BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam mengajarkan berbagai macam kebaikan. Kebaikan merupakan
perbuatan yang sangat terpuji atau merupakan kearifan atau suatu bentuk
kebijaksanaan. Apa yang dikerjakan sekarang mungkin tidak lagi bisa dikerjakan
satu menit ataupun satu tahun yang akan datang. Saat itu seseorang akan menyesal
mengapa tidak mengerjakannya waktu itu. Tidak ada siapapun yang bisa
untuk melakukan kebaikan. Pendapat itu sejauh yang penulis ketahui sesuai
َو ِلُك ٍّل ِّو ْج َهٌة ُهَو ُمَو ِّلْيَها َفاْسَتِبُقوا اْلَخ ْيٰر ِۗت َاْيَن َم ا َتُك ْو ُنْو ا َيْأِت ِبُك ُم ُهّٰللا
َج ِم ْيًعاۗ ِاَّن َهّٰللا َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر
Terjemahnya:
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada,
pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.1
Manusia diciptakan Allah berbeda dari makhluk lainnya, yaitu diberinya
akal fikiran. Hal ini menunjukan agar manusia mau berfikir sehingga
1
Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan terjemah-Nya, (Surabaya:Jawara
Surabaya, 2000)., 38
2
sisi perbuatan baik atau sisi buruk pada setiap perbuatan. Seseorang mengetahui
sisi baik maka ia telah mengetahui kebaikan perbuatan tersebut secara pasti,
begitupun jika ia mengetahui sisi buruk dalam perbuatan buruk, maka ia pun
kebaikan itu adalah apa yang ditetapkan di dalam hati berupa ketaatan kepada
semestinya. 2
Mengenai tafsir Q.S al-Baqarah ayat 148 ini, Al - Aufi meriwayatkan dari
Ibnu Abbas bahwasanya tiap-tiap pemeluk suatu agama ada tujuannya sendiri.
orang yang beriman tujuan atau kiblatnya hanya satu, yaitu mendapat ridha Allah
swt.3 Kiblat bukanlah pokok, bagi Allah swt timur dan barat adalah sama, yang
pokok ialah menghadapkan hati langsung kepada Allah. Itulah wijhah atau tujuan
yang sebenarnya. Dalam agama tidak ada paksaan, hanya berlombalah berbuat
kebaikan, sama-sama beramal dan membuat jasa dalam kehidupan ini. Kalau
2
Disadur dari Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I (Bogor. Pustaka imam
asyafi’i, 2001)., 330
3
Disadur dari Hamka, Tafsir Al-Azhar juz II, (Jakarta:PT. Pustaka Panjmas: 1984)., 14
3
yang telah dikerjakan di dunia. Ayat ini adalah seruan merata, seruan damai ke
Muhammad saja.
Pada ayat tersebut di atas mengandung janji kebaikan bagi orang yang taat
dan ancaman siksa bagi orang yang maksiat. Kemudian Allah menegaskan tidak
sulit bagi-Nya untuk menghimpun kembali semua manusia pada hari pembalasan
nanti.
1. Rumusan Masalah
berikut :
2. Batasan Masalah
pembagian ayat al-Qur'an yang membahas masalah al-khair dalam bentuk mufrad
(persamaan kata) dan antonim (lawan kata) dari kata al-khair dan penggunaanya
4
C. Pengertian Judul
Untuk menghindari kekeliruan dalam penafsiran judul skripsi ini, maka
1. Al-khair
kata ini berfungsi sebagai isim (kata benda), sebagai isim tafdhil
2. Perspektif
dengan tiga dimensi (panjang, lebar dan tinggi). Dalam pengertian lain
3. Al-Qur’an
senada dengan bunyi firman Allah sebagai berikut : (QS. Al-Qiyamah (75): 17(
4
Sahabuddin, Ensiklopedi Alquran: Kajian Kosa Kata, (Jakarta: Lentera hati, 2007, 448.
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet III;
Jakarta: Balai Pustaka.)., 675
5
ِإَّن َع َلْيَنا َج ْمَع ُه َو ُقْر َء اَنُه َفِإَذَقَر ْأَنُه َفاَّتِبْع ُقْر َء اَنُه
Terjemahnya:
Sesungguhnya mengumpulkan Alquran (di dalam dadamu) dan
(menetapkan) membacanya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami
(karena itu) jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu mengikuti
bacaannya.6
“bacaan sempurna.”7 Dari segi istilah dalam kitab Al-Tibyaan fii’ulum al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan dengan
D. Tinjauan Pustaka
Di dalam penulisan karya ilmiah, ada beberapa penulisan yang
6
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., 999.
7
Disadur dari M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran, Tafsir Maudu’I Atas Berbagai
Persoalan Umat, cet. I; Bandung: Mizan,)., 3
8
M. Aly Asy-Shaabuuny, Attibyaan fii’ ulum Alquran, diterjemakan oleh M. Mudhari
Umar dan M. Matsir, H.S dengan judul Pengantar Study Alquran (Jakarta: Al-Maarif, [t. Th])., 18
9
Disadur dari Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufakhras li al-Fadzilquran
(Cairo: Daarul Hadits)., 316-319
6
1. 139 kata khairun/khairin antara lain dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 54, 180,
221, al-Imran (5): 110, 150 dan surah al-Maidah (5): 48.
2. 37 kata khairan antara lain dalam surah al-Baqarah (2): 158, 184, an-Nisa
4. 10 kata al-khairaat antara lain dalam surah al-Baqarah (2): 148, al-Maidah
diantaranya dalam surah al-Baqarah (2): 44, 177, 189, 224 dan al-Imran
(3): 96, 193, 198.10 Bila kata Barr dihubungkan dalam konteks
Terjemahnya:
"Sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dahulu. Dialah Yang Maha
Melimpahkan kebaikan, Maha Penyayang."11
membedakan rasa dan warna kulit, juga tanpa membedakan apakah seorang itu
10
Disadur dari Ibid
11
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., 867.
7
mukmin atau kafir. Termasuk dalam kategori pertama ini segala bentuk kebaikan
َأَتْأُم ُرْو َنالَّناَس ِبْالِبِّر َو َتْنَس ْو َن َأْنُفَس ُك ْم َو َاْنُتْم َتْتُلْو َناْلِكَتَب َأَفَال َتْع ِقُلوَن
Terjemahnya:
"Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan,
sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab
(Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?"12
kalimatnya (siaqul kalimah) seperti firman Allah SWT dalam surah al-
ِاْن َتْمَس ْس ُك ْم َح َس َنٌة َتُس ْؤ ُهْم و َو ِإْن ُتِص ْبُك ْم َس ِّيَئٌة َيْفَر ُحوْاِبَها َو ِإْن َتْض ِبُروْا
َو َتَّتُقوْااَل َيُصُّر ُك ْم َكْيُدُهْم َش يًئا ِإَّناَهَّلل ِبَم ا َيعَم ُلْو َن ُمِح ْيٌط
Terjemahnya:
"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi
jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu
bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu
12
Ibid., 16
13
Disadur dari Muhammad Fuad Abdul Baqi, op.cit
8
sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka
kerjakan."14
perang”, ini dilihat dari susunan kalimatnya bukan dari lafadznya. Namun Abu
Hayyan berpendapat makna al-Hasanah dilihat dari lafadznya bukan dari dilalah
lafadznya, apapun penfsiran yang dikatakan oleh para mufassir pada intinya
fa’il dan 33 dalam bentuk jamak, diantaranya dalam surah al-Baqarah ayat
195:
E. Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode yang
14
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., 96
15
Disadur dari Muhammad Nuruddin, al-Istirok al-Lafdzi fi Alquran al-Karim, (Suria:
Dar al-Fikr)., 109
16
Disadur dari Muhammad Fuad Abdul Baqi., op.cot.,
17
Ibid., 47
9
2. Metode Pendekatan
pokok pikiran dan komentar dari suatu sumber pustaka sesuai aslinya
tidak langsung yaitu mengambil suatu pendapat atau pokok pikiran dan
sendiri.19
18
Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Mahasiswa STAIN Datokaramah Palu,
2008., 12
19
Ibid.
11
deduktif.
tentunya mempunyai maksud dan tujuan tersendiri. Oleh karena itu, adapun
1. Tujuan Penelitian
al-Qur’an
20
Ibid., 13
21
Ibid.
12
perspektif al-Qur’an
2. Manfaat Penelitian
berfikir yang sistematis dan rasional sesuai dengan prosedur yang ada
karena penelitian ini menuntut penalaran secara ilmiah, baik dari segi
ini akan dikemukakan gambaran umum atau garis besar dari skripsi ini ialah
sebagai berikut :
judul yang merujuk kembali pada berbagai bahan bacaan agar lebih jelas
13
yang meliputi sub bab tentang perubahan kata, sinonim kata alkhair dan
BAB II
merupakan isim maf'ul dari fi 'ił madhi wadha'a yang berarti meletakkan,
dimaksud di sini iaiah yang dibicarakan atau judul atau topik atau sektor,
mengenai satu judul atau topik atau sektor pembicaraan tertentu, bukan
maudhu'i yang berarti yang didustakan atau dibuat-buat, seperti arti kata
hadits maudhu 'i yang berarti hadits yang didustakan atau dipalsukan atau
dibuat-buąt.23
22
http://maragustam siregar.wirdpress.com. Diakses pada 8 juni 2023
23
Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudu’I pada masa kini (Jakarta: kalam mulia, 1990),
83-84
24
Metode Tafsir Maudu’I, op cit., diakses pada februari 2023
15
menerangkan ciri pertama bentuk tafsir ini, yaitu ia mulai dari sebuah tema
tafsir ini disebut tematik atas dasar keduanya, yaitu karena ia memilih
sistetis, atas dasar ciri kedua ini karena ia melakukan sintesa terhadap
tema tertentu, dengan mengumpulkam semua ayat atau sejumlah ayat yang
Dasar-dasar tafsir maudhu 'i telah dimulai oleh Nabi SAW sendiri
ketika menafsirkan ayat dengan ayat, yang kemudian dikenal dengan nama
semua penafsiran ayat dengan ayat bisa dipandang sebagai tafsir maudhu 'i
surah digagas pertama kali oleh seorang guru besar jurusan Tafsir, fakultas
Prof. Dr. Ahmad Sayyid al-Kumiy, seorang guru besar di institusi yang
Universitas al-Azhar, dan menjadi ketua jurusan tafsir sampai tahun 1981,
model tafsir ini digagas pada tahun seribu sembilan ratus enam puluhan.
sistematis oleh Prof. Dr. Abdul Hay al-Farmawi, pada tahun 1977, dalam
26
Al-Farmawati, al-Biadayyah fi al-Tafsir al-Maudu’I diterjemahkan Rosidin Anwar
dengan judul Metode Tafsir Maudu’i (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994)., 15
27
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran(Cet; I, Bandung: Mizan, 1992)., 114
17
tematik jauh lebih awal dari apa yang dicatat Quraish Shihab, baik tematik
satu contoh yang paling awal yang menekankan pentingnya tafsir yang
Majaz al- Qur'an oleh Abu 'Ubaid, Mufradat alQur'an oleh al-Raghib al-
(w.338/949),
Farisi.
Sebagai tambahan, tafsir Ahkam al-Qur’an karya al-Jasas (w. 370 H),
adalah contoh lain dari tafsir semi tematik yang diaplikasikan ketika
Oleh karena itu, meskipun tidak fenomena umum, tasfir tematik sudah
hukum-hukum darinya.
membahas ayat-ayat al-Qur'an sesuai dengan tema atau judul yang telah
mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti
dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat
Qur'an, hadits, maupun pemikiran rasional. Jadi, dalam metode ini tafsir
19
dan sebagainya.30
yang merupakan tema ragam dalam surat tersebut antara satu dengan
lainnya dan juga dengan tema tersebut, sehingga satu surat tersebut dengan
yang dibahas satu masalah tertentu dari berbagai ayat atau surat al-Qur'an
petunjuk al-Qur'an secara utuh tentang masalah yang dibahas itu. Lebih
metode maudhu 'i ada dua bentuk penyajian pertama menyajikan kotak
pada satu surat saja. Biasanya kandungan pesan tersebut diisyaratkan oleh
nama surat yang dirangkum padanya selama nama tersebut bersumber dari
30
Al-Farmawi, Al-Bidayyah fi al-Tafsir al-Maudu’I, op cit., 44
20
pembahasan, sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa metode ini juga
yang ada di tengah masyarakat atau berasal dari al-Qur’an itu sendiri, atau
dari lain lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu dikaji secara
Jadi penafsiran yang diberikan tidak boleh jauh dari pemahaman ayat-ayat
antara satu bagian surat dan bagian lain, sehingga wajah surat itu mirip seperti
31
M. Quraish Shihab op cit., 156
32
http://www.al-bidayah.com Diakses pada 20 Februari 2023
33
Ibid
21
َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اَّلِذ ْي َلٗه َم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو َم ا ِفى اَاْلْر ِض َو َلُه اْلَح ْم ُد
ِفى اٰاْل ِخ َر ِۗة َو ُهَو اْلَح ِكْيُم اْلَخ ِبْيُر
Artinya : “Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi dan segala puji di akhirat bagi Allah. Dan Dialah Yang
َيْع َل ُم َم ا َيِلُج ِفى اَاْلْر ِض َو َم ا َيْخ ُرُج ِم ْنَه ا َو َم ا َيْن ِزُل ِم َن
الَّس َم ۤا ِء َو َم ا َيْعُرُج ِفْيَهۗا َو ُهَو الَّر ِح ْيُم اْلَغ ُفْو ُر
Artinya : “Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar
darinya, apa yang turun dari langit, dan apa yang naik kepadanya. Dan Dialah
Pada QS. Al-saba’ ayat 1-2 diawali pujian bagi Allah dengan
b. Menghimpun seluruh ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang tema yang sama.
maudhu’i. Contoh :
34
Departemen Agama Republik Indonesia, Alqurandan Terjemahnya, (Surabaya: Jawara
Surabaya, 2000).,683
22
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاْو ُفْو ا ِباْلُع ُقْو ِۗد ُاِح َّلْت َلُك ْم َبِهْيَم ُة اَاْلْنَع اِم ِااَّل
َم ا ُيْتٰل ى َع َلْيُك ْم َغْيَر ُمِح ِّلى الَّصْيِد َو َاْنُتْم ُحُر ٌۗم ِاَّن َهّٰللا َيْح ُك ُم َم ا
ُيِرْيُد
(daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah)
(karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam
sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin
berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.
Al-Ma'idah 5: ayat 3)
35
Ibid., 15
23
tafsir maudhu’i adalah suatu metode yang cara kerjanya mengumpulkan ayat-ayat
al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu yang bersama-sama membahas judul
atau topik tertentu dan menertibkannya sedapat mungkin sesuai dengan masa
BAB III
CORAK AL-KHAIR DALAM AL-QUR’AN
Kata khair merupakan bentuk mashdar (bentuk infinitif) dari kata khaara-
yakhiiru yang berarti menjadi baik. Di dalam al-Qur’an sangat banyak ditemukan
kata al-khair, mulai dari bentuk mufradnya hingga bentuk jamaknya. Kata khair
sendiri di dalam al-Qur’an terdapat sebanyak 176 kali, dan kata tersebut antara
lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat (54, 180, 216, 221), QS. Ali-Imran ayat
(15, 26, 30, 54), QS. An-Nisa ayat (25, 59, 114, 127), QS. Al-An’am ayat (17, 32,
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! Kamu
benar-benar telah menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi
dirimu. Itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu. Dia akan menerima tobatmu.
36
Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Jwara
Surabaya, 2000)., 17
25
antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan
karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang
bertakwa.”37
bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik
bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu.
beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada
perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan
beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-
ُقْل َأُؤ َن ِّب ُئُك ْم ِب َخ ْي ٍر ِم ْن َٰذ ِل ُك ْم ۚ ِل َّلِذ ي َن ا َّتَق ْو ا ِع ْن َد َر ِّب ِه ْم َج َّنا ٌت َتْج ِر ي
ۗ ِم ْن َتْح ِتَها ا َأْل ْن َهاُر َخ ا ِلِد ي َن ِف ي َها َو َأْز َو اٌج ُم َط َّهَر ٌة َو ِر ْض َو ا ٌن ِم َن ال َّلِه
َو ال َّلُه َبِص يٌر ِب ا ْل ِع َبا ِد
Artinya : “Katakanlah, "Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari
yang demikian itu?" Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan
dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. Dan Allah Maha
Melihat hamba-hamba-Nya.”40
berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut
kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun
yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki.
sesuatu.”41
40
Ibid., 77
41
Ibid
27
Artinya : “(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas
kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas
kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh
antara dia dengan (hari) itu. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-
Artinya : “Dan barang siapa di antara kamu tidak mempunyai biaya untuk
perempuan) yang beriman dari hamba sahaya yang kamu miliki. Allah
mengetahui keimananmu. Sebagian dari kamu adalah dari sebagian yang lain
tuannya dan berilah mereka maskawin yang pantas, karena mereka adalah
42
Ibid., 80
43
Ibid., 84
28
telah berumah tangga (bersuami), tetapi melakukan perbuatan keji (zina), maka
merdeka (yang tidak bersuami). (Kebolehan menikahi hamba sahaya) itu, adalah
bagi orang-orang yang takut terhadap kesulitan dalam menjaga diri (dari
perbuatan zina). Tetapi jika kamu bersabar, itu lebih baik bagimu. Allah Maha
ُأ
َيا َأُّي َه ا ا َّلِذ ي َن آ َم ُنوا َأ ِط يُعوا ال َّلَه َو َأِط يُعوا الَّر ُسو َل َو و ِل ي ا َأْل ْم ِر
ِم ْنُك ْم ۖ َف ِإْن َتَنا َز ْع ُتْم ِف ي َش ْي ٍء َف ُر ُّد و ُه ِإ َل ى ال َّلِه َو الَّر ُسو ِل ِإ ْن ُكْنُتْم
ُتْؤ ِم ُنو َن ِب ال َّلِه َو ا ْل َي ْو ِم ا آْل ِخ ِر ۚ َٰذ ِل َك َخ ْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأ ِو ي اًل
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”45
Artinya : “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali
pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat
44
Ibid., 121
45
Ibid., 128
29
demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya
َو َي ْس َتْف ُتو َنَك ِف ي ال ِّن َس ا ِء ۖ ُقِل ال َّلُه ُيْف ِت ي ُك ْم ِف ي ِه َّن َو َم ا ُيْتَل ٰى َع َل ْي ُك ْم ِف ي
ا ْل ِك َتا ِب ِف ي َي َتا َم ى ال ِّن َس ا ِء ال اَّل ِت ي اَل ُتْؤ ُتو َن ُهَّن َم ا ُك ِتَب َل ُهَّن
َو َتْر َغ ُبو َن َأ ْن َت ْن ِك ُح و ُهَّن َو ا ْل ُم ْس َتْض َع ِف ي َن ِم َن ا ْل ِو ْل َد ا ِن َو َأْن َتُقو ُم وا
ِل ْل َي َتا َم ٰى ِب ا ْل ِق ْس ِط ۚ َو َم ا َتْف َع ُلوا ِم ْن َخ ْي ٍر َف ِإَّن ال َّلَه َك ا َن ِب ِه َع ِل ي ًم ا
Artinya : “Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang perempuan. Katakanlah,
"Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan
yang tidak kamu berikan sesuatu (maskawin) yang ditetapkan untuk mereka,
sedang kamu ingin menikahi mereka dan (tentang) anak-anak yang masih
dipandang lemah. Dan (Allah menyuruh kamu) agar mengurus anak-anak yatim
secara adil. Dan kebajikan apa pun yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui.”47
46
Ibid., 140
47
Ibid., 143
48
Ibid., 188
30
ۗ َو َم ا ا ْل َح َيا ُة ال ُّد ْن َي ا ِإ اَّل َل ِع ٌب َو َل ْه ٌو ۖ َو َل ل َّد اُر ا آْل ِخ َر ُة َخ ْيٌر ِل َّلِذ ي َن َي َّتُقو َن
َأَفاَل َتْع ِق ُلو َن
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), "Aku (berada) di atas keterangan yang nyata
َقاَل ِع ْيَس ى اْبُن َم ْر َيَم الّٰل ُهَّم َر َّبَنٓا َاْنِزْل َع َلْيَنا َم ۤا ِٕىَد ًة ِّم َن الَّس َم ۤا ِء َتُك ْو ُن َلَنا ِع ْيًدا
َاِّلَّو ِلَنا َو ٰا ِخ ِرَنا َو ٰا َيًة ِّم ْنَك َو اْر ُز ْقَنا َو َاْنَت َخ ْيُر الّٰر ِزِقْيَن
Artinya : “Isa putra Maryam berdoa, "Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu
bagi orang-orang yang sekarang bersama kami ataupun yang datang setelah kami,
dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah
Sedangkan dalam bentuk jamak (plural), al-khair adalah akhyaar di dalam al-
Qur’an disebut sebanyak 2 kali, yaitu pada QS. Shaad ayat 47-48, kata khairaat
sebanyak 10 kali antara lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 148, QS. Al-
Ma’idah ayat 48, QS. Al-Anbiya ayat 90, kata al-khiyarat terulang dalam al-
Qur’an sebanyak 2 kali yaitu pada QS. Al-Qashas ayat 68 dan QS. Al-Ahzab ayat
36.51
49
Ibid,191
50
Ibid,183
51
Muhuammad fuad Abdul baqi, al-Mu’jam al-Mufakhras li al-fadzilqur’an,h.319
31
khair memiliki sinonim atau persamaan kata. Adapun sinonim atau persamaan
1. al-birr
mendefinisikan al-birr ini dengan sebuah nama atau istilah yang mencakup segala
macam bentuk kebaikan. Terdapat juga ulama yang secara khusus memberikan
makna yang dimaksud dari kata al-birr ini, antara maknanya adalah hubungan
baik, ketaatan dan kelembutan52. Kata al-birr disebutkan sebanyak 8 kali dalam
al-Qur’an diantaranya yaitu QS. Al-Baqarah ayat 44, 177, 189, QS. Ali-Imran
ayat 2, 92, QS. Al-An’am ayat 59, QS. Al-Ma’idah ayat 253.
Kata al-birr berarti kebajikan dalam segala hal, baik dalam hal keduniaan
mencakup 3 hal; kebajikan dalam hal beribadah kepada Allah SWT, kebajikan
dalam melayani keluarga, dan kebajikan dalam melakukan interaksi dengan orang
lain. Apa yang dikemukakan ini belum mencakup semua kebaikan, karena Agama
52
Arti,makna dan subtansi al-Birr, http://digg.com.Diakses pada Januari 2011
53
Muhammad Fuat Abdul Baqi.,149
54
M.Quraish Shihab,Al-Misbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an,(Cet.1; Vol.2;
ciputat: Lentera Hati,2000),h.174
32
2. al-hasanah
surah, diantaranya yaitu pada QS. Al-Baqarah ayat 201, QS. Ali-Imran ayat 120,
dan QS. Al-An’am ayat 160. Dalam kamus al-Munawir disebutkan bahwa al-
hasanah ialah perbuatan baik atau kebajikan,55 sedangkan dalam kamus kecil al-
b. Tauhid. Arti ini terdapat pada ayat, “barang siapa yang membawa
maka baginya (pahala) yang lebih baik dari pada kebaikannya itu”
karena (usaha) kami.” (QS. Al-A’raf ayat 131), dan ayat “dan kami
coba mereka dengan (nikmat) yang baik baik” (QS. Al-A’raf ayat
ayat 6), kemudian pada QS. Al-Naml ayat 46, “hai kaum-Ku
ke’afiatan.
e. Kata-kata yang baik. Ini termaksud dalam ayat, “mereka itu diberi
sama kebaikan dan kejahatan” (QS. Fushshilat ayat 34), yaitu kata
maaf dan ucapan yang baik tidak sama dengan kata-kata jahat.
ayat 160)
Selain kata al-hasanah, ada beberapa kata yang sama dengan al-hasanah
yaitu kata al-husna dan ihsan. Kedua kata ini memiliki pengertian yang sama
sebanyak 17 kali, diantaranya ialah QS. An-Nisa ayat 95, QS. Al-A’raf ayat 168
dan QS. Hud ayat 114, sedangkan kata ihsan di dalam al-Qur’an terulang
sebanyak 12 kali, 4 dengan menggunakan isim fail dan 33 dalam bentuk jamak.
3. al-ma’ruf
diciptakan Allah SWT. Kata ‘ruf dalam terminologi syariat Islam (Hukum),
Dalam kamus lisanul ‘arab, al-ma’ruf dimaknai sebagai segala kebaikan yang
istilah yang mencakup segala tuntutan syariat islam. 57 Kata al-ma’ruf di dalam al-
Qur’an terulang sebanyak 25 kali, diantaranya adalah pada QS. Al-Baqarah ayat
263.58
Ma’ruf adalah satu nama yang mencakup segala apa yang dikenal
oleh syariat dari berbagai kebaikan dan apa yang dilarang olehnya
Ma’ruf adalah satu nama yang mencakup bagi segala apa yang
Dari beberapa pendapat para ulama di atas, dapat diambil satu kesimpulan bahwa
al-ma’ruf adalah satu jenis kebaikan yang tanpa dalil pun orang tahu bahwa itu
kepada kedua orang tua, taat perintah Allah SWT dan memberi makan kepada
fakir miskin, bahkan orang non muslim pun sadar atau sudah mengetahui bahwa
hal itu adalah suatu kebaikan. Oleh karena itu, asal arti kata al-ma’ruf adalah
Di dalam al-Qur’an ada kata yang merupakan antonim kata al-khair, yaitu
bermakna keburukan, dam menurut Abdul Karim Zaidan, Mungkar adalah istilah
yang mencakupi segala jenis larangan Allah SWT. Mungkar merupakan segala
60
Ibid.
61
Ibid.
36
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Dalam Kamus Besar Bahasa
dalam kamus al-Munawwir mungkar adalah yang tidak dikenal, perkara yang keji.
63
Kata mungkar selalu berdampingan dengan kata ma’ruf , hal ini dikarenakan
menyalahi hal itu. Hal ini karena seseorang wajib melakukan dua perkara, yaitu
menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar kepada diri sendiri dan kepada orang
lain. Jika yang satu (amar ma’ruf nahi mungkar kepada diri sendiri) dikerjakan,
tidak berarti yang satunya (amar ma’ruf nahi mungkar kepada orang lain)
gugur.”65
diantaranya terdapat pada QS. Ali- Imran ayat 104, 110 dan 114.
62
Departemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Edisi III; Cet.III;
Jakarta: Balai Pustaka,2005.,h
63
A.W. Munawwir,Op Cit,h
64
M.Quraish Shihab,op cit.,h162
65
Kemungkaran, http://el-fathne.blokspot.com.html.Diakses Pada agustus 2011
37
Artinya : “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan)
66
Departemen Agama Republik Indonesia,op cit., h,93
67
Ibid,h.94
68
Ibid.
38
personal dan sosial berdasarkan komparasi, sedangkan lawan katanya yaitu al-
munkar mengarah pada dimensi syariah hubungan vertikal dengan Allah SWT.
39
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka Progresif,1997).
Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudu’I pada masa kini (Jakarta: kalam mulia,
1990)
Abdul FadhI Hubasyi Tiblisi, Kamus Kecil Al-Qur’an: Homonim Kata Secara
citra,2012
Anwar dengan judul Metode Tafsir Maudu’i (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994)
Disadur dari Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I (Bogor. Pustaka
Fikr).,
2023
Qur’an(PT,Rehal Publika,th-).,
Palu, 2008.,
Sahabuddin, Ensiklopedi Alquran: Kajian Kosa Kata, (Jakarta: Lentera hati, 2007,