Anda di halaman 1dari 6

Pemanfaatan Sampah Plastik sebagai Pengganti Pasir

pada Pembuatan Paving Block Beton


Desi Alisia Sitorus1, Marcellyan Wibowo Damanik2, Meyke Afsari Bancin3
Prodi Teknik Sipil
Universitas Negeri Medan
Email: meykebancin252@gmail.com

Pendahuluan
Paving block merupakan bahan bangunan yang banyak digunakan untuk tempat parkir, halaman, trotoar
ataupun taman kota. Bahan baku pembuatan paving block yaitu semen, pasir dan air dengan komposisi
kimia yang terkandung di dalamnya antara lain SiO 2, Al2O3, Fe2O3, CaO dan H2O. Silikon dioksida
merupakan senyawa berbentuk kristal yang tidak larut dalam air pada temperatur ruang serta memiliki
kekuatan tekan dan kekuatan tarik yang tinggi.

Polietilen memiliki sifat kristalinitas yang tinggi dan gaya tarik antar molekul yang kuat sehingga
kekuatan mekanik yang dimilikinya juga besar. Kekuatan mekanik ini dapat memberikan kontribusi pada
peningkatan kuat tekan paving block yang dihasilkan. Selain itu, polietilen juga memiliki struktur yang
tak berpori (sukar ditembus air) sehingga dapat menurunkan daya serap air pada paving block.

HDPE memiliki densitas yang melebihi atau sama dengan 0.941 g/cm³. HDPE bisa diproduksi dengan
katalis kromium/silika, katalis metallocene dan katalis Ziegler-Natta. Penggunaan HDPE tergantung dari
produk yang dihasilkan. Salah satunya adalah botol susu yang terbuat dari HDPE dengan titik leleh yang
rendah. Hasil daur ulangnya dapat digunakan sebagai kemasan produk non pangan seperti kondisioner,
sampo, pipa, ember dan lain-lain.

Low Density Polyethylene (LDPE) adalah plastik yang terbuat dari minyak bumi dengan rumus molekul (-
CH2-CH2-)n dan sangat mudah dibentuk ketika panas. Plastik jenis ini merupakan resin yang keras, kuat
dan tidak mudah bereaksi dengan zat kimia lain. Pada umumnya LDPE dan HDPE mempunyai tingkat
resistansi kimia yang sangat baik dan tidak larut pada suhu ruang karena sifat kristalinitasnya.

Adapun komposisi kimiawi HDPE dan LDPE ini ditunjukkan pada tabel 1.
LDPE memiliki densitas 0.910–0.940 g/cm3 dengan kekuatan antar molekul dan kekuatan tensil yang
rendah. LDPE diproduksi melalui polimerisasi radikal bebas. LDPE biasa dipakai untuk tempat makanan
dan botol-botol yang lembek seperti madu, mustard, trash bag, pertanian dan konstruksi bangunan.
LDPE dapat didaur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tinggi tetapi tetap
kuat.

Sifat-sifat fisika HDPE dan LDPE ini ditunjukkan pada tabel 2.

Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Paving block juga dikenal dengan sebutan bata
beton (concrete block) atau cone block. Pada umumnya paving block dipakai untuk tempat parkir,
halaman atau untuk jalan lingkungan.

Paving block harus memenuhi kualitas sebagai bahan bangunan yang akan digunakan sebagai pelapis
perkerasan jalan. Kekuatan tekan merupakan salah satu karakteristik kualitas yang harus dimiliki paving
block. Jika memiliki kuat tekan yang tinggi maka kualitas paving block juga akan semakin baik.

Paving block memiliki aneka bentuk dan ketebalan. Pada umumnya paving block dibuat dengan panjang
antara 200-250 mm dan lebar antara 100-112 mm. Sedangkan ketebalan paving block yang sering
digunakan berkisar antara 60-100 mm.

Mutu suatu paving block harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996 tentang Bata Beton untuk
Lantai adalah sebagai berikut :

1. Sifat tampak paving block untuk lantai harus mempunyai bentuk yang rata, bagian sudut dan rusuknya
tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan, tidak terdapat cacat dan retak-retak.

2. Bata beton harus memiliki tebal minimum 60 mm dengan toleransi +8%.

3. Paving block untuk lantai yang diuji dengan natrium sulfat tidak boleh cacat, ataupun kehilangan berat
(maksium 1%wt loss yang diperbolehkan).

4. Paving block untuk lantai harus mempunyai sifat fisika seperti pada tabel berikut ini :
Paving block menurut SNI 03-0691-1996 didefinisikan sebagai suatu komposisi bahan bangunan yang
dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan ditambah agregat
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu paving block itu. Klasifikasi
paving block adalah sebagai berikut :

1). Paving block mutu A : digunakan untuk jalan

2). Paving block mutu B : digunakan untuk pelataran parkir

3). Paving block mutu C : digunakan untuk pejalan kaki

4). Paving block mutu D : digunakan untuk taman dan penggunaan lain

Semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker (kalsium
silikat hidrolik) dan jika dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan–bahan lain
menjadi satu kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras.

Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan
mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4
unsur penting, yaitu :

a). Trikalsium silikat 3CaO.SiO2±55%

Senyawa ini dapat mengeras dalam beberapa jam dan disertai dengan pelepasan sejumlah energi panas.
Jumlah senyawa yang terbentuk selama proses pengikatan berlangsung mempengaruhi kekuatan beton
dan umur awal pada 14 hari pertama.

b). Dikalsium silikat 2CaO.SiO2±20%

Reaksi berlangsung sangat lambat dan disertai dengan pelepasan sejumlah energi panas. Senyawa C2S
ini berpengaruh pada perkembangan kekuatan beton dari umur 14 sampai seterusnya. Semen Portland
yang memiliki kandungan C2S yang banyak, maka ketahanan terhadap agresi kimia dan penyusutan
kering relatif rendah dan memberikan kontribusi terhadap awet beton.

c) Trikalsium aluminat (C3A)±10%

Senyawa 3CaO.Al2O3 (C3A) mengalami proses hidrasi dengan cepat dan disertai dengan pelepasan
sejumlah panas. Senyawa C3A ini berpengaruh pada proses pengikatan awal tetapi kontribusi terhadap
kekuatan beton relatif kecil. Dan lemah terhadap agresi kimia dan paling berpeluang mengalami
disintegrasi (perpecahan) oleh sulfat yang dikandung air tanah dan kecenderungan yang tinggi
mengalami keretakan akibat perubahan volume.

d) Tetrakalsium aluminoferit (C4AF)±8%

Senyawa 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF) dapat merubah reaksi kimia C 2F menjadi C4AF, tetapi kontribusi
senyawa ini terhadap sifat-sifat beton tidak ada.
Air merupakan salah satu bahan yang penting dalam pembuatan beton. Air diperlukan agar terjadi
reaksi kimia dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas agregat agar mudah dalam
pengerjaannya.

Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa
pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pada umumnya impurities tersebut terdiri atas
oksida besi, oksida magnesium, oksida kalsium, oksida alkali, zat lempung dan zat organik hasil
pelapukan hasil hewan dan tumbuhan.

Kandungan air di dalam pasir juga memegang peranan penting dalam pembuatan paving block. Hal ini
dikarenakan air yang semula menempati rongga menguap bersamaan dengan terjadinya reaksi hidrasi
sehingga terbentuk rongga yang dapat meningkatkan porositas paving block. Pasir yang kotor sebaiknya
tidak digunakan untuk pembuatan paving block sebab dapat mengurangi daya kuat.

METODE PENELITIAN

Bahan baku berupa sampah plastik HDPE dan LDPE yaitu gelas plastik dan kantung plastik yang diperoleh
dari limbah rumah tangga. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi pasir, semen dan air.
Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan meliputi cetakan paving block (kami menggunakan
cetakan yang sederhana) dan balok kayu.

Prosedur Penelitian

1). Prosedur Pembuatan Agregat Kasar

Bahan baku yang telah dikumpulkan kemudian dipilih mana yang layak digunakan, dipotong agar plastik
lebih cepat meleleh pada saat proses pemanasan berlangsung. Kantong plastik yang telah dipotong,
dipanaskan (T = 120-125 oC) lalu didinginkan. Lelehan plastik yang telah mengeras tersebut lalu
dihancurkan atau dipotong hingga menjadi agregat kasar dengan ukuran 10–15 mm.

2). Prosedur Pembuatan Paving Block

Agregat kasar dicampurkan dengan semen dan pasir lalu Dilakukan pengadukan hingga semen, pasir dan
agregat kasar tercampur merata dan ditambahkan sejumlah air kemudian diaduk hingga homogen.

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Kadar SiO2 dan Polietilen Terhadap Kuat Tekan Paving Block

Semakin bertambahnya kadar SiO2 dan berkurangnya kadar polietilen, maka kuat tekan yang dihasilkan
semakin kecil. Hal ini dikarenakan jumlah SiO 2 dalam campuran tidak proporsional (berlebihan). SiO 2
merupakan senyawa yang banyak terkandung di dalam pasir. Senyawa SiO 2 bereaksi dengan Ca(OH)2
yang merupakan bahan tak berguna (sisa) dari hasil hidrasi semen dan menghasilkan kalsium silikat
hidrat (CSH).

Kandungan Ca(OH)2 yang semakin berkurang akan menambah kepadatan pada paving block. Sedangkan
senyawa CSH hasil reaksi berperan memberikan kekerasan pada paving block sehingga memiliki kuat
tekan yang tinggi. Reaksi pengikatan Ca(OH)2 oleh SiO2 yang berlangsung adalah sebagai berikut :
Namun jika jumlah SiO2 dalam campuran berlebih, dapat menyebabkan kekuatan tekan paving block
menurun. Hal ini dikarenakan SiO 2 merupakan oksida pembentuk C3S dan C2S yang merupakan
komponen utama dalam semen. Apabila C 3S dan C2S bereaksi dengan air yang kembali membentuk
senyawa Ca(OH)2. Adapun reaksi yang berlangsung yaitu :

Oleh karena itu, untuk mengurangi kandungan SiO 2 dalam pembuatan paving block ini ditambahkan
agregat plastik (polietilen) yang memiliki ketahanan yang kuat terhadap keretakkan (stress cracking
resistance). Selain itu, polietilen, khususnya HDPE memiliki gaya tarik antar molekul yang tinggi sehingga
kekuatan mekaniknya juga akan semakin tinggi sehingga mampu meningkatkan kuat tekan paving block.

