Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG ILMU TAJWID

1. Pengertian Ilmu Tajwid

Pengertian Tajwid menurut bahasa (ethimologi) adalah: memperindah

sesuatu. Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang

kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu

tajwid adalah memelihara bacaan Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta

memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca. Belajar ilmu tajwid itu

hukumnya fardlu kifayah, sedang membaca Al-Quran dengan baik (sesuai dengan

ilmu tajwid) itu hukumnya Fardlu ‘Ain. Dalil Wajib Mempraktekkan Tajwid

Dalam Setiap Pembacaan Al-Qur’an :

a. Dalil dari Al-Qur’an.

Firman Allah s.w.t.:

Artinya: Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil


(bertajwid) [Q.S. Al-Muzzammil (73): 4]. 1

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah s.w.t. memerintahkan Nabi

s.a.w. untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil,

yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).

Firman Allah s.w.t. yang lain :

1
Wawan Sjahriyanto, Qur’an Player 2.0.1.0, Departemen Agama RI,
Jakarta, 2005

17
18

Artinya: Dan Kami (Allah) telah bacakan (Al-Qur’an itu) kepada


(Muhammad s.a.w.) secara tartil (bertajwid) [Q.S. Al-
Furqaan (25): 32].

b. Dalil dari As-Sunnah.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a. (istri Nabi

s.a.w.), ketika beliau ditanya tentang bagaiman bacaan dan sholat Rasulullah

s.a.w., maka beliau menjawab:

Artinya: "Ketahuilah bahwa Baginda s.a.w. sholat kemudian tidur


yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi,
kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti
ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya
sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang
shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara
bacaan Rasulullah s.a.w. dengan menunjukkan (satu) bacaan
yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu."
(Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu ‘Amr, Rasulullah

s.a.w. bersabda :

Artinya: "Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang, yaitu:


Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim, Mu’az bin Jabal dan Ubai bin
Ka’ad." (Hadits ke 4615 dari Sahih Al-Bukhari).

c. Dalil dari Ijma' Ulama.

Telah sepakat para ulama sepanjang zaman sejak dari zaman

Rasulullah s.a.w. sampai dengan sekarang dalam menyatakan bahwa


19

membaca Al-Qur’an secara bertajwid adalah suatu yang fardhu dan wajib.

Pengarang kitab Nihayah menyatakan: "Sesungguhnya telah ijma’ (sepakat)

semua imam dari kalangan ulama yang dipercaya bahwa tajwid adalah suatu

hal yang wajib sejak zaman Nabi s.a.w. sampai dengan sekarang dan tiada

seorangpun yang mempertikaikan kewajiban ini."

2. Tingkatan Bacaan

Terdapat 4 tingkatan atau mertabat bacaan Al Quran yaitu bacaan dari segi

cepat atau perlahan :

1. At-Tahqiq

Bacaannya seperti tartil cuma lebih lambat dan perlahan, seperti

membetulkan bacaan huruf dari makhrajnya, menepatkan kadar bacaan mad

dan dengung. Tingkatan bacaan tahqiq ini biasanya bagi mereka yang baru

belajar membaca Al Quran supaya dapat melatih lidah menyebut huruf dan

sifat huruf dengan tepat dan betul.

2. Al-Hadar

Bacaan yang cepat serta memelihara hukum-hukum bacaan tajwid.

Tingkatan bacaan hadar ini biasanya bagi mereka yang telah menghafal Al Quran,

supaya mereka dapat mengulang bacaannya dalam waktu yang singkat.

3. At-Tadwir

Bacaan yang pertengahan antara tingkatan bacaan tartil dan hadar,

serta memelihara hukum-hukum tajwid.

4. At-Tartil

Bacaannya perlahan-lahan, tenang dan melafazkan setiap huruf dari

makhrajnya secara tepat serta menurut hukum-hukum bacaan tajwid dengan


20

sempurna, merenungkan maknanya, hukum dan pengajaran dari ayat.

Tingkatan bacaan tartil ini biasanya bagi mereka yang sudah mengenal

makhraj-makhraj huruf, sifat-sifat huruf dan hukum-hukum tajwid. Tingkatan

bacaan ini adalah lebih baik dan lebih diutamakan.

3. Tanda Baris

a. Baris di atas (Fathah)

Memberikan bunyi vokal 'a', contoh: (ba)

b. Baris di bawah (Kasrah)

Memberikan bunyi vocal 'i', contoh: (bi)

c. Baris di hadapan (Dhammah)

Memberikan bunyi vokal 'u', contoh: (bu)

d. Tanda mati (Sukun)

Tanda sukun di atas sebuah huruf berarti huruf itu mati, contoh: (ab)

e. Baris dua di atas (Fathatain)

Memberikan bunyi 'an', contoh: (ban).

f. Baris dua di bawah (Kasratain)

Memberikan bunyi 'in', contoh: (bin).

g. Baris dua di hadapan (Dhammatain)

Memberikan bunyi 'un', contoh: (bun).


21

h. Sabdu di atas (Syaddah Fathah)

Contoh: (abba).

i. Sabdu di bawah (Syaddah Kasrah)

Contoh: (abbi).

j. Sabdu di hadapan (Syaddah Dhammah)

Contoh: (abbu).

k. Sabdu dua di atas (Syaddah Fathatain)

Contoh: (abban).

l. Sabdu dua di bawah (Syaddah Kasratain)

Contoh: (abbin).

m. Sabdu dua di hadapan (Syaddah Dhammatain)

Contoh: (abbun).

n. Fathah-alif dibaca panjang 2 harakat (hitungan)

Contoh: (baa).

o. Kasrah-alif dibaca panjang 2 harakat (hitungan)

Contoh: (bii).

p. Dhammah terbalik dibaca panjang 2 harakat (hitungan)

Contoh: (buu).
22

q. Maddah dibaca panjang antara 3 sampai dengan 4 harakat (hitungan)

Contoh: (baaa) .

3. Ketentuan Membaca Al Qur'an

Ketentuan membaca al qur’an adalah merupakan adab seseorang dalam

membaca al qur’an, adapun ketentuan tersebut sebagaimana difirmankan allah

dalam al qur’an sebagai berikut :

1). Membaca ta'awwudz sebelum membaca Al Quran: 16:98

Artinya :

Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan

kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.2

2). Tidak berhadas menyentuh Al Quran: 56:79

Artinya :

tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. 3

3). Menghayati bacaan Al Quran:

Ada tujuh ayat yang mengindikasikan bahwa membaya al qur’an harus

khusu’ yaitu pada surat dan ayat : 4:82, 18:54, 23:68, 25:73, 47:24, 59:21,

73:4. Namun disini penulis menyebut satu yaitu 4:82 :

2
Wawan Sjahriyanto, Qur’an Player 2.0.1.0, Departemen Agama RI,
Jakarta, 2005
3
Ibid.
23

Artinya :

(82). Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya

Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan

yang banyak di dalamnya.. 4

4). Memperindah suara bacaan Al Quran: 73:4

Artinya :

(4). atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-

lahan.5

5). Membaca Al Quran dengan suara keras: 17:110

Artinya :

(110). Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama


yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama
yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu"6

6). Membaca Al Quran di malam hari: 3:113

4
Ibid.
5
Ibid.
6
Ibid.
24

Artinya :

(117). Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan


dunia ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang
sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri,
lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri..7

4. Macam-macam Metode Membaca Al Qur'an

Dengan mengenal metode secara baik, akan menjadi bekal bagi guru

yang bersangkutan untuk menggunakan secara baik pula, yaitu menggunakannya

secara efektif sesuai dengan konteks yang sedang dihadapi. Yang dimaksud

dengan konteks ini adalah keseluruhan faktor yang ada, yang melingkupi saat

kegiatan belajar mengajar dilangsungkan. Efektifitas metode tidak tergantung

pada bentuk dan model metode itu semata, melainkan ditentukan oleh kondisi dan

situasi yang melingkupinya.

Banyak metode yang digunakan pada setiap pengajaran, seperti Metode

Al Bagdadi, Metode Al Banjari, Metode Iqro’, Metode Qiroati dan sebagainya,

yang jelas metode tersebut mempunyai keunggulan masing-masing disamping

tergantung pada pengajarnya.

B. TINJAUAN TENTANG PENINGKATAN PRESTASI MEMBACA AL-

QUR’AN

1. Pengertian Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an.

Peningkatan Prestasi biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu

pencapaian tingkat keberhasilan usaha yang dicapai, dan dalam mencapai

7
Ibid.
25

suatu keberhasilan ini membutuhkan suatu rencana atau strategi, karena

belajar disini adalah suatu rencana dalam suatu proses, dalam arti tidak

terjadi secara tiba-tiba, tetapi memerlukan kerja yang giat. Sehingga untuk

mencapai suatu keberhasilan dalam belajar membaca Al Qur-an ini

membutuhkan suatu usaha dan dalam usaha ini membutuhkan suatu cara atau

metode.

