Anda di halaman 1dari 12

2.

2 Adab terhadap Al Qur’an


Setiap muslim haruslah meyakini bahwa Al Qur’an adalah kalam (perkataan)
Allah subhanahu wa ta’ala. Al Qur’an merupakan kitab suci yang Allah turunkan
melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad shallallah ‘alahi wassalam untuk
dijadikan sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi umat islam.
Oleh kerana itu seorang muslim yang baik selalu beradab terhadap Al Qur’an
dengan adab-adab utama, diantaranya :
1. Mengimaninya
Setiap muslim mengetahui bahwa iman kepada kitab Allah termasuk ke
dalam rukun iman yang ketiga dan Al Qur’an merupakan salah satu kitab Allah
yang di turunkan sebagai penyempurna kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelumnya. Sebagai seorang muslim tentunya tidak boleh ada keraguan tentang
kebenaran dari isi Al-Qur’an. Allah pun secara tegas memerintahkan kita untuk
beriman kepada Al Qur’an.
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا آِم ُنوا ِباِهَّلل َو َر ُسوِلِه َو اْلِكَتاِب اَّلِذ ي َنَّز َل َع َلٰى َر ُسوِلِه َو اْلِكَتاِب اَّلِذ ي َأْنَز َل ِم ْن َقْبُلۚ َو َم ْن‬
‫َيْكُفْر ِباِهَّلل َو َم اَل ِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َفَقْد َض َّل َض اَل اًل َبِع يًدا‬
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”1
Ayat Al Quran diatas terdapat perintah untuk beriman kepada Allah
subhanahu wa ta’ala, Rasul-Nya, Al Qur’an, dan kitab-kitab terdahulu. Beriman
kepada hal-hal di atas hukumnya wajib dan seorang hamba tidak menjadi orang
yang beriman kecuali dengannya, yaitu beriman secara menyeluruh dalam
perkara yang perinciannya tidak sampai kepadanya, dan secara rinci dalam
perkara yang perinciannya sudah sampai kepadanya. Maka barangsiapa beriman
dengan keimanan ini, dia telah mengikuti petunjuk dan sukses.2

2. Membacanya

1
QS. an-Nisa:136
2
Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahmân, surat an-Nisa’ ayat 136, karya Syaikh `Abdurrahman bin Nashir as-
Sa’di.
Tidak cukup mengimaninya, kita juga diajarkan untuk membacanya.
Sesungguhnya membaca al Qur’an merupakan salah satu bentuk ibadah yang
agung dan membaca Al Qur’an memiliki banyak keistimewaan. Banyak sekali
ayat-ayat dan hadits-hadits shahîh yang menunjukkan hal ini.
‫َم ْن َقَر َأ َح ْر ًفا ِم ْن ِكَتاِب ِهَّللا َفَلُه ِبِه َح َس َنٌة َو اْلَحَس َنُة ِبَع ْش ِر َأْم َثاِلَها َال َأُقوُل الم َح ْر ٌف َو َلِكْن َأِلٌف َح ْر ٌف َو َالٌم‬
‫َح ْر ٌف َوِم يٌم َح ْر ٌف‬
Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dia mendapatkan satu
kebaikan dengannya. Dan satu kebaikan itu (dibalas) sepuluh lipatnya. Aku
tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lâm satu huruf,
dan mîm satu huruf.”3

3. Belajar dan mengajarkannya


Setiap muslim pastinya ingin menjadi orang yang paling utama di hadapan
Allah subhanahu wa ta’ala di akhirat kelak. Oleh itu, untuk menjadi mukmin
yang utama tersebut bisa diperoleh dengan cara mempelajari Al Qur’an dan
mengajarkannya.
‫َع ْن ُع ْثَم اَن ْبِن َع َّفاَن َقاَل َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَّن َأْفَض َلُك ْم َم ْن َتَع َّلَم اْلُقْر آَن َو َع َّلَم ه‬
Dari Utsman bin ‘Affan ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam
bersabda: “Orang yang paling utama di antara kalian adalah seorang yang
belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.”4

4. Mengikutinya
Al-Qur’an merupakan kitab Allah subhanahu wa ta’ala yang berisi petunjuk
bagi umat muslim. Demikian, sudah sepatutnya setiap umat muslim mengikuti
apa yang dituliskan di dalamnya (Al Qur’an).
‫َّيْهِد ْي ِبِه ُهّٰللا َمِن اَّتَبَع ِر ْض َو اَنٗه ُسُبَل الَّس ٰل ِم َو ُيْخ ِر ُجُهْم ِّم َن الُّظُلٰم ِت ِاَلى الُّنْو ِر ِبِاْذ ِنٖه َو َيْهِد ْيِه ْم ِاٰل ى ِصَر اٍط ُّم ْسَتِقْيٍم‬
“dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti
keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya dan
menunjukkan ke jalan yang lurus.”5
3
HR. Tirmidzi no: 2910, dari `Abdullah bin Mas’ud. Dishahihkan Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahjatun
Nazhirin 2/229
4
HR Bukhari No 4640
5
QS. Al-Ma’idah:16
5. Mengamalkannya
Al-Qur’an tidak cukup hanya sekedar dibaca dan dipelajari saja, namun juga
wajib diamalkan dalam kehidupan. Kedekatan seorang mukmin dengan Al
Qur’an biasanya dapat memperlihatkan kepribadiannya dalam kehidupan sehari-
hari.6

2.3 Adab membaca Al Qur’an


Adab membaca Al Qur’an dapat kita bahagikan menjadi tiga bagian, yaitu adab
sebelum membaca, ketika membaca dan sesudah membaca Al Qur’an.

2.3.1 Adab Sebelum Membaca Al qur’an


Sebelum membaca Al-qur’an, kita sebagai seorang muslim harus
memperhatikan adab-adab sebelum membaca Al-qur’an, agar mendapatkan
kesempurnaan pahala dan manfaat dari membaca Al-qur’an. Berikut beberapa
adab sebelum membaca Al-qur’an:
 Niat yang ikhlas karena Allah Subhanahu wa ta’ala
Apapun ibadah harus diawali dengan niat yang ikhlas, begitu pula saat
hendak membaca Al-qur’an. Seseorang yang membaca Al-qur’an
hendaknya berniat yang baik, yaitu berniat ikhlas lillahi Ta’ala. Untuk
mencari ridho Allah dan bukan untuk perkara dunia seperti
menginginkan pujian dan keridhoan manusia.

 Hendaknya membersihkan mulut terlebih dahulu


Imam Nawawi rahimahullah mengatakan di dalam kitab at-tibyan 7,
sebaiknya sebelum membaca Al-Qur’an didahului dengan membersihkan
mulut. Baik itu dengan bersiwak serta selainnya. Membersihkan mulut
dapat dilaksanakan dengan bersiwak menggunakan kayu Arok,
membersihkan dengan kain kasar atau jari-jari yg kasar, sikat gigi dan
minimalnya dengan berkumur-kumur.

6
Lihat di (https://izi.or.id/adab-terhadap-al-quran/, diakses pada tanggal 21 April 2022)
7
At-Tibyan
Imam As-Suyuthi menyatakan lebih jelas, bahwa hukum bersiwak
sebelum membaca Al-Qur’an adalah sunnah, sebagai bentuk
penghormatan dan langkah mensucikan diri tatkala bersinggungan
dengan Al-Qur’an. Imam As-Suyuthi kemudian mengutip sebuah hadis
dari sahabat ‘Ali8
‫ِإَّن َأْفَو اَهُك ْم ُطُر ٌق ِلْلُقْر آِن َفَطِّيُبوَها ِبالِّس َو اِك‬
“Sesungguhnya mulut-mulut kalian adalah jalan bagi Al-Qur’an, maka
bersihkanlah dengan siwak. “9
Imam Nawawi rahimahullah mengutip dari sebagian ulama, ada do’a
yang dibaca saat bersiwak
‫َالّٰل ُهَّم َباِرْك ِلي ِفْيِه َيا َأْر َح َم الَّراِحِم ْين‬
“ya Allah, berikan aku keberkahan dalam bersiwak. Wahai dzat yang
paling pengasih di antara para pengasih”
Imam Nawawi mengatakan bahwa membaca Al-Qur’an dalam
keadaan mulut yang belum dibersihkan atau terkena najis, hukumnya
hanya makruh saja. Memang ada yang berpendapat bahwa hukumnya
haram, namun pendapat yang paling shahih adalah tidak haram.

 Bersuci
Seseorang yang hendak membaca Al-Qur’an dengan mushaf
diwajibkan berwudhu terlebih dahulu, tidak diperbolehkan meyentuh
mushaf apabila tidak berwudhu (bersuci) terlebih dahulu baik dia
berhadats kecil maupun besar. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
‫ال يمس القران إال طاهر‬
“tidaklah menyentuh Al-Qur’an kecuali orang-orang yang suci” 10
Larangan menyentuh mushaf di sini berlaku bagi orang yang
berhadats kecil seperti orang yang sehabis kentut atau kencing dan belum
bersuci. Inilah mayoritas pendapat pakar fiqih. Jika seseorang membaca
Al-Qur’an dengan hafalannya, maka disunnahkan untuk berwudhu
sehingga diperbolehkan membaca Al-Qur’an tanpa berwudhu. Mushaf

8
(Al-Itqan/1/125)
9
(HR. Ibn Majah dan Al-Bazzar)
10
(HR. Al-Hakim 3/485. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 122)
yang dimaksud berarti seluruhnya berisi bacaan Al-Qur’an tanpa ada
terjemahannya, namun Al-Qur’an yang ada terjemahannya tidak
termasuk mushaf. Tidak mengapa menyentuh Al Qur’an terjemahan
seperti itu karena hukumnya sama dengan menyentuh kitab tafsir. Akan
tetapi, jika isi Al Qur’annya lebih banyak atau sama banyaknya dari
kajian terjemahan, maka seharusnya tidak disentuh dalam keadaan
berhadats.11
Bagi orang yang berhadats besar seperti haidh dan nifas, solusinya
dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz rahimahullah di mana beliau berkata,
“Diperbolehkan bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al Qur’an
menurut pendapat ulama yang paling kuat. Alasannya, karena tidak ada
dalil yang melarang hal ini. Namun, seharusnya membaca Al Qur’an
tersebut tidak sampai menyentuh mushaf Al Qur’an. Kalau memang mau
menyentuh mushaf Al Qur’an, maka seharusnya dengan menggunakan
pembatas seperti kain yang suci dan semacamnya (bisa juga dengan
sarung tangan). Demikian pula untuk menulis Al Qur’an di kertas ketika
hajat (dibutuhkan), maka diperbolehkan dengan menggunakan pembatas
seperti kain tadi.”12
Adapun bagi orang yang berhadats besar seperti junub, maka tidak
diperbolehkan baginya membaca Al Qur’an. Dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad jayyid, dari ‘Aisyah
Radhiyallahu ‘anha, dia mengatakan;
‫ وقال هذا لمن ليس بجنب أما الجنب فال‬،‫أن النبي ﷺ خرج من الغائط وقرأ شيًئا من القرآن‬
‫وال آية‬
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari buang hajat, lalu
beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca sesuatu ayat dari Al-
Quran. Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan perbuatan
ini boleh bagi yang tidak sedang junub/hadas besar. Adapun jika dalam
kondisi junub, maka dia tidak boleh membacanya walupun hanya satu
ayat”13

11
https://rumaysho.com/1161-menyentuh-mushaf-al-quran-bagi-orang-yang-berhadats.html
12
Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 10: 209-210
13
HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 830
Maksudnya adalah orang yang dalam kondisi junub tidak boleh
membaca Al-Quran baik dari mushaf maupun dari hafalannya sampai dia
mandi junub untuk menghilangkan hadas besarnya.
Apabila tidak ada air, diperbolehkan bertayamum untuk bersuci.
Namun apabila setelah bertayamum terdapat air untuk bersuci, maka
wajib baginya untuk bersuci kembali.

