Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TERBARUKAN

“Photovoltaic”

NAMA MAHASISWA : Aditya Mahendra

NIM : 5173230001

DOSEN PENGAMPU : Drs.A Hakim Butar-butar, MT.

MATA KULIAH : Pembangkit Energi Listrik


Terbarukan

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
Maret 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 23 Maret 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I Pendahuluan.................................................................................................................

1.1 Latar belakang....................................................................................................................

1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................................

1.3 Manfaat...............................................................................................................................

BAB II Pembahasan.................................................................................................................

2.1 Pengertian Photovoltaic.....................................................................................................

2.2 Prinsip Dasar Teknologi Photovoltaic Bahan Silicon.....................................................

2.3 Jenis Solar Cell...................................................................................................................

2.4 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya................................................................

2.5 Studi Hubungan PV, Temperatur dan Solar Irradiance................................................

BAB III Penutup.......................................................................................................................

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................

3.2 Saran....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cadangan energi fosil dunia yang semakin menipis, pergolakan politik di negara-
negara Timur Tengah yang dikenal sebagai negara produsen minyak bumi, bencana alam yang
terjadi di beberapa belahan dunia dan kurangnya kesadaran masyarakat dunia dalam menjaga
keberlangsungan sumber daya alam telah memicu terjadinya krisis energi dunia dan
meningkatnya harga minyak bumi dan batu bara.
Dalam menghadapi ancaman krisis energi, Indonesia sudah siap dengan regulasi, yaitu
Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang berisi starategi
untuk menjamin keamanan energi di Indonesia. Kebijakan ini telah merumuskan bauran
energi di tahun 2025 yang mengurangi konsumsi energi fosil dan menggantinya dengan energi
baru terbarukan. Energi fosil diproyeksikan berkontribusi hanya 74,2 % dari total konsumsi
energi, dengan penggunaan energi dari bahan bakar minyak hanya sekitar 29,7 %. Penggunaan
energi baru terbarukan pada tahun 2025 diproyeksikan meningkat menjadi 25 %. Salah satu
energi baru terbarukan yang berpotensi besar dalam pemanfaatan untuk mencapai tujuan
tersebut adalah energi surya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1. Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan


dan kreatifitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
dasar photovoltaic.

1.3 Manfaat
1. Menjadikan mahasiswa untuk lebih rajin dalam membaca dan memahami materi.
2. Untuk memperluas pengetahuan mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Photovoltaic


Photovoltaic adalah teknologi yang berfungsi untuk mengubah atau mengkonversi
radiasi matahari menjadi energi listrik secara langsung. PV biasanya dikemas dalam sebuah unit
yang disebut modul. Dalam sebuah modul surya terdiri dari banyak sel surya yang bisa disusun
secara seri maupun paralel. Sedangkan yang dimaksud dengan surya adalah sebuah elemen
semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik atas dasar efek
fotovoltaik. Photovoltaic mulai popular akhir-akhir ini, selain mulai menipisnya cadangan enegi
fosil dan isu global warming. energi yang dihasilkan juga sangat murah karena sumber energi
(matahari) bisa didapatkan secara gratis. Skema PV dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1.Skema photovoltaic

2.2. Prinsip dasar teknologi Photovoltaic dari bahan silicon.


Photovoltaic merupakan suatu perangkat semi konduktor yang dapat menghasilkan
listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya. Proses penghasilan energi listrik terjadi jika
pemutusan ikatan elektron pada atom-atom yang tersusun dalam Kristal semikonduktor ketika
diberikan sejumlah energi. Salah satu bahan semikonduktor yang biasa digunakan sebagai sel
surya adalah Kristal silicon.

Gambar 2.7. Cara Kerja PV.

2.2.1. Semikonduktor Tipe P dan Tipe N.

Gambar 2.2. Semikonduktor Tipe-P (Kiri) dan Tipe-N (Kanan).


Ketika suatu Kristal silikon ditambahkandengan unsur golongan kelima, misalnya
arsen, maka atom-atom arsen itu akan menempati ruang diantara atom-atom silicon yang
mengakibatkan munculnya electron bebas pada material campuran tersebut. Elektron bebas
tersebut berasal dari kelebihan elektron yang dimiliki oleh arsen terhadap linkungan
sekitarnya, dalam hal ini adalah silicon.
Semikonduktor jenis ini kemudian diberi nama semikonduktor tipe-n. Hal yang
sebaliknya terjadi jika Kristal silicon ditambahkan oleh insur golongan ketiga, misalnya
boron, maka kurangnya electron valensi boron dibandingkan dengan silicon mengakibatkan
munculnya hole yang bermuatan positif pada semikonduktor tersebut. Semikonduktor ini
dinamakan semikonduktor tipe-p. Adanya tambahan pembawa muatan tersebut
mengakibatkan semikonduktor ini akan lebih banyak menghasilkan pembawa muatan ketika
diberikan sejumlah energi tertentu, baik pada semikonduktor tipe-n maupun tipe-p.

Gambar 2.6. Struktur Solar Cell p-n Junction


Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan maka akan terjadi difusi hole dari tipe-
p menuju tipe-n dan difusi electron dari tipe-n menuju tipe-p. Difusi tersebut akan
meninggalkan daerah yang lebih positif pada batas tipe-n dan daerah lebih negative pada batas
tipe-p. Adanya perbedaan muatan pada sambungan p-n disebut dengan daerah deplesi akan
mengakibatkan munculnya medan listrik yang mampu menghentikan laju difusi selanjutnya.
Medan listrik tersebut mengakibatkan munculnya arus drift. Arus drift yaitu arus yang
dihasilkan karena kemunculan medan listrik. Namun arus ini terimbangi oleh arus difusi
sehingga secara keseluruhan tidak ada arus listrik yang mengalir pada semikonduktor
sambungan p-n tersebut.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, electron adalah partikel bermuatan yang
mampu dipengaruhi oleh medan listrik. kehadiran medan listrik pada electron dapat
mengakibatkan electron bergerak. Hal inilah yang dilakukan pada solar cell sambungan p-n,
yaitu dengan menghasilkan medan listrik pada sambungan p-n agar electron dapat mengalir
akibat kehadiran medan listrik tersebut.

Ketika junction disinari, photon yang mempunyai electron sama atau lebih besar dari
lebar pita electron tersebut akan menyebabkan eksitasi electron dari pita valensi ke pita
konduksi dan akan meninggalkan hole pada pita valensi. Elektron dan hole ini dapat bergerak
dalam material sehingga menghasilkan pasangan 5lectron-hole. Apabila ditempatkan
hambatan pada terminal sel surya, maka electron dari area-n akan kembali ke area-p sehingga
menyebabkan perbedaan potensial dan arus akan mengalir.

2.3. Jenis Solar Cell


Hingga saat ini terdapat beberapa jenis solar sel yang berhasil dikembangkan oleh para
peneliti untuk mendapatkan divais solar sel yang memiliki efisiensi yang tinggi atau untuk
mendapatkan divais solar sel yang murah dan mudah dalam pembuatannya.

Tipe pertama yang berhasil dikembangkan adalah jenis wafer (berlapis) silikon kristal tunggal.
Tipe ini dalam perkembangannya mampu menghasilkan efisiensi yang sangat tinggi. Masalah
terbesar yang dihadapi dalam pengembangan silikon kristal tunggal untuk dapat diproduksi
secara komersial adalah harga yang sangat tinggi sehingga membuat solar sel panel yang
dihasilkan menjadi tidak efisien sebagai sumber energi alternatif. Sebagian besar silikon
kristal tunggal komersial memiliki efisiensi pada kisaran 16-17%, bahkan silikon solar sel
hasil produksi SunPower memiliki efisiensi hingga 20%. Bersama perusahaan Shell Solar,
SunPower menjadi perusahaan yang menguasai pasar silikon kristal tunggal untuk solar sel.

Jenis solar sel yang kedua adalah tipe wafer silikon poli kristal. Saat ini, hampir sebagian
besar panel solar sel yang beredar di pasar komersial berasal dari screen printing jenis silikon
poli cristal ini. Wafer silikon poli kristal dibuat dengan cara membuat lapisan lapisan tipis dari
batang silikon dengan metode wire-sawing. Masing-masing lapisan memiliki ketebalan sekitar
250-50 micrometer. Jenis solar sel tipe ini memiliki harga pembuatan yang lebih murah
meskipun tingkat efisiensinya lebih rendah jika dibandingkan dengan silikon kristal tunggal.
Perusahaan yang aktif memproduksi tipe solar sel ini adalah GT Solar, BP, Sharp, dan
Kyocera Solar. Divais solar sel ini dalam perkembangannya telah mampu mencapai usia aktif
mencapai 25 tahun.

