BAB IV
TEKNOLOGI BETON
IV.1 UMUM
Beton merupakan salah satu dari bahan bangunan yang banyak diminati/disenangi oleh
masyarakat pada umumnya, hal itu dikarenakan mempunyai sifat-sifat lebih banyak yang
menguntungjan dibandingkan dengan sifat-sifat yang merugikannya. Beton adalah suatu bahan
bangunan yang diperoleh dari pencampuran antara agregat kasar (coarse aggregate/split),
agregat halus (fine aggregate/pasir), semen dan air (lihat tabel 1) serta dalam hal-hal tertentu
masih diberikan suatu bahan tambahan (admixture) untuk mendapatkan maksud tertentu dari
beton tersebut tetapi tidak menambah kekuatan tekan dari beton.
Tabel 1. Skema bahan-bahan pembentuk beton
AIR
PASTA
SEMEN
MORTAR
PASIR (FINE
AGGRATE) BETON (BETON
BERTULANG)
(+ADMIXTURE)
SPLIT (COARSE
AGGRATE)
Karena sifat yang terpenting dari beton adalah kuat terhadap tekan, sedangkan untuk
suatu konstruksi bangunan, diperlukan adanya kombinasi-kombinasi beban, baik itu tekan,
tarikan, puntiran, momen dan lain-lain. Untuk itu, pada suatu konstruksi beton perlu
ditambahkan atau digabungkan dengan tulangan baja yang berfungsi untuk membantu sifat-
sifat yang kurang menguntungkan daripada beton itu sendiri dan yang kita kenal dengan istilah
beton bertulang.
Hal itu terjadi karena antara beton dan baja mempunyai hubungan atau tegangan rekat
(Bonding) yang cukup baik tanpa diberikan suatu bahan tambahan, karena dari kedua bahan
tersebut antara baja dan beton mempunyai koefisien muai suhu () yang hamper sama , yaitu :
beton = 10 x 10-6 /0C
baja = 7-12 x 10-6 /0C
Sehingga apabila terjadi adanya perubahan suhu baik panas ataupun dingin (misalkan
terjadi kebakaran s/d suhu tertentu ataupun terjadi pendinginan pada saat musim salju) bukan
menjadikan suatu permasalahan/problem bagi bahan konstruksi beton bertulang.
Dari beberapa sifat beton menguntungkan, maka yang paling utama adalah kuat terhadap tekan,
untuk itu perlu kita mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan daripada beton,
yaitu:
1
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
IV.2.1 SEMEN
Semen Portland adalah material hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips
sebagai bahan tambahan.
Semen Portland diproduksi untuk pertama kalinya pada tahun 1824 oleh Joseph Aspdin,
dengan memanaskan suatu campuran tanah liat yang dihaluskan dengan batu kapur atau kapur
tulis dalam suatu dapur sehingga mencapai suatu suhu yang cukup tinggi untuk menghilangkan
gas asam karbon (Murdock et al, 1999).
Fungsi semen adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agarterjadi suatu massa yang
kompak/padat. Selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga di antara butiran agregat.
Walaupun semen hanya kira-kira mengisi 10% dari volume beton, namun karena merupakan
bahan yang aktif maka perlu dipelajari maupun dikontrol secara ilmiah (Tjokrodumuljo, 1996).
IV.2.1.a Susunan Kimia Semen
Susunan kimia dari semen dapat mempengaruhi sifat semen. Bahan-bahan yang menjadi unsur
pokok dari semen diantaranya adalah kapur, silica, alumina dan oksida besi. Sebagai hasil
perubahan susunan kimia yang terjadi diperoleh susunan kimia yang kompleks, namun pada
semen biasa dapat dilihat seperti pada Tabel 2. Oksida-oksida tersebut berinteraksi satu sama
lain membentuk senyawa yang lebih kompleks selama proses peleburan.
