KAJIAN PUSTAKA
2.2 Biomassa
Biomassa adalah suatu limbah benda padat yang bisa dimanfaatkan lagi
sebagai sumber bahan bakar. Biomassa meliputi limbah kayu, limbah pertanian,
limbah perkebunan, limbah hutan, komponen organik dari industri dan rumah
tangga. Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan
bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu
sumber energi ini dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat
diperbaharui (renewable resources), sumber energi ini relatif tidak mengandung
unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian. (Samsinar,
saleh, & Rustiah, 2016)
Biomassa didefenisikan sebagai material tanaman, tumbuh-tumbuhan, atau
sisa hasil pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar.
Secara umum sumber-sumber biomassa antara lain tongkol jagung, jerami, dan
lain sebagainya; material kayu seperti kayu atau kulit kayu, potongan kayu, dan
lain sebagainya; sampah kota misalkan sampah kertas dan tanaman sumber energi
seperti minyak kedelai, alfalfa, poplars, dan lain sebagainya.
Menurut Borman (1998), dalam Syamsiro dan Saptoadi (2007: B-2)
biomassa adalah salah satu jenis bahan bakar padat selain batubara. Biomassa
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu biomassa kayu dan biomassa bukan
kayu. Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu pengeringan
8
9
sekam padi, tongkol jagung, dan tempurung kelapa yang merupakan limbah
pertanian dan perkebunan, memiliki potensi yang besar sekali.
2) Limbah hewan, yaitu limbah yang berasal dari hewan. Misalnya, bulu
ayam
dan kotoran hewan.
b. Limbah Anorganik
Limbah anorganik adalah limbah yang berasal dari sumber daya alam yang
tidak terbaharui, seperti mineral dan minyak bumi, atau hasil samping proses
industri. Limbah anorganik tidak mudah hancur. Sebagian zat anorganik tidak
dapat diuraikan oleh mikroorganisme, sedangkan sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Contoh limbah anorganik adalah plastik
dan logam.
Dalam penulisan laporan ini penulis akan membahas limbah yang
dihasilkan dari pertanian ayaitu limbah hasil pertanian padi dan limbah industri
kayu, limbah industri kayu merupakan salah satu indutri yang banyak terdapat di
Indonesia. Dalam menjalankan proses usaha tersebut industri kayu menghasilkan
limbah yang jarang sekali dimanfaatkan oleh mayoritas orang yaitu serbuk
gergaji. Berdasarkan data nasional BPS tahun 2006, produksi serbuk gergaji kayu
di Indonesia sebesar 679.247 m3 dengan densitas 600 kg/m3 maka didapat
407.548,2 Ton. Jika dari kayu yang tersedia tedapat 40% yang menjadi limbah
serbuk gergaji, maka akan didapat potensi pembuatan briket sebesar 163.319,28
Ton/Th. Serbuk gergaji merupakan bahan yang masih mengikat energi yang
melimpah dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan briket arang
(Conivanti, Andrio dan Setiawan, 2012: 1).
Begitupun dengan limbah pertanian dari penanaman padi Limbah
pertanian merupakan produk sampingan yang tidak dapat dilepaskan dari sistem
pertanian. Limbah pertanian yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
dampak negatif baik pada lahan pertanian itu sendiri maupun berpengaruh
terhadap lingkungan yang lebih luas seperti pemanasan global dan perubahan
iklim. Sebaliknya pemanfaatan limbah pertanian yang optimal dapat memberikan
kontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani dan perbaikan kualitas lahan
pertanian sehingga dapat digunakan secara berkesinambungan. Limbah pertanian
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat digunakan
12
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta dapat dipakai untuk
menurunkan serangan beberapa penyakit tanaman. Disamping itu, limbah
pertanian juga dapat digunakan sebagai mulsa. pakan ternak sumber energi (kayu
bakar dan biogas). dan bahan kerajinan.
Limbah serbuk gergaji dan sabut kelapa ini umumnya hanya digunakan
sebagai bahan bakar tungku, atau dibakar begitu saja, sehingga dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Padahal serbuk gergaji kayu dan sekam
padi merupakan biomassa yang belum dimanfaatkan secara optimal dan memiliki
nilai kalor yang relatif besar. Dengan mengubah serbuk gergaji dan sabut kelapa
menjadi briket, maka akan meningkatkan nilai ekonomis bahan tersebut, serta
mengurangi pencemaran lingkungan.
