Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MAKHORIJUL HURUF
Tugas ini untuk memenuhi pelajaran takhosus tajwid
Pembimbing: Ustadzah. Yayah Nurasiah, S.Pd.I

Disusun Oleh:

IBU ISAM
Muqadimah Makharijul Huruf
1. Makna Tartil dalam Al-Qur'an
Ketika Allah memerintahkan kaum muslim sehubungan dengan bagaimana seharusnya membaca Al-
Qur'an, menggunakan kata tartil. Sebagaimana firman-Nya,
ً ِ‫» َو َرت ِِّل ا ْلقُ ْر َءانَ ت َْرت‬.
‫يل‬
Dalam terjemahan versi Kemenag RI, penggalan ayat yang berasal dari surah Al-Muzzammil ayat 4
tersebut diterjemahkan dengan "... dan bacalah Al- Qur'an dengan perlahan-lahan."

Kata "perlahan-lahan" yang dikutip dalam terjemahan tersebut sangat multi tafsir. Karena sejatinya
tidak setiap yang perlahan-lahan bermakna tartil. Begitu pula tidak setiap yang tartil mesti benar-
benar perlahan-lahan. Apalagi apa yang tersurat dalam ayat tersebut hakikatnya bukanlah seperti apa
yang diterjemahkan. Apabila kita telah mempelajari kaidah bahasa Arab maka kita memahami bahwa
penggalan ayat tersebut merupakan kalimat perintah yang tegas. Ketegasan tersebut tampak pada kata
perintah yang diikuti oleh maf'ul muthlaq yang memberikan faedah taukid (penegasan) di akhir
kalimatnya: Warattilil qur'ana tartila.

Oleh karena itu, terjemahan yang lebih tepat -insya Allah- untuk penggalan ayat tersebut adalah "...
dan tartilkanlah Al-Qur'an dengan benar-benar tartil".

Dari sini, muncul pertanyaan, apa makna tartil sebenarnya?

Tartil berasal dari kata rattala-yurattilu-tartilan, subjeknya adalah murattil dan objeknya adalah
murattal. Artinya adalah terstruktur rapi, teratur, dan jelas. Dalam konteks membaca Al-Qur'an, Ar-
Raghib Al-Asfahani mengatakan dalam Al-Mufradât bahwa tartil bermakna:
"Mengeluarkan setiap kata dengan ringan dan tepat.”
Sedangkan Al-Imam Ibnul Jazari meriwayatkan dalam An-Nasyr, dari Al- Imam Ali bin Abi Thalib
bahwa tartil bermakna:
"Tartil adalah mentajwidkan huruf dan mengetahui kaidah waqf."
Mentajwidkan huruf berarti membaca huruf sesuai tempat keluarnya dengan disertai sifat hak dan
mustahaknya. Hak huruf adalah sifat asli yang senantiasa menyertai huruf seperti hams, jahr, syiddah,
rakhawah, qalqalah, dan sebagainya. Adapun mustahak huruf adalah sifat yang sewaktu-waktu
menyertai huruf tertentu, seperti: sifat taſkhim (suara tebal), tarqiq (suara tipis), dan hukum- hukum
yang terjadi dengan sebab tarkib (hubungan antar huruf). Seperti: ikhfa, idgham, mad, dan lainnya.
Membaca dengan tajwid artinya membaca Al-Qur'an sebagaimana dulu pertama kali diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Inilah yang dikehendaki dan disukai oleh
Allah.

Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, dari Nabi, beliau bersabda,


"Sungguh, Allah menyukai Al-Qur'an ini dibaca sebagaimana Al-Qur'an diturunkan." (HR. Ibnu
Khuzaimah)

Membaca sebagaimana Al-Qur'an diturunkan berarti membacanya dengan cara dan gaya membaca
orang-orang Arab yang hidup pada masa nubuwwah (zaman kenabian), yakni para sahabat. Karena
mereka menyimak secara langsung bagaimana Rasulullah membacakannya kepada mereka. Oleh
karenanya, kita juga diperintahkan untuk membaca Al-Qur'an dengan dialek dan gaya bahasa orang-
orang Arab yang fasih, yakni dialek dan gaya bahasa para sahabat.
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Yaman, Rasulullah bersabda,
"Bacalah Al-Qur'an dengan dialek orang Arab dan suara-suaranya yang fasih."
(HR. Thabrani, Bayhaqi, Abu Ubaid, dan Ibnul Jauzi)

Ibnul Jauzi dalam Al-'llal Al-Mutanahiyah, 1/111 berkata, "Sanad hadits tersebut tidak shahih dan
Syaikh Albani mendhaifkan hadits tersebut dalam Dha'iful Jami' (1067).

Namun para ulama qurra menyepakati keharusan membaca Al-Qur'an dengan dialek Arab dan
bahasanya yang paling fasih. Mengenai hal itu, Imam Ibnul Jazari dalam Thayyibatun Nasyr berkata,
Dengan suara yang bagus dari dialek Arab
Disertai tartil dan tajwid dengan bahasa Arab (yang fasih)

