Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Tajwid dan Hukum-Hukum Tajwid

Nama Mahasiswa : Prabu Gilang Laudrian


NIM : 5173230011
Dosen Pengampu : Sugianto, MA.
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
April 2019
Pengertian Ilmu Tajwid atau Tahsin

Tajwīd (‫ )تجويد‬secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan
membaguskan, tajwid berasal dari kata Jawwada (‫جود‬-‫د‬
ّ ‫يجو‬-‫)تجويدا‬
ّ dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah,
tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi
ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-
huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan.

Istilah (terminologi) ialah:

‫ل ْخ َراجُِ إ‬ َ ‫م ْست َ َحقَّهُ َُو َحقَّهُ إ ْع‬


ُْ ‫طائهُ َم َُع َم ْخ َرجهُ م‬
ُّ ‫ن َح ْرفُِ ك‬

“Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya masing-masing sesuai dengan hak dan mustahaqnya.”

Haq huruf yaitu sifat asli yang senantiasa ada pada setiap huruf atau seperti sifat Al-jahr, Isti’la,
dan lain sebagainya. Hak huruf meliputi sifat-sifat huruf dan tempat-tempat keluar huruf.

Mustahaq huruf yaitu sifat yang sewaktu-waktu timbul oleh sebab-sebab tertentu ,seperti; izh-
har, ikhfa, iqlab, idgham, qalqalah, ghunnah, tafkhim, tarqiq, mad, waqaf, dan lain-lain.

Imam Ali bin Tholib mengatakan bahwa Tajwid adalah mengeluarkan setiap huruf dari
makhrojnya dan memberikan hak setiap huruf (yaitu sifat yang melekat pada huruf tersebut seperti
qolqolah, Hams, dll) dan mustahaq huruf (yaitu sifat-sifat huruf yang terjadi karena sebab-sebab tertentu,
seperti izhar, idghom, dll.)

Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari
tiap-tiap bacaan ayat al-Quran.

Pengertian tahsin (‫ )تحسين‬secara bahasa sama seperti pengertian tajwid yang berasal dari kata
َُ‫ َحسَّن‬- ُ‫ي َحسّن‬- ‫ تَحْس ْينًا‬yang berarti membaguskan atau memperbaiki.

Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat
keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf),
ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan
menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.

Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid (Tahsin)

Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi
mengamalkan tajwid ketika membaca al-Quran adalah fardhu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan
yang mukallaf atau dewasa.

Dalil kewajiban membaca Alquran dengan tajwid adalah sebagai berikut:

1. Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala

ُ ّ ‫ْل نَُ ا ْالق ُْر َو َرت‬


‫ل‬ ُ ً ‫ت َْرتي‬..

“Dan bacalah AlQuran dengan tartil.” (Q.S. Al-Muzzammil 73: 4).


Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah Subhanhu Wa Ta'ala memerintahkan Nabi Muhammad
Shallallaahu’alaihi wasallam untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu
memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).

Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala yang lain:

“Dan Kami (Allah) telah bacakan (Al-Qur’an itu) kepada (Muhammad ) secara tartil (bertajwid)”. (Q.S. Al-
Furqaan (25): 32)

Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala:

“Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah
orang-orang yang rugi.” (Al Baqarah: 121)

Dan mereka tidak akan membaca dengan sebenarnya kecuali harus dengan tajwid, kalau
meninggalkan tajwid tersebut maka bacaan itu menjadi bacaan yang sangat jelek bahkan kadang-kadang
bisa berubah arti. Ayat ini menunjukkan sanjungan Allah Subhanhu Wa Ta'ala bagi siapa yang membaca
Al Qur’an dengan bacaan sebenarnya.

2. Sabda Rasul:

‫ص َوات َها َُو ْالعَ َربُ بلح ْونُ ْالق ْرآَنَُ ْق َرؤ ْواِ إ‬
ْ َ ‫)الطبران رواه( أ‬

“Bacalah AlQuran dengan cara dan suara orang Arab yang fasih”. (HR. Thabrani)

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah Semoga Allah meridhainya (istri Nabi
Muhammad Shallallaahu’alaihi Wasallam), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan dan sholat
Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam, maka beliau menjawab: “Ketahuilah bahwa Baginda
Shallallaahu’alaihi wasallam sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi,
kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi
yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu
Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam dengan menunjukkan (satu)
bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu ‘Amr, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda:

“Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang, yaitu: Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal dan
Ubai bin Ka’ad.” (Hadits ke 4615 dari Sahih Al-Bukhari).

Dalam hadits lain:

“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya bagaimana bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
maka beliau menjawab bahwa bacaan beliau Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu dengan
panjang-panjang kemudian dia membaca “Bismillahirrahman arrahiim” memanjangkan (bismillah) serta
memanjangkan (ar rahmaan) dan memanjangkan ar rahiim.” (HR. Bukhari)

3. Ijma' Ulama
Seluruh qura’ telah sepakat tentang wajibnya membaca Al Qur’an dengan tajwid.

4. Fatwa Para Ulama

Ibnu Al Jazary "Tidak diragukan lagi bahwa mereka itu beribadah dalam upaya memahami Al
Qur’an dan menegakkan ketentuan-ketentuannya, beribadah dalam pembenaran lafadz-lafadznya,
menegakkan huruf yang sesuai dengan sifat dari ulama qura’ yang sampai kepada Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam." (Annasyr 1/210)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah "Adapun orang yang keliru yang kelirunya itu tersembunyi (kecil)
dan mungkin mencakup qira’at yang lainnya, dan ada segi bacaan di dalamnya, maka dia tidak batal
shalatnya dan tidak boleh shalat di belakangnya seperti orang yang membaca “as sirath” dengan ‘sin’,
pergantian dari “ash shirath, karena itu qira’at yang mutawatir." (Majmu’ Fatawa 22/442 dan 23/350)

Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid (Tahsin Tilawah)

Tujuan utama mempelajari ilmu tajwid dalam rangka tahsin tilawah adalah menjaga lidah dari
kesalahan ketika membaca Al-Quran.

Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala menegaskandalam suroh (al-Muzammil: 4) yang artinya


“Bacalah al-Quran itu dengan tartil.”

Tartil ialah membaguskan bacaan huruf-huruf Al-Qur’an dengan terang dan teratur,mengenal
tempat-tempat waqaf, sesuai dengan aturan-aturan tajwid dan tidak terburu-buru.

Pada zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, al-Quran dibaca dengan penuh penghayatan
dan bertajwid. Justeru, kita digalakkan untuk membaca al-Quran dengan baik agar dapat memberi kesan
kepada diri kita.

Aisyah r.a meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, yang Artinya “Orang
yang mahir dengan al-Quran (hafalan dan bacaannya yang amat baik danlancar) kedudukannya di akhirat
adalah bersama para malaikat yang mulia dan taat,adapun orang yang membaca al-Quran dan tersekat-
sekat dalam bacaannya, sedangianya amat payah, baginya adalah dua pahala.”[HR. Bukhari dan Muslim]

Dan kesalahan dalam membaca Al-Quran ada dua macam :

Al-Lahnul Jaliy (‫ي لَّلحْنُ َِ ا‬


ُْ ‫)اْل َجل‬

Kesalahan yang terlihat dengan jelas baik dikalangan awam maupun para ahli tajwid.

• perubahan bunyi huruf dengan huruf lain

• perubahan harakat dengan harakat lain

• memanjangkan huruf yang pendek atau sebaliknya.

• Mentasydidkan huruf yang tidak seharusnya atau sebaliknya.


Adalah kesalahan yang terjadi ketika membaca lafadh-lafadh dalam Alqur’an yang dapat
mengubah arti dan menyalahi ‘urf qurro. Melakukan kesalahan ini, hukumnya HARAM.

Yang termasuk kesalahan jenis ini antara lain

Kesalahan makhroj (titik/tempat keluarnya) huruf. Kesalahan ini biasanya terjadi pada
pengucapan huruf-huruf yang hampir serupa, seperti : ‘a (‘ain) dibaca a (hamzah), dlo dibaca dho, dza
dibaca da, tsa dibaca sa, ha dibaca kha, thi dibaca ti , dan sebagainya.

Salah membaca mad, yaitu yang seharusnya dibaca pendek (1 ketukan) dibaca lebih panjang (2
ketukan atau lebih) dan sebaliknya. Misalnya: Laa (aa dibaca panjang; artinya TIDAK) dibaca La (a dibaca
pendek; artinya SUNGGUH-SUNGGUH)

Salah membaca harokat. Contohnya: kharokat di akhir kata benda, karena kharokat akhir kata
menunjukan jabatan kata itu dalam kalimat. Contoh: yarfa’ullohu (artinya: Allah mengangkat) di baca
yarfa’ulloha (artinya menjadi: dia mengangkat Allah).

Al-Lahnul Khofiy (ُ‫ي اَلّلحْ ن‬


ُْ ‫)اْلخَف‬

Kesalahan ringan yang tidak diketahui secara umum, kecuali oleh orang yang memiliki
pengetahuan mengenai kesempurnaan membaca Al-Quran. Diantaranya:

• hukum-hukum pembacaan seperti membaca mad wajib muttashil atau lazim dengan dua atau tiga
harakat

• tidak menerapkan kaidah ghunnah pada huruf-huruf yang seharusnya dibaca dengan ghunnah.

Contoh :

ُ‫ل َو َما – ي ْنفق ْونَُ – أ َ ْنزَ َل‬


َُ َ‫ن أ َ ْنز‬
ُْ ‫َجآ َُء إذَا – قَبْلكَُ م‬

Adalah kesalahan yang terjadi ketika membaca lafadh-lafadh dalam Alqur’an yang menyalahi ‘urf qurro
namun tidak mengubah arti. Melakukan kesalahan ini hukumnya makruh.

Yang termasuk kesalahan jenis ini antara lain: kesalahan dalam membaca dengung (idghom,
ikhfa’, iqlaab, dll), kesalahan (lebih/kurang panjang) dalam membaca mad, kesalahan menampakkan sifat
huruf (seperti: hams, qolqolah, keliru membaca tahkhim/tarqiq), dan lain sebagainya.

Kesalahan membaca Alqur’an, baik yang jaly maupun yang khofiy, tetaplah sebuah kesalahan. Bila
kesalahan itu tetap muncul, maka bacaan Alqur’an kita tidak lagi sesuai dengan bacaan saat pertama kali
Alqur’an diturunkan. Karena itu, marilah kita belajar ilmu tajwid ini, mudah-mudahan kita terhindar dari
segala kesalahan dalam membaca Alqur’an.

Dengan demikian hal ini menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim, bahwa kita harus
menjaga dan memelihara kehormatan, kesucian, dan kemurnian al-Qur’an dengan cara membaca al-
Qur’an secara baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwidnya.

Tingkatan Bacaan Qur'an (Qiro'at)


Terdapat empat tingkatan atau mertabat bacaan Al Quran yaitu bacaan dari segi cepat atau perlahan:

Pertama At- Tahqiq: Bacaannya seperti tartil cuma lebih lambat dan perlahan, seperti
membetulkan bacaan huruf dari makhrajnya, menepatkan kadar bacaan mad dan dengung. Tingkatan
bacaan tahqiq ini biasanya bagi mereka yang baru belajar membaca Al Quran supaya dapat melatih lidah
menyebut huruf dan sifat huruf dengan tepat dan betul, atau lebih tepat dipakai untuk proses belajar
mengajar atau dunia pendidikan.

Kedua Al-Hadr: Bacaan yang cepat dengan tetap menjaga hukum-hukum bacaan tajwid. Tingkatan
bacaan hadr ini biasanya bagi mereka yang telah menghafal Al Quran, supaya mereka dapat mengulang
bacaannya dalam waktu yang singkat.

Ketiga At-Tadwir: Bacaan yang pertengahan antara tingkatan bacaan tartil dan hadr, dengan tetap
menjaga hukum-hukum tajwid.

Keempat At-Tartil: Bacaannya perlahan-lahan, tenang dan melafazkan setiap huruf dari
makhrajnya secara tepat serta menurut hukum-hukum bacaan tajwid dengan sempurna, merenungkan
maknanya, hukum dan pengajaran dari ayat.Tingkatan bacaan tartil ini biasanya bagi mereka yang sudah
mengenal makhraj-makhraj huruf, sifat-sifat huruf dan hukum-hukum tajwid. Tingkatan bacaan ini adalah
lebih baik dan lebih diutamakan.

Keutamaan Al-Quran

a. Mendapat syafa'at di hari Qiyamat.

Dari Abi Umamah RA, ia berkata : “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda : “Bacalah oleh kamu sekalian AlQuran, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari qiamat
sebagai penolong bagi para pembacanya.” (HR. Muslim).

b. Mendapat derajat yang tinggi.

Dari Aisyah RA, ia berkata : telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam : “Orang yang
membaca AlQuran dengan mahir, akan bersama-sama malaikat yang mulia lagi taat, dan orang yang
membaca AlQuran dengan terbata-bata dan merasa berat, maka ia mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari).

c. Merupakan ciri keimanan seseorang.

Dari Abu Musa Al-Asy’ari RA, ia berkata : Telah berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca AlQuran, bagaikan buah Utrujjah, harum baunya dan lezat
rasanya. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca AlQuran, bagaikan buah kurma, tidak
harum dan rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca AlQuran, bagaikan bunga
(rihanah), harum baunya dan pahit rasanya. Dan orang munafik yang tidak membaca AlQuran bagaikan
buah Handzalah, tidak harum dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

d. Mendapat kebaikan.

Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam : “Barang
siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas
dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu
huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)

Membaca Al Quran dengan suara merdu adalah sunnah. Suara yang merdu membantu seseorang
untuk menghadirkan kekhusyukan hati dan membantunya mendengarkan Al Quran dengan baik.

Mari bergabung dengan menyatukan niat untuk senantiasa berusaha dan istiqamah membaca
ayat-ayat Allah Subhanhu Wa Ta'ala dengan Tartil.

MACAM-MACAM HUKUM ILMU TAJWID

A. Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin

1. Idzhar halqi

Idzhar halqi adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu huruf halqi. Huruf halqi ada enam, yaitu ‫ ا‬, ‫ ح‬,
‫ خ‬, ‫ ع‬, ‫ غ‬,‫ ها‬cara membacanya harus jelas, tidak mendengung, dan tidak samar-samar.

Contoh : ‫هو ان‬ ‫عظيم عذاب‬

‫علق من‬ ‫خيرا درة‬

‫انتم ان‬ ‫هي سلم‬

2. Idhgham Bighunnah

Idhgham Bighunnah adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan salah satu dari empat huruf,
yaitu ‫ ي‬, ‫ ب‬, ‫ م‬, ‫و‬. Adapun cara membacanya suara nun mati/tanwin dimasukkan kedalam suara huruf
tersebut dengan mendengung.

Contoh : ‫يعمل من‬ ‫مهين ماء‬

‫نصرين من‬ ‫وبشرى هدى‬

3. Idhgham Bilaghunnah

Idhgham Bilaghunnah adalah apabils ada nun mati/tanwin bertemu dengan salah satu dari huruf dua,
yaitu ‫ ل‬dan‫ر‬. Cara membacanya suara nun mati/tanwin dimasukkan kedalam huruf tersebut tanpa
mendengung.

Contoh : ‫لدنه من‬ ‫لك خير‬

‫رهيق من‬ ‫رجيم شيطان‬

4. Iqlab

Iqlab adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan ba’ (‫)ب‬. Cara membacanya yaitu suara nun
mati/tanwin diganti dengan suara mim mati ( ‫ )م‬dengan merapatkan bibir dan mendengung.

Contoh : ‫ن لينبذ‬ ‫بعيدا ضلل‬

‫بعيد من‬ ‫بصير سميع‬


5. Ikhfa’

Ikhfa’ adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan salah satu dari 15 huruf, yaitu .‫ ت‬,‫ ث‬,‫ ج‬,‫ د‬,‫ذ‬
,‫ ز‬,‫ س‬,‫ ش‬,‫ ص‬,‫ ض‬,‫ ط‬,‫ ظ‬,‫ ف‬,‫ ق‬,‫ ك‬cara membacanya suara nun mati/tanwin dibaca samar-samar dengan
sengau dihidung.

Contoh : ‫قبلك من‬ ‫شهيدا شيء‬

‫نصب فا‬ ‫تلظى نارا‬

‫عنده‬ ‫فصل لتول‬

B. Hukum Bacaan Qalqalah

1. Pengertian Qalqalah

Qalqalah secara bahasa berarti getaran suara. Adapun secara istilah qalqalah berarti menyembunyikan
huruf yang bertanda sukun (mati) dengan suara yang lebih ditekan lagi dari makhraj hurufnya. Jumlah
huruf qalqalah ada 5, yaitu ‫ د‬, ‫ ق‬, ‫ ط‬, ‫ ب‬, ‫ ج‬yang bisa disingkat dengan ‫جد قطب‬

2. Macam-macam Qalqalah

a. Qalqalah Kubra

Qalqalah kubra berarti salah satu huruf qalqalah berharakat mati/sukun tidak asli yang disebabkan
adanya waqaf. Cara membacanya harus lebih jelas dan memantul.

Contoh : ‫مريب اليه‬ ‫بالقسط‬

‫جديد بخلق‬ ‫اجاج ملح‬

‫الحريق عذاب‬

b. Qalqalah Sughra

Qalqalah sughra berarti apabila salah satu huruf qalqalah berharakat sukun (mati) asli bukan karena
waqaf. Cara membacanya juga harus jelas dan memantul.

Contoh : ‫تقرب وال‬ ‫قبل من‬

‫نطفه من‬ ‫ويجعلون‬

‫بالعدل كاتب‬

C. Hukum Baca’an Lam

1. Lam Mufakhamah (( ‫تفخيم‬

Lam mufakhamah adalah apabila lam ‫ ل‬dalam lafal ‫ هللا‬didahului oleh harakat fathah atau dlommah,
maka harus dibaca tebal.

Contoh : ‫هللا رسول‬ ‫هللا شهيد‬ ‫هللا رحمة‬


2. Lam Muraqqah (( ‫ترقيق‬

Lam muraqqah adalah apabila lam ‫ ل‬dalam lafal ‫ هللا‬didahului oleh harakat kasrah, maka harus dibaca
tipis. Semua lam yang terdapat dalam lafal ‫ هللا‬harus dibaca tipis.

Contoh : ‫هللا بسم‬ ‫هللا عند من‬ ‫هلل الحمد‬

D. Hukum Baca’an Ra’

3. Ra’ Mufakhamah (( ‫تفخيم‬

Ra’ mufakhamah adalah ra’ yang dibaca tebal. Ra’ dibaca tebal apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

1) Ra’ berharakat fathah

Contoh : ‫يره شرا ذرة مثقال يعمل ومن‬

2) Ra’ berharakat dlommah

Contoh : ‫والفتح نصرهللا جاء اذا‬

3) Ra’ berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dlommah.

Contoh : ‫وارسل‬ ‫ترميهيم‬

4) Ra’ berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya berharakat kasrah, tetapi bukan kasrah asli dari
perkataanya.

Contoh : ‫مرضية راضية ربك الى ارجعي‬

5) Ra’ berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya berharakat kasrah asli, tetapi sesudah ra’ ada
salah satu huruf isti’la yang tidak berharakat kasrah. Huruf isti’la ada 7, yaitu.‫ خ‬, ‫ ص‬, ‫ ض‬, ‫ غ‬, ‫ ط‬, ‫ ق‬, ‫ظ‬

Contoh : ‫فرقة‬ ‫قرطاس‬ ‫لمرصاد لبا ربك ان‬

1. Ra’ Muraqqaqah (( ‫ترقيق‬

Ra’ muraqqaqah adalah ra’ yang dibaca tipis. Ra’ dibaca tipis apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

a) Ra’ berharakat kasrah

Contoh : ‫غاسق شر من‬ ‫ماخلق شر من‬

b) Apabila sebelum huruf ra’ ada huruf ya’ sukun

Contoh : ‫شهر الف من خير‬ ‫وبشير نذير‬

c) Ra’ berharakat sukun yang didahului huruf berharakat kasrah. Namun setelah ra’ sukun bukan huruf
isti’la.
Contoh : ‫االوتاد ذى وفرعون‬

2. Jawaazul Wajhaini

Dalam hukum jawaazul wajhaini ra’ boleh dibaca tarqiq atau tafkhim. Hukum jawaazul wajhaini bisa
terjadi apabila ada ra’ sukun yang didahului huruf berharakat kasrah dan sesudahnya ada salah satu
huruf isti’la yang berharakat kasrah.

Contoh : ‫بحرص‬ ‫عرضه من‬

E. Hukum Bacan Mad

1. Pengertian mad

Kata mad berasal dari bahasa arab ‫ مدا – يمد – مد‬yang berarti memanjangkan. Sedangkan menurut istilah,
mad berarti memanjangkan bacaan huruf hijaiyah sesuai dengan sifat dan syaratnya masing-masing.

2. Macam-macam Mad

a. Mad Thabi’i

Mad thabi’i adalah bacaan huruf hijaiyah yang dipanjangkan secara biasa, atau sering disebut mad
pokok (mad asli). Cara membacanya yaitu dipanjangkan satu alif (2 harakat). Disebut mad Thabi’i apabila
terdapat hal-hal berikut :

1. Jika ada ‫ ا‬jatuh sesudah harakat fathah. Contoh : ‫سا‬, ‫ما‬, ‫نا‬, ‫وا‬, ‫حا‬

2. Jika ada‫ و‬jatuh sesudah harakat dommah. Contoh : ‫سو‬, ‫مو‬, ‫نو‬, ‫وو‬, ‫حو‬

3. Jika ada‫ ي‬jatuh sesudah harakat kasrah. Contoh : ‫سي‬, ‫مي‬, ‫ني‬, ‫وي‬, ‫حي‬

b. Mad Far’i

Mad far’i adalah semua mad selain mad thabi’i, karena bersumber dari mad thabi’i maka disebut mad
far’i yang mempunyai arti mad cabang.

Adapun mad far’i ini ada 13 macam :

1) Mad Wajib Muttashil

Mad wajib muttashil adalah bacaan mad thabi’i yang bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata.
Panjang bacaaanya yaitu 3 alif (6 harakat).

Contoh : ‫ والسماء‬, ‫ وجيء‬, ‫ سوء‬, ‫حنفاء‬

2) Mad Jaiz Munfashil

Mad jaiz munfashil adalah bacaan mad thabi’i yang bertemu dengan huruf hamzah tetapi tidak dalam
satu kata. Adapun panjang bacaanya yaitu 2½ alif (5 harakat).