Sumber
Tujuan semula untuk mendapatkan bahan baku untuk kertas menjadi
semakin jauh karena ternyata pada akhirnya pemanfaatan kayu Pinus untuk
perkakas semakin diminati masyarakat terutama untuk pembuatan box, furniture,
korek api, hiasan dinding dan peralatan rumah tangga. Hal ini dimungkinkan
karena ternyata kayu pinus mempunyai penampilan yang menarik. Tekstur dan
Struktur kayu pinus cukup bagus dan sifat fisik kayunya memudahkan pengerjaan
kayu ini.
Di Indonesia pinus ditanam pada daerah pegunungan bawah pada lahan
terdegradasi (Jariyah, 1998). Di Sumatera pinus ditanam sejak tahun 1921 dan di
Jawa sejak tahun 1931 (Alrasjid, et al., 1983 dalam Sallata, 2013). Penanaman
pinus di areal terdegradasi cukup tepat, karena merupakan jenis tumbuhan pionir
(Hidayat dan Hansen, 2001).
Pinus merkusii Jungh et de Vriese merupakan jenis primadona (60%) yang
ditanam dalam Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air khususnya kegiatan
reboisasi dan penghijauan oleh pemerintah melalui Kementerian Kehutanan yang
telah dilaksanakan sejak era tahun 60-an (PELITA I,1969). Pemilihan jenis pinus
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: tersedianya benih cukup banyak,
laju pertumbuhannya cepat bahkan dapat menjadi jenis pionir dan dapat tumbuh
pada lahan-lahan yang marginal (Mangundikoro, 1983; Alrasjid et al., 1983).
Penanaman Pinus secara luas tidak menjadi penyesalan karena hasil dari kegiatan
baik reboasasi maupun penghijauan tersebut tergolong sukses membentuk tegakan
pinus yang banyak menambah devisa Negara dan meningkatkan kondisi ekonomi
masyarakat baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa sampai sekarang.
Salah satu hasil rumusan dari Simposium Pengusahaan Hutan Pinus yang
dikemas di dalam SIMPO PINUS’83 yang dilaksanakan 27- 28 Juli 1983 di
Jakarta oleh Pusat Litbang Hasil Hutan kerjasama Perum Perhutani menyatakan
bahwa pemilihan Pinus merkusii sebagai salah satu jenis tanaman industri di
Pulau Jawa dan beberapa daerah tertentu di luar Pulau Jawa dipandang cukup
tepat berdasarkan berbagai pertimbangan baik segi teknis, ekonomis, ekologis
maupun sosial. Dari segi teknik pembibitan, teknik silvikultur, teknik pemungutan
hasil (getah, kayu,biji), teknik pengolahan kayu (kayu pertukangan, bahan
14
Serbuk gergaji kayu (Gambar 2.2) sebenarnya memiliki sifat yang sama
dengan kayu, hanya saja wujudnya yang berbeda. Kayu adalah sesuatu bahan
yang diperoleh dari hasil pemotongan pohon – pohon di hutan, yang merupakan
bagian dari pohon tersebut dan dilakukan pemungutan, setelah diperhitungkan
15
bagian – bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan
penggunaan (Billah, 2009).
Serbuk kayu merupakan salah satu limbah industri pengolahan kayu
seperti serbuk gergajian dan sisa kupasan. Indonesia ada tiga macam industri kayu
yang secara dominan mengkonsumsi kayu dalam jumlah relatif besar, yaitu
penggergajian, atau kayu lapis, dan kertas.
Masalah yang ditimbulkan dari industri pengolahan itu adalah limbah
penggergajian yang kenyataannya di lapangan masih ada yang ditumpuk dan
sebagian lagi dibuang kealiran sungai sehingga menimbulkan pencemaran air,
atau dibakar secara langsung sehingga emisi karbon di atmosfir bertambah
(Ndraha, 2009). Pada umumnya, serbuk kayu memiliki nilai kalor antara 4018.25
kal/g hingga 5975.58 kal/g dan memiliki komposisi kimia yang bervariasi,
bergantung pada varietas, jenis dan media tumbuh. Menurut Ndraha (2009),
Sabut kelapa merupakan hasil samping dari buah kelapa yaitu sekitar 35 %
dari bobot buah kelapa. Milawarni (2013: 206) menyatakan bahwa rata-rata
produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, dengan demikian
terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi limbah serabut
kelapa yang besar belum dimanfaatkan secara maksimal yang dapat meningkatkan
nilai tambah limbah serabut kelapa.
16
Sabut (serabut kelapa atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan sepet )
merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat
keseluruhan buah.Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan
satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut.
Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175
gram (25 % dari sabut).
Meskipun bentuknya sangat tidak indah, dan seperti sampah, benda ini
banyak manfaat. Manfaat dari sepet atau sabut kelapa antara lain sebagai berikut:
1. Serabut kelapa dapat digunakan sebagai media tanam. Serabut kelapa
dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat
menetralkan keasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga sepet dapat
digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman
hortikultura dan media tanaman rumah kaca.
2. Serabut (sabut) kulit kelapa yang masih muda tidak seistimewa sabut kulit
kelapa tua. Hal tersebut terjadi karena kandungan air dalam sabut masih
banyak dan sabut belum begitu kuat seratnya. Biasanya sabut kelapa muda
dapat dikeringkan dahulu dengan dijemur matahari. Manfaat sabut kelapa
ini digunakan sebagai bagian pembuatan souvenir.
3. Serabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak di
luweng atau tungku (di desa-desa).
4. Serabut kelapa dapat dimanfaatkan untuk membuat tali, keset.
5. Limbah serabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku biobriket.
2.6 Briket
Menurut Saleh (2013: 83), biobriket didefinisikan sebagai bahan bakar
yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah
mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu.
Briket merupakan gumpalan-gumpalan arang yang terbuat dari bioarang.
Bioarang merupakan arang yang dibuat dari berbagai macam bahan biomassa,
misalnya kayu, ranting, daun-daunan, rumput jerami, ataupun limbah pertanian
lainnya. Bahan-bahan limbah tersebut dianggap sampah yang tidak berguna
sehingga sering dimusnahkan dengan cara dibakar. Namun, bahan-bahan tersebut
sebenarnya dapat diolah menjadi arang, yang selanjutnya disebut biorang.
Bioarang ini dapat digunakan sebagai bahan bakar yang tidak kalah dengan bahan
bakar lain. Akan tetapi, untuk memaksimalkan pemanfaatannya, biorang ini masih
harus melalui sedikit proses pengolahan sehingga menjadi biobriket.
Briket dibuat dengan mengompresi arang, biasanya dihasilkan dari serbuk
gergaji dan produk kayu lainnya, dengan pengikat dan aditif kecil lainnya.
Pengikat biasanya pati terbuat dari jagung, gandum atau sumber alam lainnya.
Beberapa briket mungkin juga termasuk batubara coklat mulai dari sub-
bituminous lignit ke antrasit (sumber panas), karbon mineral (sumber panas),
boraks, natrium nitrat (bantuan pengapian), kapur (agen pemutih abu), serbuk
gergaji mentah (bantuan penyalaan) dan aditif lain seperti parafin atau minyak
pelarut untuk membantu dalam penyalan. (Patrick, 2011: 1647-1648)
18
Menurut Maninder (2012: 12) manfaat dari briket biomasa antara lain:
1) Salah satu metode alternatif untuk menghemat konsumsi dan ketergantungan
pada kayu bakar.
2) Densitas bahan bakar mudah ditangani, diangkut dan disimpan.
3) Ukurannya seragam dan berkualitas.
4) Proses membantu memecahkan masalah pembuangan residu.
5) Prosesnya membantu pengurangan kayu bakar dan penggundulan hutan.
6) Ini memberikan penghasilan tambahan bagi petani dan menciptakan lapangan
kerja.
7) Briket lebih murah dari batu bara, minyak atau lignit yang dulu tidak bisa
diganti.
8) Tidak ada belerang pada briket.