Tabel 2. Susunan Unsur Kimia Pada Semen Biasa
Nama Unsur Kimia Kadar (%)
Kapur CaO 60-65
Silika SiO2 17-25
Alumina Al2O3 3-8
2
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
3
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Meskipun membutuhkan air yang banyak dan cenderung menghasilkan beton yang
sticky (lekat).
c. Semen panas hidrasi rendah; mempunyai proporsi dicalcium silikat tinggi sebagai hasil
dari tricalcium silikat. Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah dan
gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi beton pejal sejenis di mana suhu massa
beton naik.
d. Semen Portland tahan sulfat; mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen
biasa, karena kadar tricalsium aluminate dikurangi.
e. Semen Portland putih; mempunyai sifat-sifat yang sama dengan semen Portland biasa.
Bahan-bahan baku yang digunakan di dalam pembuatannya mempunyai kadar besi
kurang dari 1%.
f. Semen Portland berwarna; dibuat dengan menambahkan zat warna yang sesuai pada
semen Portland biasa bila ingin diperoleh warna tua. Bila dikehendaki warna muda
maka ditambahkan pada semen Portland putih.
g. Semen air entraining (berisi udara); merupakan semen Portland biasa di mana bahan
untuk mengisikan udara telah dicampurkan selama proses pembuatannya.
h. Semen Portland dengan bahan sisa dapur letus; semen ini khususnya berguna untuk
konstruksi massa beton, karena terdapat reduksi panas hidrasi. Semen Portland dengan
bahan sisa dapur latus menghasilkan beton yang lebih tahan agresi kimia, terutama air
laut, bila disbanding dengan semen biasa.
i. Semen Pozzolanic; doproduksi dengan menggiling bersama-sama suatu campuran 85-
60 persen semen Portland dengan 15 s/d 40 persen pozzolana, yang mungkin
merupakan bahan aktif seperti abu vulkanis atau batu apung.
j. Semen super sulfat; dibuat dengan menggiling slag dari dapur letus calcium sulfat
dan suatu activator, biasanya semen Portland biasa. Semen ini mempunyai sifat baik,
tahan terhadap agresi sulfat dan dinyatakan tahan agresi asam yang mempunyai pH
sampai 3,5.
k. Semen dengan alumina tinggi; diproduksi dengan mencampurkan batu kapur dengan
bauxite (biji alumunium) ke dalam suatu tanur. Semen ini mempunyai proporsi
aluminate yang tinggi (33 s/d 44 persen), hingga menyebabkan peningkatan kekuatan
dengan cepat. Di dalam kenyataannya semen dengan alumina yang tinggi sama kuat,
atau bahkan lebih kuat (pada umur 24 hari) daripada semen Portland biasa (pada umur
28 hari).
l. Semen hydrophobic (terlindung dari air); merupakan semen Portland yang diberi
bahan tambahan. Dengan demikian partikel semen dilindungi oleh suatu lapisan yang
melindungi terjadinya hidrasi pada semen ini. Ini memungkinkan penyimpanan semen
ini pada suatu timbunan dengan waktu yang lebih lama dari semen biasa. Semen ini
tampaknya tidak menjadikan beton bersifat kedap air.
(Murdock et al, 1999)
Jenis/type semen yang digunakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuat
tekan beton, dalam hal ini perlu diketahui tipe semen yang telah distandarisasi di Indonesia,
menurut SNI 0031-81 semen Portland di bagi menjadi lima tipe, yaitu :
Type I : Ordinary Portland Cement (OPC), semen untuk penggunaan umum, tidak
memerlukan persyaratan khusu (panas hydrasi, ketahanan terhadap sulfat,
kekuatan awal)
Type II : Moderate sulphate Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap sulfat
sedang dan mempunyai panas hidrasi sedang.
4
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Type III : High Early Strength Cement, semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi
(cepat mengeras)
Type IV : Low Heat of Hydration Cement, semen untuk beton yang memerlukan panas
hidrasi rendah, kekuatan awal rendah
Type V : High Sulphate Resistance Cement, semen untuk beton yang tahan terhadap
kadar sulfat tinggi
Jenis-jenis semen terebut mempunyao kecepatan kenaikan kekuatan yang berbeda.
