Anda di halaman 1dari 10

Dosen : M.Arfaini Alif, M.

Pd

ADAB TERHADAP
AL-QUR’AN
Kelompok 6 :
1. Dinda Yuliza Irawan
2. Raidah Salma
3. Rahmawati Auliya
4. Siti Khomsatun Hasanah
Pengertian Adab Membaca Al-Qur’an
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan
agama, terutama Agama Islam. Para ulama’ berbeda pendapat tentang pengertian “adab”. Kata adab
yang dikenal orang adalah berupa syair, kisah-kisah dan yang serupa dengan itu. Tetapi adab menurut
para ahli fiqih dan ahli hadits mempunyai makna dan pengertian yang berbeda. Para ahli fiqh
mengatakan bahwa pengertian adab adalah menggunakan perkataan, perbuatan, dan hal ihwal yang
bagus. Ada pula di antara ulama’ fiqh yang mengatakan bahwa adab adalah meninggalkan sesuatu yang
membawa kejelekan (aib).
Adapun pengertian Al-Qur’an Menurut ulama’, Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab yang kita membacanya sebagai ibadah, yang turun
kepada kita dengan jalan mutawatir. . Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat
Shad ayat 29 sebagai berikut :

‫ِك َٰت ٌب َأنَز ْلَٰن ُه ِإَلْي َك ُم َٰب َر ٌك ِّلَي َّد َّبُر ٓو ۟ا َء اَٰي ِتِهۦ َو ِلَي َت َذ َّك َر ُأ۟و ُلو۟ا ٱَأْلْلَٰب ِب‬

Dengan demikian adab membaca Al-Qur’an adalah suatu kegiatan/aktifitas melihat serta memahami
sesuai dengan aturan yang ada dalam Al-Qur’an dan melafalkan kalam Allah (Al-Qur’an) dengan lesan
yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril
sampai kepada kita secara mutawatir dan membacanya merupakan ibadah.
Adab-Adab Membaca Al-Qur’an
1. Keikhlasan niat karena Allah Ta’ala
Seorang pembaca al-qur’an al-karim seharusnya mengikhlaskan niatnya, melepaskan diri dari
semua tujuan-tujuan dunia, mencari pahala dan balasan dari Allah SWT, serta mewaspadai riya’
dan kekaguman pada diri sendiri. sebagaimana Allah berfirman:

٢ ؕ ‫ِاَّنۤا َاۡن َز ۡل َنۤا ِاَلۡي َك اۡل ِكٰت َب ِباۡل َح ِّق َفاۡع ُبِد َهّٰللا ُم ۡخ ِلًصا َّلُه الِّد ۡي َن‬

‫َااَل ِهّٰلِل الِّد ْيُن اْلَخ اِلُص ۗ َو اَّلِذ ْي َن اَّت َخ ُذ ْو ا ِم ْن ُد ْو ِنٖٓه َاْو ِلَي ۤا َۘء َم ا َن ْع ُبُد ُه ْم ِااَّل ِلُيَقِّر ُبْو َن ٓا ِاَلى ِهّٰللا ُز ْلٰف ۗى ِاَّن‬
‫َهّٰللا َي ْح ُك ُم َب ْي َن ُهْم ِفْي َم ا ُه ْم ِفْي ِه َي ْخ َت ِلُفْو َن ۗە ِاَّن َهّٰللا اَل َي ْه ِد ْي َم ْن ُه َو ٰك ِذ ٌب َك َّفاٌر‬
Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Alquran) kepadamu (Muhammad)
dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-
Nya. Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Dia (berkata), "Kami tidak menyembah mereka melainkan
(berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." Sungguh,
Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh,
Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar. (Q.S. Az-Zumar
ayat 2-3).
2. Mengamalkan Al-Qur’an
Yaitu dengan menghalalkan yang halalnya, mengharamkan yang haramnya,
berhenti pada larangannya, menjalankan perintahnya, mengamalkan yang muhkamnya,
mengimani yang mutasyabihnya serta menegakkan batasan- batasan dan membaca
huruf-hurufnya dengan tepat.

3. Memuliakan dan mengagungkan Al-Qur’an


Seorang pembaca al-Qur‟an al-Karim sepatutnya memperhatikan ketika ia sedang
membaca Kitabullah Ta‟ala hal-hal yang sejalan dengan keagungan dan kemuliaan al-
Qur‟an, agar ia dapat merasakan bahwa ia sedang bermunajat kepada Allah SWT dan
bahwa Allah juga sedang memanggilnya. Hendaknya ia juga menjauhi segala sesuatu
yang dapat mengurangi adab bermunajat (pada Allah itu), seperti tertawa, berbicara,
mempermainkan tangan, melihat hal yang melalaikan atau yang tidak boleh dilihat, dan
yang semacamnya
4. Membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci

Disunnahkan bagi seorang pembaca al-Qur‟an untuk berada dalam keadaan berwudhu dan suci, karena ini
juga merupakan bukti pengagungan al-Qur’an. Dari Abu al-Juhaim ra mengatakan:
“Rasulullah SAW pernah datang dari arah sumur jamal lalu seorang pria menemuinya dan mengucapkan
salam kepadanya. Namun Rasulullah SAW tidak menjawab salamnya, hingga kemudian berbalik menghadap
tembok. Lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya (bertayamum) kemudian membalas
salamnya.

5. Memilih tempat yang tepat


Membaca al-Qur‟an disunnahkan dilakukan di tempat yang bersih lagi terpilih, dan karena itulah sekelompok
ulama menyunnahkan agar membaca al- Qur‟an dilakukan di masjid, karena ia adalah tempat yang
mengumpulkan kebersihan dan kemuliaan tempat.
Adapun membacanya di jalan, di atas kendaraan dan yang semacamnya, maka pendapat yang benar adalah
bahwa ia dibolehkan. Dari “Abdullah bin Mughaffal r.a ia berkata:
“Aku melihat Rasulullah SAW pada hari Fathu Mekkah, beliau membaca surah al-Fath di atas
tunggangannya.”
Jika ia tersibukkan dari (membaca) nya, maka itu menjadi makruh karena dikhawatirkan terjadinya
pencampuradukan. Sebagaimana juga dimakruhkan membaca di tempat-tempat yang jorok, seperti kamar
mandi dan yang lainnya
6. Menghadap kiblat
Hendaknya orang yang membaca Al-Qur’an di luar sholat membacannya dengan menghadap kiblat,
karena inilah arah yang terbaik. Duduk dalam keadaan khusyuk dan tenang jiwa raganya,
menundukan kepala, tetap menjaga adab duduk seakan-akan berada didepan gurunya. Seandainya dia
membaca dalam keadaan berdiri, berbaring dikasurnya, atau dengan berbagai pose pun boleh, dan
baginya pahala walaupun pahalanya bukan seperti pada posisi yang pertama.

7. Membaca tawudz saat mulai membaca Al-Qur’an


Disunnahkan bagi seorang pembaca al-Qur‟an untuk membaca ta‟awudz sebelum membaca al-
Qur‟an, sebagai pelaksanaan terhadap firman-Nya:
‫َٰط‬ ‫ْذ‬ ‫َذ ْأ ْل‬
‫َف ِإ ا َقَر َت ٱ ُقْر َء اَن َف ٱْس َت ِع ِبٱِهَّلل ِمَن ٱلَّش ْي ِن ٱلَّر ِج يِم‬
“Maka apabila engkau membaca al-Qur‟an, maka mohon perlindunganlah kepada Allah dari syetan
yang terkutuk.” ( Qs. An-Nahl : 98 )
Ini adalah perintah dari Allah Ta‟ala terhadap hamba-hambaNya melalui lisan Nabi-Nya, apabila
mereka ingin membaca al- Qur‟an, hendaknya mereka memohon perlindungan kepada Allah dari
syetan yang terkutuk. Dan perintah ini bersifat sunnah dan tidak wajib
8. Membaca dengan Tartil
Hendaknya membaca Al-Qur’an dengan tartil. Para ulama sepakat akan di anjurkannya hal itu.
Karena Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
‫َو َر ِّتِل اْلُقْرآَن َتْر ِتياًل‬

Artinya : “Bacalah Al-Qur’an dengan tartil.” (Qs. Al-Muzammil : 4).


Maksudnya: perjelaslah al-Qur‟an dengan sejelas-jelasnya ketika engkau
membacanya, dan tenanglah setenang-tenangnya (ketika membacanya).
Dan kejelasan itu diperoleh dengan tidak tergesa-gesa dalam membaca.

9. Membiasakan mengawali setiap surat dengan basmallah


Hendaknya selalu membaca basmalah pada awal setiap surat, selain bara’ah (Taubah).
Mayoritas ulama berpendapat itu termasuk ayat lanjutan bukan awal surat sebagaimana
dalam mushaf. Setiap awal selalu di awali dengan tulisan lafdz bismillah kecuali Surat At-
Taubah.
10. Mentadabburi Al-Qur’an
Mentadabburi al-Qur‟an al-Karim adalah tujuan terbesar dan tuntutan terpenting dari
membaca al-Qur‟an. Dengan begitu, dada akan lapang dan hati akan tercerahkan. Terdapat
banyak sekali dalil yang menunjukkan kewajiban untuk melakukan tadabbur terhadap ayat-ayat
al-Qur‟an. Di antaranya Allah berfirman dalam Surat Shad : 29
‫ِكَٰت ٌب َأنَز ْلَٰن ُه ِإَلْيَك ُم َٰب َر ٌك ِّلَيَّد َّبُر ٓو ۟ا َء اَٰي ِتِهۦ َو ِلَيَتَذَّك َر ُأ۟و ُلو۟ا ٱَأْلْلَٰب ِب‬
Artinya : “Kitab yang kami turunkan kepadamu diberkahi, agar mereka mentadabburi ayat-
ayatnya” (Qs. Shad: 29)
Maka dalam membaca al-Qur‟an tidak hanya bagaimana bisa membacanya hingga berkali-
kali, tanpa disertai pemahaman terhadap apa yang dibaca. Sebab membaca dengan tartil dan
tadabbur meskipun kadar bacaan lebih sedikit itu jauh lebih utama daripada membaca dengan
cepat dan jumlah yang dibaca lebih banyak. Karena tujuan terbesar dari membaca al-
Qur‟an adalah pemahaman dan tadabbur.
Hal-hal yang dimakruhkan ketika membaca Al-Qur’an

1. Tidak boleh membaca al-Qur’an dengan bahasa ‘ajam (selain bahasa arab)
secara mutlak baik dia mampu bahasa arab atau tidak, baik diwaktu shalat
atau diluar salat.
2. Tidak diperbolehkan membaca al-Qur’an dengan qira’ah yang syad
3. Dimakruhkan untuk menjadikan al-Qur’an itu sumber rizki (ma’isyah)
4. Dimakruhkan untuk mengatakan “aku lupa ayat ini” tetapi aku dilupakan
tentang ayat ini”
5. Dimakruhkan untuk memotong bacaan untuk berbicara dengan orang lain
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai