Disusun Oleh:
1. Reyhan Zakaria 1431010045
2. Raininta Juliantika 1431010046
3. Anis Zaenuwar Sabichi 1431010049
4. Adi Gumelar Cakra Prabowo 1431010055
5. Kurnia Arifiani Kusuma 1431010060
6. Restia Eka Puspita 1431010066
7. Enik Eliyawati 1431010068
8. Leonard Alvin Tanan 1431010072
9. Muhamad Fikri Salim 1431010077
FAKULTAS TEKNIK
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Teknik Energi tentang Energi Pasang Surut / Tidal.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah teknik energi tentang energi
pasang surut atau tidal dapat memberikan manfaat maupun pengetahuan terhadap
pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui dan memahami mengenai pasang surut dan proses terjadinya
2. Mengetahui dan memahami energi pasang surut dan pemanfaatannya
3. Mengetahui dan memahami mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut
PLTPs
4. Mampu melakukan konservasi terhadap energi
I.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah
1. Penulis dapat mengetahui gambaran terjadinya pasang surut air laut,
2. Penulis dapat mengetahui proses pemanfaatan pasang surut air laut menjadi
energi.
BAB II
PEMBAHASAN
Ketika surut, air mengalir keluar dari dam menuju laut sambil memutar
turbin seperti yang terlihat pada gambar 2 di atas. Pasang surut menggerakkan air
dalam jumlah besar setiap harinya, dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi
dalam jumlah yang cukup besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus
pasang surut. Oleh karena waktu siklus bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5
jam sekali), suplai listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan daripada pembangkit
listrik bertenaga ombak.
Aplikasi
Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs) terbesar di dunia
terdapat di muara sungai Rance di sebelah utara Perancis. Pembangkit listrik ini
dibangun pada tahun 1966 dan berkapasitas 240 MW. PLTPs La Rance didesain
dengan teknologi canggih dan beroperasi secara otomatis, sehingga hanya
membutuhkan dua orang saja untuk pengoperasian pada akhir pekan dan malam
hari. PLTPs terbesar kedua di dunia terletak di Annapolis, Nova Scotia, Kanada
dengan kapasitas hanya 16 MW.
Dalam perkembangannya sistem dam ini berdampak pada lingkungan,
walau berhasil menghasilkan energi listrik lumayan besar, namun ekologi air
berbagai jenis satwa yang berhubungan antara muara dan laut tidak berkembang
biak dengan baik.
Teknologi ini dapat menghasilkan daya listrik yang cukup besar.
Kelemahannya dari sistem DAM ini adalah berdampak negatif bagi lingkungan,
terutama dari sisi ekologis pesisir. Kebaradaan DAM ini menyababkan hewan-
hewan dan tumbuhan yang berkembang di daerah estuari akan kehilangan
habitatnya. Selain itu, pembangunan DAM juga membutuhkan biaya yang tidak
sedikit.
b. Turbin lepas pantai (offshore turbines)
Pilihan lainnya ialah menggunakan turbin lepas pantai yang lebih
menyerupai pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya
dibandingkan metode pertama yaitu: lebih murah biaya instalasinya, dampak
lingkungan yang relatif lebih kecil daripada pembangunan dam, dan persyaratan
lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat dipasang di lebih banyak tempat.
Beberapa perusahaan yang mengembangkan teknologi turbin lepas
pantai adalah: Blue Energy dari Kanada, Swan Turbines (ST) dari Inggris, dan
Marine Current Turbines (MCT) dari Inggris. Teknologi MCT bekerja seperti
pembangkit listrik tenaga angin yang dibenamkan di bawah laut. Dua buah
baling dengan diameter 15-20 meter memutar rotor yang menggerakkan
generator yang terhubung kepada sebuah kotak gir (gearbox). Kedua baling
tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang horizontal dari
sebuah batang silinder yang diborkan ke dasar laut. Turbin tersebut akan
mampu menghasilkan 750-1500 kW per unitnya, dan dapat disusun dalam
barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit listrik. Demi menjaga
agar ikan dan makhluk lainnya tidak terluka oleh alat ini, kecepatan rotor diatur
antara 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan baling-baling kapal
laut bisa berkisar hingga sepuluh kalinya). Dibandingkan dengan MCT dan
jenis turbin lainnya, desain Swan Turbines memiliki beberapa perbedaan, yaitu:
baling-balingnya langsung terhubung dengan generator listrik tanpa melalui
kotak gir. Ini lebih efisien dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan
teknis pada alat. Perbedaan kedua yaitu, daripada melakukan pemboran turbin
ke dasar laut ST menggunakan pemberat secara gravitasi (berupa balok beton)
untuk menahan turbin tetap di dasar laut. Adapun satu-satunya perbedaan
mencolok dari Davis Hydro Turbines milik Blue Energy adalah poros baling-
balingnya yang vertikal (vertical-axis turbines). Turbin ini juga dipasangkan di
dasar laut menggunakan beton dan dapat disusun dalam satu baris bertumpuk
membentuk pagar pasang surut (tidal fence) untuk mencukupi kebutuhan listrik
dalam skala besar.
Turbin lepas pantai ini lebih menyerupai pembangkit listrik tenaga angin
versi bawah laut. Bentuk dari tidal turbine sangat beragam seperti halnya wind
turbine. Tidal turbine terbesar dipasang Scotlandia berbobot 1300 ton dengan
tinggi sekitar 22 m, dengan kecepatan aliran laut 2.65 m/s mampu
menghasilkan daya sampai dengan 4000 Twh setiap tahun, diharapkan turbin
ini mampu digunakan lebih dari 1000 rumah tangga.