5
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
IV.2.2 AGREGAT
Agregat adalah bahan pengisi yang bersifat pasif, bahan yang dicampurkan ke dalam pasta
semen sehingga menghasilkan beton dengan volume besar. Kenyataannya bahan pengisi tidak
mutlak bersifat pasif karena sifat fisik, kimia dam termal dari bahan tersebut mempengaruhi
sifat beton. Dari segi ekonomis menguntungkan jika digunakan campuran beton dengan
sebanyak mungkin bahan pengisi dan dengan sekecil mungkin jumlah semen. Namun
keuntungan dari segi ekonomis harus diseimbangkan dengan kinerja beton baik saat dalam
keadaan segar maupun setelah mengeras (Neville dan Brook, 1987).
Pengaruh. kekuatan agregat terhadap kekuatan beton begitu besar, karenal pada
umumnya. kekuatan agregat lebih besar daripada kekuatan pastanya, Namun kekasaran
perrnukaan agregat berpengaruh terhadap kekuatan beton, karena kekasaran agregat tersebut
bisa memberikan ikatan yang sangat baik agregat akibat adanya pasta. Seperti tarnpak pada
gambar 1. Batu pecah yang memiliki permukaan yang lebih kasar daripada kerikil memberikan
kuat tekan yang lebih tinggi pada beton.
6
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
kuat dan gradasinya baik. Agrergat harus pula mempunyai kestabilan kimiawi dan dalam
tertentu harus tahan aus dan tahan cuaca. Pada umumnya agregat digolongkan dalam 3
kelompok, menurut diameter/ besarnya yaitu :
Batu, yang mempunyai besar butiran > 40 mm
Keritill/Split yang berdiameter 5 s/d 40 mrn
Pasi dengan butiran antara 0,15 s/d 5 mm
7
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
memiliki berat jenis sekitar 2,3 kg/dm3 dengan kuat tekan antara 15 MPa sampai dengan
40 MPa dan dinamakan beton normal.
ii. Agregat Berat
Agregat berat memiliki berat jenis 2,8 kg/dm3 ke atas, contohnya magnetik (Fe304),
barytes (B,aS04), atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan cocok untuk dinding
pelindung radiasi sinar x.
iii. Agregat Ringan
Agregat ringan memiliki berat jenis kurang dari 2,0 kg/dm3, misalnya diatomite, pumice,
tanah bakar, abu terbang, busa terak tanur tinggi. Pada umumnya dibuat untuk beton
non struktural, beton tahan api dan isolator panas.
Kebaikannya adalah berat sendiri yang rendah sehingga strukturnya ringan dan
fondasinya lebih kecil. Agregat ringan dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Agregat
ringan alami misalnya: dictomite, pumice, volcanic, cinder. Adapun agregat ringan buatan
misalnya: tanah bakar (bloated clay), abu terbang (sintered flyash), busa terak tanur tinggi
(foamed blast furnace slag). Pada umumnya beton dari agregat ringan, selain bobotnya rendah
juga mempunyai sifat lebih tahan api dan sebagai bahan isolasi panas yang lebih baik.
Agregat ringan umumnya mempunyai daya serap air yang tinggi sebesar 14% pada
lempung bakar, sehingga dalam pengadukan beton cepat keras hariya dalam beberapa menit
saja setelah pen campuran, untuk itu pertu diadakan pembasahan agregat terlebih dahulu
sebelum pengadukan. Dalarn pencampuran sebaiknya air yang dibutuhkan dan agregat
dicampur dulu, kemudian baru semennya. Karena sifatnya yang mudah dilewati air (tidak rapat
air) maka untuk mencegah korosi tulangan diperlukan selimut beton yang lebihtebal daripada
beton normal. Beton dengan agregat ringan mempunyai kuat tarik rendah, modulus elastisitas
rendah, serta rayapan, dan susutan lebih tinggi.