Pengaruh Kadar SiO2 dan Polietilen Terhadap Daya Serap Air Paving Block

Semakin sedikit kadar SiO2 berbanding lurus daya serap air pada paving block yang semakin kecil.
Kandungan SiO2 yang berlebihan akan berikatan dengan CaO bebas yang terkandung dalam semen dan
membentuk Ca(OH)2. Kalsium hidroksida menyebabkan kepadatan paving block berkurang akibat
terbentuknya rongga-rongga udara. Ronggarongga udara ini akan terisi oleh air selama masa
perendaman sampel.

Apabila jumlah SiO2 terlalu sedikit atau berlebih maka pengikatan kalsium hidroksida tidak berlangsung
optimal. Oleh karena itulah, pada komposisi kurang dari 85% SiO 2, daya serap air paving block kembali
meningkat.

Semakin bertambahnya kadar polietilen, kepadatan paving block juga bertambah sehingga daya serap
air yang dihasilkan semakin menurun. Selain itu sifat polietilen (plastik) yang tidak tembus air dan tidak
terlarut dalam air pada temperatur ruang menyebabkan daya serap air pada paving block berkurang.

Pengaruh Waktu Simpan Terhadap Kuat Tekan Paving Block

Gambar diatas menunjukkan bahwa semakin lama waktu simpan produk, maka kuat tekan yang
dihasilkan semakin besar. Semakin lama waktu simpan menyebabkan bertambahnya waktu kontak
antara SiO2 dan Ca(OH)2. Kandungan kalsium hidroksida akan mengurangi kepadatan karena dapat
membentuk rongga udara pada paving block yang dihasilkan. Oleh karena itu, semakin banyak Ca(OH) 2
yang mampu diikat oleh SiO2 dapat menambah kepadatan paving block sehingga kuat tekannya
meningkat.

Silikon dioksida juga merupakan oksida pembentuk C 3S dan C2S yang dapat berpengaruh pada kuat
tekan paving block. Trikalsium silikat (C 3S) berperan aktif dalam memberikan kuat tekan awal yang tinggi
sedangkan komponen C2S (dikalsium silikat) memberikan kuat tekan yang tinggi pada waktu simpan
lebih dari satu minggu setelah sampel kering.

Pengaruh Waktu Simpan Terhadap Daya Serap Air Paving Block

Grafik diatas menunjukkan bahwa, daya serap air paving block konstan. Hal ini dikarenakan waktu reaksi
antara SiO2 dan Ca(OH)2 belum tercapai. Kalsium hidroksida menyebabkan kepadatan paving block
berkurang akibat terbentuknya rongga-rongga udara. Rongga-rongga udara ini akan terisi oleh air
selama masa perendaman sampel. Pengikatan Ca(OH) 2 oleh SiO2 akan membentuk CSH (kalsium silikat
hidrat) yang berperan menambah kepadatan paving block. Semakin padat paving block maka semakin
sukar menyerap air (ditembus air).

Daya serap air paving block semakin menurun setelah beberapa hari waktu simpan. Hal ini dikarenakan
semakin lama masa simpan menyebabkan bertambahnya waktu kontak antara SiO 2 dan Ca(OH)2
sehingga semakin banyak kalsium hidroksida yang mampu diikat oleh SiO 2.

KESIMPULAN

1). Semakin banyak kadar senyawa SiO2 dalam paving block maka kuat tekan paving block semakin
berkurang dan daya serap airnya bertambah.

2). Semakin banyak kadar polietilen dalam paving block maka kuat tekannya semakin besar dan daya
serap airnya semakin rendah.

3). Semakin bertambahnya waktu simpan, maka semakin besar kuat tekan paving block yang dihasilkan.
4). Daya serap air paving block mengalami penurunan setelah 16 hari waktu simpan.

5). Paving block dengan kuat tekan paling tinggi dan daya serap air paling rendah dihasilkan dengan
kadar SiO2 85%, polietilen 15%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Andre., 2012. Studi Sifat Mekanik Paving Block Terbuat dari Campuran Limbah Adukan Beton dan
Serbuk Kerang.

http://www.lontar.ui.ac.id

2. Angin, D. P., 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Bata Konstruksi dengan Memanfaatkan Limbah Padat
Industri Pulp (Dreg dan Grit) dari PT TPL Porsea.

http://www.repository.usu.ac.id

3. Anonim., 1993. British Standard 6717 : Part 1 : 1993 Precast Concrete Paving Blocks Part 1
Specification for Paving Blocks. British Standard Institution.

4. Anonim, 2013. Polietilena.

http://www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai