2. Membacanya
1
QS. an-Nisa:136
2
Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahmân, surat an-Nisa’ ayat 136, karya Syaikh `Abdurrahman bin Nashir as-
Sa’di.
Tidak cukup mengimaninya, kita juga diajarkan untuk membacanya.
Sesungguhnya membaca al Qur’an merupakan salah satu bentuk ibadah yang
agung dan membaca Al Qur’an memiliki banyak keistimewaan. Banyak sekali
ayat-ayat dan hadits-hadits shahîh yang menunjukkan hal ini.
َم ْن َقَر َأ َح ْر ًفا ِم ْن ِكَتاِب ِهَّللا َفَلُه ِبِه َح َس َنٌة َو اْلَحَس َنُة ِبَع ْش ِر َأْم َثاِلَها َال َأُقوُل الم َح ْر ٌف َو َلِكْن َأِلٌف َح ْر ٌف َو َالٌم
َح ْر ٌف َوِم يٌم َح ْر ٌف
Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dia mendapatkan satu
kebaikan dengannya. Dan satu kebaikan itu (dibalas) sepuluh lipatnya. Aku
tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lâm satu huruf,
dan mîm satu huruf.”3
4. Mengikutinya
Al-Qur’an merupakan kitab Allah subhanahu wa ta’ala yang berisi petunjuk
bagi umat muslim. Demikian, sudah sepatutnya setiap umat muslim mengikuti
apa yang dituliskan di dalamnya (Al Qur’an).
َّيْهِد ْي ِبِه ُهّٰللا َمِن اَّتَبَع ِر ْض َو اَنٗه ُسُبَل الَّس ٰل ِم َو ُيْخ ِر ُجُهْم ِّم َن الُّظُلٰم ِت ِاَلى الُّنْو ِر ِبِاْذ ِنٖه َو َيْهِد ْيِه ْم ِاٰل ى ِصَر اٍط ُّم ْسَتِقْيٍم
“dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti
keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya dan
menunjukkan ke jalan yang lurus.”5
3
HR. Tirmidzi no: 2910, dari `Abdullah bin Mas’ud. Dishahihkan Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahjatun
Nazhirin 2/229
4
HR Bukhari No 4640
5
QS. Al-Ma’idah:16
5. Mengamalkannya
Al-Qur’an tidak cukup hanya sekedar dibaca dan dipelajari saja, namun juga
wajib diamalkan dalam kehidupan. Kedekatan seorang mukmin dengan Al
Qur’an biasanya dapat memperlihatkan kepribadiannya dalam kehidupan sehari-
hari.6
6
Lihat di (https://izi.or.id/adab-terhadap-al-quran/, diakses pada tanggal 21 April 2022)
7
At-Tibyan
Imam As-Suyuthi menyatakan lebih jelas, bahwa hukum bersiwak
sebelum membaca Al-Qur’an adalah sunnah, sebagai bentuk
penghormatan dan langkah mensucikan diri tatkala bersinggungan
dengan Al-Qur’an. Imam As-Suyuthi kemudian mengutip sebuah hadis
dari sahabat ‘Ali8
ِإَّن َأْفَو اَهُك ْم ُطُر ٌق ِلْلُقْر آِن َفَطِّيُبوَها ِبالِّس َو اِك
“Sesungguhnya mulut-mulut kalian adalah jalan bagi Al-Qur’an, maka
bersihkanlah dengan siwak. “9
Imam Nawawi rahimahullah mengutip dari sebagian ulama, ada do’a
yang dibaca saat bersiwak
َالّٰل ُهَّم َباِرْك ِلي ِفْيِه َيا َأْر َح َم الَّراِحِم ْين
“ya Allah, berikan aku keberkahan dalam bersiwak. Wahai dzat yang
paling pengasih di antara para pengasih”
Imam Nawawi mengatakan bahwa membaca Al-Qur’an dalam
keadaan mulut yang belum dibersihkan atau terkena najis, hukumnya
hanya makruh saja. Memang ada yang berpendapat bahwa hukumnya
haram, namun pendapat yang paling shahih adalah tidak haram.
Bersuci
Seseorang yang hendak membaca Al-Qur’an dengan mushaf
diwajibkan berwudhu terlebih dahulu, tidak diperbolehkan meyentuh
mushaf apabila tidak berwudhu (bersuci) terlebih dahulu baik dia
berhadats kecil maupun besar. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
ال يمس القران إال طاهر
“tidaklah menyentuh Al-Qur’an kecuali orang-orang yang suci” 10
Larangan menyentuh mushaf di sini berlaku bagi orang yang
berhadats kecil seperti orang yang sehabis kentut atau kencing dan belum
bersuci. Inilah mayoritas pendapat pakar fiqih. Jika seseorang membaca
Al-Qur’an dengan hafalannya, maka disunnahkan untuk berwudhu
sehingga diperbolehkan membaca Al-Qur’an tanpa berwudhu. Mushaf
8
(Al-Itqan/1/125)
9
(HR. Ibn Majah dan Al-Bazzar)
10
(HR. Al-Hakim 3/485. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 122)
yang dimaksud berarti seluruhnya berisi bacaan Al-Qur’an tanpa ada
terjemahannya, namun Al-Qur’an yang ada terjemahannya tidak
termasuk mushaf. Tidak mengapa menyentuh Al Qur’an terjemahan
seperti itu karena hukumnya sama dengan menyentuh kitab tafsir. Akan
tetapi, jika isi Al Qur’annya lebih banyak atau sama banyaknya dari
kajian terjemahan, maka seharusnya tidak disentuh dalam keadaan
berhadats.11
Bagi orang yang berhadats besar seperti haidh dan nifas, solusinya
dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz rahimahullah di mana beliau berkata,
“Diperbolehkan bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al Qur’an
menurut pendapat ulama yang paling kuat. Alasannya, karena tidak ada
dalil yang melarang hal ini. Namun, seharusnya membaca Al Qur’an
tersebut tidak sampai menyentuh mushaf Al Qur’an. Kalau memang mau
menyentuh mushaf Al Qur’an, maka seharusnya dengan menggunakan
pembatas seperti kain yang suci dan semacamnya (bisa juga dengan
sarung tangan). Demikian pula untuk menulis Al Qur’an di kertas ketika
hajat (dibutuhkan), maka diperbolehkan dengan menggunakan pembatas
seperti kain tadi.”12
Adapun bagi orang yang berhadats besar seperti junub, maka tidak
diperbolehkan baginya membaca Al Qur’an. Dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad jayyid, dari ‘Aisyah
Radhiyallahu ‘anha, dia mengatakan;
وقال هذا لمن ليس بجنب أما الجنب فال،أن النبي ﷺ خرج من الغائط وقرأ شيًئا من القرآن
وال آية
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari buang hajat, lalu
beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca sesuatu ayat dari Al-
Quran. Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan perbuatan
ini boleh bagi yang tidak sedang junub/hadas besar. Adapun jika dalam
kondisi junub, maka dia tidak boleh membacanya walupun hanya satu
ayat”13
11
https://rumaysho.com/1161-menyentuh-mushaf-al-quran-bagi-orang-yang-berhadats.html
12
Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 10: 209-210
13
HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 830
Maksudnya adalah orang yang dalam kondisi junub tidak boleh
membaca Al-Quran baik dari mushaf maupun dari hafalannya sampai dia
mandi junub untuk menghilangkan hadas besarnya.
Apabila tidak ada air, diperbolehkan bertayamum untuk bersuci.
Namun apabila setelah bertayamum terdapat air untuk bersuci, maka
wajib baginya untuk bersuci kembali.
14
https://konsultasisyariah.com/9115-membaca-alquran-dengan-aurat-terbuka.html
15
At-Tibyan, hal. 83
Memulai membaca Al-Qur’an dengan ta’awudz dan basmalah ketika
awal surah kecuali surat Bara’ah (surat At-Taubah)
Hukum membaca ta’awudz adalah sunnah. Perintah untuk
membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat,
َفِإَذ ا َقَر ْأَت اْلُقْر َآَن َفاْسَتِع ْذ ِباِهَّلل ِم َن الَّشْيَطاِن الَّر ِج يِم
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”16
Memulai pertengahan surat adalah dengan ta’awudz, bukan bismillahir
rohmaanir rohiim17.
16
QS. An-Nahl: 98
17
https://www.orami.co.id/magazine/adab-membaca-alquran
18
https://alhasanah.or.id/pengetahuan/keutamaan-membaca-al-quran-dengan-tartil
19
Al-muzzammil 73:4 (surah Makkiyah)
َأْو ِزْد َع َلْيِه َو َر ِّتِل ٱْلُقْر َء اَن َتْر ِتياًل
“Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan.”
