Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PRESENTASI

Proteksi Sistem Jaringan Tegangan Tinggi

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

NAMA MAHASISWA : Aditya Mahendra (5173230001)

Irwan Efendi (5172230002)


DOSEN PENGAMPU : Dr. Adi Sutopo, M.Pd, M.T.

MATA KULIAH : Sistem Proteksi dan Relai

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat tuhan Yang Maha Esa dan dengan rahmat
dan karunianya, makalah presentasi ini dapat kami buat, sebagai bahan pembelajaran kami
dengan harapan dapat diterima dan dipahami secara bersama.

Makalah presentasi ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah sistem proteksi dan relai.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan atau penguraian
makalah presentasi kami dengan harapan dapat diterima oleh bapak dosen dan dapat dijadikan
sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.

Medan, 5 April 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................

B. Tujuan...............................................................................................................

C. Manfaat.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem tenaga listrik tidak dapat lepas dari terjadinya ganguan. Gangguan yang terjadi
pada saluran transmisi tenaga listrik disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Gangguan dari faktor dalam yaitu gangguan yang disebabkan adanya
kerusakan suatu peralatan sedangkan gangguan dari faktor luar yaitu gangguan yang
disebabkan oleh lingkungan alam. Gangguan ini menyebabkan parameter listrik menjadi
abnormal dan berpotensi merusak peralatan lain yang digunakan dalam operasi sistem
tenaga listrik. Koordinasi sistem pengaman diperlukan dalam mengatasi gangguan yang
terjadi pada sistem tenaga listrik,sehingga gangguan-gangguan yang terjadi dapat
dilokalisir dari sistem yang sedang berjalan.

B. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1. Melatih mahasiswa menyusun makalah presentasi dalam upaya lebih meningkatkan


pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
proteksi tegangan tinggi.

C. Manfaat
1. Menjadikan mahasiswa untuk lebih rajin dalam membaca dan memahami referensi –
referensi yang tersedia.
2. Untuk memperluas pengetahuan mahasiswa.
BAB II

PEMBAHASAN

Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik,
selain untuk melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan hubung singkat, sistem proteksi
juga harus dapat mengeliminiir daerah yang terganggu dan memisahkan daerah yang tidak
tergangggu, sehingga gangguan tidak meluas dan kerugian yang timbul akibat gangguan
tersebut dapat di minimalisasi.

Pola Proteksi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

Sistem pengaman suatu peralatan karena berbagai macam faktor dapat mengalami kegagalan
operasi (gagal operasi). Berdasarkan hal-hal tersebut maka suatu sistem proteksi dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu:

 Pengaman Utama merupakan sistem proteksi yang diharapkan segera bekerja jika
terjadi kondisi abnormal atau gangguan pada daerah pengamanannya

 Pengaman Cadangan diperlukan apabila pengaman utama tidak dapat bekerja atau
terjadi gangguan pada sistem pengaman utama itu sendiri.

Pada dasarnya sistem proteksi cadangan terbagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:

 Sistem proteksi cadangan lokal (local back up protection system)

Pengaman cadangan lokal adalah pengamanan yang dicadangkan bekerja bilamana


pengaman utama yang sama gagal bekerja. Contohnya: penggunaan OCR atau GFR.

 Sistem proteksi jarak jauh (remote back up protection system)

Pengaman cadangan jarak jauh adalah pengamanan yang dicadangkan bekerja


bilamana pengaman utama di tempat lain gagal bekerja.
Pengaman cadangan lokal dan jarak jauh diusahakan koordinasi waktunya dengan pengaman
utama di tempat berikutnya. Koordinasi waktu dibuat sedemikian hingga pengaman cadangan
dari jauh bekerja lebih dahulu dari pengaman cadangan lokal. Hal ini berarti bahwa
kemungkinan sekali bahwa pengaman cadangan dari jauh akan bekerja lebih efektif dari
pengaman cadangan lokal. Dengan penjelasan di atas berarti bahwa waktu penundaan bagi
pengaman cadangan lokal cukup lama sehingga mungkin sekali mengorbankan kemantapan
sistem demi keselamatan peralatan. Dengan demikian berarti pula bahwa pengaman cadangan
lokal hanya sekedar pengaman cadangan terakhir demi keselamatan peralatan.