Peningkatan prestasi membaca Al Qur-an bukanlah hanya sekedar

menambah Ilmu Pengetahuan saja, dan bukan pula hanya dilihat dari

perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu aspek kelihaian membaca,

melainkan Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an harus dipandang dari

kegiatan penguasaan membaca secara menyeluruh.

Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an dapat dikatakan berhasil

atau sukses apabila pada diri siswa tersebut terdapat perubahan cara

membaca dengan yang lebih baik, ketrampilan dalam membaca meningkat

dan lain-lain sehingga mampu memecahkan semua persoalan yang dihadapi

dalam permasalahan Membaca Al Qur-an.

Keberhasilan dalam upaya Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an

itu ditentukan oleh pencapaian tujuan yang ditetapkan atau tujuan yang

dirumuskan yaitu didalamnya mengandung aspek kemajuan :

- Cognitif ( Pengetahuan )

- Afektif ( Sikap / Tingkah laku )

- Psychomotorik ( Ketrampilan )
26

2. Tujuan Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an

Dengan demikian untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya

dalam Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an, seluruh santri harus

mengembangkan diri menjadi santri yang baik, yaitu santri yang mempunyai

ciri sikap positif terhadap bacaan Al Qur-an serta berusaha memperoleh

prestasi yang baik sehingga mampu menciptakan lingkungan yang aman,

tenteram dan damai.

Adapun tujuan dari Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an

sebenarnya adalah membina kemampuan santri dalam membaca Al Qur-an

yang dititikberatkan pada segi afektif, yaitu sikap warga negaranya. Tetapi

diluar segi afektif ini Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an juga tidak

akan mengabaikan segi kognitif, yaitu ketrampilan santri.

Tujuan Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an tidak dapat terlepas

dari tujuan pendidikan nasional yaitu :

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya

dimasa yang akan datang. 8

Tujuan pendidikan tersebut merupakan tujuan dari semua bidang

studi yang diajarkan di sekolah baik tujuan tersebut bermuatan nasional (Inti)

maupun tujuan yang bermuatan lokal, atau bahkan hal ini diaplikasikan pada

lembaga-lembaga non formal.

8
UU RI No.2 tahun 1989, tentang, Sistem Pendidikan nasional dan
Penjelasannya, Aneka Ilmu, Semarang, 1989, hal. 2
27

Untuk mencapai tujuan tersebut, Peningkatan Prestasi Membaca Al

Qur-an mempunyai peranan yang sangat penting, sebab Peningkatan Prestasi

Membaca Al Qur-an berhubungan langsung dengan nilai-nilai ajaran Islam.

3. Sasaran Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an

Sasaran Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an yang ingin dicapai

menurut Nana Zudjana mengkategorikan menjadi tiga aspek, yaitu :

1) Aspek Kognitif (Penguasaan Intelektual)

2) Aspek Afektif (hubungan dengan sikap dengan nilai)

3) Aspek psikomotorik (kemampuan, ketrampilan, bertindak,

berprilaku).9

Ketiganya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

dan ketiganya harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dalam proses

belajar mengajar. Hasil perbuatan tersebut nampak pada perubahan tingkah

laku, secara tehnik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui

tujuan pengajaran (Tujuan Intruksioinal)

a. Aspek hasil belajar Kognitif

Bidang kognitif adalah berkenaan dengan pengetahuan, dimana hal itu

berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi oleh

pendidikan dan riwayat perkembangannya. 10

9
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru,
Bandung, 1989, hal. 49
10
Prof. Dr. S. Nasution, MA. Kurikulum dan Pengajaran, Bumi
Aksara, Jakarta, 1955, hal, hal. 94
28

Adapun yang termasuk Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an

dalam Aspek hasil belajar kognitif adalah sebagai berikut :

1) Aspek hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge) yang didalamnya

mencakup pengetahuan yang bersifat faktual, disamping mengenai hal-

hal yang perlu diingat kembali.

2) Aspek hasil belajar pemahaman (Komprehension)

Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau artri dari

suatu konsep. Kata-kata operasional untuk merumuskan tujuan

intruksional dalam bidang pemahaman, antara lain : menyelaraskan,

membedakan, menafsirkan dan lain lain.

3) Aspek hasil belajar penerapan (Aplikasi)

Adalah kesan suatu konsep, ide, rumus dalam situasi yang baru, Kata

opersionalnya menggunakan : menghitung, memecahkan

mendemonstrasikan, mengungkapkan dan lain lain.

4) Aspek hasil belajar analisis, adalah kesanggupan memecahkan,

mengurangi suatu integritas (kesatuan yang utuh).

Analisis merupakan tipe hasil belajar yang komplek, yang memanfaatkan

unsur tipe hasil belajar sebelumnya (pengetahuan, pemahaman, aplikasi).

Kata operasionalnya : menguraikan, memecahkan, membuat diagram,

memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan

dan lain lain.

5) Aspek hasil belajar sintesis


29

Adalah lawan dari analisis kesanggupan menyatukan unsur atau bagian

menjadi satu integritas.

Kata opersionalnya adalah : mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun,

menyusun, mencipta, merancang, mengkonstruksi, merevisi, menyimpulkan,

menghubungkan dan memsistematisasi.

6) Aspek hasil belajar evaluasi

Yaitu kesanggupan memberi keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan

judgement yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. 11

Kata operasionalnya : menilai, membandingkan, mempertimbangkan,

menyarankan, mengkritik, menyimpulkan dan lain lain.

b. Aspek Hasil Belajar Afektif

Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an Bidang Afektif

berkenaan dengan sikap dan nilai, tipe ini nampak pada siswa dalam

berbuat tingkah laku seperti atensi / perhatian terhadap pelajaran,

disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekel as, kebiasaan

belajar dan lain lain.

Tingkatan aspek hasil belajar bidang Afektif sebagai tujuan dan tipe

hasil belajar :

1) Receiving / Attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulus) dari luar diri siswa.

11
Ibid, hal. 78
30

2) Responding / jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap

respon yang datang dari luar.

3) Valuing / penilaian, yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus.

4) Organisasi, yakni pengembangan nilai kedalam satu sistim organisasi,

termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain dan

kemantapan dan otoritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakteristik nilai, yakni keterpaduan dari semua sistim nilai yang

dimiliki oleh seseorang yang mempunyai pola kepribadian dan tingkah

lakunya.

c. Aspek Hasil Belajar Bidang Psikomotorik

Hasil belajar bidang Psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan

(skill), kemampuan bertindak individu. 12

Dalam aspek hasil belajar bidang psikomotorik ada enam tingkatan

ketrampilan, yaitu :

1) Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar)

2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan sadar.

3) Kemampuan perseptual, termasuk membedakan visual, auditif motorik.

4) Kekuatan fisik, misalnya kekuatan, kehormatan, ketepatan.

5) Gerakan gerakan skill, mulai dari ketrampilan dasar sampai ke hal yang

kompleks.

12
Ibid, hal. 34
31

C. HUBUNGAN PEMBELAJARAN ILMU TAJWID DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BACA AL-QUR’AN DI

MADRASAH DINIYAH ROUDLOTUL HIKMAH UNGGAHAN

BANJARAGUNG PURI MOJOKERTO.

Dalam Peningkatan Prestasi Membaca Al Qur-an, didalamnya harus ada

pertautan yang sempurna dengana agama termasuk ajaran-ajaran dan nilai-

nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan Peningkatan Prestasi Membaca Al

Qur-an, termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan-kandungan, metode

mengajar, cara-cara perlakuan dan hubungan-hubungan yang berlaku di dalam

lembaga-lembaga pendidikan harus berdasar pada agama dan akhlak Islam,

keutamaan-keutamaan, cita-citanya yang tinggi, dan bertujuan untuk

membina pribadi yang mukmin, kemauan yang baik, dan hati nurani yang

selalu waspada.

Prinsip ini wajib dipelihara bukan hanya pada ilmu-ilmu baca tulis

dan pengajian Islam, tetapi pada segala yang terkandung oleh kurikulum

termasuk ilmu-ilmu akal, fisik, profesional dan segala macam kegiatan dan

pengalaman, sebab semuanya harus berjalan dalam rangka agama dan akhlak

serta berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan spiritual dan akhlak.

Pengajaran membaca Al Qur’an tidak hanya mengajarkan teknik-tenik

saja, akan tetapi juga mengajarkan kepada anak agar semakin gemar membaca Al

qur’an. Kecakapan merupakan suatu gerak keseluruhan (total) yang tidak

berdiferensasi (tidak terpisah-pisah) dan dimiliki oleh individu sejak sebelum

dilahirkan. Dalam belajar membaca Al Qur’an misalnya kecakapan seseorang


32

harus mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai gerak dengan

penglihatan terhadap huruf-huruf hijaiyah, posisi huruf hijaiyah dalam baris

dan huruf – huruf hijaiyah yang baru dikenalkan

Oleh karena itu Pembelajaran Ilmu Tajwid sangat besar artinya bagi

Peningkatan Prestasi Baca Al Qur-an Santri di Madrasah Diniyah Roudlotul

Hikmah Unggahan Banjaragung Puri Mojokerto.

Anda mungkin juga menyukai