8
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Pt = (d/D)1/2
Dengan: Pt = total butiran agregat yang lebih kecil daripada d
D = ukuran rnaksimum butiran
Agar diperoleh agregat yang kemarnpatan tinggi, rnaka susunan gradasi adalah sebagai
berikut:
i Butir ukuran 20 mm - 40 mm = 29%
ii Butir ukuran 10 mm - 20 mm = 21 %
iii Butir ukuran 5 mm - 10 mm = 15 %
iv Butir ukuran < 5 mm = 35%
Menurut peraturan British Standart yang juga dipakai di lndonesia (dalam SK -SNI-T
15-1990)3 ) kekasaran pasir dapat dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya,
seperti tarnpak pada Tabel 3 .
Tabel 3. Gradasi Pasir
Diameter Persen berat butir yang lewat ayakan
Lubang
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
Saringan (mm)
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 95-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
1.2 30-70 55-90 75-100 90-100
0.6 15-34 35-59 60-79 80-100
0.3 5-20 8-30 12-40 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15
(Sumber : Tjokrodimuljo, 1996)
9
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
GRADASI KHUSUS
a. Gradasi Sela
Gradasi sela dideflnisikan sebagai suatu agregat dengan, gradasi salah satu fraksi atau lebih
,
yang berukuran tertentu tidak ada. Jika gradasi yang sudah diuraikan disebut gradasi menerus
dengan gambar diagram yang menerus, maka pada gradasi sela ini dalam diagram gradasi
ditunjukkan dengan adanya suatu garis horizontal pada suatu fraksi ukuran agregat tertentu.
Beberapa tanda atau keistimewaan penting dari agregat dengan gradasi sela ini adalah sebagai
berikut :
(1) Pada suatu faktor air-semen dan rasio-agregat tertentu, kemudahan pengerjaan akan
lebih tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit. Hal ini berbeda dengan jika dipakai
gradasi menerus.
(2) Pada kondisi campuran adukan beton segar mudah dikerjakan, agregat dengan gradasi
sela lebih cenderung untuk mengalami segregasi. Oleh kareria itu gradasi sela disarankan
dipakal pada campuran dengan tingkat kemudahan pengerjaan rendah, yang kemudian
pemadatannya dilakukan dengan penggetaran.
(3) Agregat dengan gradasi sela tidak tampak berpengaruh terhadap kuat tekan ataupun kuat
tarik betonnya.
b. Gradasi Seragam
Agregat dengan gradasi seragam/ ukuran tunggal adalah agregat yang terdiri dari butiran
yang berada pada batas yang sernpit dari ukuran fraksi, dalam diagram tarnpak garisnya
harnpir tegak/ vcrtikal, Suatu agregat dengan ukuran tunggal 20 mm adalah agregat yang
butir- butirannya lolos pada ayakan 20 mm tetapi tertahan pada ayakan 10 mm.
Agregat dengan gradasi seragarn ini biasanya dipakai untuk beton ringan jenis beton
tanpa pasir, atau 'untuk mengisi agregat dengan gradasi sela, atau untuk tambahan agrcgat
dengan gradasi campuran yang kurang memenuhi syarat,
Menurut peraturan telah ditetapkan bahwa untuk carnpuran beton dengan diameter
maksirnum .agregat sebesar 40 mrn, 30 mrn, 20 mm, don to rnrn, gradasi agregat
campuran pasir dan kerikil harus berada di dalam batas-batas yang tertera datam tabel 5, 6,
7, 8 atau pada garnbar 2, 3, 4, 5.
10
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
11
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
12
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
13
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
14
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
BENTUK AGREGAT
Sifat bentuk (dan tekstur permukaan) dari butir-butir agregat sebenarnya belum
terdefinisikan dengan jelas, sehingga sifat-sifat tersebut sulit diukur dengan baik dan
pengaruhnya terhadap beton juga sulit diperiksa dengan teliti. Sejumlah peneliti yang
berkecimpung di bidang masalah ini.
Kebulatan atau ketajaman sudut, ialah sifat yang dimiliki butir yang tergantung pada
ketajaman relatif dari sudut dan ujung butir. Kebulatan dapat didefinisikan secara numerik
sebagai rasio antara jari-jari rata-rata dari sudut lengkung ujung atau sudut butir dan jari-jari
maksimum lengkung salah satu ujung/sudutnya.