9) Tidak ada abu terbang saat membakar briket.
10) Briket memiliki kualitas yang konsisten, memiliki efisiensi pembakaran yang
tinggi, dan ideal untuk pembakaran sempurna.
Menurut Triono (2006: 12) bahwa briket arang yang baik mempunyai
persyaratan sebagai berikut :
1) Bersih, tidak berdebu dan berbau
2) Mempunyai kekerasan yang merata
20
Sumber: Supryadi
Briket dianggap baik bila memenuhi standar yang telah ditetapkan di
Indonesia. Standar mutu briket untuk bahan baku organik selain arang kayu belum
ditetapkan, namun standar yang mengatur kualitas briket saat ini adalah SNI 01-
6235-2000 Briket Arang Kayu yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional
dimana syarat mutu meliputi Kadar air maksimal 8 % ; Kadar Zat Müdah
Menguap maksimal 15 % ; Kadar abu maksimal 8 % ; Kalori (atas dasar berat
kering) minimal 5000 kal/g. (Badan Standarisasi Nasional, 2000).
Standar kualitas secara baku untuk briket arang Indonesia mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan juga mengacu pada sifat briket arang
buatan Jepang, Inggris, dan USA seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.2 Sifat briket arang buatan Jepang,Inggris, USA, dan Indonesia
Sumber: Triono, 2006
Sifat Arang Briket Jepang Inggris Amerika SNI
Kadar Air % 6-8 3,6 6,2 8
Kadar Zat Menguap % 15-30 16,4 19-28 15
Kadar Abu % 3-6 5,9 8,3 8
Kadar Karbon terikat % 60-80 75,3 60 77
kaerapatan g/cm3 1,0-1,2 0,46 1 -
Keteguahan Tekanan g/cm3 60-65 12,7 62 -
Nilai Kalor cal/g 6000-7000 7289 6230 5000
2.8 Arang
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan
dengan cara pemanasan/pembakaran tidak sempuma untuk menghilangkan
kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang
merupakan salah satu bahan untuk membuat bahan bakar briket, telah melalui
proses pembakaran tidak sempurna sehingga tidak sampai menjadi abu. Arang
berwarna hitam, ringan, mudah hancur, dan menyerupai batu bara terdiri dari 85%
sampai 98% karbon, sisanya adalah abu dan unsur kimia lainnya. (M. Asroni, L.
Mustiadi, Sumanto, 2018).
Arang aktif diperoleh dari pembakaran tidak sempuma tumbuhan atau
mahluk hidup yang tergolong dalam energi biomassa sehingga dapat diperbaharui
keberadaanya. Energi biomassa dapat dijadikan energi altematif pengganti energi
dari fosil seperti minyak bumi, gas, batubara dan lain sebagainya yang
keberadaannya tidak dapat diperharui dan membutuhkan waktu yang sangat lama
dalam proses pembentukannya. Sehingga energi biomassa dapat dijadikan
25
bersambung. Cara kerjanya adalah panas berasal dari bahan baku kayu itu
sendiri yang dibantu oleh udara dari luar yang diatur menurut kapasitas kiln
tersebut. Portabel kiln memerlukan waktu pengarangan ± 4 (empat) hari
untuk kapasitas 9 1— IO m3 kayu dengan hasil arang ± 1800 kg.
3) Metode kiln bata dan beton
Kiln bata merupakan modifikasi dari model Thailand yang dirancang
untuk kemudahan operasi dan kualitas arang yang dihasilkan. Dengan
menggunakan dinding terbuat dari bata yang diplester atau kombinasinya
dengan campuran pasir dan semen, maka kiln dapat dibuat dalam ukuran
besar dan permanen sehingga bahan baku dapat terkontrol sehingga waktu
proses lebih cepat serta menghasilkan arang dalam jumlah lebih banyak,
seragam dan kualitas yang lebih baik. Perkembangan lanjut tipe ini mengarah
pada variasi bentuk dinding, atap, bahan kontruksi, jumlah cerobong asap,
lubang pengapian dan ukuran pintu pemasukan bahan baku.
4) Metode Lubang Dapur Pengarangan.