Lebih dari itu, Imam Ibnul Jazari juga menegaskan kewajiban mempraktik- kan tajwid ketika
membaca Al-Qur'an dalam muqadimahnya. Beliau berkata,
"Dan mengamalkan tajwid merupakan kewajiban yang hukumnya tetap bagi seluruh muslim
mukallaf.
Siapa saja orang yang sengaja tidak mengamalkan tajwid saat membaca Al- Qur'an (sampai
mengubah makna), maka ia berdosa,
Karena bersama dengan tajwid, Allah menurunkan Al-Qur'an dan cara membacanya.
Serta bersama dengan tajwid pula Al-Qur'an dan cara membacanya dari Nya sampai kepada kita.”
Demikianlah makna tajwidul huruf.
Adapun yang dimaksud dengan ma'rifatul wuqüf adalah memahami kapan dan di mana kita boleh
atau harus berhenti, serta kapan dan di mana kita boleh atau harus memulai membaca Al-Qur'an.
Sungguh, tiada seorang pun yang memahami perkara wuquf, kecuali jika ia memahami makna yang
terkandung dalam setiap ayat yang dibaca. 1
Oleh karena itu, kesempurnaan membaca Al-Qur'an dengan tartil hanya bisa diraih bila memenuhi
kedua aspek yang saling berkaitan:
Pertama, membacanya dengan benar sesuai kaidah-kaidah tajwid.
Kedua, memahami apa yang dibacanya. Sehingga ia bisa menadaburi isinya, meresapi makna yang
terkandung di dalamnya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita belum bisa
meraih keduanya secara bersamaan, minimal kita sudah berusaha untuk memenuhinya satu per satu.
Semoga Allah memberikan kita kesabaran dan keistiqamahan. Sehingga kita bisa melalui semua
proses ini hingga mencapai apa yang diharapkan. Aamiin.
2. Urgensi Tajwidul Huruf

Di antara urgensi mempelajari tajwid huruf, sebagaimana diungkapkan oleh Imam Ibnul Jazari dalam
"Muqadimah"-nya adalah agar lisan kita mampu melafazhkan setiap huruf dengan bahasa yang paling
fasih, tanpa berlebihan dan mengurangi hak mustahaknya. Dengan kata lain, melatih agar lisan
mampu secara otomatis mengucapkan setiap lafazh yang dikehendaki. Beliau berkata,

Para qurra' wajib untuk memerhatikan


Sebelum mulai membaca Al-Qur'an, hendaklah mempelajari

1
Syarh Tuhfathul Athfal Hal-56
Makharijul huruf dan sifat-sifatnya
Agar mampu mengucapkan dengan bahasa yang paling fasih.

Sebagaimana telah kita ketahui, Al-Qur'an diturunkan pada masa Nabi Muhammad dengan bahasa
Arab yang digunakan saat itu. Setiap lafazh terjaga karena orang-orang Arab masa itu menggunakan
bahasa Al-Qur'an dalam percakapan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan zaman dan perluasan
kekuasaan kaum muslim, bahasa Arab mulai tercampur dengan dialek asing yang sedikit banyak
berpengaruh kepada perubahan bahasa asli Al-Qur'an.

Oleh karena itu, kemudian para ulama merumuskan metode dan menyusun keilmuan yang membahas
bagaimana huruf hijaiyah tersebut diucapkan dengan benar. Mereka menyusun riwayat yang mereka
dapatkan dalam teori tajwid. Lalu menuangkannya dalam tulisan yang dapat menjaga kemurnian
bacaan Al-Qur'an sehingga keaslian Al-Qur'an terjaga. 2

Lebih jauh, mengenai kesempurnaan melafazhkan huruf hijaiyah, telah sampai kepada kita sebuah
riwayat dari Ummu Salamah ketika ditanya, bagaimana karakterisitik bacaan Nabi SAW,

‫ُىل ِل َرا َء ْةَ نَ َعتَثْ أَنَّهَا‬


ِْ ‫» َحرفا َحرفا ال ُمفَ َّس َرةْ ال َّرس‬.

Ummu Salamah menyifati bacaan Rasulullah dengan membaca dengan memperjelas huruf demi
huruf. (HR.Tirmidzi [2923])

3. Pengertian Makharijul Huruf

Makharij (‫)مخارج‬merupakan bentuk jamak dari makhraj (‫ )مخرج‬yang berarti "tempat keluar". Jadi
makharij berarti "tempat-tempat keluar". Adapun al-huruf (ُْ‫ )ال ُخرُوف‬merupakan bentuk jamak dari
al-harf yang secara bahasa berarti "ujung sesuatu". Adapun secara istilah, berarti: suara yang keluar
dari tempat keluar muhaqqaq (tentu) atau muqaddar (tidak tentu).
Secara istilah, makhârijul huruf berarti:
Tempat keluarnya huruf yang merupakan titik berakhirnya suara (disukunkan)padanya. Sehingga
bisa membedakan huruf yang satu dengan yang lainnya.
Makhraj muhaqqaq adalah makhraj yang berhubungan erat dengan tempat tertentu, baik itu al-halq
(tenggorokan), lisan, maupun dua bibir. Sedangkan makhraj muqaddar adalah makhraj yang sumber
suaranya tidak terdeteksi pada titik tertentu dan letaknya tidak berhubungan dengan tempat tertentu.
Tidak dengan al-halq (tenggorokan), lisan, atau dua bibir.
4. Pembagian Makharijul Huruf
Makharijul huruf terbagi menjadi dua:
a. Makhraj Umum, yaitu:
1) Rongga: Al Jauf (ُْ‫)ال َجىف‬
2) Tenggorokan: Al Halqi (ْ‫ك‬ ُ ‫)الحل‬
َ
3) Lidah: Al Lisan (ُْ‫)النِّ َسان‬
4) Dua Bibir: Asy Syafatain (ْ‫َان‬ ِ ‫)ال َّشفَت‬
5) Rongga Hidung Al Khaisyum (ْ‫)الخَي ُشى ُم‬
b. Makhraj Khusus, di mana pada setiap makhraj umum terbagi lagi ke beberapa tempat yang
berbeda. Inilah yang akan dibahas secara lebih rinci.

2
Syarh Tuhfathul Athfal Hal-57
Dengan adanya makhraj yang berbeda-beda ini, manusia bisa merangkai sebuah kata. Karena kata
tersusun dari huruf, sedangkan huruf merupakan suara yang dihasilkan dari makhraj tertentu. Maka,
sebuah kata atau kalimat hakikatnya adalah kumpulan makhraj-makhraj yang dirangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Inilah yang membedakan manusia dengan hewan, di mana hewan tidak memiliki makhraj yang
bervariasi, sehingga suara yang dihasilkannya hanya satu, atau satu jenis suara saja. Karenanya hewan
tidak bisa merangkai kata dan berbicara.

5. Jumlah Makhraj Khusus

Para ulama tajwid dan ahli bahasa arab berbeda pendapat mengenai jumlah tempat keluarnya huruf.

Syaikh Utsman bin Sulaiman Murad dalam As-Salsabil berkata,

Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah makharijul huruf


Hal itu terbagi atas tiga pendapat (madzhab) sebagai berikut,
Menurut Quthrub ada empat belas
Menurut Sibawaih ada enam belas
Menurut Al-Khalil dan Ibnul Jazari ada tujuh belas Pendapat inilah yang sekarang dipegang
sekarang oleh kebanyakan para ulama ahli tajwid.

Berikut ini penjelasan dari bait-bait syair di atas:

 Quthrub (w. 206 H) dan Al-Farra (w. 215 H) berkata: Ada 14 tempat, dengan menghilangkan
makhraj al-jauf dan menjadikan al-lisan 8 makhraj, yakni menyatukan makhraj huruf lam, nun,
dan ra.
 Siboyah dan Syathibi berkata: Ada 16 tempat keluarnya huruf dengan menghilangkan makhraj al-
jauf. Adapun sisanya sama dengan yang diuraikan oleh Al-Khalil dan Ibnul Jazari.
 Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi dan Ibnul Jazari berkata: Jumlah tempat keluarnya huruf ada
17. Ini merupakan pendapat yang dipilih oleh kebanyakan ulama ahli tajwid dan qiraat saat ini.
Dengan perincian: Al- Jauf: 1 makhraj, Al-Halq: 3 makhraj, Al-Lisan: 10 makhraj, Asy-Syafatan:
2 makhraj, dan Al-Khaisyum: 1 makhraj.
Imam Ibnul Jazari berkata,
Makharijul huruf berjumlah tujuh belas. Hal ini berdasarkan pendapat yang dipilih oleh para ulama
ahli qiraat.

Apabila makharijul huruf diibaratkan sebagai sebuah negara. Kita sebut saja "negara Makhraj". Maka,
negara makhraj memiliki lima buah kota: al-jauf, al-halq, al-lisan, asy-syafatån, dan al-khaisyûm.
Lima kota ini menampung 29 penghuni, yakni huruf-huruf hijaiyyah yang tinggal pada 17 rumah.
Jadi, penduduk negara makhraj berjumlah 29 jiwa yang tersebar pada 17 rumah di lima kota.

6. Cara Mengetahui Makhraj Setiap Huruf

Cara mengetahui makhraj huruf hijaiyah adalah dengan mensukunkan atau menasydidkan huruf yang
akan dicari makhrajnya. Lalu letakkan huruf berharakat di depannya.

Berikut Penjelasan lebih rinci tentang makhorijul huruf

A. Makhraj Al-Jauf
Imam Ibnul Jazari berkata
Pada al-jauf terdapat alif dan saudara-saudaranya,
yakni Huruf-huruf mad yang berhenti seiring dengan berhentinya nafas
Pada al-jauf, secara bahasa berarti "rongga", mencakup rongga tenggorokan hingga rongga mulut,
keluar huruf mad yang tiga: alif, ya mad, dan wau mad, atau keluar tiga vokal (harakat) asli yaitu:
fathah, kasrah dan dhamah. Ketika mengeluarkan ketiganya, posisi mulut kita mesti sesuai, tidak
kurang dan tidak berlebihan. Sehingga suara yang dihasilkan benar-benar sebagaimana yang
dikehendaki.

Ketiga huruf mad disebut huruf jaufiyyah karena keluarnya mulai dari rongga tenggorokan sampai
mulut. Syaikh Utsman Murad (1316-1382 H) berkata,

"Huruf-huruf yang keluar dari al-jauf bernama jaufiyyah."

Makhraj ini adalah makhraj yang paling luas dan bebas, tidak terikat pada tempat tertentu, dan tidak
nyata dalam memusatkan suara. Begitu pula huruf- hurufnya. Semuanya dapat bersandingan dengan
seluruh huruf hijaiyah yang hidup (berharakat). Oleh karenanya, makhraj ini disebut makhraj
muqaddar.

Oleh karena itu, seluruh huruf hijaiyah yang berharakat harus dikeluarkan secara sempurna dari jauf,
bukan dari selainnya. Hal ini dikarenakan ada sebagian pembaca Al-Qur'an yang mengeluarkan suara
huruf yang berharakat dari rongga hidung, bukan dari jauf, baik itu disengaja maupun tidak. Padahal
mengeluarkan huruf hijaiyah yang berharakat dari rongga hidung secara sengaja termasuk lahn qabih
(kesalahan yang buruk) dalam membaca Al-Qur'an. Hal ini dikarenakan pada prinsipnya, setiap
huruf akan mendekat kepada makhrajnya ketika disukunkan dan akan menjauh dari
makhrajnya diberi harakat (hidup). Apabila kita mempertahankan (tidak menjauhkan) makhraj
huruf ketika ia hidup maka suara itu tidak akan mengalir sempurna melalui rongga jauf. Ini
merupakan pelajaran pertama yang dapat kita petik dari bab makhraj jauf. 3

Adapun penjelasan dalam buku Makhorijul Huruf & Sifat-sifatnya oleh Yahdi Jaisy Lc,.

