Anda di halaman 1dari 20

TEKNOLOGI ENERGI BARU TERBARUKAN

“ENERGI TIDAL (ENERGI PASANG SURUT) ”

Nama : Leni Wulandari


Nim : 03031381722110
Dosen Pengampuh : Muhammad Rendana, B.Sc. M. Sc., Ph.D

JURUSAN TEKNIK KIMIA PALEMBANG


FAKULTAS TEKNIK UNSRI
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
dalam menyelesaikan makalah ini. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, saya tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pak Muhammad
Rendana, B.Sc. M. Sc., Ph.D selaku pengampuh mata kuliah energi terbarukan.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga makalah “Energi Tidal” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah teknologi energi baru terbarukan (TEBT). Saya
menyadari makalah yang bertema energi ini masih perlu banyak penyempurnaan
karena kesalahan dan kekurangan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat saya
sampaikan, akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Palembang, 13 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang………………………………………………………..1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………….2
1.3. Tujuan……………………………………………………………… ...2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Pasang Surut……………………………………………..3
2.2. Energi Tidal ………………………………………….......................4
2.3. Prinsip Kerja Energi Tidal……………………………………..........4
2.4. Metodologi Pemanfaatan Pasang Surut……………………………..6
2.5. Prinsip Kerja PLTPs…………………………………………………9
2.6. Bagian dari PLTPs………………………………………………….11
2.7. Kelebihan dan Kekurangan Energi Pasang Surut………………….11
2.8. Contoh PLTPs di Indonesia dan di dunia………………………….12
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan………………………………………………………….16
3.2. Saran………………………………………………………………...16
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cadangan minyak bumi, gas alam dan batu bara akan habis dalam waktu
dekat karena eksploitasi dilakukan tanpa perhitungan dan kontrol yang jelas.
Sejumlah pihak muncul dengan ide tenaga pasang surut air laut. Bukan teknologi
baru, bahkan tergolong teknik paling tua yang pernah dipikirkan manusia. Namun,
jenis teknologi ini ramah lingkungan dan tidak mempunyai ekses negatif. Dan
yang terpenting, alam memberikannya secara gratis.
Indonesia dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar
1.929.317 km2, Indonesia seharusnya bisa menerapkan teknologi alternatif ini.
Apalagi dengan bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan
Utara ke Selatan 1.930 km telah mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan
garis pantai terpanjang di dunia. Pada musim hujan, angin umumnya bergerak dari
Utara Barat Laut dengan kandungan uap air dari Laut Cina Selatan dan Teluk
Benggala. Di musim Barat, gelombang air laut naik dari biasanya di sekitar Pulau
Jawa. Fenomena alamiah ini mempermudah pembuatan teknik pasang surut
tersebut. Menurut Bakosurtanal,Indonesia memliki kurang lebih 8.175 pulau yang
membentang dari Sabang sampai Merauke. Dari jumlah tersebut, hanya terdapat 5
pulau besar yaitu Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, dimana
selebihnya merupakan pulau pulau kecil.
Keberadaan pulau pulau kecil ini tentu saja tidak dapat diabaikan begitu
saja. Pulau-pulau tersebut, terlebih lagi pulau-pulau kecil terluar di wilayah
perairan Indonesia, sangat berperan penting dalam menjaga pertahanan dan
keamanan negara dari ancaman pencurian sumberdaya oleh negara lain dan
permasalahan perbatasan antar negara. Karena itu diperlukan upaya
mengembangkan sistem pertahanan di pulau pulau kecil tersebut dengan cara
membangun berbagai sarana dan prasarana pendukung untuk pertahanan dan
menjaga kedaulatan negara. Permasalahan yang timbul adalah ketika eksistensi
pulau-pulau ini terisolasi dari pulau pulau utama, sehingga pasokan energi,
terutama energi listrik yang sangat dibutuhkan di era modern, terputus dan
menjadi penghambat pembangunan sarana dan prasarana serta perekonomian
penduduk di pulau-pulau tersebut.
Indonesia yang terletak pada zona melintasnya arus laut membuat perairan
di Kepulauan Indonesia memiliki potensi arus laut yang besar dan juga memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Gaya gravitasi bulan dan matahari
menyebabkan perbedaan pasang surut air laut siang dan malam. Jarak pasang
surut di perairan Indonesia berkisar antara 1 meter hingga 3 meter dapat menjadi
sumber energi potensial untuk dikembangkan, terutama di pulau-pulau kecil yang
tersebar di seluruh perairan Indonesia. Energi pasang surut tersebut merupakan
energi terbaharukan yang dapat digunakan sebagai energi alternatif selain energi
yang diperoleh dari hasil olahan minyak dan gas bumi. Namun, energi pasang
surut dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif apabila ia memenuhi berbagai
persyaratan. Selain itu, dibutuhkan pula peralatan pendukung untuk dapat
menggunakan energi tersebut.
Proses pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah lingkungan.
Tetapi sebelumnya, harus dilakukan sebuah riset yang berguna untuk mengukur
kedalaman sepanjang garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di daerah
mana saja yang layak. Bangsa Indonesia seharusnya menyadari bahwa alam
menyediakan semua yang dibutuhkan. Hanya perlu kerja keras dan kebijakan
yang memperhatikan sumber daya alam yang terbatas. Sehingga Indonesia tidak
perlu risau akan cadangan energi.

