Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ENERGI TERBARUKAN
(BIOMASSA)

Disusun Oleh :

ABDUL LATIF
2004102010013
M. REZA PAHLEVI
2004102010080
RIZQAN KARIM
200410201075

LABORATORIUM THERMAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan energi di negara kita semakin meningkat dan berbanding terbalik


dengan ketersediaan dn produksi energi itu sendiri. Pokok permasalahan terletak
pada minimnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama saat ini. Menurut
Tampubolon (2008) penggunaan energi terbarukan (renewable energy) dalam
konteks diversifikasi energi sangat strategis karena sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) dan ramah lingkungan (emisi gas rumah
kaca relative rendah ). Hal ini sejatinya sudah diakomodasikan dalam Peraturan
Presiden No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional ( KEN ). Penggunaan
energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami krisis energi. Ini
disebabkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan
gas alam yang sangat tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahan bakar fosil
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat kita perbarui. Untuk mengatasi
krisis energi masa depan, beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan,
salah satunya adalah energi biomassa. Pada awalnya, biomassa dikenal sebagai
sumber energi ketika manusia membakar kayu untuk memasak makanan atau
menghangatkan tubuh pada musim dingin. Kayu merupakan sumber energi
biomassa yang masih lazim digunakan tetapi sumber energi biomassa lain
termasuk bahan makanan hasil panen, rumput dan tanaman lain, limbah dan residu
pertanian atau pengolahan hutan, komponen organik limbah rumah tangga dan
industri, juga gas metana sebagai hasil dari timbunan sampah. Sebagai bahan
bakar, biomassa perlu diolah terlebih dahulu agar dapat dengan mudah
dipergunakan. Proses ini dikenal sebagai konversi biomassa. Beberapa proses
tersebut adalah dengan mengubah biomassa menjadi briket sehingga mudah
disimpan, diangkut, dan mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam. Jenis
konversi lain adalah mengubah biomassa melalui proses kimia dan fisika seperti
anaerobic digestion (peruraian tanpa bantuan oksigen) yang menghasilkan gas
metana, pirolisis (dekomposisi menggunakan panas) yang menghasilkan produk
bahan bakar padat berupa karbon dan produk lain berupa karbon dioksida dan
metana. Dengan lahirnya revolusi industri, timbul banyak perubahan di
masyarakat yang menyebabkan kenaikan tingkat konsumsi energi. Selain itu,
dengan adanya revolusi industri, metode produksi yang dipakai telah
menghasilkan jumlah limbah energi yang signifikan (misalnya panas) yang
idealnya bisa digunakan untuk tujuan lain. Sebagai contoh, di bidang industri
pertanian, yang ada di hampir seluruh bagian dunia, sejumlah input digunakan 2
selama budidaya seperti pestisida, rekayasa bibit, penggunaan traktor dll. Semua
input produksi ini memerlukan sejumlah besar energi dan pastinya mengkonsumsi
minyak dalam jumlah yang besar. Dalam hal energi biomassa, untuk
menghasilkan energi bisa digunakan berbagai macam bahan bakar, contohnya
adalah tanaman dengan potensi produksi energi yang tinggi seperti jagung dan
kedelai, serbuk gergaji, kotoran ternak, limbah padat perkotaan dan lain-lain.
Dengan demikian, mengingat situasi dewasa ini, mungkin telah tiba saatnya bagi
kita untuk kembali memanfaatkan energi biomassa yang telah dilengkapi dengan
kebijaksanaan yang kita asah selama berabad-abad dalam hal produksi energi, dan
mulai menggunakan lagi apa yang selama ini kita anggap sebagai limbah untuk
mengubahnya menjadi energi yang berguna.

Pemanfaatan limbah sampah tidak hanya dapat dilakukan dengan cara


mendaur-ulang sampah tersebut menjadi barang kerajinan ataupun barang jadi
lainnya, melainkan dapat pula dengan memanfaatkannya untuk membuat bahan
bakar dan juga sebagai sumber pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi
biomassa itu sendiri.
Berbagai alternatif energi telah banyak ditemukan pada saat ini, misalnya
penggunaan tenaga angin, tenaga matahari, dan lain-lain termasuk yang sampai
saat ini masih cukup kontroversial yaitu tenaga nuklir. Limbah biomassa atau
sampah menjadi salah satu pilihan sumber energi alternatif tersebut. Biomassa
secara umum lebih dikenal sebagai bahan kering material organik atau bahan yang
tersisa setelah suatu tanaman atau material organik dihilangkan kadar airnya
(dikeringkan). Material organik hidup seperti tumbuhan, hewan dan kotorannya,
umumnya mengandung 80-90% air, namun setelah kering akan mengandung
senyawa hidrokarbon yang sangat tinggi. Senyawa hidrokarbon inilah yang
penting sebagai potensi sumber energi yang tersimpan pada biomassa. Untuk
lebih gampangnya, kita coba bayangkan BBM, gas dan batu bara yang sebetulnya
berasal dari fosil hewan dan tumbuhan purba dan tertimbun di dalam perut bumi
dalam keadaan masih menyimpan kandungan senyawa hidrokarbon yang tinggi.
Biomassa ini sangat mudah kita temukan dari aktivitas pertanian, peternakan,
kehutanan, perkebunan, perikanan dan limbah-limbahnya di daerah, sehingga
mudah dimanfaatkan untuk mengembangkan alternatif energi.
Menyangkut tentang hal tersebut maka didalam makalah ini penulis mencoba
untuk membahas bagaimana cara untuk memanfaatkan sampah sebagai sumber
pembangkit tenaga listrik atau yang sering disebut dengan istilah pembangkit
listrik energi biomassa sehingga nantinya dapat memenuhi kebutuhan listrik
dalam kehidupan sehari-hari. Energi terbaru merupakan energi yang berasal dari
alam dan dapat diperbaharui, apabila energi tersebut dikelola dengan baik maka
sumber daya tersebut tidak akan ada habis-habisnya. Di Indonesia pemanfaatan
energi terbarukan dapat digolongkan dalam tiga kategori. Yang pertama adalah
energi yang sudah dikembangkan tetapi masih secara terbatas, dan yang terakhir
adalah energi yang sudah dikembangkan tetapi baru sampai pada tahap penelitian.
Dari ketiga kategori tersebut pemanfaatan energi biomassa termasuk bagian dari
energi yang dikembangkan secara komersial. Dengan menggunakan mesin
pembakar sampah modern, sampah dapat diubah menjadi energi serbaguna
termasuk didalamnya energi listrik, yang nantinya siap untuk didistribusikan ke
setiap rumah, tentunya sampah yang digunakan adalah termasuk jenis sampah
yang organik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Memahami tentang energi biomassa
2. Memahami proses terbentuknya biomassa
3. Memahami penggunaan biomassa sebagai energi alternatif

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa itu energi biomassa?
2. Bagaimana proses terbentuknya biomassa?
3. Bagaimana penggunaan biomassa sebagai energi alternatif?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biomassa


Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik
secara langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi atau bahan
dalam jumlah yang besar. “Secara tidak langsung” mengacu pada produk yang
diperoleh melalui peternakan dan industri makanan. Biomassa disebut juga sebagai
“fitomassa” dan seringkali diterjemahkan sebagai bioresource atau sumber daya yang
diperoleh dari hayati. Basis sumber daya meliputi ratusan dan ribuan spesies tanaman,
daratan dan lautan, berbagai sumber pertanian, perhutanan, dan limbah residu dan
proses industri, limbah dan kotoran hewan. Tanaman energi yang membuat perkebunan
energi skala besar akan menjadi salah satu biomassa yang menjanjikan walaupun belum
dikomersialkan pada saat ini.
Biomassa secara spesifik berarti kayu, rumput Napier, rapeseed, eceng gondok,
rumput laut raksasa, chorella, serbuk gergaji, serpihan kayu, jerami, sekam padi,
sampah dapur, lumpur pulp, kotoran hewan, dan lain-lain. Biomassa jenis perkebunan
seperti kayu putih, poplar hybrid, kelapa sawit, tebu, rumput gajah, dan lain-lain adalah
termasuk kategori ini.
Menurut kamus Bahasa Inggris Oxford, istilah “biomassa” pertama kali muncul di
literature pada tahun 1934. Didalam Journal of Marine Biology Association, ilmuwan
Rusia bernama Bogorov menggunakan biomassa sebagi tatanama. Ia mengukur bobot
plankton laut (Calanus finmarchicus) setelah dikeringkan yang ia kumpulkan untuk
menyelidiki perubahan pertumbuhan musiman plankton. Plankton yang telah kering ini
dinamakan biomassa.
Banyak kajian telah menyarankan bahwa energi turunan biomassa akan
memberikan sumbangan yang besar terhadap suplai energi keseluruhan karena harga
bahan bakar fosil semakin meningkat pada beberapa dekade yang akan datang.
Penggunaan biomassa sebagai sumber energi adalah sangat menarik karena ia
merupakan sumber energi dengan jumlah bersih CO2 yang nol, oleh karenanya tidak
berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca.
2.2 Karakteristik Biomassa
Menjelang abad ke-19, biomassa dalam bentuk kayu bakar dan arang merupakan
sumber utama energi namun ia telah digantikan oleh batubara dan minyak pada abad ke-
20. Akan tetapi, pada abad ke-21, biomassa telah menunjukkan pertanda ia akan muncul
kembali dikarenakan memiliki karakteristik sebagai berikut: terbarukan, dapat disimpan
dan diganti, melimpah dan merupakan netral karbon.

2.3 Komposisi Biomassa


Ada berbagai jenis biomassa dan komposisinya juga beragam. Beberapa komponen
utama adalah selulosa, hemiselulosa, lignin, pati, dan protein. Pohon biasanya
mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin seperti tanaman herba meskipun persen
komponennya berbeda satu sama lain. Jenis biomassa yang berbeda memiliki komponen
yang berbeda, misalnya gandum memiliki kadar pati yang tinggi, sedangkan limbah
peternakan memiliki kadar protein yang tinggi. Karena komponen ini memiliki struktur
kimia yang berbeda, maka reaktivitasnya juga berbeda. Dari segi penggunaan energi,
biomassa berlignoselulosa yang terutama mengandung selulosa dan lignin seperti pohon
berada dalam jumlah yang banyak dan mempunyai potensi yang tinggi.

2.4 Proses Terbentuknya Biomassa


Tanaman menyerap energi dari matahari. Melalui proses fotosintesis dengan
memanfaatkan air dan unsur hara dari dalam tanah serta CO2 dari atmosfer akan
menghasilkan bahan organik untuk memperkuat jaringan dan membentuk daun, bunga
atau buah. Sementara itu karena tidak mampu berfotosintesa sendiri, hewan
memanfaatkan energi yang telah berubah bentuk menjadi daun, rumput atau yang lain
dari bagian tumbuhan secara langsung untuk hidupnya. Sedangkan secara tidak
langsung, misalnya hewan karnifora, prinsipnya tetap memanfaatkan energi yang telah
berubah bentuk menjadi daging pada hewan lain. Inilah yang menjadi bahan dasar
biomasa. Saat biomasa diubah menjadi energi, CO2 yang akan dilepaskan ke atmosfer.
Siklus CO2 akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan yang dihasilkan dari
pembakaran minyak bumi atau gas alam. Ini berarti CO2 yang dihasilkan tersebut tidak
memiliki efek terhadap kesetimbangan CO2 di atmosfer. Kelebihan ini yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung terciptanya energi yang berkelanjutan.
2.5 Energi Biomassa
Biomasa dapat diambil dari bahan tanaman yang berupa limbah pertanian, limbah
industri pengolahan kayu atau dari tanaman yang memang ditanam secara khusus
untuk menghasilkan energi bagi mesin bakar. Di samping itu dapat juga dimanfaatkan
limbah peternakan dan limbah rumah tangga. Dari kedua jenis bahan penyusun
biomassa tersebut dapat dua bagian besar yaitu, biomasa kering (limbah kayu, jerami
atau sekam) dan biomassa basah (kotoran ternak dan sampah rumah tangga).

1. Biomassa Basah
Biomasa basah yang berupa kotoran ternak atau sampah rumah tangga perlu
diubah terlebih dahulu melalui proses anaerobik untuk menghasilkan gas
metana yang dapat digunakan untuk menggerakkan generator listrik. Proses
ini lebih dikenal dengan nama Biogas. Umumnya biogas lebih banyak
menggunakan kotoran ternak. Di dalam biomassa basah terdapat penggunaan
gas metana. Gas metana tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan listrik
dengan dua cara yaitu, untuk menggerakkan mesin bakar internal atau untuk
menggerakkan turbin gas sebagai penghasil tenaga gerak untuk generator.
Selanjutnya generator tersebut yang akan menghasilkan energi listrik. Motor
bakar internal (MBI) yang digunakan pada prinsipnya sama dengan yang
digunakan untuk MBI bensin dan solar. MBI gas ini cukup efisien untuk
menghasilkan listrik sampai dengan 100 kW. Sedangkan untuk menghasilkan
tenaga listrik yang lebih besar lagi dapat digunakan turbin gas.

2. Biomassa Kering
Biomassa kering ini dapat diperoleh dari bahan tanaman yang berasal dari
hutan atau areal pertanian. Dari hutan biasanya hanya kayu yang dianggap
memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai bahan baku bubur kertas, pertukangan
atau kayu bakar. Peluang kayu untuk bioenergi baik selama masih di hutan
maupun setelah masuk industri cukup besar. Pemanfaatan kayu yang ditebang
untuk bahan baku kertas/pertukangan hanya sekitar 50% saja.

Energi yang digunakan untuk menghasilkan listrik diperoleh dari panas


yang dihasilkan dari pembakaran biomasa kering. Panas yang dihasilkan
tersebut digunakan untuk memanaskan air sehingga setelah terbentuk uap
panas maka uap panas tersebut dapat dialirkan untuk menggerakkan baling-
baling dalam turbin uap. Yang harus dihindari adalah terjadinya pembakaran
yang tidak sempurna karena dalam proses pembakaran yang tidak sempurna
akan dihasilkan gas karbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi kesehatan
dan lingkungan. Sebagai gambaran, kotoran 2 ekor sapi membutuhkan ruang
sebesar 3 m3 untuk diubah menjadi biogas. Dari sini akan dihasilkan kurang
lebih 1 m3 biogas yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik sekitar
450 watt jam.
Listrik yang dihasilkan dengan menggunakan biomasa akan berharga lebih
mahal dibandingka harga listrik PLN. Akan tetapi ini akan menguntungkan
untuk daerah-daerah, karena kondisi geografis atau yang lain, tidak terjangkau
oleh jaringan listrik PLN . Berbicara tentang sumber energi, biomassa
merupakan salah satu alternatif. Biomassa mengandung energi tersimpan
dalam jumlah cukup banyak Kenyataannya, pada saat kita makan, tubuh kita
mampu mengubah energi yang tersimpan di dalam makanan menjadi energi
atau tenaga untuk tumbuh dan berkembang.
Pada saat kita bergerak, bahkan ketika kita berpikir pun, energi dalam
makanan akan terbakar. Dari latar belakang itulah kini mulai digali banyak
kemungkinan pemanfaatan biomassa sebagai sumber bahan bakar nabati
(biofuel). Dari bahan bakar nabati dapat dikembangkan biokerosene (minyak
tanah), biodiesel, bioetanol bahkan biopower (untuk listrik). Indonesia
mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan biofuel mengingat
begitu besarnya sumber daya hayati yang ada baik di darat maupun di
perairan. Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT), Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang berpotensi menjadi
energi bahan bakar alternatif, antara lain :

1. Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, sirsak, srikaya, kapuk : sebagai


sumber bahan bakar alternatif pengganti solar (minyak diesel)
2. Tebu, jagung, sagu, jambu mete, singkong, ubi jalar, dan ubi-ubian
yang lain : sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti premium.
3. Nyamplung, algae, azolla : kemungkinan besar dapat dijadikan sebagai
sumber pengganti kerosene, minyak bakar atau bensin penerbangan.
Biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang dapat
diubah menjadi bahan bakar cair biofuel untuk keperluan transportasi
(mobil, truk, bus, pesawat terbang dan kereta api). Di antara jenis biofuel
yang banyak dikenal adalah biogas, biodiesel dan bioethanol.

2.6. Biomassa Kayu


Industri kehutanan menyediakan bahan biomassa kayu sebagai hasil samping
sisa kayu dan juga sebagai produk utama yang ditebang dari pohonpohon dan
hutan. Pohon-pohon yang ditebang ini bisa digunakan sebagai bahan energi
biomassa, karena ia tidak memiliki nilai komersial dan seringkali dibiarkan setelah
operasi penebangan. Sisa-sisa ini digunakan sebagai sumber energi biomassa
modern dan juga tradisional di berbagai negara. Bahan bakar kayu meliputi 53%
dari jumlah kayu yang diproduksi di dunia. Namun, bahan bakar kayu hanya
mencakup beberapa persen di kebanyakan negara industri pada masa ini, meskipun
negara industri pernah bergantung sepenuhnya pada bahan bakar kayu hingga tahun
1960-an. Di Jepang, hutan kayu keras yang terletak dekat komunitas pedesaan telah
digunakan sebagai sumber daya utama untuk bahan bakar kayu dan arang. Kini,
hutan kayu keras tidak lagi digunakan sebagai sumber daya kayu, karena nilai kayu
keras lebih murah dibandingkan kayu lunak. Meskipun hutan kayu keras tidak
memiliki nilai komersial sejauh ini, namum ia memiliki potensi tinggi sebagai
sumber energi terbarukan untuk meringankan masalah pemanasan global.

2.7 Biomassa Herba


Biomassa herba termasuk rumput dan legume yang tumbuh di padang rumput.
Termasuk juga spesies liar yang jarang digunakan disamping hijauan berkualitas
lebih tinggi. Secara umum, tanaman pangan seperti padi, gandum, 8 jagung dan
tebu mewakili sumber daya biomassa herba. Hasil samping atau residu seperti
jerami padi juga dianggap sebagai biomassa herba, akan tetapi penggunaannya
sebagai biomassa herba bergantung pada persoalan kualitas. Bambu (Phyllast
achysspp) dan sasas (Sasa spp.) juga dianggap sebagai spesies biomassa berkayu
jenis rumput. Rumput tropis tumbuh lebih cepat dari pohon dan menghasilkan lebih
banyak biomassa dalam jangka waktu yang singkat. Legum terdiri atas semak, viny
dan jenis kayu dimana semak dan viny dianggap sebagai biomassa herba. Salah
satu komponen penting legum adalah kemampuannya untuk mengikat nitrogen
melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium yang ada di nodul-nodul akar. Hal ini
penting dari segi ekonomi untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia nitrogen
sebagai komponen dalam produksi biomassa.

2.8 Biomassa Tanaman gula dan pati


Pati dan gula dapat difermentasi menjadi biofuel seperti etanol, tetapi sakarida
berserat seperti selulosa dan hemiselulosa di dalam limbah residu tidak dapat
dihidrolisiskan secara mudah menjadi karbohidrat yang dapat difermentasi seperti
glukosa. Beberapa tanaman yang termasuk tanaman pati primer adalah padi,
kentang, ubi jalar, jagung, gandum, ubi, Sebagai tanaman gula primer, tebu dan
gula bit.

2.9 Biomassa Penghasil Minyak


Biomassa penghasil minyak menghasilkan dan mengumpulkan lemak dan
minyak dalam biji atau buah. Komponen utama lemak dan minyak adalah asam
lemak triester dan gliserin. Lemak dan minyak digunakan secara luas sebagai
makanan, bahan baku industri dan produksi biodisel sebagai alternatif minyak disel
mineral. Beberapa contoh biomassa penghasil minyak adalah sebagai berikut:

(a) Kacang kedelai (Glycine max Merrill)


USA, Brasil, Argentina dan Cina adalah negara penghasil utama.
Minyak kedelai mengandung asam oleat (20-35%), asam linoleat (50-57%)
dan asam linolenat (3-8%). Ia digunakan secara luas sebagai minyak makan
dan bahan mentah untuk cat dan varnis.

(b) Sesawi (Brassica campestris L)


Sesawi ditanam di daerah yang luas dari Asia sampai Eropa karena ia
dapat tumbuh meskipun di daerah beriklim dingin. Negara produsen utama
adalah Cina, Kanada, India, Jerman dan Perancis. Minyak biji sesawi
diekstrak dari biji sesawi mengandung asam oleat (55-59%),asam linoleat
(21- 32%) dan asam linolenat (9-15%). Ia digunakan umumnya sebagai
makanan seperti minyak goreng dan minyak salad.
(c) Pohon kelapa sawit (Elaeis guineenis Jacq)
Negara produsen utama kelapa sawit adalah Malaysia dan Indonesia.
Kelapa sawit memiliki produktivitas minyak tertinggi di antara biomassa
penghasil minyak karena buah sawit dapat dipanen beberapa kali dalam
setahun. Minyak sawit diperas dari buah sawit mengandung asam lemak
jenuh seperti asam palmitat (35-38%) dan asam stearat (3-7%) dan ia tidak
hanya digunakan di dalam industri makanan tetapi juga dalam industri
detergen.

2.10 Biomassa Tumbuhan Air


Biomassa tumbuhan air diproduksi di lingkungan air tawar dan laut serta
memiliki beberapa potensi untuk digunakan oleh manusia. Biomassa tumbuhan air
saat ini termasuk ganggang laut, dan mikroalga, kebanyakan diproduksi secara alami
dan ada juga melalui produksi kultur yang dibuat oleh manusia.

2.11 Biomassa Residu Pertanian


Residu pertanian mengacu pada residu yang diproduksi di ladang atau kebun saat
panen dan aktivitas-aktivitas lain. Sebagai sumber daya energi, residu pertanian
yang ada termasuk residu yang berasal dari bijian, tanaman rizom, dan tebu. Selain
itu, ada sejumlah besar dan varietas residu sayuran yang dapat diproduksi tetapi
tidak dipertimbangkan sebagai sumber energi karena sulit untuk mengumpulkan
residu tersebut secara efisien dalam skala besar.

2.12 Biomassa Limbah Hewan


Kotoran dan air kencing dari hewan ternak merupakan produk utama
limbah hewan dan sejumlah kotoran serta air kencing tersebut meliputi sebagian
besar jumlah limbah organik domestik di Jepang. Kotoran dan air kencing
mengandung banyak bahan organik yang dapat terurai dan juga bahan nutrisi
tumbuhan seperti nitrogen dan fosfor. Kuantitas dan kualitas kotoran dan air
kencing sangat berbeda bergantung pada jenis hewan ternak, bobot, pakan ternak,
jumlah air minum, sistem reproduksi, musim dan kondisi hewan ternak.
Berdasarkan sifat-sifatnya, kotoran dan air kencing diproses dan disimpan atau
digunakan berdasarkan metode yang sesuai.
2.13 Konversi Energi Biomassa dan Pemanfaatannya

Ada berbagai teknologi konversi yang bisa digunakan untuk merubah kualitas
biomassa sesuai dengan tujuan penggunaannya. Ada teknik fisika, kimia dan
biologi. Gambar 2.1 menunjukkan teknologi konversi yang biasa digunakan. 11
Konversi fisika termasuk penggerusan, penggerindaan, dan pengukusan untuk
mengurai struktur biomassa dengan tujuan meningkatkan luas permukaan sehingga
proses selanjutnya, yaitu kimia, termal dan biologi bisa dipercepat.
Proses ini juga meliputi pemisahan, ekstraksi, penyulingan dan sebagainya
untuk mendapatkan bahan berguna dari biomassa serta proses pemampatan,
pengeringan atau kontrol kelembaban dengan tujuan membuat biomassa lebih
mudah diangkut dan disimpan. Teknologi konversi fisika sering digunakan pada
perlakuan pendahuluan untuk mempercepat proses utama.
Konversi kimia meliputi hidrolisis, oksidasi parsial, pembakaran, karbonisasi,
pirolisis, reaksi hidrotermal untuk penguraian biomassa, serta sintesis, polimerisasi,
hidrogenasi untuk membangun molekul baru atau pembentukan kembali biomassa.
Penghasilan elektron dari proses oksidasi biomassa dapat digunakan pada sel bahan
bakar untuk menghasilkan listrik. Konversi biologi umumnya terdiri atas proses
fermentasi seperti fermentasi etanol, fermentasi metana, fermentasi aseton-butanol,
fermentasi hidrogen, dan perlakuan enzimatis yang berperan penting pada
penggunaan bioetanol generasi kedua.
Aplikasi proses fotosintesis dan fotolisis akan menjadi lebih penting untuk
memperbaiki sistem biomassa menjadi lebih baik. Teknologi praperlakuan seperti
pemisahan, pengekstrakan, kisaran, asahan, kontrol kelembaban dan selainnya
sering dilakukan sebelum proses konversi utama. Gambar 2.1 menunjukkan contoh
yang disebut kotak ajaib dimana biomassa ditempatkan di bawah dan diubah
melalui berbagai teknik untuk memenuhi tujuan Penggunannya. Penilaian terhadap
proses-proses konversi ini dilakukan berdasarkan kualitas produk, efisiensi energi,
hasil dan ekonomi sistem. Perancangan sistem konversi dan penggunaan
seharusnya mempertimbangkan aspek-aspek yang berikut: naik turun pasokan
biomassa, cara dan biaya transportasi dan penyimpanan, manajemen organisasi dan
peraturan seperti yang ditetapkan otoritas yang terkait dan juga dari aspek ekonomi
untuk keseluruhan sistem.

2.13.1 Kayu bakar


Kayu bakar merupakan sumber energi klasik dan masih merupakan sumber
energy domestik yang penting di banyak negara berkembang. Pada akhir
pertengahan abad ke-20, kayu bakar telah banyak digantikan penggunaannya oleh
petroleum, meskipun produksi kayu bakar masih meliputi lebih dari separuh jumlah
kayu yang ditebang dan meliputi 14% konsumsi energi dunia, dan 36% dari
konsumsi energi di negara-negara berkembang. Akan tetapi, di beberapa daerah,
jumlah kayu semakin menurun dengan meningkatanya populasi, dan mereka
terpaksa berjalan jauh untuk mendapatkan kayu bakar. Mereka memiliki masalah
meskipun hanya untuk mendapatkan kayu bakar untuk tujuan memasak. Di
kebanyakan negaranegara Asia, hampir semua kayu hutan sulit untuk digunakan
karena masalah yang dihadapi untuk mengirim kayu dari hutan dengan kemiringan
yang tinggi.

2.13.2 Pemeletan
Pemeletan adalah proses untuk menekan bahan menjadi bentuk pelet. Ada
berbagai jenis bahan baku seperti bahan bakar padat, obat-obatan, bahan pengisi,
bijih dan sebagainya telah dipeletkan. Untuk bahan bakar padat, ia disebut sebagai
pelet kayu, ogalite (briket kayu), briket batu bara atau bahan bakar komposit. Pelet
kayu yang disajikan dalam Gambar 2.2 (a) adalah terbuat dari limbah kayu seperti
serbuk gergaji dan debu penghancuran. Diameter peletadalah 6-12 mm dan
panjangnya 10-25 mm. Gambar (b) dan (c) menunjukkan pelet ukuran besar (briket
kayu dan briket jerami padi). Diameter briket adalah 50-80 mm dan panjangnya
300 mm. Gambar (d) menunjukkan CCB yang merupakan sejenis bahan bakar
komposit campuran biomassa dan batu bara. Ia disebut sebagai Biobriket.

Anda mungkin juga menyukai