• Menurut Bahasa: Yaitu dari kata yang berarti "rongga atau ruang kosong
• Menurut Istilah: Rongga yang berada di dalam tenggorokan dan mulut

Huruf Makhraj Al-Jauf

Penting untuk diperhatikan!

Fathah arobiy (fathah vocal orang arab) adalah fathul wasath (pertengahan) yaitu bukan seperti vocal
fathah orang indonesia "AA" dan juga bukan vocal fathah yang imalah (miring ke huruf "EE") ini
berdasarkan penjelasan Syaikh Dr. Aiman Rusydi Suwaid dalam materi Itmamul Harakat dan
penjelasan Syaikh Abdul Qodir Al 'Utsmani dalam Talaqqi surat Al A'la.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

 Tidak boleh menambah huruf hamzah sukun di akhir huruf mad alif, seperti bacaan tekanan
(nabr), karena Makhraj Al Jauf disebut juga hawaiyyah yaitu mengalirnya udara di mulut,
pengucapannya berakhir dengan berakhirnya udara yang keluar bersama hurufnya.
 Hendaknya berhati-hati menambah kadar panjang harakat huruf mad, terlebih lagi jika berada di
akhir kalimat atau akhir surat, kebanyakan terjadi disebabkan pengaruh nada, gaya atau langgam
bacaan.
 Berhati-hati membaca dengung (ghunnah) tatkala mengucapkan huruf-huruf mad.
 Kebanyakan bacaan ghunnah terjadi apabila huruf-hurf mad didahului oleh huruf ghunnah yaitu:
huruf Nun dan Mim.4

B. Makhraj Al-Halqi

3
Syarh Tuhfathul Athfal Hal 62-63
4
Makhorijul Huruf & Sifat-sifatnya hal 39-41
 Menurut Bahasa : Isim masdar (‫ ) َحلك‬yang berarti "tenggorokan"
 Menurut Istilah: Tempat (area) yang terbatas antara pangkal tenggorokan sampai anak lidah
(uvula).

Al-Halq secara sederhana dapat diartikan sebagai tenggorokan, secara lebih rinci mencakup bagian
yang dimulai dari pita suara (al-awtârush shawtiyyah), tepatnya di sekitar jakun bagi laki-laki hingga
ke tenggorokan paling luar, yakni bagian akar lidah (jadzrul lisan) yang bersentuhan dengan uvula
(anak lidah).

Pada tenggorokan terdapat 3 (tiga) tempat keluarnya huruf untuk 6 (enam) huruf hijaiyyah. Al-Imam
Ibnul Jazari berkata:

Kemudian pada tenggorokan yang paling jauh (dari mulut) terdapat hamzah dan ha
Di tengah tenggorokan terdapat 'ain dan ha
Di tenggorokan yang paling dekat keluar huruf ghain dan kha

Keenam huruf tersebut disebut huruf-huruf halqiyah. Syaikh Utsman bin Sulaiman Murad berkata,

"Huruf-huruf yang keluar dari al-halq bernama huruf halqiyah."

Pembagian Makhraj:

1. Aqshal Halqi : Makhrajnya dari tenggorokkan bagian bawah mendekati dada. Tepatnya pada
pita suara.
Huruf hamzah dan ha berbunyi karena getaran yang terjadi pada pita suara. Letaknya bisa dirasakan
pada bagian sekitar jakun. Hati-hati menurunkan suara hingga ke dada, khususnya ketika
mengucapkan huruf ha. Sebagaimana yang kadang dilakukan oleh sebagian pembaca Al-Qur'an di
Indonesia.

Cara mengucapkan huruf hamzah dengan menggetarkan pita suara. Membukanya ketika berharakat
dan menutupnya ketika sukun. Adapun huruf ha dibunyikan dengan menggetarkan pita suara sambil
menghembuskan udara. Membukanya ketika berharakat dan menyempitkannya ketika sukun.5

2. Washatul Halqi : Makhrajnya dari tenggorokan bagian tengah, tepatnya pada tulang rawan
elastis berbentuk daun (epiglotis/lisanul mizmar)

Pada tengah tenggorokan, yakni pada katup epiglotis (lisanul mizmår) keluar huruf 'ain dan ha. Huruf
ha diucapkan dengan sedikit menekan katup epiglotis sambil menghembuskan udara. Adapun huruf
'ain diucapkan dengan menekan katup epiglotis tanpa menghembuskan udara. Ketika mengucapkan
huruf 'ain. katup epiglotis ditekan sedikit lebih kuat daripada ketika mengucapkan huruf ha. Ketika
berharakat, tekan kemudian jauhkan katup epiglotis dari dinding tenggorokan.

Khusus ketika mengucapkan huruf 'ain, hati-hati mengalirkan suara melalui rongga hidung. Hal ini
membutuhkan latihan agar suara yang keluar sempurna melalui jauf, bukan rongga hidung.

3. Adnal Halqi : Makhrajnya dari tenggorokan bagian atas, dekat rongga mulut, tepatnya pada akar
lidah (belakang) bersama langit lunak.