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana Cara Kerja Energi Tidal (Energi Pasang Surut) Menghasilkan
Energi Listrik?
2) Bagaimana Contoh Aplikasi Energi Tidal Sebagai Pembangkit Energi
Listrik Komersial?
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
energi alternatif yang memanfaatkan pasang surut air laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pasang Surut


Pasang surut adalah naik turunnya muka laut dan gerak horizontal dari
massa air secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terhadap
massa air di bumi. Pasang-surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan
efek sentrifugal, yakni dorongan ke arah luar pusat rotasi. Hukum gravitasi
Newton menyatakan, bahwa semua massa benda tarik menarik satu sama lain dan
gaya ini tergantung pada besar massanya, sertajarak di antara massa tersebut.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa, tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Sejalan dengan hukum di atas, dapat dipahami bahwa meskipun
massa bulan lebih kecil dari massa matahari tetapi jarak bulan ke bumi jauh lebih
kecil, sehingga gaya tarik bulan terhadap bumi pengaruhnya lebih besar dibanding
matahari terhadap bumi. Kejadian yang sebenarnya dari gerakan pasang air laut
sangat berbelit-belit, sebab gerakan tersebut tergantung pula pada rotasi bumi,
angin, arus laut dan keadaan-keadaan lain yang bersifat setempat. Gaya tarik
gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari (Wardiyatmoko & Bintarto,1994).
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

2.2. Energi Tidal


Energi tidal merupakan tenaga pasang dan surut air laut yang kuat
berpotensi memutar turbin Pembangkit listrik tidal dikembangkan sejak 1966
Pembangkit Listrik Tenaga Tidal La Rance dikenal dengan istilah “tidal barrage
power plant”. pembangkit tenaga tidal berskala besar pertama pembangkit tenaga
tidal berskala besar pertama. Ada beberapa jenis pembangkit listrik tenaga tidal
antara lain Tidal Barrage Energy, prinsip kerja pembangkit tenaga tidal jenis ini
mirip dengan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), dimana harus ada
bendungan (barrage) terlebih dahulu.