Waktu Pemutusan Pengaman SUTT

Untuk memperoleh waktu clearing time yang cepat maka pemakaian relai jarak sebagai
pengaman utama SUTT pada sistem 70 dan 150 kV harus dilengkapi dengan teleproteksi.
Pada dasarnya pemilihan pola pengaman dengan pilot dimaksudkan untuk meningkatkan
keandalan sistem yaitu jika terjadi gangguan diluar zone-1nya tetapi berada pada saluran yang
diamankan maka relai jarak yang menggunakan teleproteksi akan bekerja lebih cepat
dibandingkan relai jarak tanpa teleproteksi.

Adapun pembagian clearing time gangguan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2-1, dibawah ini:

Tabel 2-1. Pembagian Clearing Time Gangguan

1. SUTT 70 kV

Pada sistem 70 kV terdapat 2 (dua) macam pentanahan netral sistem, yaitu:


a. Pentanahan netral dengan tahanan rendah atau solid grounded, misalnya terdapat di
wilayah Jawa Barat, Jakarta Raya, Bengkulu, dan Sulawesi utara.

b. Pentanahan netral dengan tahanan tinggi, misalnya terdapat di wilayah Jawa Timur
dan Palembang.

Pada sistem dengan tahanan rendah, relai jarak dapat dipakai sekaligus untuk gangguan fasa
maupun gangguan tanah, tetapi pada sistem dengan tahanan tinggi dimana arus gangguannya
kecil yang menyebabkan relai jarak tidak bekerja, sehingga harus dipasang relai gangguan
tanah tersendiri. Untuk gangguan tanah pada sistem dengan tahanan tinggi dipakai dua jenis
pengaman, yaitu:

a. Relai tanah selektif (selection ground relay)

b. Relai tanah terarah (directional ground relay)

yang akan bekerja sebagai pengaman utama (main protection) dan pengaman cadangan (back-
up protection) secara timbal balik antara keduanya sesuai dengan jenis dan keadaan serta
macam (tempat) gangguan.

Seperti halnya pada pengaman utama maka pada pengaman cadangan inipun sistem dengan
tahanan rendah dan sistem dengan tahanan tinggi mempunyai pengaman gangguan fasa yang
sama, tetapi mempunyai pengaman gangguan tanah yang berbeda.

Untuk pengaman gangguan fasa sebaiknya dipilih relai arus lebih waktu terbalik (invers time
overcurrent), tak terarah (non-directional) karena relai ini sederhana dan murah tetapi
dianggap cukup mampu bekerja sesuai dengan fungsinya. Sebaliknya, untuk pengaman
gangguan tanah diperlukan relai arus lebih terarah, waktu-terbalik atau waktu tertentu
(definite time) tergantung pentanahan netralnya.

Pada sistem dengan tahanan rendah dipilih relai waktu terbalik bilamana arus gangguan akan
sangat berbeda pada pelbagai tempat atau relai waktu tertentu,bilamana arus gangguan
dimana-mana hampir sama. Sedang pada sistem dengan tahanan tinggi dipilih relai waktu
tertentu karena arus gangguan yang kecil dimana-mana.
Pentanahan netral dengan tahanan rendah/solid grounded

Sesuai SPLN No. 52-1 tahun 1984 bagian A tentang pola pengaman sistem 66 kV bahwa
pentanahan sistem 70 kV untuk Jawa Barat dan Jakarta Raya menggunakan pentanahan
rendah untuk netral sistemnya, sehingga pola pengaman untuk sistem 70 kV adalah sebagai
berikut:

Dengan waktu pembebasan gangguan:

Untuk saluran yang pendek (misalnya kira-kira 20 km) dimana relai tidak dapat lagi melihat
gangguan, terutama karena adanya. tahanan gangguan (Rf), seharusnya relai jarak dilengkapi
dengan pola pilot (pengoperasian teleproteksi), sebaiknya pola blocking.

Idealnya penggunaan relai jarak yang dilengkapi sistem teleproteksi digunakan untuk seluruh
saluran udara tegangan tinggi. Namun atas pertimbangan biaya dan tingkat keadalan sistem
maka tidak seluruh jaringan harus dipasang. Adapun prioritas bagi pemasangan sistem
teleproteksi bagi sistem 70 kV, adalah penghantar 70 kV yang merupakan pasokan langsung
dari sistem 150 kV melalui IBT 150/70 kV.

Pentanahan netral dengan tahanan tinggi

Sedangkan untuk daerah yang menggunakan tahanan tinggi untuk sistem pentanahannya,
sesuai SPLN No. 51-1 tahun 1984 bagian A, adalah sebagai berikut:

Beberapa kasus khusus perlu diberikan pengarahan sebagai berikut:

Untuk saluran yang pendek ditetapkan sebagai berikut:

a. Sistem dengan tahanan rendah/solid grounded

 Relai jarak dengan pola blocking, atau

 Relai differensial kawat-pilot

Keduanya sebagai pengaman gangguan fasa maupun gangguan fasa maupun


gangguan tanah.

b. Sistem dengan tahanan tinggi

 Relai jarak dengan pola blocking, atau


 Relai differensial kawat-pilot

 Relai fasa selektif

Ketiganya sebagai pengaman gangguan fasa, sedang sebagai pengaman gangguan


tanah seperti pada tabel diatas.

2. SUTT 150 kV

Berbeda dengan sistem transmisi 70 kV dimana terdapat 2 (dua) macam pentanahan netral
sistem, pada sistem transmisi 150 kV ini terdapat hanya satu macam pentanahan netral sistem
yaitu pentanahan efektif. Berbeda dengan SUTT 70 kV, penggunaan rele jarak sebagai
pengaman utama yang dilengkapi teleproteksi menjadi suatu keharusan, khususnya bagi:

1) Penghantar yang dioperasikan looping dengan sistem 150 kV lainnya

2) Penghantar kV yang radial double circuit.

Untuk penghantar dengan katagori saluran pendek, rele pengaman direkomendasikan


menggunakan prinsip differensial:

a) Current Differential

b) Current Comparison

c) Phase Differential

Ada 2 (dua) macam pola pengaman dengan pilot yang telah dan akan diterapkan pada SUTT
150 kV PLN P3B, yaitu:

1) Permissive Transfer Trip Scheme

a) Permissive Underreach Transfer Trip (PUTT)

b) Permissive Overreach Transfer Trip (POTT )


2) Blocking Scheme

Pola Proteksi Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT)

SKTT 70 kV dan 150 kV

Pemakaian kabel tanah dapat dinyatakan sebagai standar yang berlaku umum di dalam
kota. Untuk saluran yang pendek sebaiknya digunakan relai differential pilot, karena
menggunakan kabel pilot sebagai media sinyal.

Relai differensial pilot saat ini paling banyak dipakai dan dianggap tepat sebagai
pengaman utama, baik bagi sistem dengan tahanan rendah maupun bagi sistem dengan
tahanan pentanahan tinggi.

Tabel 2-2. Pola Pengaman Transmisi 70 kV Saluran Kabel Tanah


Di samping pengaman utama perlu pula ditetapkan pengaman cadangan dan dalam hal ini
merupakan pengaman cadangan lokal. Pengaman cadangan lokal ini harus dipilih
pengaman yang mempunyai keadalan yang tinggi demi untuk penyelamatan kabel tanah
sewaktu terjadi gangguan. Untuk pengaman cadangan ini harus dibedakan 2 macam
pengaman, yaitu:

1) Pengaman gangguan antar fasa atau tiga fasa;

2) Pengaman gangguan satu fasa ke tanah.