Rasulullah juga bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an
(khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” 20
20
(HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)
21
https://muslim.or.id/104-adab-membaca-al-quran.html
22
https://muslim.or.id/104-adab-membaca-al-quran.html
Menghayati Al-Quran
ِكَتٰـ ٌب َأنَز ْلَنٰـ ُه ِإَلْيَك ُم َبٰـَر ٌۭك ِّلَيَّد َّبُر ٓو ۟ا َء اَيٰـِتِهۦ َو ِلَيَتَذَّك َر ُأ۟و ُلو۟ا ٱَأْلْلَبٰـِب23
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”
Al-Qur-an adalah kitab yang mulia, diberkahi, mengandung banyak
kebaikan dan manfaat dunia dan akhirat. Dia menurunkan Al-Qur’an
dengan tujuan agar manusia menghayati petunjuk-Nya, mengamalkannya
serta menjadikan peringatan
Mengahafal al-Quran24
Dengan membaca, menghafal, dan memahami ayat-Nya, Allah akan
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya. Selain itu, hadis riwayat
Bukhari dan Muslim menjelaskan mengenai janji Allah kepada penghafal
Al-Qur’an, yakni akan bersama para malaikat dan juga mendapatkan
pahala meski terbata-bata.
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,25
، من قرأ القرآن وتعَّلم وعمل به ُألبس والداه يوم القيامة تاجًا من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس
بأخذ ولدكما القرآن: بم كسينا هذا ؟ فيقال: ويكسى والداه حلتين ال تقوم لهما الدنيا فيقوالن
‘Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya,
maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari
cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan
diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian
kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian
semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu
telah mengamalkan al-Quran.”’
2.3.3 Adab Sesudah Membaca Al-Qur’an.26
23
Sad 38:29 (surah Makkiyah)
24
https://griyalquran.id.inilah-keutamaan- menghafal-alquran
25
(HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).
26
An Nuha Ejournal - http://ejournal.staimadiun.ac.id/index.php/annuha/article/view/134
Setelah atau sesudah membaca Al-Qur’an kita diperintahkan untuk
mentadabburi dan mengamalkan isi yang terkandung pada Al-Qur’an perintah
Allah ta’ala dan petunjuk Rasul-Nya, dan mengambil pelajaran pada kisah-kisah
yang terdapat pada Al-qur’an.
ِكٰت ٌب َاۡن َز ۡل ٰن ُه ِاَلۡي َك ُم ٰب َر ٌك ِّلَيَّد َّبُر ۤۡو ا ٰا ٰي ِتٖه َو ِلَيَتَذَّك َر ُاوُلوا اَاۡلۡل َباِب
“Kitab (Al-Qur’an) yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka
menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat
pelajaran.”27
Muhasabah,
Muhasabah artinya merenugkan diri dari amalan atau perbuatan yang
lalu. Dan berusaha untuk meningakatkan lagi amalan atau perbuatan baik
dan ibadah kita kepada Allah ta’ala agar kita menjadi orang yang lebih
bertakwa.
ٰۤي َاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنۡو ا اَّتُقوا َهّٰللا َو ۡل َتـۡن ُظۡر َنـۡف ٌس َّم ا َقَّد َم ۡت ِلَغ ٍدۚ َو اَّتُقوا َهّٰللاؕ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبۡي ٌۢر ِبَم ا َتۡع َم ُلۡو َن
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah dipeerbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh,
Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”30
Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu berkata, ”adakanlah al-
muhasabah kepada dirimu sendiri, sebelum kamu diadakan orang akan
al-muhasabah dan timbangkanlah akan dirimu itu sebelum kamu
ditimbangkan orang lain.”31
Dengan memuhasabah dapat mengingatkan pembaca Al-Qur’an
mengenai kebenaran, kesalahan, bacaan yang telah dilakukan . Apabila
29
QS. Al Isra (17): 9
30
QS. Al Hasyr (59): 18
31
(Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M], juz IV, halaman 419).
bacaannya sudah benar perlu diperhatikan dan apabila terdapat
kekeliruan bacaannya dapat dibetulkan pada waktu berikutnya.32
32
An Nuha Ejournal - http://ejournal.staimadiun.ac.id/index.php/annuha/article/view/134