Penelitian agar harga solar sel menjadi lebih murah selanjutnya memunculkan generasi
ketiga dari jenis solar sel ini yaitu tipe solar sel polimer atau disebut juga dengan solar sel
organik dan tipe solar sel foto elektrokimia. Solar sel organik dibuat dari bahan
semikonduktor organik seperti polyphenylene vinylene dan fullerene. pada solar sel generasi
ketiga ini photon yang datang tidak harus menghasilkan pasangan muatan tersebut melainkan
membangkitkan exciton. Exciton inilah yang kemudian berdifusi pada dua permukaan bahan
konduktor (yang biasanya di rekatkan dengan organik semikonduktor berada di antara dua
keping konduktor) untuk menghasilkan pasangan muatan dan akhirnya menghasilkan efek
arus foto (photocurrent). Meskipun solar sel generasi ketiga ini masih memiliki masalah besar
dalam hal efisiensi dan usia aktif sel yang masih terlalu singkat, solar sel jenis ini akan mampu
memberi pengaruh besar dalam sepuluh tahun ke depan mengingat hargan dan proses
pembuatannya yang sangat murah.

2.4. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Solar cell merupakan pembangkit yang tidak hanya terdiri dari sistem konversi dari
photon sinar matahari menjadi arus listrik atau yang diebut sebagai modul photovoltaik. Perlu
ada sistem pendukung yang berfungsi menyimpan energi listrik yang dibangkitkan agar
keluarannya dapat lebih stabil dapat digunakan saat tidak ada sinar matahari atau pada saat
malam hari. serta  Satu unit sistem pembangkit listrik solar cell terdiri dari beberapa
komponen antara lain adalah:

1. Modul sel surya atau disebut juga panel Photo Voltaik (Panel PV). Modul sel surya
terdiri dari beberapa jenis ada yang berkapasitas 20 Wp, 30 Wp, 50 Wp, 100 Wp.
Modul PV dilihat dari jenisnya dapat berjenis mono kristal, poli kristal, atau
amorphous.
2. Penyimpan energi listrik atau dikenal dengan Aki ( battery ) yang bebas perawatan.
Batere biasanya dapat bertahan 2-3 tahun. Kapasitas batere disesuaikan dengan
kapasitas modul dan besar daya penggunaan listrik yang diinginkan.
3. Pengatur pengisian muatan batere atau disebut dengan kontroler pengisian (solar
charge controller). Komponen ini berfungsi untuk mengatur besarnya arus listrik yang
dihasilkan oleh modul PV agar penyimpanan ke batere sesuai dengan kapasitas batere.
4. Inverter, merupakan modul untuk mengkonversi listrik searah (dc) menjadi listrik
bolak-balik (ac). Komponen ini digunakan ketika penggunaan listrik yang diinginkan
adalah bolak-balik (ac). Meskipun begitu saat ini sudah banyak terdapat alat-alat
elektronik maupun lampu penerang yang menggunakan tipe arus searah sehingga
beberapa sistem solar cell tidak membutuhkan inverter ini.
5. Kabel (wiring), yang merupakan komponen standar sebagai penghubung tempat
mengalirkan arus listrik.
6. Mounting hardware atau framework, yang merupakan pendukung untuk menempatkan
atau mengatur posisi solar panel agar dapat menerima sinar matahari dengan baik.
Biasanya framework digunakan untuk menempatkan solar panel pada posisi yang lebih
tinggi dari bagian lain yang ada disekitarnya.

2.5. Studi Hubungan PV, Temperatur dan Solar Irradiance

Kita ambil contoh intensitas radiasi matahari dan temperatur rata-rata wilayah Pontianak
ditunjukkan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1. Intensitas Matahari dan Temperatur Rata-rata Pontianak
Intensitas radiasi matahari rata-rata tinggi terjadi pada bulan Februari – September. Sedangkan
pada musim hujan yang terjadi di bulan Oktober – Januari intensitas matahari menurun dan
terendah pada bulan Desember. Besar daya yang dihasilkan PV ditentukan oleh solar
irradiance. Semakin besar intensitas radiasi matahari maka daya yang dihasilkan oleh sel surya
juga akan mendekati maksimal. Semakin kecil intensitas radiasi matahari maka daya yang
dihasilkan oleh PV semakin kecil. Dalam periode satu tahun, temperatur di wilayah Pontianak
pada umumnya berkisar dalam rentang 23°C sampai 33°C dan sangat jarang di bawah 22°C
atau di atas 34°C. Pada musim panas/kemarau temperatur harian rata-rata tertinggi adalah
33°C dan terendah 24°C. Sedangkan pada musim hujan temperatur harian rata-rata tertinggi
30°C dan terendah 23°C. Panel surya yang digunakan dalam studi ini adalah jenis
monokristalin dan memiliki spesifikasi seperti ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 2.2. Spesifikasi Panel Fotovoltaik