Adapun Pola Pengaman Sistem Transmisi 70 kV Saluran Kabel Tanah, sesuai SPLN No.
52-1 tahun 1984 bagian A, adalah sebagai berikut:

Untuk gangguan antar dan tiga fasa, yang arus gangguannya besar sebaiknya dipakai relai
arus lebih waktu terbalik, sedang untuk gangguan satu-fasa ke tanah, yang arus
gangguannya kecil, sebaliknya dipakai relai arus lebih waktu terbalik, atau relai daya
urutan nol, yang lebih peka dari relai arus lebih waktu terbalik. Dengan demikian untuk
gangguan satu fasa ke tanah, relai arus lebih waktu terbalik dipakai pada sistem dengan
tahanan rendah, sedang relai daya nol dipakai pada sistem dengan tahanan tinggi.

Oleh karena sistem pentanahan netral di 150 kV ini hanya menggunakan pentanahan
efektif maka pola pengaman untuk SKTT 150 kV-nya hanya mengguanakan satu pola,
yaitu relai differensial longitudinal sebagai pengaman utama untuk gangguan fasa-fasa dan
fasa tanah. Sedangkan sebagai pengaman cadangan lokalnya menggunakan relai aruslebih
waktu terbalik.

Tabel 2-3. Pola Pengaman Transmisi 150 kV Saluran Kabel Tanah

Pola Proteksi Saluran Campuran

Untuk kasus khusus dimana saluran tersebut merupakan saluran campuran antara adengan
kabel tanah, maka digunakan pola pengaman sebagai berikut:

a) Pada saluran campuran dimana saluran kabel tanah lebih dominan dari saluran udara
maka dipakai pola pengaman seperti diketahui saluran yang dominan;

b) Pada saluran yang bercampur sehingga sulit ditetapkan saluran mana (udara atau kabel
tanah) yang dominan, ditetapkan berdasarkan perhitungan-perhitungan sesuai dengan
keadaan sirkit tersebut, sehingga dapat diketahui saluran yang dominan

Tabel 2-4. Pola Pengaman Saluran Campuran dengan Saluran Kabel Dominan
Prinsip Kerja Relai Proteksi

1. Relai Jarak (Distance relay)

Distance relay pada penghantar prinsip kerjanya berdasarkan pengukuran impedansi


penghantar. Impedansi penghantar yang dirasakan oleh relai adalah hasil bagi
tegangan dengan arus dari sebuah sirkit. Relai ini mempunyai ketergantungan terhadap
besarnya SIR dan keterbatasan sensitivitas untuk gangguan satu fasa ke tanah.

Distance relay mempunyai beberapa karaktristik seperti mho, quadrilateral, reaktanse,


adaptive mho dan lain-lain. Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola
teleproteksi seperti PUTT, POTT dan Blocking. Jika tidak terdapat teleproteksi maka
relai ini berupa step distance saja (basic).

Distance relay pada jangkauan zone-1 berfungsi sebagai pengaman utama, sedangkan
untuk jangkauan Zone-2, Zone-3, Zone-3 reverse berfungsi sebagai proteksi cadangan
jauh (remote back up) untuk penghantar didepan maupun belakangnya. Untuk
mencegah terjadinya mencegah malakerja relai akibat ayunan daya (power swing),
biasanya Relai ini dilengkapi dengan elemen power swing blocking.

2. Relai Differensial Penghantar

Untuk penghantar pendek selektifitas sulit dicapai apabila menggunakan relai jenis
impedansi, maka sebagai solusi dipilih relai jenis differensial. Relai ini mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan relai impedansi, antara lain:

 tidak terpengaruh oleh power swing (ayunan daya) dan SIR;

 sensistif terhadap gangguan dengan tahanan tinggi.

Macam-macam Relai Differensial Penghantar, yaitu:

a. Relai Differensial Arus


Prinsip kerja Relai differensial arus penghantar adalah membandingkan besaran
arus di kedua ujung penghantar melalui saluran telekomunikasi fiber optic. Relai
ini sangat tergantung dengan saluran komunikasi.

b. Relai Differensial Pilot

Pada dasarnya relai differensial pilot adalah relai differensial penghantar yang
menggunakan kabel pilot dengan prinsip kerja circulating current atau balanced
voltage. Relai ini dilengkapi dengan Direct Transfer Trip (DTT) ke Relai
pasangannya.

c. Relai Perbandingan Sudut Fasa (Phase comparison Relay)

Prinsip kerja relai ini adalah membandingkan sudut fasa antara arus yang masuk
dengan arus yang keluar daerah yang diproteksi. Pada kondisi tidak ada gangguan
atau ada gangguan diluar daerah pengamanannya (eksternal), output dari
comparator memberikan nilai 0, sehingga relay tidak bekerja. Sebaliknya pada
kondisi gangguan internal, output dari comparator memberikan nilai 1, sehingga
relay bekerja. Pada penghantar yang panjang dimana beda tegangan terminal
cenderung tidak sama, maka pola proteksi jenis ini kurang selektif, sehingga tidak
direkomendasikan dipakai untuk memproteksi penghantar yang panjang.

d. Directional Selective Relay

Pada penghantar 70 kV yang menggunakan sistem pentanahan titik netral dengan


tahanan tinggi (high resistance) 100 – 200 Ω, arus hubung singkat satu fasa
ketanah sangat kecil, seperti sistem 70 kV di Jawa Timur (200 Ω) dan sistem 70
kV Palembang (133 Ω).

Sehingga penggunaan distance relay tidak efektif, dan jika menggunakan current
differential juga tidak efisien (mahal) karena perlu jaringan komunikasi. Oleh
karena itu pada pola proteksi yang digunakan pada penghantar 70 kV high
resistance adalah dengan Selective relai.
Prinsip kerja dari Selective relai:

1) Selective directional relai bekerja berdasarkan perbedaan arus yang mengalir


melalui kedua penghantar pada saat terjadi gangguan. Besar selisih arus
gangguan tersebut akan dirasakan oleh relai dan dengan inputan tegangan relai
dapat membedakan lokasi gangguan pada penghantar 1 atau penghantar 2;

2) Selective directional relai tidak boleh bekerja ketika penghantar beroperasi satu
sirkit dan harus ter-blok ketika salah satu penghantar trip karena gangguan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga
listrik, selain untuk melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan hubung singkat,
sistem proteksi juga harus dapat mengeliminiir daerah yang terganggu dan memisahkan
daerah yang tidak tergangggu, sehingga gangguan tidak meluas dan kerugian yang timbul
akibat gangguan tersebut dapat di minimalisasi.

Sistem pengaman suatu peralatan karena berbagai macam faktor dapat mengalami
kegagalan operasi (gagal operasi). Berdasarkan hal-hal tersebut maka suatu sistem proteksi
dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

 Pengaman Utama merupakan sistem proteksi yang diharapkan segera bekerja jika
terjadi kondisi abnormal atau gangguan pada daerah pengamanannya

 Pengaman Cadangan diperlukan apabila pengaman utama tidak dapat bekerja atau
terjadi gangguan pada sistem pengaman utama itu sendiri.

B. Saran

Diharapkan adanya saran dari bapak dosen mata kuliah sistem proteksi dan relai agar
makalah presentasi ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Dasar-Dasar Sistem Proteksi Tegangan Tinggi. PT PLN (Persero) PUSDIKLAT 2009.

Anda mungkin juga menyukai