruhnya amat kecil (Suryawan, 2005).

Parameter-parameter perencanaan perkerasan kaku (rigid pavement) mengacu


cara AASHTO (American Association of State Highway and Transportation
Officials) 1993 secara praktis diberikan sebagai berikut dibawah ini.

Parameter perencanaan terdiri :

1. Beban Lalu Lintas

Dengan mengetahui secara tepat tingkat kemampuan suatu jalan dalam menerima
suatu beban lalu lintas, maka tebal lapisan perkerasan jalan dapat ditentukan dan
umur rencana perkerasan tersebut akan sesuai dengan yang direncanakan. Beban
berulang atau repetition load merupakan beban yang diterima struktur perkerasan
dari roda-roda kendaraan yang melintasi jalan raya secara dinamis selama umur
rencana. Beban yang diterima bergantung dari berat kendaraan, konfigurasi
sumbu, bidang kontak antara roda dan kendaraan serta kecepatan dari kendaraan
itu sendiri.

2. Daya Dukung Tanah Dasar

Daya tahan konstruksi perkerasan tak lepas dari sifat tanah dasar karena secara
keseluruhan perkerasan jalan berada di atas tanah dasar. Tanah dasar yang baik
untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar yang berasal dari lokasi itu
commit to user
sendiri atau di dekatnya, yang telah dipadatkan sampai dengan tingkat kepadatan
library.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang baik serta berkemampuan


mempertahankan perubahan volume selama masa pelayanan walaupun terhadap
perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat.

Daya dukung tanah dasar (subgrade) pada perencanaan perkerasan lentur


dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio). CBR pertama kali
diperkenalkan oleh California Division Of Highways pada tahun 1928. Orang
yang banyak mempopulerkan metode ini adalah O.J.Porter. Harga CBR itu sendiri
dinyatakan dalam persen. Harga CBR tanah dasar yaitu nilai yang menyatakan
kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang
mempunyai nilai CBR 100% dalam memikul beban lalu lintas. Terdapat beberapa
parameter penunjuk daya dukung tanah dasar yang paling umum digunakan di
Indonesia.

3. Faktor Regional

Faktor regional berguna untuk memperhatikan kondisi jalan yang berbeda antara
jalan yang satu dengan jalan yang lain. Faktor regional mencakup permeabilitas
tanah, kondisi drainase yang ada, kondisi persimpangan yang ramai, pertimbangan
teknis dari perenrcana seperti ketinggian muka air tanah, perbedaan kecepatan
akibat adanya hambatan-hambatan tertentu, bentuk alinyemen (keadaan medan)
serta persentase kendaraan berat dan kendaraan yang berhenti, sedangkan iklim
mencakup curah hujan rata-rata pertahun.

4. Pertumbuhan Lalu Lintas

Yang dimaksud dengan pertumbuhan lalu lintas adalah pertambahan atau


perkembangan lalu lintas dari tahun ke tahun selama umur rencana. Faktor yang
mempengaruhi besarnya pertumbuhan lalu lintas adalah :

a. Perkembangan daerah tersebut.


b. Bertambahnya kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.
c. Naiknya keinginan untuk memiliki kendaraan pribadi.

commit to user
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

5. Umur Rencana

Umur rencana adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut
mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk
diberi lapis permukaan baru.

6. Reabilitas

Reliabilitas adalah kemungkinan (probability) jenis kerusakan tertentu atau


kombinasi jenis kerusakan pada struktur perkerasan akan tetap lebih rendah dalam
rentang waktu yang diijinkan dalam umur rencana. Konsep reliabilitas merupakan
upaya untuk menyertakan derajat kepastian (degree of certainty) ke dalam proses
perencanaan untuk menjamin bermacam-macam alternatif perencanaan akan
bertahan selama selang waktu yang direncanakan (umur rencana). Faktor
perencanaan reliabilitas memperhitungkan kemungkinan variasi perkiraan lalu
lintas dan karenanya memberikan tingkat reliabilitas (R) dimana seksi perkerasan
akan bertahan selama selang waktu yang direncanakan. Pada umumnya, dengan
meningkatnya volume lalu lintas dan kesukaran untuk mengalihkan lalu lintas,
resiko tidak memperlihatkan kinerja yang diharapkan harus ditekan. Hal ini dapat
diatasi dengan memilih tingkat reliabilitas yang lebih tinggi

7. Jumlah Lajur

Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya,
yang menampung lalu lintas terbesar (lajur dengan volume tertinggi). Umumnya
lajur rencana adalah salah satu lajur dari jalan raya dua lajur atau tepi dari jalan
raya yang berlajur banyak. Persentase kendaraan pada jalur rencana dapat juga
diperoleh dengan melakukan survey volume lalu lintas.

8. Koefisien Distribusi Kendaraan

Koefisien distribusi kendaraan untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada
jalur rencana.

commit to user
library.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

9. Faktor Drainase

Faktor yang digunakan untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif sebagai


fungsi yang menyatakan seberapa baiknya struktur perkerasan dapat mengatasi
pengaruh negatif masuknya air ke dalam struktur perkerasan.

10. Indeks Permukaaan Awal (IPo)

Indeks permukaan adalah suatu angka yang dipergunakan untuk menyatakan nilai
daripada kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan yang berkaitan dengan
tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Dalam menentukan indeks
permukaan awal rencana (IPo) perlu diperhatikan jenis permukaan jalan
(kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana.

11. Indeks Permukaan Akhir (IPt)

Dalam menentukan indeks permukaan akhir umur rencana perlu dipertimbangkan


faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana
(LER).

12. Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien kekuatan relatif (a) diperoleh berdasarkan jenis lapisan perkerasan yang
digunakan. Pemilihan jenis lapisan perkerasan ditentukan dari :

a. Material yang tersedia.


b. Dana awal yang tersedia.
c. Tenaga kerja dan peralatan yang tersedia.
d. Fungsi jalan.

13. Kategori Kendaraan

Survey volume lalu lintas yang dipakai untuk acuan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga mengkategorikan 12 kendaraan termasuk kendaraan tidak bermotor (non
motorized). Sebelumnya, survey pencacahan lalu lintas dengan cara manual
perhitungan lalu lintas tersebut mengkategorikan menjadi 8 kelas (Ditjen Bina
Marga Pd-T-19-2004).

commit to user
library.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Kuat tekan dan flexural strength faktor yang sangat penting dalam perencanaan
perkerasan kaku (rigid pavement) yang mengacu cara AASHTO (American
Association of State Highway and Transportation Officials) 1993. Hal ini didasari
oleh perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
akan mendistribusikan beban terhadap bidang area tanah yang cukup luas,
sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab
beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan
perkerasan diperoleh dari lapisan tebal pondasi bawah, pondasi dan lapisan
permukaan. Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur
yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam
perancangan perkerasan kaku (rigid pavement) adalah kekuatan beton itu sendiri,
kekuatan tanah dasar atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas
struktural perkerasannya (tebal pelat betonnya). Kuat tekan dan flexural strength
merupakan parameter fisik yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dalam
perencanaan perkerasan kaku (rigid pavement) (Yunus, 2010).

2.8 Pengertian Sampah dan Limbah

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sementara itu, sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat
konsentrasi, dan/atau volumenya memrlukan pengelolaan khusus. Penghasil
sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan
timbunan sampah (Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008
Tentang Pengolahan Sampah).

Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Sementara itu pengelolaan
limbah bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang di akibatkan oleh limbah serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya
kembali (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai