Anda di halaman 1dari 7

Konversi Energi Terbarukan Biomassa

1. Aris Suryadi 2.Syafrian Nugroho, Rizal Amir


Program Teknik Elektro, Politeknik Enjinering Indorama
(1.Dosen Teknik Elektro, 2.Mahasiswa Teknik Elektro)
Abstrak
Pemahaman yang baik dan menyeluruh tentang biomassa akan mengantarkan anda pada sebuah kemampuan dan kearifan
untuk mengelola energi terbarukan bagi kesejahteraan masyarakat. Kemampuan adalah penguasaan pilihan teknologi yang mampu
mengkonversi biomassa menjadi beragam bentuk energi dengan tingkat efisiensi yang tinggi, sedangkan kearifan akan bertumpu
pada strategi pengelolaan sumber daya alam yang tidak dieksploitasi secara berlebihan hanya dengan argumentasi pemenuhan
kebutuhan energi.
Pengalaman umat manusia terhadap penggunaan energi fosil (minyak bumi, gas dan batubara) telah memberikan catatan
tersendiri terhadap kerusakan lingkungan sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energinya untuk pemanasan rumah, kenyamanan
dan transportasi serta industri. Pengalaman itu mengantarkan pada upaya mencari pilihan energi yang akrab lingkungan, dapat
diperbaharui dan terjangkau secara ekonomi. Pilihan itupun telah mengarah pada penggunaan energi yang bersumber pada energi
surya, panas bumi, hidro, energi laut (gelombang laut, pasang surut dan suhu laut), dan biomassa. Biomassa merupakan sumber
energi yang langsung terkait dengan peradaban umat manusia. Peradaban manusia itu ditandai dengan pengguanaan teknologi dan
ilmu pengetahuan yang semakin maju berkat penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan oleh para peneliti.
Pemahaman tentang biomassa dapat diawali dengan pengertian, kemudian melangkah ke identifikasi tipe, sumber,
karakteristik, target penggunaan, teknologi konversi, mata rantai penyediaan bahan baku mulai dari sumber hingga ke pabrik
pengolahannya, strategi dan langkah taktis untuk mendayagunakan biomassa sebagai bahan baku bioenergi. Rangkaian dan
rangkuman pendapat para ahli pertanian, lingkungan dan energi terbarukan tentang keberlanjutan suplai energi juga disajikan
sebagai pemiiran peting bagi pembaca dan pengambilan keputusan. Pemikiran ini mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terpublikasi melalui jurnal ilmiah, buku ajar, majalah ilmiah dan laman dari institusi yang terkait. Aplikasi
pengetahuan dan teknologi ini sudah mencapai skala industri dan komersial sehingga menjadi bahan pertimbangan penting bagi
pengusaha atau mitra investasi di Indonesia untuk menanamkan modalnya di sektor energi terbarukan. Untuk itu, melalui artikel ini
akan disajikan kerangka pikir manusia dalam mempelajari biomassa sebagai sumber bahan baku energi terbarukan dan teknologi
konversinya. Diakhir tulisan / pengetikan ini penulis menyampaikan seilas gagasan untuk Pemerintah Daerah di Indonesia supaya
mampu mendayagunakan potensi biomassanya untuk penyediaan energi seiring dengan pemenuhan pangan.
Kata Kunci : energi , lingkungan

I. PENDAHULUAN
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan
melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan.
Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,
rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran
ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan
pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan
sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi
(bahan bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan baar adala
biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah
setelah diambil produk primernya.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa
kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang
dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat
menyediakan sumber energi secara berkesinambungan
(suistainable). Di Indonesia, biomassa merupakan sumber
daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk
primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan
lain-lain yang selain digunakan untuk memenuhi
kebutuhan domestik juga diekspor dan menjadi tulang
punggung penghasil devisa negara.
Biomassa merupakan sumber energi terbarukan
yang mengacu pada bahan biologis yang berasal dari
organsime yang belum lama mati (dibandingkan dengan
bahan bakar fosil). Sumber-sumber biomassa yang paling
umum adalah bahan bakar kayu, limbah dan alkohol.
Biomassa merupakan sumber energi terbarukan karena

tanaman dapat kembali tumbuh pada lahan yang sama.


Kayu saat ini merupakan smber yang paling banyak
digunakan untuk biomassa. Di Amerika Serikat, misalnya
hampir 90% biomassa berasal dari kayu sebagai bahan
bakar. Ada tiga jenis proses yang digunakan untuk
mengkonversi biomassa menjadi bentuk energi yang
berguna , yaitu : Konversi thermal dari biomassa, konversi
kimia dari biomassa dan konversi biokimia dari biomassa.
Biomassa adalah sumber terbarukan tetapi ini
tidak berarti biomassa adalah sumber energi yang benarbenar ramah lingkungan. Pertanyaannya apakah kita harus
menggunakan biomassa atau tidak telah menimbulkan
banyak kontroversi di beberapa tahun terakhir. Para
penentang
mengatakan
bahwa
biomassa
dapat
menyebabkan emisi gas rumah kaca yang besar (dari
pembakaran kayu), bahkan lebih besar daripada gas rumah
kaca yang berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar
batubara.
Di sisi lain, para pendukungnya mengatakan
bahwa konsep biomassa berkelanjutan relatif mudah
dicapai dengan menerapkan peraturan yang sangat ketat
mengenai bahan yang digunakan dan bagaimana mereka
dibakar.
Biomassa dianggap sebagai karbon netral, ini
berarti biomassa mengambil karon dari atmosfer pada saat
tanaman tumbuh dan mengembalikannya ke udara ketika
dibakar. Karena itulah, setidaknya menurut teori, terjadi
siklus karbon tertutup tanpa peningkatan kadar karbon

dioksida

(CO2)
di
atmosfer.
Biomassa saat ini memberikan konstribusi sekitar
1.5% dari pasokan listrik total Amerika Serikat. Kapasitas
biomassa di seluruh duniah adalah 58 GW pada tahun
2011.
II. BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGI
Dasar Teori
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa
digunakan sebagai sumber energi jumlahnya sangat
melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan.
Tanaman pangan dan perkebunan menghasilkan limbah
yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk
keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan
limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga
keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi
energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang
terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang
percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan
biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih
mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi
keperluan akan tempat penimbunan sampah karena
penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit
dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.

Gambar 1. Limbah Biomassa

Gambar 2. Bahan baku bioetanol

Gambar 3. Bahan baku biodiesel


Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai
produk utama untuk sumber energi juga akhir-akhir ini
dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit, jarak, kedelai
merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi
kayu, jagung, sorghum, sago merupakan tanaman-tanaman
yang produknya sering ditujukan sebagai bahan
pembuatan bioethanol.
III. PRINSIP PEMBAKARAN BAHAN BAKAR
Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah
reaksi kimia bahan bakar dengan oksigen (O).
Kebanyakan bahan bakar mengandung unsur Karbon (C),
Hidrogen (H) dan Belerang (S). Akan tetapi yang
memiliki kontribusi yang penting terhadap energi yang
dilepaskan adalah C dan H. Masing-masing bahan bakar
mempunyai kandungan unsur C dan H yang berbeda-beda.
Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu
pembakaran lengkap (complete combustion) dan
pembakaran tidak lengkap (incomplete combustion).
Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur C
yang bereaksi dengan oksigen hanya akan menghasilkan
CO2, seluruh unsur H menghasilkan H 2O dan seluruh S
menghasilkan SO2. Sedangkan pembakaran tak sempurna
terjadi apabila seluruh unsur C yang dikandung dalam
bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan gas yang
dihasilkan tidak seluruhnya CO2. Keberadaan CO pada
hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran
berlangsung secara tidak lengkap.
Jumlah energi yang dilepaskan pada proses
pembakaran dinyatakan sebagai entalpi pembakaran yang
merupakan beda entalpi antara produk dan reaktan dari
proses pembakaran sempurna. Entalpi pembakaran ini
dapat dinyatakan sebagai Higher Heating Value (HHV)
atau Lower Heating Value (LHV). HHV diperoleh ketika
seluruh air hasil pembakaran dalam wujud cair sedangkan
LHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam
bentuk uap.
Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan
oksigen murni melainkan memanfaatkan oksigen yang ada
di udara. Jumlah udara minimum yang diperlukan untuk
menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai jumlah
udara teoritis (atau stoikiometrik). Akan tetapi pada
kenyataannya untuk pembakaran lengkap udara yang
dibutuhkan melebihi jumlah udara teoritis. Kelebihan
udara dari jumlah udara teoritis disebut sebagai excess air
yang umumnya dinyatakan dalam persen. Parameter yang
sering digunakan untuk mengkuantifikasi jumlah udara
dan bahan bakar pada proses pembakaran tertentu adalah
rasio udara-bahan bakar. Apabila pembakaran lengkap
terjadi ketika jumlah udara sama dengan jumlah udara

teoritis maka pembakaran disebut sebagai pembakaran


sempurna.
IV. PEMANFAATAN ENERGI BIOMASSA
Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan
bakar maka diperlukan teknologi untuk mengkonversinya.
Terdapat beberapa teknologi untuk konversi biomassa,
dijelaskan pada Gambar 2. Teknologi konversi biomassa
tentu saja membutuhkan perbedaan pada alat yang
digunakan
untuk
mengkonversi
biomassa
dan
menghasilkan perbedaan bahan bakar yang dihasilkan.
Secara umum teknologi konversi biomassa
menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan
konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan
teknologi yang paling sederhana karena pada umumnya
biomassa telah dapat langsung dibakar. Beberapa
biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan
didensifikasi untuk kepraktisan dalam penggunaan.
Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang
memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya
reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar.
Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi
konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam
menghasilkan bahan bakar.

Di IPB terdapat banyak jenis-jenis mesin pengempa briket


mulai dari yang manual, semi mekanis, dan yang memakai
mesin.
Tabel 1. Analisis proksimasi limbah cangkang kakao
Proxmate Analysis(%berat,wet basis)
Material
Cangkang
Kakao

Mousture

Volatile
Matter

Fixed
Carbon

Ash

16.1

49.9

20.5

13.5

Nilai
Kalor(kj/kg)

16.998

Pengujian
pembakaran
dengan
pengaruh
temperatur udara preheat dilakukan dengan 3 variasi yaitu
tanpa preheat, 60C, dan 80C. Laju aliran udara dijaga
konstan 0,3 m/s. Dinding ruang bakar juga dipertahankan
pada temperatur 350C dengan pemanasan LPG. Skema
pengujian ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.
Masukkan briket ke dalam tungku dan diletakkan pada
cawan yang digantungkan dengan kawat dan dihubungkan
ke timbangan digital. Pengukuran dilakukan sampai tidak
terjadi lagi pengurangan massa yang berarti pembakaran
telah selesai.

Gambar 5. Skema alat uji pembakaran


Keterangan :

Gambar 4. Teknologi konversi biomassa


4.1. Biobriket
Briket adalah salah satu cara yang digunakan
untuk mengkonversi sumber energi biomassa ke bentuk
biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga
bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal
adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja
yang bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam,
arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu, dan limbahlimbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak
terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.

1; Blow udara
2; Katup pengatur
3; Saluran masuk pemanasan
4; Ruang preheater
5; Ruang pembakaran
6; Gas Analyser
7; Kawat termokopel
8; Digital tekmocople reader
9; Kawat penggantung briket
10; Timbangan elektrik
11; Komputer
3

Gambar 6. Briket cangkang kakao


Hasil dan Pembahasan
Pengaruh temperatur udara preheat terhadap
pengurangan massa dan laju pembakaran sesaat dapat
dilihat pada Gambar 7. Sesuai dengan teori yang ada
bahwa pembakaran biomassa dibagi menjadi 3 tahap.
Pertama tahap pengeringan/pemanasan yang ditunjukkan
dengan pengurangan massa yang lambat. Tahap kedua
devolatilisasi yang ditunjukkan dengan pengurangan
massa yang sangat cepat dan tahap ketiga pembakaran
arang dengan pengurangan massa yang kembali menjadi
lambat. Dari Gambar 7(a) terlihat bahwa semakin tinggi
temperatur udara preheat maka pengurangan massa
berlangsung semakin cepat. Hal ini disebabkan adanya
suplai kalor tambahan secara konveksi dari udara masuk
sehingga terjadi peningkatan perpindahan kalor ke briket
dan menyebabkan proses devolatilisasi lebih cepat terjadi.

Gambar 8. Hubungan temperatur udara preheat


terhadap (a) temperatur gas pembakaran dan (b)
pembakaran rata rata.
Emisi CO sebagai akibat perubahan temperatur
udara preheat terlihat seperti Gambar 9(a). Kenaikan emisi
CO secara cepat terjadi ketika terjadi pengurangan massa
yang cepat. Hal ini berarti kenaikan emisi CO mulai
terjadi pada tahap devolatilisasi untuk melepaskan zat
terbang / volatile matter. Kenaikan temperatur udara
preheat akan mempercepat terjadinya kenaikan emisi CO.
Hal ini terjadi karena terjadi penambahan suplai kalor
yang dibawa udara masuk, sehingga meningkatkan
perpindahan kalor dari udara ke briket.

Gambar 7. Hubungan temperatur udara preheat


terhadap (a) pengurangan massa dan (b) laju
pembakaran sesaat.
Gambar 7(b) menunjukkan bahwa semakin tinggi
temperatur udara preheat maka laju pembakaran
maksimumnya semakin tinggi dan cepat tercapai .Laju
pembakaran ratarata ditunjukkan oleh Gambar 8(b).
Semakin tinggi temperatur udara preheat maka laju
pembakarannya rataratanya semakin tinggi.Temperatur
gas pembakaran mengalami sedikit kenaikan walaupun
tidak begitu signifikan seperti ditunjukkan Gambar 8(a)
dibawah ini.

Pipa koneksi dan valve udara gasifier tungku shuttle kiln


Gambar 9. (a) Emisi CO terhadap waktu dan (b)
faktor emisi CO pembakaran briket cangkang kakao
pada temperatur udara preheat yang berbeda.

Gambar 10. Peralatan gasifier biomassa , pipa koneksi


dan valve udara gasifier shuttle kiln.

Faktor emisi CO untuk pembakaran briket


cangkang kakao karena pengaruh temperatur udara
preheat ditunjukkan Gambar 9(b). Dari gambartersebut
dapat dilihat bahwa faktor emisi CO tidak mengalami
banyak perubahan, hanya terjadi sedikit penurunan. Hal
ini dimungkinkan terjadi karena adanya sedikit kenaikan
temperatur gas sebagai akibat udara perheat.
4.2. Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat
didefinisikan sebagai proses konversi bahan selulosa
dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan
bakar. Gas tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar
motor untuk menggerakan generator pembangkit listrik.
Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka
program penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu
gasifikasi akan membantu mengatasi masalah penanganan
dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Ada tiga bagian utama perangkat gasifikasi,
yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi
gas, disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit
pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.

Gambar 11. Skema gasifikasi biomassa dan sistem


pembangkit daya
4.3. Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis)
karena panas (pyro) pada suhu yang lebih dari 150oC.
Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses,
yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer
adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan),
sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi
atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer. Penting
diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas,
sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut
karena akan memicu reaksi pembakaran.

Peralatan gasifier biomassa

Gambar 12. Bagan proses pirolisa dengan energi


pembakaran gas hasil pirolisa

Gambar 13. Skema pembentukan gas bio

4.4. Liquification

4.6. Transesterifikasi

Liquification merupakan proses perubahan


wujud dari gas ke cairan dengan proses kondensasi,
biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat
ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan pemanasan
atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain
untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi
liquification tejadi pada batubara dan gas menjadi bentuk
cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan
dalam pemanfaatan.

Transesterifikasi adalah proses kimiawi yang


mempertukarkan grup alkoksi pada senyawa ester dengan
alkohol.

4.5. Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah
dengan cara proses biokimia. Contoh proses yang
termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis,
fermentasi dan an-aerobic digestion. An-aerobik digestion
adalah penguraian bahan organik atau selulosa menjadi
CH4 dan gas lain melalui proses biokimia. Adapun tahapan
proses an-aerobik digestion adalah diperlihatkan pada
Gambar.
Selain an-aerobic digestion, proses pembuatan
etanol dari biomassa tergolong dalam konversi
biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat atau
glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi
etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami
penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa.
Etanol hasil fermentasi pada umumnya mempunyai kadar
air yang tinggi dan tinggi dan tidak sesuai untuk
pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin.
Etanol ini harus didistilasi sedemikian rupa mencapai
kadar etanol di atas 99.5%.

V. PE NUTUP
4.1 Kesimpulan
Biomassa adalah satu-satunya sumber energi
terbarukan yang dapat diubah menjadi bahan bakar cair
biofuel untuk keperluan transportasi (mobil, truk, bus,
pesawat terbang dan kereta api). Diantara jenis biofuel
yang banyak dikenal adalah biogas, biodiesel dan
bioethanol.
4.2. Saran
Beberapa saran yang dapat saya ambil dari makalah ini
adalah :
a; Jagalah kelestarian lingkungan kita dari berbagai
macam polusi.

b; Mulailah kita mengembangkan energi-energi


alternative untuk menyelamatkan
minyak bumi yang kritis.

cadangan

c; Belajar bagaimana menciptakan ide-ide baru


sebagai gerakan menyelamatkan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

10; Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

1; Raka Hamid. (2012). Pengertian biomassa.

11; Departemen Pertanian (Deptan). (2003), Luas

2; Yefri Chan. (2011). Konversi biomassa


menjadi energi.

3; Acmad Karim. (2013). Makalah biomassa.


4; Syukri Muhamad Nur dan Jusri Jusuf Sangatta
dan Bogor. (2014). Bahan baku dan teknologi
konversi untuk energi terbarukan.

5; Bhattacharya, S.C., Albina, D.O. dan Salam, P.A.


(2002). Emission Factors of Wood and CharcoalFired Cookstoves, Biomass and Bioenergy 23,
pp. 453-469.

6; Bhattacharya, S.C., Leon, M.A., dan Rahman,


M.M. (1996). A Study on Improved Biomass
Briquetting, Energy Program, SERD-AIT,
Thailand.

(DESDM). (2004). Statistik Energi Indonesia.

Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat di


Indonesia.

12; Grover, P.D. dan Mishra, S.K. (1996). Biomass


Briquetting : Technology and Practices, Field
Document No. 46, FAO-Regional Wood Energy
Development Program (RWEDP) In Asia,
Bangkok.

13; Kementerian Negara Ristek (KNRT). (2006),


Buku Putih Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan
untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan
Energi Tahun 2025, Jakarta.

14; Moerman, E. dan Prasad, K.K.(1995). Clean

7; Borman, G.L., dan Ragland, K.W. (1998).

Combustion and Excess Air Factors, Selected


Paper in Combustion Technologies for a Clean
Environment, Gordon and Breach Publishers,
Basel, pp. 467-477.

Combustion Engineering, McGraw-Hill Book


Co., Singapore.

15; Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5


Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional.

8; Bungay, H.R. (1981). Energy : The Biomass


Options, John Wiley & Sons, New York.

9; Chin, O.C., dan Siddiqui, K.M. (2000).


Characteristics of Some Biomass Briquettes
Prepared Under Modest Die Pressures, Biomass
and Bioenergy 18, pp. 223-228.

16; Wamukonya, L., dan Jenkins, B. (1995),


Durability and Relaxation of Sawdust and
Wheat-Straw Briquettes as Possible Fuels for
Kenya, Biomass and Bioenergy Vol. 8, No. 3, pp.
175-179.

Anda mungkin juga menyukai