Makhraj ini tepatnya merupakan persentuhan antara bagian akar lidah (jadzrul lisân) dengan langit-
langit lunak di sekitar uvula (laklakan, ada juga yang menyebutnya "anak lidah"), yakni daging yang

5
Syarh Tuhfathul Athfal Hal-68
tergantung dan tersambung dengan langit-langit. Pada gambar di bawah ini dapat kita lihat bahwa
uvula lebih dekat ke bagian mulut daripada tenggorokan (halq). Apalagi pada huruf ghain dan kha,
keduanya diucapkan dengan cara menggesekkan akar lidah (jadzrul lisan) dengan uvula (bagian dari
langit-langit), sehingga sebagian ulama memasukkan huruf Kha dan Ghain ke dalam makhraj lisan. Di
antara ulama yang berpendapat seperti ini adalah Al-Imam Abu Ja'far bin Al-Qaqa Al-Madani (35-
130 H.), salah seorang Qåri Qiraat Al-'Asyr (qiraat sepuluh).

C. Makhraj Al-Lisan
 Menurut Bahasa: Yaitu dari kata ُْ‫ لِ َسان‬yang berarti "lidah"
 Menurut Istilah: Makhraj umum untuk empat bagian makhraj secara keseluruhan, dari empat
bagian tersebut, terdapat delapan belas huruf dari sepuluh makhraj secara terperinci.

Pembagian Makhraj Al Lisan

1. Aqshal Lisan Pangkal (belakang) Lidah


1) Aqshal Lisan(‫ )ق‬: Makhrajnya dari pangkal lidah (bagian belakang) menempel ke langit-langit
lunak belakang.
Huruf qaf diucapkan sebagaimana pengucapan huruf kaf. Perbedaannya pada langit-langit yang
menyentuh bagian belakang lidah. Sebagian orang Indonesia mengucapkan huruf qaf dengan
mendorong bagian belakang lidah ke arah dalam tenggorokan. Suaranya memang terdengar lebih
kuat, namun itu bukanlah suara qaf yang diucapkan oleh orang-orang Arab.

2. Aqshal Lisan(‫ )ك‬: Makhrajnya dari pangkal lidah menempel ke langit-langit atas, di bawah
makhraj huruf qaf.Pangkal lidah bertemu dengan langit-langit yang lunak dan keras sekaligus,
sedikit di bawah makhraj qaf, keluar huruf kaf.

Imam Ibnul Jazari berkata,


"Kemudian huruf kaf di bawahnya."
Maksudnya, bagian langit-langit di bawah makhrajnya qaf. Yakni bagian langit-langit yang keras dan
lunak sekaligus. Berhati-hatilah agar tidak menggeser makhraj kaf terlalu ke atas. Sehingga suaranya
menyerupai suara qaf. Sebaliknya, berhati-hati pula agar tidak menggeser makhraj kaf lebih rendah
lagi. Sehingga suaranya terdengar tidak alami dengan udara terlalu berhembus. Huruf kaf adalah huruf
syiddah (kuat) sehingga kekuatannya mesti tetap terjaga, baik dalam kondisi berharakat maupun
sukun.

2. Wasathul Lisan Tengah Lidah


1) Wasathul Lisan (‫ )ج‬: Makhrajnya dari tengah lidah dengan langit-langit atas dan Makhrajnya
betul-betul tertutup dengan sempurna.
2) Wasathul Lisan (‫ )ش‬: Makhrajnya dari tengah lidah dengan langit-langit atas, tetapi
Makhrajnya tidak tertutup sempurna.
3) Wasathul Lisan ( ‫ )ي‬Makhrajnya dari tengah lidah dengan langit-langit atas, Makhrajnya
tidak tertutup sempurna dan pangkal lidah menurun ke bawah.

Bagian tengah lidah adalah bagian yang berada di antara pangkal lidah dengan ujung lidah. Apabila
bagian ini diangkat mendekat ke arah langit-langit maka akan keluar huruf jim, syin, dan ya. Imam
Ibnul Jazari berkata,

"Di tengah (lidah) terdapat huruf jim, syin, dan ya."

Perbedaan pada ketiga huruf tersebut adalah jarak antara lidah dengan langit-langit. Pada huruf jim,
bagian tengah lidah menyentuh dan menekan langit-langit. Pada huruf syin, posisi lidah berada di
bawah posisi huruf jim (tidak menyentuh langit-langit). Adapun pada huruf ya, posisi lidah berada
lebih rendah lagi.

Perhatian: Ketika mengucapkan huruf jim, jangan sampai terlalu basah sehingga lebih mirip huruf "c"
dalam bahasa Indonesia atau terlalu kering dan kuat sehingga lebih mirip huruf "d" atau "g". Adapun
ketika mengucapkan huruf syin, usahakan untuk tidak terlalu membuka atau memonyongkan bibir
kecuali ketika diberi harakat dhamah. Sehingga suara dan udara tetap terkumpul di dalam mulut.
Apabila posisi bibir terlalu terbuka maka sebagian sifat huruf syin tidak akan sempurna terucapkan.

3. Haffatul Lisan Sisi-sisi (tepi) Lidah


1) Hafatul Lisan (‫ )ض‬: Makhrajnya dari salah satu sisi lidah (kiri/kanan) atau dengan kedua-
duanya, yang menempel dengan dinding dalam gigi geraham atas.

(sambil menutupnya sisi lidah pada langit-langi atas bersamaan ujung lidah menyentuh dengan
pangkal gigi seri atas) Menempel disini maksudnya benar-benar menekan dan bersandar dengan
kuat, pada salah satu sisi lidah kiri/kanan atau kedua-duanya bersamaan.

Salah satu sisi lidah yang bertemu dengan gigi geraham atas, baik bagian kiri, kanan, maupun kedua
sisi lidah yang bertemu dengan kedua sisi gigi geraham atas, keluar huruf Dhad. Imam Ibnul Jazari
berkata,

"Dhad dari sisi lidah, bila bertemu dengan gigi geraham bagian atas, sisi kiri, atau kanannya."

Menurut kebiasaan orang-orang Arab, menyentuhkan sisi lidah sebelah kiri ke gigi geraham kiri
merupakan sesuatu yang paling mudah dilakukan. Menyentuhkan dua sisi lidah ke dua bagian gigi
geraham yang kiri dan kanan adalah yang paling sulit dilakukan. Namun pada akhirnya, kembali
kepada individu masing-masing. Karena kemudahan bagi sebagian orang bisa jadi kesulitan bagi yang
lain.

2) Hafatul Lisan (‫ )ل‬Makhrajnya dari ujung dua sisi lidah sampai akhir ujung lidah, menempel
pada gusi gigi-gigi depan bagian atas.
Makhraj Lam mencakup ujung sisi lidah sebelah kanan melingkar hingga ujung sisi lidah sebelah kiri,
setelah melewati bagian sisi depan lidah, yang bertemu langit-langit.Ujung dari sisi lidah (adna hafah)
hingga akhirnya di bagian sisi depan lidah yang bertemu langit-langit, keluar huruf lam. Imam Ibnul
Jazari berkata,.

"Huruf Lam (dari) sisi lidah yang dekat dengan permukaannya hingga ujungnya."

Catatan!

 Maksud ujung dua sisi lidah adalah karena Makhraj lam dimulai dari ujung dua sisi lidah Makhraj
huruf dhad, sampai akhir ujung lidah
 Sebagaimana penjelasan Imam Ibnu Al Jazary :
Makhraj huruf lam adalah dari sisi lidah (hafatul lisan), pendapat lain pada huruf lam, yaitu :
Madzhab Al farra' mengatakan bahwa makhraj Lam, Nun dan Ra' keluar dari ujung lidah
(tharaful lisan) disebabkan ketiga huruf ini, makhrajnya sangat berdekatan. silahkan lihat kitab
(Qowa'id At Tajwid.Hal-55)

Perbedaan lam tebal dan tipis, (sebelah kanan) lam tebal pangkal lidah terangkat naik ke atas dan
terjadi cekungan di bagian tengah, berbeda dengan lam tipis (sebelah kiri).

Huruf lam mempunyai dua sifat pada dua kondisi yang berbeda. Dalam lafazh jalalah (‫ )هللا‬yang
didahului fathah atau dhamah, ia menjadi tebal. Adapun selainnya, harus diucapkan dengan setipis
mungkin. Caranya, dengan tidak menekan lidah ke langit-langit dengan kuat, melainkan cukup
disentuhkan sambil mengeluarkan bunyi dengan sempurna.

4. Tharaful Lisan Ujung Lidah


1) Thaful Lisan (‫ ) ن‬Makhrajnya dari ujung lidah menempel dengan gusi dua gigi seri bagian
atas, sedikit di bawah makhraj Lam.

Huruf nun keluar beriringan dengan ghunnah (dengung) yang berasal dari rongga hidung. Ghunnah
pada nun sendiri bertingkat-tingkat sebagaimana akan dijelaskan pada Bab: "Shifatul Huruf". Hati-
hati memasukkan suara hidup (berharakat) huruf nun ke dalam rongga hidung. Ketika makhraj
lidahnya menyentuh langit-langit maka suara keluar dari rongga hidung. Namun ketika makhraj
lidahnya menjauh dari langit-langit maka suaranya keluar dari jauf. Sebagaimana huruf hijaiyah yang
lain ketika berharakat.

2) Tharaful Lisan (‫)ر‬Makhrajnya dari ujung lidah (sedikit lebih ke punggung lidah) menempel
dengan gusi dua gigi seri bagian atas, dekat dengan makhraj Nun.

Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan punggung lidah. Sebagian ulama berpendapat,
"Punggung lidah adalah sisi atas lidah yang dekat dengan ujung lidah." Sebagian lagi berpendapat,
"Punggung lidah adalah sedikit di sisi bawah lidah yang dekat dengan ujung sisi lidah." Faedahnya,
kita fokus pada suara yang dihasilkan, apakah sudah tepat atau belum. Karena lebih dari itu, sebagian
ulama tidak membedakan makhraj huruf lam, nun, dan ra. Sehingga selama diucapkan dengan ujung
lidah, insya Allah kita bisa menyempurnakan suaranya. Wallahu a'lam.

Sama seperti huruf lam yang memiliki dua sifat pada dua keadaan yang berbeda. Bagian belakang
lidah tampak mengangkat ketika mengucapkan ra tebal dan tidak mengangkat ketika mengucapkan ra
tipis. Adapun kaidah mudahnya kapan ra dibaca tipis dan tebal adalah: Apabila berhubungan dengan
kasrah, ia dibaca tipis. Apabila berhubungan dengan fathah atau dhamah, ia dibaca tebal. Penjelasan
permasalahan ini akan diperjelas pada bab: "Tafkhim dan Tarqiq".

Hati-hati terlalu memperbanyak getaran pada huruf ini. Sehingga suaranya berubah menjadi huruf "r"
dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya, juga hati-hati menghilangkan getarannya sama sekali sehingga
berubah menjadi huruf "r" dalam bahasa Inggris. Namun, apabila kita masih belum bisa
menyempurnakan huruf ra, hendaklah membaca dengan "r" bahasa Indonesia karena lebih dekat
dengan ra Arab, dibandingkan apabila menggunakan "r" bahasa Inggris.