 Pakaian yang bersih dan menutup aurat


Membaca Al-Qur’an merupakan suatu bentuk ibadah kepada Allah
Ta’ala, yang mana ibadah itu sendiri merupakan bentuk penghambaan
manusia kepada Allah Sang Pencipta. Sebagian orang tidaklah
memperhatikan hal ini. Kadang dengan kesadaran ia menggunakan
pakaian yang kotor, kumal dan bau. Alangkah baiknya apabila ingin
membaca Al-Qur’an pakailah pakaian yang bersih agar lebih nyaman
dan khusu’ ketika membaca Al-Qur’an. Begitu juga dengan memakai
pakaian yang menutup aurat. Walaupun tidak ada dalil pengharaman atau
larangan membaca Al-Qur’an dengan aurat terbuka, tapi hal tersebut
tidaklah sesuai dengan adab yang diajarkan dalam membaca Al-Qur’an.14

 Memilih tempat yang bersih dan menghadap kiblat


Para ulama menganjurkan untuk membaca Al-Qur’an di masjid.
Selain merupakan tempat yang mulia dan bersih, juga kita dapat meraih
fadhilah i’tikaf. Imam Nawawi Rahimahullah mengatakan “Hendaklah
setiap orang yang duduk di masjid berniat i’tikaf, baik untuk waktu yang
lama atau hanya sesaat. Bahkan sudah sepatutnya sejak masuk masjid
tersebut sudah berniat untuk i’tikaf. Adab seperti ini sudah sepatutnya
diperhatikan dan disebarkan, apalagi pada anak-anak dan orang awam
(yang belum paham). Karena mengamalkan seperti itu sudah semakin
langka. “15
Dalam membaca Al-Qur’an juga dianjurkan untuk menghadap kiblat.

14
https://konsultasisyariah.com/9115-membaca-alquran-dengan-aurat-terbuka.html
15
At-Tibyan, hal. 83
 Memulai membaca Al-Qur’an dengan ta’awudz dan basmalah ketika
awal surah kecuali surat Bara’ah (surat At-Taubah)
Hukum membaca ta’awudz adalah sunnah. Perintah untuk
membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat,
 ‫َفِإَذ ا َقَر ْأَت اْلُقْر َآَن َفاْسَتِع ْذ ِباِهَّلل ِم َن الَّشْيَطاِن الَّر ِج يِم‬
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”16
Memulai pertengahan surat adalah dengan ta’awudz, bukan bismillahir
rohmaanir rohiim17.

2.3.2 ADAB KETIKA MEMBACA AL-QURAN


Membaca Al-Quran tentunya memiliki banyak keutamaan. Mulai dari
sebagai syafaat kita di hari akhir nanti, mendapatkan pahala, hingga keberkahan
bagi kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Rasulullah bersabda bahwa orang yang membaca Al Quran kelak akan diseru:
“Bacalah, telitilah, dan tartilkan sebagaimana kamu dahulu di dunia
mentartilkannya, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau
baca.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Lalu Bagaimana adab ketika membaca alquran?
 Membaca dengan tartil18
Tartil menurut arti kata adalah perlahan-lahan. Dalam Tafsir Ibnu
Katsir, tartil berarti membaca sesuai hukum tajwid. Membaca secara
perlahan akan membantu seseorang untuk memahami dan mentadabburi
maknanya.
Syeikh Abdul Aziz dalam tafsirnya menyebutkan bahwa arti asal tartil
adalah membaca dengan terang dan jelas. Sedangkan menurut syariat
adalah membaca Al-Qur’an dengan tertib.
Allah perintahkan dalam QS Al-Muzzammil : 419