Bentuk butiran agregat lebih berpengaruh pada beton segar daripada setelah beton
mengeras. Berdasarkan bentuk butiran agregat dapat, dibedakan menjadi :
1. Agregat Bulat
2. Bulat sebagian
3. Bersudut
4. Panjang, dan
5. Pipih
Agregat bulat (dari sungai atau pantai) mempunyai rongga udara minimum 33%. Hal lni
berarti mempunyai rasio luas permukaan-volume kecil, sehingga hanya memerlukan pasta
15
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
semen yang sedikit untuk menghasilkan beton yang baik, namun ikatan antar butir-butimya
kurang kuat sehingga lekatannya lemah, sehingga tidak cocok untuk beton mutu tinggi
maupun perkerasan jalan raya.
Agregat bulat sebagian mempunyai rongga lebih tinggi, yaitu berkisar antara 35% sampai
38%. Dengan demikian membutuhkan lebih banyak pasta semen untuk mendapatkan beton
segar yang dapat dikerjakan. Ikatan antar butir-butir lebih baik, daripada agregat bulat, namun
belum cukup untuk dibuat beton mutu tinggi.
.
Agregat bersudut mempunyai rongga berkisar antara 38% sampal 40%. lkatan antar
butir-butirnya baik sehlngga membentuk daya lekat yang baik (ingat batu pecah yang dipakai
untuk balast jalan kereta api). Pasta Semen (yang dlperlukan lebih banyak untuk membuat
adukan beton dapat dikerjakan, namun baik untuk beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan
jalan.
Agregat pipih ialah agregat ukuran terkecil butirannya kurang dari 3/5 ukuran rata-ratanya.
Ukuran rata-rata agregat ialah rata-rata ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran
agregat. Jadi, agregat mempunyai ukuran rata-rata 15 mm jika lolos pada lubang ayakan 20
mm dan tertahan pada lubang ayakan 10 mm. Agregat akan dinamakan pipih jika ukuran
terkecil butirannya lebih kecil dari 3/5 x 15 mm = 9 mm.
16
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Pengujian agregat terdiri dari pemeriksaan kandungan lumpur, dan kotoran organis
.
yang terkandung dalam agregat, .
analisa saringan, analisa kadar air, berat jenis dan penyerapan
air. Tujuan dari pemeriksaan kandungan lumpur dan kotoran organis pada agregat adalah
menentukan banyaknya kandungan butir lebih kecil dari 50 mikron (lumpur) yang terdapat
dalam agregat dan menentukan prosentase zat organis yang terkandung dalam agregat. Tujuan
dari analisa saringan yaitu menentukan modulus kehalusan pasir. Modulus kehalusan adalah
harga yang menyatakan tingkat kehalusan agregat yang nilainya seperseratus dari jumlah sisa
agregat di atas saringan dengan diameter 0,15 mm.
17
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Pemeriksaan kadar air dalam agregat bertujuan untuk menentukan prosentase air yang
terkandung agregat. Sedangkan tujuan dari pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat
adalah untuk menentukan berat jenis dan prosentase berat air yang dapat diserap agregat,
dihitung terhadap berat kering. Pada pemeriksaan kadar air, berat isi dan berat jenls dilakukan
dalam kondisi asli dan SSD. Kadar air asll adalah kandungan air pada agregat dalam keadaan
normal/biasa. Sedangkan kadar air SSD adalah kandungan air pada kondisi agregat kering
jenuh permukaan. ,
IV.2.3 AIR
Umumnya air merupakan bahan yang paling murah, dalam hal ini air diperlukan untuk
bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas diantara butir-butir agregat, agar
memudahkan pengerjaan dan pemadatan beton.
Untuk bereaksi dengan semen, air yang dibutuhkan sebenamya hanya berkisar 25 %
dari berat semen, namun didalam pelaksanaannya selalu lebih besar dari 30 % bahkan kadang.
sampai 60 %. '. .