(Sumber : Listrik Indonesia)


Tidal Barrage power plant terdiri dari tiga bagian utama, pertama adalah
bendungannya (barrage) yang berfungsi menahan air atau menjebak air. Bagian
kedua adalah pintu air yang berfungsi untuk membiarkan air masuk dan menuju
ke bagian ketiga, yakni turbin dan generator. Pintu air dibiarkan terbukan selama
air laut pasang dan tertutup ketika air laut surut. Ini membuat perbedaan energi
potensi yang menghasilkan daya ke turbin ketika air dilepaskan. Kemudian, Tidal
Stream Generator prinsipnya mirip seperti turbin angin atau pembangkit listrik
tenaga angin, namun berada dibawah permukaan air. Turbin mengkonversi energi
kinetik pada air akibat gelombang laut. Air memiliki densitas 830 kali lebih besar
dari udara sehingga mampu menghasilkan lsitrik pada kecepatan yang lebih
rendah dari turbin angin.

2.3. Prinsip Kerja Energi Tidal


Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang terbarukan.
Prinsip kerja nya sama dengan pembangkit listrik tenaga air, dimana air
dimanfaatkan untuk memutar turbin dan menghasilkan energi listrik. Energi
diperoleh dari pemanfaatan variasi permukaan laut terutama disebabkan oleh efek
gravitasi bulan, dikombinasikan dengan rotasi bumi dengan menangkap energi
yang terkandung dalam perpindahan massa air akibat pasang surut.

Gambar 1. Proses Pasang


Pada gambar 1, terlihat bahwa arah ombak masuk ke dalam muara sungai
ketika terjadi pasang naik air laut. Dalam proses ini air pasang akan ditampung ke
dam sehingga pada saat air surut air pada dam dapat dialirkan untuk memutar
turbine.

Gambar 2. Proses Surut


Ketika surut, air mengalir keluar dari dam menuju laut sambil memutar
turbin seperti yang terlihat pada gambar 2 di atas. Pasang surut menggerakkan air
dalam jumlah besar setiap harinya, dan pemanfaatannya dapat menghasilkan
energi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali
siklus pasang surut. Oleh karena waktu siklus bisa diperkirakan (kurang lebih
setiap 12,5 jam sekali), suplai listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan
daripada pembangkit listrik bertenaga ombak.
2.4. Metodologi Pemanfaatan Pasang Surut
Pada dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi pasang
surut:
a. Dam pasang surut (tidal barrages)
Cara ini serupa seperti pembangkitan listrik secara hidro-elektrik yang
terdapat di dam/waduk penampungan air sungai. Hanya saja, dam yang dibangun
untuk memanfaatkan siklus pasang surut jauh lebih besar daripada dam air sungai
pada umumnya. Dam ini biasanya dibangun di muara sungai dimana terjadi
pertemuan antara air sungai dengan air laut. Ketika ombak masuk atau keluar
(terjadi pasang atau surut), air mengalir melalui terowongan yang terdapat di dam.
Aliran masuk atau keluarnya ombak dapat dimanfaatkan untuk memutar Turbin.