Lubang dapur pengarangan diisi dengan bahan baku lapisan pertama,
kemudian di bakar. Jika lapisan pertama mulai terbakar, masukkan lagi bahan
baku baru sebanyak lapisan sebelumnya di bagian atas. Lakukan secara
berulang sampai ruangan terisi penuh. Setelah itu, tutup lubang secara rapat.
menggunakan tanah sehingga penutupnya lebih rapat. Letakkan balok kayu
atau bambu berdiameter 15- 20 cm secara tegak lurus pada bagian tengah
lubang, Isi lubang balok sampai penuh. Proses ini berlangsung selama 5-7
hari. Untuk mengeluarkan asap dalam lubang, tutup harus anda buka dua kali
sehari.
5) Pengarangan semi modem
Metode pengarangan semimodem sumber apinya berasal dari plat
yang dipanasi atau batu bara yang dibakar. Akibatnya udara disekeliling baru
ikut menjadi panas dan memuai ke seluruh ruangan pembakaran. Panas yang
timbul dihembuskan oleh blower atau kipas angin bertenaga listrik. (Fitri,
2017)
28
3) Bahan Perekat
Pembuatan briket dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik
hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat (tidak mudah
pecah). Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk
mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari
perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste.
a) Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani, seperti kulit,
kuku, urat, otot, dan tulang yang secara luas digunakan dalam industri
pengerjaan kayu.
b) Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan air dan
diperuntukkan terutama untuk perekat kertas.
c) Paste merupakan perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan
campuran pati dan air dan dipertahankan berbentuk pasta.
d) Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang bahan dasarnya
karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut.
padat atau mengikat dua substrat yang akan direkatkan. Dengan adanya bahan
perekat maka susunan partikel akan semakin baik, teratur dan lebih padat
sehingga dalam proses pengempaan keteguhan tekan dan arang briket akan
semakin baik.
Perekat merupakan bahan yang dapat mengikat dua atau lebih
komponen atau partikel. Umumnya, perekat yang digunakan dalam
pembuatan briket adalah tepung pati. Berikut adalah daftar analisa macam-
macam tepung pati:
Tabel 2.3 Daftar analisa bahan perekat tepung pati
(Sumber: Anonimous (1989) dalam Ndraha (2009))
Air Abu Lemak Protein Serat Karbon
No Jenis tepung
(%) (%) (%) (%) Kasar (%) (%)
1 Tepung jagung 10,52 1,27 4,89 8,48 1,04 73,8
2 Tepung beras 7,58 0,68 4,53 9,89 0,82 76,9
3 Tepung terigu 10,7 0,86 2 11,5 0,64 74,2
4 Tepung tapioka 9,84 0,36 1,5 2,21 0,69 85,2
5 Tepung sagu 14,1 0,67 1,03 1,12 0,37 82,7
tepung kanji sebagai bahan perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya
bila dibandingkan dengan nilai kalor kayu dalam bentuk aslinya.
4) Tekanan pencetakan
Tekanan pencetakan merupakan tekanan yang diberikan saat mencetak.
Variasi tekanan pengepresan berpengaruh terhadap karakteristik thermal briket.
Semakin tinggi tekanan cetak, maka semakin tinggi pula nilai kalornya. Cory
(2001), menyimpulkan bahwa semakin tinggi tekanan cetak maka semakin
tinggi pula nilai kalornya. Selain itu, kadar abu dan kadar air akan menurun
seiring dengan penambahan tekanan pencetakan
2.11 Pengujian
1. Nilai Kalor
Kalor adalah suatu energi yang mudah diterima dan mudah sekali
dilepaskan sehingga dapat mengubah temperatur zat tersebut menjadi naik atau
turun. Kalor juga bisa berpindah dari satu zat ke zat yang lain melalui medium
atau perantara. Misalkan, dua buah zat yang memiliki temperatur berbeda
dicampurkan pada sebuah wadah. Maka temperatur kedua benda tersebut akan
menjadi sama.