16
QS. An-Nahl: 98
17
https://www.orami.co.id/magazine/adab-membaca-alquran
18
https://alhasanah.or.id/pengetahuan/keutamaan-membaca-al-quran-dengan-tartil
19
Al-muzzammil 73:4 (surah Makkiyah)
‫َأْو ِزْد َع َلْيِه َو َر ِّتِل ٱْلُقْر َء اَن َتْر ِتياًل‬
“Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan.”
Rasulullah juga bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an
(khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” 20

 membaca al quran dengan suara keras


Kita perhatikan kondisi orang-orang di sekitar kita. Jika di sekitar
terdapat orang-orang yang sedang tidur, atau sedang membaca Al
Qur’an, atau sedang shalat, maka jangan mengeraskan bacaan Al Qur’an
tersebut sampai pada level yang bisa menimbulkan gangguan kepada
orang lain. Akan tetapi, keraskan secukupnya sehingga diri sendiri yang
mendengar bacaan Al-Qur’an tersebut dan tidak mengganggu orang lain.
Adapun jika di sekelilingnya tidak terdapat orang yang merasa
terganggu dengan bacaan Al Qur’an tersebut, maka boleh dikeraskan,
namun tidak boleh berlebihan-lebihan. Karna hal ini terlarang Adab ini
juga berlaku ketika kita melaksanakan shalat malam. Agar tidak
mengganggu orang lain yang sedang tidur, 21

 Membaguskan suara ketika membacanya.22


Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam,
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan
Al-Hakim).
Di dalam hadits lain dijelaskan, “Tidak termasuk umatku orang yang
tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan
yang jelas dan tenang ,makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan,
tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak
perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya

20
(HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)
21
https://muslim.or.id/104-adab-membaca-al-quran.html
22
https://muslim.or.id/104-adab-membaca-al-quran.html
 Menghayati Al-Quran
‫ِكَتٰـ ٌب َأنَز ْلَنٰـ ُه ِإَلْيَك ُم َبٰـَر ٌۭك ِّلَيَّد َّبُر ٓو ۟ا َء اَيٰـِتِهۦ َو ِلَيَتَذَّك َر ُأ۟و ُلو۟ا ٱَأْلْلَبٰـِب‬23
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”
Al-Qur-an adalah kitab yang mulia, diberkahi, mengandung banyak
kebaikan dan manfaat dunia dan akhirat. Dia menurunkan Al-Qur’an
dengan tujuan agar manusia menghayati petunjuk-Nya, mengamalkannya
serta menjadikan peringatan

 Mengahafal al-Quran24
Dengan membaca, menghafal, dan memahami ayat-Nya, Allah akan
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya. Selain itu, hadis riwayat
Bukhari dan Muslim menjelaskan mengenai janji Allah kepada penghafal
Al-Qur’an, yakni akan bersama para malaikat dan juga mendapatkan
pahala meski terbata-bata.
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,25
، ‫من قرأ القرآن وتعَّلم وعمل به ُألبس والداه يوم القيامة تاجًا من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس‬
‫ بأخذ ولدكما القرآن‬: ‫ بم كسينا هذا ؟ فيقال‬: ‫ويكسى والداه حلتين ال تقوم لهما الدنيا فيقوالن‬
‘Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya,
maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari
cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan
diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian
kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian
semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu
telah mengamalkan al-Quran.”’
2.3.3 Adab Sesudah Membaca Al-Qur’an.26

23
Sad 38:29 (surah Makkiyah)
24
https://griyalquran.id.inilah-keutamaan- menghafal-alquran
25
(HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).
26
An Nuha Ejournal - http://ejournal.staimadiun.ac.id/index.php/annuha/article/view/134
Setelah atau sesudah membaca Al-Qur’an kita diperintahkan untuk
mentadabburi dan mengamalkan isi yang terkandung pada Al-Qur’an perintah
Allah ta’ala dan petunjuk Rasul-Nya, dan mengambil pelajaran pada kisah-kisah
yang terdapat pada Al-qur’an.

‫ِكٰت ٌب َاۡن َز ۡل ٰن ُه ِاَلۡي َك ُم ٰب َر ٌك ِّلَيَّد َّبُر ۤۡو ا ٰا ٰي ِتٖه َو ِلَيَتَذَّك َر ُاوُلوا اَاۡلۡل َباِب‬

“Kitab (Al-Qur’an) yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka
menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat
pelajaran.”27

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah ta’ala menurunkan Al-Qur’an kepada


Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam dan para pengikutnya. Al-Quran adalah
kitab yang menuntun manusia agar hidup sejahtera di dunia dan berbahagia di
akhirat. Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan cara-cara
mengatur kemaslahatan hidup di dunia. Dan terdapat juga kisah-kisah dari umat
terdahulu yang yang boleh menjadi pelajaran.