Gambar 3. Prinsip Kerja Barrage Tidal System


Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs) terbesar di dunia terdapat
di muara sungai Rance di sebelah utara Perancis. Pembangkit listrik ini dibangun
pada tahun 1966 dan berkapasitas 240 MW. PLTPs La Rance didesain dengan
teknologi canggih dan beroperasi secara otomatis, sehingga hanya membutuhkan
dua orang saja untuk pengoperasian pada akhir pekan dan malam hari. PLTPs
terbesar kedua di dunia terletak di Annapolis, Nova Scotia, Kanada dengan
kapasitas hanya 16 MW.
Gambar atas menampilkan aliran air dari kiri ke kanan. Gambar sebelah
kiri bawah menampilkan proyek dam ketika masih dalam masa konstruksi.
Gambar kanan menampilkan proses perakitan turbin dan baling-balingnya.
Teknologi pasang surut dengan membangun dam merupakan teknologi
yang paling lama digunakan. Ekstrasi energi didapat dari perbedaan ketinggian
antara air di dalam dam dan diluar dam (laut). Dam yang dibangun untuk
memanfaatkan siklus pasang surut jauh lebih besar daripada dam air sungai pada
umumnya. Dam ini biasanya dibangun di muara sungai dimana terjadi pertemuan
antara air sungai dengan air laut. Saat pasang air mengalir memasuki dam sampai
kondisi tertentu lalu air tersebut ditahan, bila laut sudah surut air dialirkan kembali
ke laut melewati turbin air sehingga energi listrik diperoleh.
Dalam perkembangannya sistem dam ini berdampak pada lingkungan,
walau berhasil menghasilkan energi listrik lumayan besar, namun ekologi air
berbagai jenis satwa yang berhubungan antara muara dan laut tidak berkembang
biak dengan baik. Teknologi ini dapat menghasilkan daya listrik yang cukup
besar. Kelemahannya dari sistem DAM ini adalah berdampak negatif bagi
lingkungan, terutama dari sisi ekologis pada pesisir. Kebaradaan DAM ini
menyababkan hewan-hewan dan tumbuhan yang berkembang di daerah estuari
akan kehilangan habitatnya. Selain itu, pembangunan DAM juga membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Kekurangan terbesar dari pembangkit listrik tenaga
pasang surut adalah mereka hanya dapat menghasilkan listrik selama ombak
mengalir masuk (pasang) ataupun mengalir keluar (surut), yang terjadi hanya
selama kurang lebih 10 jam per harinya. Namun, karena waktu operasinya dapat
diperkirakan, maka ketika PLTPs tidak aktif, dapat digunakan pembangkit listrik
lainnya untuk sementara waktu hingga terjadi pasang surut lagi.
b. Turbin lepas pantai (offshore turbines)
Pilihan lainnya ialah menggunakan turbin lepas pantai yang lebih
menyerupai pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut. Keunggulannya
dibandingkan metode pertama yaitu: lebih murah biaya instalasinya, dampak
lingkungan yang relatif lebih kecil daripada pembangunan dam, dan persyaratan
lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat dipasang di lebih banyak tempat.
Beberapa perusahaan yang mengembangkan teknologi turbin lepas pantai
adalah: Blue Energy dari Kanada, Swan Turbines (ST) dari Inggris, dan Marine
Current Turbines (MCT) dari Inggris. Gambar hasil rekaan tiga dimensi dari
ketiga jenis turbin tersebut ditampilkan dalam Gambar 4.