Asas Black adalah sebuah dalil fisika mengenai kalor yang di kemukakan
oleh ilmuwan Skotlandia. Nama hukum ini diambil dari nama seorang ilmuwan
Inggris sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, yakni Joseph Black. Kalor jenis
adalah sifat zat yang menunjukan banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu zat bermassa 1 kg sebesar 1°C atau 1 K. Kalor merupakan suatu
33
bentuk energi. Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi. Satuan dari Kalor Jenis adalah Kal/ gr oC atau dalam Sistem Internasional
ditetapkan dengan Joule / KgoC.
Tabel 2.4 Kalor Berbagai Jenis Zat
(Sumber: Ghandhi, 2010:23)
Kalor (call)
Zat J/Kg
0
Kal/g C K
Air 1,00 4200
Air Laut 0,93 3900
Alkohol 0,55 230
Minyak Tahan 0,52 220
Raksa 0,033 140
Es 0,595 2500
Alumunium 10214 900
Kaca 0,16 670
Besi 0,11 460
Tembaga 0,093 390
Kuningan 0,90 380
Perak 0,056 230
Emas 0,031 130
Timbal 0,031 130
Hal Ini disebabkan oleh perbedaan kalor jenis yang dimiliki suatu benda.
Kalor Jenis Benda adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu dari 1 kg massa benda tersebut menjadi 1 oCBerdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Gandhi (2010), hasil uji nilai kalor briket arang tongkol jagung
dan bahan perekat, yaitu semakin banyak komposisi perekat, nilai kalornya
semakin rendah. Ini dikarenakan bahan perekat memiliki sifat termoplastik serta
sulit terbakar dan membawa lebih banyak air, sehingga panas yang dihasilkan
terlebih dahulu digunakan menguapkan air dalam briket, walaupun nilai kalor
arang tongkol jagung murni cukup tinggi, yaitu sebesar 5601,55 kalori/gram. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa (tanpa tahun) yaitu
penambahan bahan limbah pertanian akan meningkatkan nilai kalor. Semakin
tinggi nilai kalor, semakin baik kualitas briket yang dihasilkan. Semakin besar
nilai kalor maka kecepatan pembakaran semakin lambat (Sulistyanto, 2008).
34
ΔQ
C=
ΔT
Selanjutnya, kapasitas kalor persatuan massa suatu benda disebut kalor
jenis c yang merupakan karakteristik suatu bahan. Ketika kalor yang harus
diberikan kepada benda bermassa m, dengan kalor jenis c, maka untuk menaikkan
temperaturnya harus melalui temperature awal T1 menjadi T2 (ΔT ) seperti berikut
diman kalor jenis c merupakan sebuah konstanta (Halliday, 1985).
Dimana Satuan kalor adalah Kalori (Kal) atau Joule (J). Kalori adalah
banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air agar suhunya
menjadi 1 derajat Celcius.
2. Kadar Air
Kadar air briket diharapkan serendah mungkin agar nilai kalornya tinggi
dan mudah dinyalakan. Kadar air mempengaruhi kualitas briket yang dihasilkan.
Semakin rendah kadar air semakin tinggi nilai kalor dan daya pembakarannya.
Sebaliknya, kadar air yang tinggi menyebabkan nilai kalor yang dihasilkan akan
menurun, karena energi yang dihasilkan banyak terserap untuk menguapkan air
(Sumangat, 2009: 21).
Kadar air setiap Negara memiliki standar yang berbeda, diantaranya
standar kadar air di Indonesia yaitu 8%, jepang 6-8%, Inggris 3,6 %, dan Amerika
6,2%. Untuk mengetahui kadar air briket maka dilakukan pengujian kadar air
35
3. Shatter Index
Pengujian shatter index adalah pengujian ketahanan briket terhadap
benturan dengan cara briket dijatuhkan dari etinggian 1,8 meter ke bawah menuju
bidang datar. “Place the coal into the box of the shatter test machine, level it, and
then drop it a distance of 6 ft (1.8m) onto the plate” (ASTM D 440-86). Menurut
standar ASTM D 440-86, prosedur pengujian shatter index dilakukan dengan
menimbang briket terlebih dahulu sebelum dijatuhkan, kemudian briket
dijatuhkan dari ketinggian 1,8 meter ke bidang halus dan rata. Setelah dijatuhkan,
briket kembali di timbang untung mengetahui beratnya setelah dijatuhkan.
1,8 Meter