 Berpegang teguh pada Al-Qur’an


Maksud berpegang teguh pada Al-Qur’an adalah menjadikan Al-
Qur’an sebagai dasar pemikiran. Artinya merumuskan permasalahan dan
pemecahan dengan didasari nilai-nilai yang ada dalam kitab Al-Qur’an.
Berpegang teguh pada Al-Qur’an adalah menjadikan Al-Qur’an
sebagai dasar dalam pengalaman menjani kehidupan sehari-hari.
‫َفاۡس َتۡم ِس ۡك ِباَّلِذ ۤۡى ُاۡو ِح َى ِاَلۡي َك‌ۚ ِاَّنَك َع ٰل ى ِصَر اٍط ُّم ۡس َتِقۡي ٍم‬
“Maka berpegang teguhlah engkau kepada (agama) yang telah
diwahyukan kepadamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus."28
Berpegang teguh pada Al-Qur’an dapat meningkatkan lagi iman kita
agar tetap kokoh dan tekun dalam menjalankan perintah dan menjauhi
larangan Allah ta’ala seperti mana yang terdapat dalam Al-Qur’an.
 Mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an
Mengamalkan isi yang terkandung dalam Al-Qur’an dengan
menggunakan anggota badan seperti lisan untuk membacanya, mata
27
QS. Sad (38) : 29
28
QS. Az Zukhruf (43) : 43
untuk melihat hurufnya, telinga untuk mendengarkan bacaannya, akal
untuk berfikir pengajaran yang bisa diambil, dan hati digunakan untuk
merasakan hikmah yang terkandung di dalamnya.
‫ۙ ِاَّن ٰهَذ ا اۡل ُقۡر ٰا َن َيۡه ِد ۡى ِلَّلِتۡى ِه َى َاۡق َو ُم َو ُيَبِّش ُر اۡل ُم ۡؤ ِم ِنۡي َن اَّلِذ ۡي َن َيۡع َم ُلۡو َن الّٰص ِلٰح ِت َاَّن َلُهۡم َاۡج ًرا َك ِبۡي ًرا‬
“Sungguh, Al-Quran ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang paling
lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang mukmin yang
mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang
besar.”29
Dengan kita mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan
dengan iti kita menjadi orang yang mukmin dan Allah sudah
menjanjikan pahala yang besar untuk orang mukmin yang mengerjakan
kebajikan.

 Muhasabah,
Muhasabah artinya merenugkan diri dari amalan atau perbuatan yang
lalu. Dan berusaha untuk meningakatkan lagi amalan atau perbuatan baik
dan ibadah kita kepada Allah ta’ala agar kita menjadi orang yang lebih
bertakwa.
‫ٰۤي َاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنۡو ا اَّتُقوا َهّٰللا َو ۡل َتـۡن ُظۡر َنـۡف ٌس َّم ا َقَّد َم ۡت ِلَغ ٍد‌ۚ َو اَّتُقوا َهّٰللاؕ‌ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبۡي ٌۢر ِبَم ا َتۡع َم ُلۡو َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah dipeerbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh,
Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”30
Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu berkata, ”adakanlah al-
muhasabah kepada dirimu sendiri, sebelum kamu diadakan orang akan
al-muhasabah dan timbangkanlah akan dirimu itu sebelum kamu
ditimbangkan orang lain.”31
Dengan memuhasabah dapat mengingatkan pembaca Al-Qur’an
mengenai kebenaran, kesalahan, bacaan yang telah dilakukan . Apabila

29
QS. Al Isra (17): 9
30
QS. Al Hasyr (59): 18
31
(Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M], juz IV, halaman 419).
bacaannya sudah benar perlu diperhatikan dan apabila terdapat
kekeliruan bacaannya dapat dibetulkan pada waktu berikutnya.32

32
An Nuha Ejournal - http://ejournal.staimadiun.ac.id/index.php/annuha/article/view/134

Anda mungkin juga menyukai