Gambar 1 PLTPs La Rance, Brittany, Perancis


Gambar sebelah kiri (1): Seagen Tidal Turbines buatan MCT.
Gambar tengah (2): Tidal Stream Turbines buatan Swan Turbines.
Gambar kanan atas (3): Davis Hydro Turbines dari Blue Energy.
Gambar kanan bawah (4): skema komponen Davis Hydro Turbines milik Blue
Energy.
Teknologi MCT bekerja seperti pembangkit listrik tenaga angin yang
dibenamkan di bawah laut. Dua buah baling dengan diameter 15-20 meter
memutar rotor yang menggerakkan generator yang terhubung kepada sebuah
kotak gir (gearbox). Kedua baling tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang
membentang horizontal dari sebuah batang silinder yang diborkan ke dasar laut.
Turbin tersebut akan mampu menghasilkan 750-1500 kW per unitnya, dan dapat
disusun dalam barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit listrik. Demi
menjaga agar ikan dan makhluk lainnya tidak terluka oleh alat ini, kecepatan rotor
diatur antara 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan baling-baling kapal
laut bisa berkisar hingga sepuluh kalinya).
Dibandingkan dengan MCT dan jenis turbin lainnya, desain Swan
Turbines memiliki beberapa perbedaan, yaitu: baling-balingnya langsung
terhubung dengan generator listrik tanpa melalui kotak gir. Ini lebih efisien dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan teknis pada alat. Perbedaan kedua
yaitu, daripada melakukan pemboran turbin ke dasar laut ST menggunakan
pemberat secara gravitasi (berupa balok beton) untuk menahan turbin tetap di
dasar laut. Adapun satu-satunya perbedaan mencolok dari Davis Hydro
Turbines milik Blue Energy adalah poros baling-balingnya yang vertikal (vertical-
axis turbines). Turbin ini juga dipasangkan di dasar laut menggunakan beton dan
dapat disusun dalam satu baris bertumpuk membentuk pagar pasang surut (tidal
fence) untuk mencukupi kebutuhan listrik dalam skala besar.
2.5. Prinsip Kerja Pembangkit Litrik Tenaga Pasang Surut (PLTPs)
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut.
Ketika pasang datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir.
Kemudian ketika air surut, air di belakang reservoir dapat dialirkan seperti pada
PLTA biasa. Agar bekerja optimal, kita membutuhkan gelombang pasang yang
besar. dibutuhkan perbedaan kira-kira 16 kaki antara gelombang pasang dan
gelombang surut. Hanya ada beberapa tempat yang memiliki kriteria ini.
Beberapa pembangkit listrik telah beroperasi menggunakan sistem ini. Sebuah
pembangkit listrik di Prancis sudah beroperasi dan mencukupi kebutuhan listrik
untuk 240.000 rumah.
Teknologi pembangkit listrik pasang surut (PLPS) mungkin sudah dikuasai
penuh para ilmuwan di Indonesia. Karena, pada prinsipnya teknologi tersebut
tidak berbeda dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), seperti yang
diterapkan di waduk Jatiluhur dan waduk-waduk lainnya. Di mana air laut ketika
pasang ditampung dalam suatu wilayah yang di bendung dan pada waktu pasang
surut air laut dialirkan kembali ke laut.
Pemutaran turbin dilakukan dengan memanfaatkan aliran air ketika masuk
ke dalam dam dan ketika keluar dari dan menuju laut. Kendala utama penerapan
teknologi PLPS ini ada dua. Pertama, pemerintah belum pernah memanfaatkan
energi pasang surut untuk menghasilkan listrik, sehingga tenaga ahli Indonesia
yang telah menguasai teknolgi pembangkit listrik tenaga air belum pernah
merancang dan menerapkan atau membangun secara langsung dari awal. Kedua,
untuk pembangunan wilayah ini akan merendam wilayah daratan yang luas.
Apalagi bila harus merendam beberapa desa di sekitar muara atau kolam. Di sini
akan muncul masalah sosial, bukan hanya masalah teknologi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan para ahli Indonesia untuk penerapan
teknologi ini adalah efisiensi propeler ketika air masuk dan air keluar. Kalau di
PLTA arah air penggerak turbin hanya satu arah, sedangkan pada pembangkit
listrik pasang surut ini dari dua arah. Selain itu, yang patut menjadi perhatian,
adalah material yang digunakan. Untuk air laut diperlukan material khusus
disesuaikan dengan kadar garam dan kecepatan airnya.
Kapasitas listrik yang dihasilkan PLPS sebaiknya untuk kapasitas besar, di
atas 50 Mega Watt, agar bisa ekonomis seperti PLTA. Sumber energi PLPS ini
banyak berada wilayah timur Indonesia, mulai dari Ambon hingga ke Papua. Di
wilayah ini kebutuhan listrik masih kecil dan membutuhkan power cable bawah
laut yang sangat panjang untuk bisa membawa listrik ke pulau Sulawesi yang
membutuhkan listrik dalam jumlah besar.
Di negara lain, beberapa pembangkit listrik sudah beroperasi untuk
menggunakan ide ini. Salah satu PLPS terbesar di dunia terdapat di muara sungai
Rance di sebelah utara Prancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada 1966,
dengan kapasitas 240 Mega Watt. PLPS La Rance didesain dengan teknologi
canggih dan beroperasi secara otomatis, sehingga hanya membutuhkan dua orang
saja untuk pengoÂperÂasian pada akhir pekan dan malam hari. Sementara PLPS
terbesar kedua di dunia terletak di Annapolis, Nova Scotia, Kanada dengan
kapasitas yang mencapai 160 Mega Watt.
2.6. Bagian-Bagian dari Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut
(PLTPs)

Tujuh komponen utama sebuah Pusat Pembangkit Tenaga Listrik Energi


Air Pasang Surut adalah:
1. Bangunan ruangan mesin
2. Tanggul (bendungan) untuk membentuk kolam
3. Pintu-pintu air untuk jalan air dari kolam ke laut atau sebaliknya
4. Turbin yang berputar oleh dorongan air pasang dan air surut.
5. Generator yang menghasilkan listrik 3.500 volt.
6. Panel penghubung.
7. Transformator step up dari 3.500 volt ke 150.000 volt.
2.7. Kelebihan dan Kekurangan Energi Pasang Surut
Berikut ini disajikan secara ringkas kelebihan dan kekurangan dari
pembangkit listrik tenaga pasang surut
Kelebihan:
1. Setelah dibangun, energi pasang surut dapat diperoleh secara gratis.
2. Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya.
3. Tidak membutuhkan bahan bakar.
4. Biaya operasi rendah.
5. Produksi listrik stabil.
6. Pasang surut air laut dapat diprediksi.
7. Turbin lepas pantai memiliki biaya instalasi rendah dan tidak
menimbulkan dampak lingkungan yang besar.
Kekurangan:
1. Sebuah dam yang menutupi muara sungai memiliki biaya pembangunan
yang sangat mahal, dan meliputi area yang sangat luas sehingga merubah
ekosistem lingkungan baik ke arah hulu maupun hilir hingga berkilo-
kilometer.
2. Hanya dapat mensuplai energi kurang lebih 10 jam setiap harinya, ketika
ombak bergerak masuk ataupun keluar.
2.8. Contoh PLTPs di Indonesia dan di Dunia
1) Pembangkit Listrik Tenaga Pasang-Surut Komersial Pertama
Dunia Mulai beroperasi (The world’s first commercial tidal power
goes online)
Tanggal 2 April 2008 boleh dikatakan sebagai salah satu hari penting
dalam teknologi energi terbarukan. Pada hari itu, pembangkit listrik tenaga
pasang-surut komersial pertama di dunia mulai dioperasikan.

Gambar 5. Sea Gen (sumber: seageneration)


Turbin air ini diberi nama SeaGen (Sea Generation), dibuat oleh Marine
Current Turbines Ltd., sebuah perusaan yang berbasis di Bristol, Inggris. Lokasi
yang dipilih adalah selat antara Strangford dan Portaferry, Irlandia Utara, sekitar
400 meter dari garis pantai.
Lokasi SeaGen, selat antara Stangford dan Portaferry, Irlandia Utara (sumber:
Google Earth)
SeaGen memiliki dua buah rotor berdiameter 16 meter, empat kali lebih
besar dari pada pendahulunya. Tahun 2003, perusahaan yang sama, membuat
SeaFlow dengan kapasital 300kW (bukan komersial) di Lynmouth, Devon.

Rotor SeaGen (Sumber: seageneration)


Pembangkit yang awal proyek dimulai 2005 ini memiliki kapasitas 1.2
MW, cukup untuk memberikan tenaga listrik bagi sekitar seribu rumah, dan
bekerja 18 – 20 jam sehari. Dalam 12 hari, pembangkit ini ditargetkan telah
tersambung dengan jaringan listrik lokal. ESB Independent Energy telah bersedia
membeli listrik dari SeaGen. Yang paling penting, setiap watt listrik yang
dihasilkan dari pembangkit ini tidak menghasilkan sedikit pun gas rumah kaca.
Proyek yang menghabiskan dana 5.2 juta Pounds (sekitar Rp. 95 Miliar)
ini merupakan salah satu bentuk tindakan nyata yang dilakukan pemerintah
Inggris selaku penandatangan Prokol Kyoto untuk mengatasi pemanasan global.
Namun demikian, proyek ini dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem di
perairan setempat, terutama mamalia laut. Untuk meninjau kemungkinan ini
Marine Current Turbines Ltd telah menyediakan 2 juta Pounds untuk memotitor
dampak lingkungan dari proyek ini.
2) Rancangan dan Ujicoba Prototipe Pembangkit Listrik Pasang Surut
di Sulawesi Utara
Rancangan turbin air dipakai turbin model Propeller tipe undershot yang
sesuai dengan beda tinggi yang rendah dan debit air yang sedikit. Untuk material
turbin menggunakan bahan dari fiberglass atau baja tahan karat karena air yang
digunakan untuk memutar turbin adalah campuran air laut dan air tawar. Hasil
perhitungan jumlah energi berdasarkan rancangan dam adalah 85,56 kJoule dan
daya listrik adalah 30,38 kW untuk luas waduk 1800 m2. Hasil analisis jumlah
energi dan daya listrik yang didapat cukup memenuhi kebutuhan daya listrik di
lokasi tersebut baik bagi pengusaha ataupun bila ada masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi. Untuk pelaksanaan uji coba pembangkit listrik dibuat prototipe dam
menggunakan kayu dan papan dua lapis yang diisi dengan karung plastik berisi
pasir dan dilengkapi dengan 2 pintu air, di mana pada pintu keluar dipasang turbin
air yang memutar generator.

Prototipe turbin untuk uji coba dibuat dari pelat baja seperti Gambar 4.
Dudukan turbin terbuat dari balok kayu. Turbin air yang dibuat dilengkapi dengan
pulley dan belt untuk dihubungkan dengan generator. Dalam uji coba dilakukan
pengukuran putaran turbin dan generator serta pengukuran tegangan dan daya
listrik. Pengukuran putaran turbin adalah 15 rpm dan putaran generator adalah 355
rpm. Hasil pengukuran tegangan adalah 15 volt. Tegangan yang dihasilkan rendah
karena generator yang digunakan putarannya 1500 rpm. Prototipe pembangkit
untuk uji coba seperti Gambar 5.
Dengan dibangunnya pembangkit listrik pasang surut dapat memberikan
energi listrik bagi beberapa pengusaha yang ada di sekitar lokasi tersebut seperti
PT Minahasa Lagoon yang bergerak di bidang diving dan cottage. Juga ada
pengusaha restoran di sekitar lokasi yang selama ini menggunakan genset sebagai
pembangkit listrik untuk memperoleh penerangan dan kebutuhan listrik lainnya.
Sebagai informasi bahwa lokasi itu merupakan salah satu tempat wisata dari
masyarakat Sulawesi Utara dan sekitarnya untuk tamasya dan mandi di pantai.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara
berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari
dan bulan terhadap massa air di bumi.
2. Energi pasang surut air laut adalah energi yang dihasilkan akibat
terjadinya fenomena pasang surut air laut.
3. Energi Pasang Surut Air Laut dapat digunakan sebagai energi alternatif
yang mana energi ini berasal dari fenomena pasang surut laut.
3.2. Saran
1. Gunakanlah energi secara bijak.
2. Kembangkan energi-energi alternatif dengan memanfaatkan potensi-
potensi yang ada di Indonesia.
3. Jangan terlalu bergantung pada energi fosil, karena suatu saat energi
tersebut akan habis.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Thicon. 2008.”Pemanfaatan Energi Laut 2: Pasang Surut”.


http://majarimagazine.com/2008/01/energi-laut-2-pasang-surut/.(Online).
(Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020)
Muhammad. 2007.”Pasang Surut Laut dan Keadaanya di Indonesia”.
http://rageagainst.multiply.com/journal/item/35?&show_interstitial=1&u=%
2Fjournal%2Fitem. (Online). (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020)
Suardi, Yogi..”Pasang Surut”. http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-
oseanografi/402-pasang-surut. (Online). (Diakses pada tanggal 13 Oktober
2020)

Anda mungkin juga menyukai