Kelebihan air tersebut, sebetulnya tidak oIeh terlalu banyak, karena bisa menurunkan
kualitas dari beton dan berakibat betonnya keropos (poreous), karena kelebihan air tersebut
bersama-sama dengan semen akan bergerak kepermukaan adukan beton segar yang baru saja
dituang (Bleeding) yang kemudian menjadi buih dan merupakan suatu lapisan tipis yang
dikenal dengan selaput tipis (laitance.) Selaput tipis ini akan mengurangi lekatan antara lapis
beton satu dengan lapis beton lainnya dan merupakan bidang sambung yang lemah.
Air yang dapat diminum dapat digunakan untuk air adukan beton. Akan tetapi air yang
dapat digunakan untuk adukan beton tidak berarti dapat diminum. Tabel 9. berikut ini
memberikan kriteria kandungan zat kimiawi yang terdapat dalam air dengan batasan tingkat
konsentrasi tertentu yang dapat digunakan bagi adukan beton.
Tabel 9 Batasan maksimum kandungan zat kimia dalam air adukan beton
Kandungan Unsur Kimiawi Maksimum Konsentrasi (ppm*)
Chloride, Cl
Beton Prategang 500
Beton Bertulang 1000
Sulfate, SO4 1000
Alkali
600
(Na2O + 0,658 K20)
Total solids 50000
Ppm* = parts per million
Sebagai perbandingan , analisis air laut mempunyal kandungan :
a. CI = 3.960 - 20.000 ppm
b. SO4 = 580 - 2.810 ppm
c. Na = 2.190 - 12.200 ppm
Air laut mengandung 3,5 % larutan garam, sekitar 78 %-nya adalah sodium klorida dan
15% nya adalah magnesium sulfat. Garam-garam dalam air laut ini dapat mengurangi
kekuatan beton sampai 20 %. Air laut tidak boleh digunakan untuk campuran beton pada
beton bertulang atau beton bertulang, karena resiko terhadap korosi tulangan lebih besar.
18
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
IV.3.1 Umum
Beton yang merupakan suatu bagian atau salah satu bahan dari konstruksi bendung,
gedung maupun jembatan & jalan, karena merupakan hasil pencampuran dari beberapa
material (semen, air, agregat kasar dan agregat halus). Untuk itu kualitas dari beton tersebut
tentunya tidak dapat lepas dari mutu/kualitas bahan pembentuknya, disamping tergantung
juga kepada, pembuatan, pemadatan dan masa perawatan beton itu sendiri.
Pemeriksaan terhadap material bahan perlu dilakukan sejak dini, artinya pengujian
untuk menemukan karakteristik dari masing-masing material, adapun pengujian tersebut
dapat dilakukan secara sederhana/simpel ataupun juga dapat dilakukan dengan lebih
kompleks, hal itu tentunya tergantung pada, skala kebutuhannya.
Ditinjau dari konsistensi adukan maka adukan dapat dikategorikan sebagai adukan
padat, adukan semi-plastis dan adukan plastis. Beton padat atau beton tumbuk hanya
mengandung air cukup untuk proses pengerasan dan secara visual masih dapat dibentuk
menjadi bola. Beton tumbuk hanya dapat dipadatkan dengan stamper.
Walaupun saat ini telah digunakan beragam zat additif (super-plasticizer) yang
dapat meningkatkan plastlsitas adukan tanpa peningkatan kadar air, maka penge~huan
dasar tentang adukan beton "mumi" perlu difahami untuk dapat mengevaluasi perilaku
adukan pada umumnya.
Semakin tinggi kadar air adukan, semakin mudah proses pengadukan dan
penuangan. Namun demikian penggunaan air yang berlebihan akan berakibat pada
menurunnya mutu dan beton (f'c) itu sendiri. Agar diperoleh suatu adukan dengan mutu
yang tetap dan dapat dipertahankan maka konsistensi suatu adukan perlu dikontrol.
19
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jenis semen. Semen halus membutuhkan air yang lebih banyak dari pada semen
yang relatif kasar, juga semen tertentu "mengikat" air sehingga adukan yang
homogen mudah diciapat, dan jenis semen yang lain justru "melepas" air sehingga
air adukan yang dibutuhkan meningkat.