Contoh : ‫الذين يايها‬ ‫ادراك وما‬ ‫ك اعطينا انا‬


3) Mad Layyin

Mad layyin adalah apabila ada salah satu huruf hijaiyyah yang berharakat fathah sebelum wawu sukun
atau ya’ sukun.

Contoh : ‫الريب‬ ‫خذف من‬

‫ليل‬ ‫اليوم‬

4) Mad ‘Aridl Lis Sukun

Mad ‘Aridl Lis Sukun adalah jika ada bacaan mad thabi’i bertemu dengan huruf hijaiyah hidup yang
dibaca mati/tanda waqaf. Panjang bacaanya yaitu : 1 alif (2 harakat) atau 2 alif (4 harakat) atau 3 alif (6
harakat).

Contoh : ‫نستعين‬ ‫ينصرون‬

‫فوش من‬ ‫الرحيم‬

5) Mad ‘Iwadl

Mad ‘iwadl adalah apabila ada huruf hijaiyah yang berharakat fathah tanwin yang dibaca waqaf diakhir
kalimat. Panjang bacaanya 1 alif (2 harakat).

Contoh : ‫ رحيما غفورا‬dibaca ‫رحيما غفورا‬

‫بصيرا سميعا‬ dibaca ‫بصيرا سميعا‬

6) Mad Badal

Mad badal adalah apabila ada 2 buah huruf hamzah dan huruf hamzah yang pertama berharakat
sedangakan huruf hamzah yang ke-2 disukun (mati), maka hamzah yang ke-2 diganti dengan :

- ‫ ا‬jika hamzah yang pertama berharakat fathah

- ‫ و‬jika hamzah yang pertama berharakat kasrah

- ‫ ي‬jika hamzah yang pertama berharakat dlommah

Adapun panjang bacaanya yaitu 1 alif (2 harakat)

Contoh : ‫ﺄﺄدم‬ menjadi ‫ادم‬

‫اؤتي‬ menjadi ‫اوتي‬

‫ائمان‬ menjadi ‫ايمان‬

7) Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi

Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi adalah apabila ada mad thabi’i bertemu dengan huruf hijaiyah yang
bertasydid dalam satu kata. Panjang bacaanya yaitu 3 alif (6 harakat).

Contoh : ‫الطامة‬ ‫الصاخه‬ ‫والالضالين‬


8) Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi

Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi adalah apabila ada mad thabi’i bertemu dengan huruf hijaiyah yang
bersukun. Panjang bacaanya yaitu 3 alif (6 harakat).

Contoh : ‫آالن‬

9) Mad Lazim Mutsaqqal Harfi

Mad Lazim Mutsaqqal Harfi adalah permulaan surat dalam Al-Qur’an yang terdapat salah satu/lebih dari
huruf :

‫ن‬, ‫ق‬, ‫ص‬, ‫ع‬, ‫ل‬, ‫ي‬, ‫ك‬, ‫ م‬yang bisa disingkat dengan lafal ‫عليكم نقص‬. Adapun panjang bacaanya yaitu 3 alif (6
harakat). Mad ini juga bisa disebut dengan

( ‫) مشبع حرفي الزم مد‬.

Contoh : ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ق‬ ‫الم‬

10) Mad Lazim Mukhaffaf Harfi

Mad Lazim Mukhaffaf Harfi adalah permulaan surat dalam Al-Qur’an yang terdapat satu/lebih dari huruf
:‫ طهر حي‬yaitu ‫ ح‬, ‫ ي‬, ‫ ط‬, ‫ ه‬, ‫ ر‬. Adapun panjang bacaanya yaitu 1 alif (2 harakat).

Contoh : ‫طه‬ ‫يس‬ ‫حم‬ ‫الر‬

11) Mad shilah

‫أ‬. Mad Shilah Qashirah

Mad Shilah Qashirah adalah apabila ada kata ganti (ha’ dlomir) yang didahului dengan huruf yang
berharakat ( ̶ )/ ( ̶ ). Adapun panjang bacaanya yaitu 1 alif (2 harakat).

Contoh : ‫كان انه‬ ‫السموات في ما له‬

‫ب‬. Mad Shilah Thawilah

Mad Shilah Thawilah adalah apabila ada mad shilah qashirah yang bertemu dengan hamzah. Adapun
panjang bacaanya yaitu 2½ alif (5 harakat).

Contoh : ‫أخلده ماله‬ ‫بماشاء اال له‬

12) Mad Thamkin

Mad thamkin adalah apabila ada huruf yang bertasydid dan berharakat kasrah bertemu dengan sukun.
Panjang bacaanya yaitu 1 alif (2 harakat) dan penempatan bacaanya pada tasydid serta mad thabi’inya.

Contoh : ‫حييتم‬ ‫عليين‬ ‫النبيين من‬

13) Mad Farqi

Mad farqi adalah bacaan panjang yang membedakan antara pertanyaan atau bukan.

Contoh : ‫لكم اذن هللا قل‬ ‫االنثيين ام حرم الذكرين‬


F. Hukum Bacaan Mim Sukun

1. Ikhfa’ Syafawi

Ikhfa’ syafawi yaitu apabila ada mim sukun (mati) bertemu dengan huruf ba’ (‫) ب‬. Cara membacanya
yaitu merapatkan bibir dan mendengung.

Contoh : ‫باهلل اعتصم‬ ‫به ام‬

2. Idzhar Syafawi

Idzhar syafawi yaitu apabila ada mim sukun (mati) bertemu dengan huruf hijaiyah yang selain ‫ ب‬dan ‫م‬,
yaitu : ‫ي‬, ‫ه‬, ‫و‬, ‫ن‬, ‫ل‬, ‫ك‬, ‫ق‬, ‫ف‬, ‫غ‬, ‫ع‬, ‫ظ‬, ‫ط‬, ‫ض‬, ‫ص‬, ‫ش‬, ‫س‬, ‫ز‬, ‫ر‬, ‫ذ‬, ‫د‬, ‫ج‬, ‫ح‬, ‫خ‬, ‫ت‬, ‫ث‬, ‫ء‬. Adapun cara membacanya
yaitu harus jelas, tidak mendengung dan juga tidak samar-samar.

Contoh : ‫ربهم الى انهم‬ ‫فيها لهم‬ ‫وال عليهم‬

‫راجعون وهم‬ ‫انعمت‬ ‫غير عليهم‬

3. Idhghom Mimi

Idhghom mimi yaitu apabila ada mim mati bertemu dengan huruf mim (‫)م‬. Cara membacanya yaitu
dengan cara merapatkan bibir dan mendengung.

Contoh : ‫من كم‬


Sumber

http://cahayaummulquro.com/muqaddimah-ilmu-tajwid/

http://www.alquran-sunnah.com/alquran/ilmu-tajwid.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Tajwid

http://farizsalmanalfarisi.blogspot.com/2012/12/hubungan-ilmu-tahsin-tajwid-dan-ilmu.html

http://dinulislami.blogspot.com/2013/06/hukum-dan-tujuan-mempelajari-ilmu-tajwid.html

http://anshorimujahid.wordpress.com/2011/02/19/pengertian-dan-hukum-mempelari-ilmu-tajwid/

http://ilmu-tajwid-lengkap-syemzoel.blogspot.com/2011/10/ilmu-tajwid.html

http://save4your.blogspot.com/2011/06/hukum-mempelajari-ilmu-tajwid.html

http://tajwidmu.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-hukum-belajar-ilmu.html

Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2014/01/ilmu-tajwid-tahsin-tilawatil-
quran.html#ixzz3SvgU4ClD

Anda mungkin juga menyukai