Tabel 3 menunjukkan daya listrik rata-rata bulanan yang dapat diproduksi oleh 1kW panel
surya.
Tabel 2.3. Daya Listrik Rata-rata Panel Surya
Daya listrik rata-rata tertinggi dihasilkan pada bulan Maret, yaitu sebesar 0,1686kW
sedangkan daya listrik rata-rata terendah pada bulan Desember, sebesar 0,1465kW. Pengaruh
temperatur terhadap daya listrik rata-rata yang diproduksi oleh panel surya 1kW dari bulan
Januari – Desember dapat dilihat dari gambar 2.7.
Gambar 2.7. Daya listrik rata-rata panel surya untuk bulan Januari – Desember vs temperatur.

Dari kemiringan grafik, maka dapat ditentukan bahwa terjadi penurunan produksi listrik oleh
panel surya sebesar 0.7113W/°C. Semakin tinggi temperatur lingkungan sekitar panel surya,
daya listrik yang dihasilkan oleh semakin berkurang. Selain pengaruh dari temperatur
lingkungan, radiasi elektromagnerik yang diserap oleh panel surya juga dapat menaikkan
temperatur sel-sel surya. Jadi dapat disimpulkan bahwa:

 Jika solar irradiance dan temperatur tinggi, daya yang dihasilkan akan berkurang
karena temperatur yang tinggi.

 Jika solar irradiance tinggi tetapi temperatur rendah, daya yang dihasilkan akan cukup
besar dan ini adalah kondisi yang paling ideal.

 Jika solar irradiance rendah tetapi temperatur tinggi, daya yang dihasilkan jumlahnya
sangat kecil sehingga kondisi ini sangat tidak ideal.

 Jika solar irradiance rendah tetapi temperatur rendah, daya yang dihasilkan juga kecil
walaupun temperaturnya rendah karena kecilnya solar irradiance.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Solar cell atau panel surya adalah alat untuk mengkonversi tenaga matahari menjadi
energi listrik.photovoltaic adalah teknologi yang berfungsi untuk mengubah atau
mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik secara langsung. PV biasanya dikemas
dalam sebuah unit yang disebut modul. Dalam sebuah modul surya terdiri dari banyak sel
surya yang bisa disusun secara seri maupun paralel. Sedangkan yang dimaksud dengan surya
adalah sebuah elemen semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya menjadi energi
listrik atas dasar efek fotovoltaik. Besar daya yang dihasilkan PV ditentukan oleh irradiance
dan temperatur. Semakin besar intensitas radiasi matahari maka daya yang dihasilkan oleh sel
surya juga akan mendekati maksimal. Semakin kecil intensitas radiasi matahari maka daya
yang dihasilkan oleh PV semakin kecil. Sedangkan untuk temperatur, semakin tinggi
temperatur lingkungan sekitar panel surya, daya listrik yang dihasilkan oleh semakin
berkurang. Selain pengaruh dari temperatur lingkungan, radiasi elektromagnerik yang diserap
oleh panel surya juga dapat menaikkan temperatur sel-sel surya.

3.2 Saran
Diharapkan adanya saran dari pembaca agar membantu membuat makalah ini menjadi
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

K. H. Khwee, “Pengukuran Kapasitas Daya Panel Surya ( Studi Kasus : Pontianak ),” vol. 5,
no. 2, pp. 23–26, 2013.

D. L. King, M. A. Quintana, J. A. Kratochvil, D. E. Ellibee, and B. R. Hansen, “Photovoltaic


module performance and durability following long-term field exposure,” Prog. Photovoltaics
Res. Appl., vol. 8, no. 2, pp. 241–256, 2000.

D. L. King et al., “Array Performance Characterization and Modeling for Real-Time


Performance Analysis of Photovoltaic Systems,” 2006 IEEE 4th World Conf. Photovolt.
Energy Conf., vol. 2, 2006.

Anda mungkin juga menyukai