Kadar semen dalam adukan
Bentuk dasar agregat
Adanya zat additive
i. Percobaan Watz
Percobaan Weltz, digunakan untuk adukan yang semi-plastis dan terdiri dari
bejana ukur dari baja berdimensi 200x200x4CO mm, penuangan adukan dengan
penggaris. Adukan sejumlah 30 liter dituangkan secara hati-hati kedalam bejana.
Agar penuangan dapat merata, maka adukan harus dituangkan bergantian keempat
sisi bejana. Setelah terisi penuh maka permukaannya diratakan tanpa dipadatkan.
Bejana kemudian digetarkan sehingga adukan mengalami pemadatan, bila
tidak turun lagi, penggetaran dihentikan. Diferensial penurunan adukan [s]
ditentukan ditengah dari keempat sisi bejana dan tinggi rata-.rata adukan [h] dapat
ditentukan
Percobaan Slump telah dimanfaatkan selama lebih dan 80 tahun diselurh dunia,
dengan demikian metoda ini rnerupakan cara pengujian beton yang paling tua. Adapun
kelebihan dari percobaan ini adalah:
- Bisa menunjukkan secara langsung dan cepat hubungan konsistensi adukan.
- Merupakan tolok ukur kemudahan penuangan.
- Mencerminkan kohesi adukan.
Kelemahan metode uji ini adalah datanya yang semata-mata empiris dan
penggunaannya yang terbatas untuk adukan semi plastis dan plastis.
20
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
maka dapat pula digunakan alat-alat paten seperti Vebe-Consistometer, alat pengukur
produksi Power atau sonde beton Humm. Alat-alat ini bisa digunakan secara langsung di
lapangan untuk menentukan konsistensi adukan.
b) Metode Pyknometer
Adukan beton yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam bejana (gelas ukur) yang
terisi air penuh. Volume air yang terdesak oleh adukan kemudian dicatat, selanjutnya
adukan tersebut dicuci dan material yang tertinggal di atas saringan 150 m ditimbang.
Berdasarkan azas tekanan hidrostatis air maka FAS dapat dltentukan.
c) Cara Cucian
FAS ditentukan dengan penimbangan adukan yang telah dioven. sampai kering (sampai
dengan beratnya tetap/seluruh kandungan aimya menguap). Adukan kering tersebut
dicuci,material yang tertinggal di atas saringan 150 m di timbang sehingga berat agregat
dapat ditentukan, material yang lolos saringan 150 m dianggap sebagai partikel semen.
Metode ini paling tidak teliti dibandingkan kedua cara analisa terdahulu.
Metode analisa memiliki kelemahan bahwa Agregat halus dengan lebih kecil 150 m 1
akan terindentifikasi sebagai semen, dan dapat mempengaruhi penentuan FAS. Tabel
10. mcnunjukknn nllai FAS maksimum yang dapat digunakan sebagai pedoman di
lapangan (Nawy,1996).
21
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Batas kandungan udara dalam adukan berkisar antara 6% dari volume beton. Dengan
demikian pengujian terhadap kandungan udara dalam adukan hanya diperlukan apabila
digunakan Entraining Additives (AEA).
i. Metode Tekan (Pressure Method)
Dasar teori percobaan ini adalah Hukum Boyle. Percobaan dilaksanakan dengan
mengukur gaya tekan luar pada adukan dan tegangan udara yang terjadi di dalam adukan.
Tabung kedap udara diisi dengan adukan kemudian ditekan dengan air melalui pompa.
Sebuah manometer digunakan untuk rnengukur tekanan udara dalam tabung.
ii. Pocket-Air-Indicator
Cara mudah untuk menentukan kadar udara di lapangan adalah dengan menggunakan
-
Pocket-Air-Indicator. Alat diisi dengan sejumlah adukan dan dipenuhi dengan larutan
alkohol 70%. Dengan menutup mulut dengan ibu jari, tabung dikocok sehinga seluruh
gelembung udara terlepas dari adukan. Kadar udara dapat ditentukan dari pembacaan
penurunan permukaan alkohol dan dengan menggunakan grafik kalibrasi.
22
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
a. Compressioan Test
Metode pengujian kuat tekan beton dapat dilakukan dengan Compression Test, lnpact
Hammer maupun Core Drill. Bila direncanakan pengujian dengan Compression Test
Apparatus, maka selama proses pengadukan dan pengecoran perlu dibuatkan suatu sample
atau benda uji yang, selalu dirawat dengan baik, untuk mendapatkan atau memperoleh
kekuatan beton karakteristik standar diperlukan umur beton 28 hari, karena pada umur 28
hari beton dikatakan telah mencapai umurnya. Dalam hal ini bisa dilihat pada Tabel 10.
yang menyatakan perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur.
Benda uji untuk beton dapat dibuat dalam beherapa pilihan, yaitu dapat berbentuk kubus
200x200x200 mm3, 150x150x150 mm3 maupun silinder , diameter 150 mm dengan
tinggi 300 mm. Masing-masing bentuk benda uji mempunyai kelebihan dan spesitikasi
tersendiri seperti terlihat pada Tabel 11. Benda uji tersebut ditekan dengan gaya norma1
dan respon hubungan atara tegangan dengan regangan kemudian dapat direkam atau
dapat diketahui. Tegangan karakteristik beton dapat dinyatakan oleh tegangan tertinggi
yang dapat pikul benda uji sebelum rnengalami kehancuran.
Tabel l1. Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagal-bagai Benda Uji
Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan
Kubus 15x15x15 cm 1,00
Kubus 20x20x20 cm 0,95
Si1inder 15x30 cm 0,83
Analisa pola keretakan dapat memberikan informasi menarik tentang perilaku beton.
Kehancuran dapat disebabkan karena terlepasnya mortar dari agregat atau hancurnya
agregat itu sendiri.
23
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Mpa. Kurva kalibrasi yang menggambarkan hubungan tegangan karakteristik dan rebound
value, kemudian dapat digunakan untuk pengukuran di lapangan.
Hammer merupakan alat uji yang sederhana dan meskipun ketelitiannya cukup tinggi,
percobaan ini tidak dapat dianggap sebagai pengganti percobaan tekan dengan
Compression Apparatus. Manfaat terbesar diperoleh terutama pada pengujian konstruksi
yang telah selesai atau untuk daerah yang jauh dari fasiIitas laboratorium beton.
Fr = 2P
Id
Tegangan tarik yang diperoleh dari percobaan ini sebesar 0.5 fc.
24
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
tingkat keausan beton merupakan fungsi dan tegangan karakteristik f'c. Beton dengan mutu
tinggi akan lebih tahan terhadap abrasi bila dibandingkan beton mutu rendah.
1. Yang dimaksud dengan bahan tambahan (admixture) adalah suatu bahan berupa
serbuk atau cairan, yang dicarnpurkan kedalam campuran beton selama
pengadukan dalam jumlah-jumlah tertentu untuk mengubah beberapa sifat dari
pada beton. Yang disebut additive ialah bahan tambahan yang ditambahkan
kedalam semen pada waktu pembuatan beton.
2. Tujuan penggunaan bahan additive/ bahan tambahan beton adalah :
i. Untuk memberikan sifat tertentu pada beton
ii. Untuk mengubah sifat tertentu pada beton guna mempermudah
pengerjaan atau pelaksanaan suatu pembetonan.
iii. Untuk menekan biaya pembuatan beron atau biaya pengecoran dan
pemadatannya.
3. Jenis bahan tambahan lebih baik apabiln akan digunakan dibuat beberapa
campuran percobaan terlebih dahulu untuk lebih meyakinkan sebelum
memutuskan menggunakanya, bahwa bahan tambahan yang akan dipakai itu
betul-betul mempunyai sifat-sifat beton sesuai dengan harapan dan tanpa
mempengaruhi sifat-sifat beton lainya yang merugikan sifat beton itu sendiri.
4. Lima kelompok utuma bahan tambahan yang biasa digunakan yaitu :
25