Aplikasi
Beberapa perusahaan yang mengembangkan teknologi turbin lepas
pantai adalah: Blue Energy dari Kanada, Swan Turbines (ST) dari Inggris, dan
Marine Current Turbines (MCT) dari Inggris.
Prinsip Kerja
Teknologi MCT bekerja seperti pembangkit listrik tenaga angin yang
dibenamkan di bawah laut. Dua buah baling dengan diameter 15-20 meter
memutar rotor yang menggerakkan generator yang terhubung kepada sebuah
kotak gir (gearbox). Kedua baling tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang
membentang horizontal dari sebuah batang silinder yang diborkan ke dasar laut.
Turbin tersebut akan mampu menghasilkan 750-1500 kW per unitnya, dan
dapat disusun dalam barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit
listrik. Demi menjaga agar ikan dan makhluk lainnya tidak terluka oleh alat ini,
kecepatan rotor diatur antara 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan
baling-baling kapal laut bisa berkisar hingga sepuluh kalinya).
Dibandingkan dengan MCT dan jenis turbin lainnya, desain Swan
Turbines memiliki beberapa perbedaan, yaitu: baling-balingnya langsung
terhubung dengan generator listrik tanpa melalui kotak gir. Ini lebih efisien dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan teknis pada alat. Perbedaan
kedua yaitu, daripada melakukan pemboran turbin ke dasar laut ST
menggunakan pemberat secara gravitasi (berupa balok beton) untuk menahan
turbin tetap di dasar laut.
Adapun satu-satunya perbedaan mencolok dari Davis Hydro
Turbines milik Blue Energy adalah poros baling-balingnya yang vertikal
(vertical-axis turbines). Turbin ini juga dipasangkan di dasar laut menggunakan
beton dan dapat disusun dalam satu baris bertumpuk membentuk pagar pasang
surut (tidal fence) untuk mencukupi kebutuhan listrik dalam skala besar.
P=fQH
Dengan :
P = daya listrik dalam kW
Q = debit air (m3)
H = tinggi pasang surut terbesar (m)
F = faktor efisiernsi 0,70,8.
II.2.2 Macam-macam Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut
Tidal Fences : biasanya dibangun antara pulau-pulau kecil atau antara daratan
dan pulau-pulau. Putaran terjadi karena arus pasang surut untuk menghasilkan
energi.
Teknologi ini berfungsi sangat baik pada arus pantai yang ber-gerak
sekitar 3.6 dan 4.9 knots (4 dan 5.5 mph). Pada kecepatan ini, Turbin arus
berdiameter 15 meter dapat menghasilkan energi sama dengan turbin angin
yang berdiameter 60 meter. Lokasi ideal turbin arus pasut ini tentunya dekat
dengan pantai pada kedalaman antara 20-30 meter. Energi listrik yang
dihasilkan menurut Perusahaan Marine Current Turbine-Inggris adalah
lebih besar dari 10 MW per 1 km2, dan 42 lokasi yang berpotensi di Inggris
telah teridentifikasi perusahaan ini. Lokasi ideal lainnya yang dapat
dikembangkan terdapat di Filipina, Cina dan tentunya Indonesia.
Penelitian pemanfaatan energi arus pasut sejak tahun 1920 te-lah
dilakukan oleh beberapa ne-gara seperti Perancis, Amerika Serikat, Rusia
dan Kanada. Se-telah lebih dari 40 tahun, stasiun Frances La Rance adalah
satu-satunya industri Pembangkit Listrik Tenaga Arus Pasang Surut dengan
skala besar di dunia. Memproduksi 240 MW listrik lewat instalasi Tidal
Power melewati daerah estuari sungai Rance, dekat Saint Malo. Instalasi ini
telah ada sejak 1966 dan menyuplai 90 persen kebutuhan listrik wilayah itu.
Di Rusia, Murmansk memanfaatkan 0,4 MW listrik dari jenis yang sama.
Tidak jauh dari Indonesia, ada Australia yang memanfaatkannya di
Kimberly dan Cina sebesar 8 MW. Di Canada stasiun Annapolis Royal,
Nova Scotia telah memproduksi sekitar 20 MW listrik Tidal Turbine untuk
keperluan masyarakatnya. Di kota Hammerfest, Norwegia, listrik telah
sukses dibangkitkan dengan memanfaatkan arus pasang di pantai dan
mencukupi sebagian kebutuhan listrik kota dengan modul turbin Blades.
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Setelah membaca berbagai artikel yang di dapat dan penulis bahas kembali
dalam makalah ini maka disimpulkan sebagai berikut:
1. Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara
berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi.
2. Energi pasang surut air laut adalah energi yang dihasilkan akibat terjadinya
fenomena pasang surut air laut.
3. Energi Pasang Surut Air Laut dapat digunakan sebagai energi alternatif yang
mana energi ini berasal dari fenomena pasang surut laut.
III.2 Saran
1. Gunakanlah energi secara bijak.
2. Kembangkan energi-energi alternatif dengan memanfaatkan potensi-potensi
yang ada di Indonesia.
3. Jangan terlalu bergantung pada energi fosil, karena suatu saat energi tersebut
akan habis.
DAFTAR PUSTAKA