3) Tharaful Lisan (‫ ) ط( )د( )ت‬Makhrajnya ujung lidah dari arah punggungnya menempel pada
pangkal dua gigi seri bagian atas.
 Perbedaan dari ketiga huruf di atas adalah:

a. Huruf Tha (‫) ط‬


Pada gambar di atas (sebelah kanan), telah jelas pengucapan huruf Tha pangkal lidah terangkat naik
ke atas karena huruf tersebut adalah huruf tebal (huruf isti'la/tafkhim)
b. Huruf Dal dan Ta (‫ ت‬- ‫)د‬
Sedangkan gambar (sebelah kiri), pengucapan huruf Dal dan Ta’ pangkal lidah tidak terangkat naik
ke atas, karena huruf tersebut adalah huruf tipis (huruf istifal/tarqiq)
Adapun penjelasan tambahan dibuku Syarh Tuhfatul Athfal : untuk mempermudah mengidentifikasi
lidah maka ucapkanlah huruf "t" Bahasa Indonesia. Ketiga huruf ini diucapkan dengan lidah yang
sama dengan ketika kita mengucapkan huruf "t" bahasa Indonesia. Di antara kekeliruan yang sering
terjadi adalah memindahkan huruf dal ke langit-langit.
Bila kita memerhatikan posisi lidah pada saat mengeluarkan huruf dal dan ta dengan huruf tha, maka
kita akan menemukan perbedaan suara tipis dan tebal pada huruf-huruf tersebut. Pada huruf tha, ujung
lidah dibenturkan dengan pangkal gigi seri atas sambil menegangkan dan mengangkat pangkal lidah.
Hal ini disebabkan huruf Tha termasuk huruf yang sangat tebal (ithbâq). Cara menebalkan huruf
adalah dengan mengangkat pangkal lidah saat mengucapkannya. Sedangkan huruf ta dan dal
diucapkan dengan lidah yang rileks dan tertahan di dasar mulut, sehingga suara yang dihasilkan
adalah suara tipis (tarqîq).

4) Tharaful Lisan (‫ )س( ) ز( ) ص‬Makhrajnya dari akhir ujung lidah (kepala lidah) bersama dinding
dalam dua gigi seri bagian bawah.

 Perbedaan dari ketiga huruf di atas adalah:

c. Huruf Shad

Pada gambar di atas (sebelah kanan), telah jelas pengucapan huruf Shad (‫ ) ص‬pangkal lidah
terangkat naik ke atas karena huruf tersebut adalah huruf tebal (huruf isti'la/tafkhim)

d. Huruf Sin dan Zai (‫ ز‬- ‫)س‬


Sedangkan gambar (sebelah kiri), pengucapan huruf Sin dan Zai (‫ ز‬- ‫ )س‬pangkal lidah tidak
terangkat naik ke atas, karena huruf tersebut adalah huruf tipis (huruf istifal/tarqiq)

Imam Ibnul Jazari berkata,


Huruf-huruf shafir dari ujung lidah yang sejajar dengan atas gigi seri bawah.

Huruf-huruf shafir adalah huruf yang memiliki sifat shafir, yakni shad, zay, dan sin. Shafir berarti
desis. Ketiga huruf ini disebut shafir karena memiliki desis yang khas. Hal ini akan dibahas lebih rinci
dalam bab: "Shifatul Huruf", Insya Allah.

5) Tharaful Lisan (‫ )ظ( )ذ( )ث‬Makhrajnya ujung lidah dari arah punggungnya menempel dengan
ujung dua gigi seri bagian atas. (dengan sedikit mengeluarkan ujung lidah keluar)

 Perbedaan dari ketiga huruf di atas adalah:

e. Huruf Dzha (‫)ظ‬

Pada gambar di atas (sebelah kanan), telah jelas pengucapan huruf Dzha (‫ )ظ‬pangkal lidah terangkat
naik ke atas karena huruf tersebut adalah huruf tebal (huruf isti'la/tafkhim)

f. Huruf Tsa dan Dzal (‫ ث‬- ‫)ظ‬

Sedangkan gambar (sebelah kiri), pengucapan huruf Tsa dan Dzal (‫ ث‬- ‫ )ظ‬pangkal lidah tidak
terangkat naik ke atas, karena huruf tersebut adalah huruf tipis (huruf istifal/tarqiq). Huruf Tsa', Dzal
dan Dzha disebut Litsawiyyah, adalah sebutan untuk huruf-huruf yang keluar dari ujung lidah dengan
ujung dua gigi seri bagian atas.

Imam Ibnul Jazari berkata


"Huruf zha, dzal, dan tsa di atas kedua ujungnya.

Makna "kedua ujungnya adalah ujung gigi seri atas dan ujung lidah (bukan muntahal hafah). Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Syaikh Aiman Suwaid dan ilmu yang kami dapatkan dari guru-
guru kami -hafizhahumullah-.

D. Makhraj Asy Syafatain (‫شفَتَ ْين‬


َّ ‫)ال‬

 ِ ‫ )ال َّشفَت‬artinya "dua bibir" bentuk mufrodnya (ُْ‫) َشنَة‬


Menurut Bahasa yaitu (ْ‫َان‬
 Menurut Istilah: Makhraj umum yang ke empat, terdapat 2 makhraj, bagi 4 huruf.
1) Asy Syafatain (‫ )ف‬Makhrajnya dari bagian dalam (perut) bibir bawah menempel dengan ujung
dua gigi seri atas. (akan tetapi tidak harus menempel terlalu rapat, agar dapat mengalir udara
darinya)

Imam Ibnul Jazari berkata,


"Huruf fa dari perut bibir yang bertemu ujung gigi seri atas."
Perhatian..! Huruf fa tidak keluar dari kedua bibir atas dan bawah. Melainkan dari perut bibir bawah
yang bertemu dengan ujung gigi seri bagian atas. Di antara ciri khasnya adalah mengalir udara yang
cukup deras dari tempat keluarnya.
Latih posisi bibir kita agar pengucapan huruf ini benar dan pengucapannya tidak tercampur menjadi
huruf "p". Terkhusus bagi orang Sunda yang sedikit kesulitan mengucapkan huruf ini.

2) Asy Syafatain (‫ ) و‬Makhrajnya dari dua bibir yang dibulatkan (mencucu) terdapat celah
(rongga) untuk mengalirkan suara.(tidak boleh bulatan wawu menjadikan ia menebal)

3) Asy Syafatain (‫ )ب‬Makhrajnya dengan merapatkan kedua bibir dengan kuat (rapat) pada
bibir bagian dalam.
4) Asy Syafatain (‫ ) م‬Makhrajnya dengan merapatkan kedua bibir, pada bibir bagian tengah
(rapatnya tidak sekuat huruf ba')

Dari syafatân (kedua bibir) keluar huruf waw, ba, dan mim. Imam Ibnul Jazari berkata,
Pada dua bibir terdapat huruf waw, ba, dan mim.

Sebelum mengucapkan huruf waw, bibir bersiap-siap memonyongkan ke depan sebagaimana ketika
mengucapkan dhamah. Untuk mendapatkan suara yang sempurna maka sebelum mengucapkan huruf
waw, hendaknya memonyongkan bibir terlebih dahulu.

Adapun posisi bibir pada mim dan ba tidak berbeda, yakni menyentuhkan bibir atas dengan bibir
bawah. Perbedaan keduanya adalah adanya aliran suara yang melalui rongga hidung ketika
mengucapkan huruf mim. Sama dengan huruf nun, mim memiliki suara ghunah. Ketika bibir merapat,
suara mengalir dari rongga hidung. Adapun ketika bibir menjauh maka suara sempurna mengalir dari
jauf.

َ
E. Makhraj Al Khaisyum (‫)لخ ْيش ُْو ُم‬
 ِْ ‫صىْاْلَن‬
Menurut Bahasa yaitu )‫ف‬ َ ‫ أَل‬yang berarti "pangkal hidung"
 Menurut Istilah: Pangkal hidung bagian dalam, darinya terdapat satu makhraj, yaitu (suara)
ghunnah dan ia yang menyertai huruf Nun dan Mim
Catatan :

Pada hakikatnya ghunnah yang menyertai huruf Nun dan Mim memiliki perbedaan durasi
ghunnahnya sesuai dengan tingkatannya, seperti apa yang akan dijelaskan pada pembahasan durasi
tingkatan ghunnah

Dari khaisyum (rongga hidung) keluar huruf-huruf ghunah. Imam Ibnul Jazari berkata,
"Makhraj ghunnah adalah rongga hidung."
Suara mengalir melalui rongga hidung tatkala huruf mim dan nun diucapkan. Namun aliran suara
yang mengalir ke rongga hidung bertingkat-tingkat. Kondisi yang paling sempurna adalah ketika nun
dan mim ditasydidkan. Adapun kondisi yang paling minim adalah ketika nun dan mim berharakat.
Karena tatkala mim dan nun berharakat maka suara yang keluar berasal dari jauf. Pembahasan yang
lebih rinci lagi akan diuraikan pada bab: "Shifatul Huruf".
Makhraj khaisyum merupakan makhraj mukammil (penyempurna). Adapun makhraj lisan pada nun
dan makhraj bibir pada mim merupakan makhraj mukammal (yang disempurnakan). Pada prinsipnya,
makhraj khaisyum berfungsi tatkala makhraj lisan atau bibirnya merapat. Tatkala lisan atau bibirnya
menjauh maka makhraj khaisyum menjadi pasif. Karena aliran suara dikeluarkan melalui jauf.

7. Contoh untuk Praktik


8. Kesimpulan
Belajar Makharijul Huruf merupakan langkah penting dalam meningkatkan keterampilan membaca
Al-Quran dengan benar. Dengan pemahaman yang baik tentang tempat keluarnya huruf-huruf,
seseorang dapat membaca dengan jelas, bisa membedakan satu huruf dengan satu huruf lainnya dan
meminimalkan kesalahan dalam pengucapan tercampurnya suara satu huruf lain. Hal ini tidak hanya
berkontribusi pada aspek kebahasaan, tetapi juga membantu dalam menjaga keutamaan bacaan Al-
Quran.

Dalam hal ini, mengajarkan kepada kita untuk bersungguh-sungguh agar maksud dan makna
al-Qur’an dapat tersampaikan tanpa perubahan. Tidak asal-asalan dalam mengucapkannya dan tidak
dilebih-lebihkan. Sehingga menghasilkan suara yang tidak enak didengar atau mengubah sifat-sifat
huruf yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Tulisan

Laili Al Fadhili, Muhammad. 2019. Syarh Tuhfatul Athfal, Yahdi Jaisy Lc. Makhorijul Huruf & Sifat-
sifatnya.

Anda mungkin juga menyukai