Badal dengan (
dan
)
Yaitu mengganti shad dengan siin, sebagian imam qiraah termasuk Imam Ashim
mengganti dengan pada lafadz
dalam QS. Al-Baqarah : 245 dan
lafadz
dalam QS. Al-Araf : 69. Sebab-sebab digantinya huruf shad dengan siin pada
kedua lafadz tersebut karena mengembalikan pada asal lafadznya, yaitu .
e) Ba di idgham ke Mim
Yaitu huruf Ba Mati (disukun) ketika bertemu Mim diidghamkan ke huruf Mim
tersebut. Dalam ilmu tajwid, bacaan ini termasuk bacaan Idgham Mutaqoribain.
f)
Naql
Tashiil
Tashil artinya lunak, yakni hamzah pertama dibaca tahqiq (jelas) dan pendek,
sedangkan hamzah kedua dibaca tashiil, yaitu meringankan bacaan antara Hamzah dan Alif.
[9]
Alasan lafadz dibaca tashil, karena apabila ada dua hamzah qatha bertemu dan
berurutan pada satu lafadz, bagi lisan orang Arab merasa berat melafadzkannya, sehingga
lafadz tersebut bisa ditashilkan (diringankan).[10]
[1] Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) h. 267.
[2] Koordinator Kecamatan Purwosari, Pegangan Guru TPQ Metode Qiraati (Pasuruan: Perc. Plassa 9
Tejowangi, 2005), h. 10.
[3] Ibid, h. 7.
[4] Ibid, h.8
[5] Ibid, h. 4
[6] Ar-Raghib al-Ashfahany, al-Mufrodat, h. 23-25.
[7] Ibid, h. 29-30.
[8] Ibid, h. 14
[9] Ibid, h. 12
[10] Ar-Raghib al-Ashfahany, al-Mufrodat, h. 28.
Dalam qiraah imam Ibnu Amir riwayat As-Susy, bacaan isymam dikenal dengan
sebutan idgham kabir, yaitu bertemunya dua huruf yang sama dan sama-sama
hidup lalu melebur menjadi satu huruf bertasydid. Dalam qiraah Imam Ashim
riwayat Hafs, hanya dikenal satu idgham saja, yaitu idgham shaghir yakni
mengidghamkan dua huruf yang sama yang salah satunya mati. Menurut bahasa,
bahwa lafadz dapat difahami berasal dari lafadz yang terdapat
dua nun yang diidharkan, nun yang pertama di rafakan dan yang kedua
dinashabkan.Nun yang pertama dirafakan karena termasuk fiil mudlari yang
tidak kemasukan amil nawashib maupun jawazhim.
3. Saktah
Saktah menurut bahasa berasal dari wazan lafadz - yang
artinya diam, tidak bergerak. Sedangkan menurut istilah ilmu qiraah, saktah ialah
berhenti sejenak sekedar satu alif tanpa bernafas. Dalam qiraah Imam Ashim
riwayat Hafs bacaan saktah terdapat di empat tempat yaitu : QS. Al-Kahfi: 1, QS.
Yaasiin: 52, QS. Al-Qiyamah: 27 dan QS. Al-Muthafifin: 14.
Saktah pada QS. Al-Kahfi: 1, menurut segi kebahasaan susunan kalimatnya
sudah sempurna. Dengan kata lain, jika seorang qari membaca waqaf pada
lafadz , sebenarnya sudah tepat karena sudah termasuk waqaf tamm. Namun
apabila dilihat dari kalimat sesudahnya, ternyata ada lafadz sehingga arti
kalimatnya menjadi rancu atau kurang sempurna.
Lafadz bukanlah menjadi sifat/naat dari lafadz , melainkan
menjadi halatau maful
bihnya
lafadz
lafadz .
Apabila
lafadz menjadi naatnya lafadz akan mempunyai arti : Allah tidak
menjadikan al-Quran sebagai ajaran yang bengkok serta lurus. Sedangkan
apabila menjadi hal atau maful bih akan menjadi : Allah tidak menjadikan alQuran sebagai ajaran yang bengkok, melainkan menjadikannya sebagai
ajaran
yang
lurus
.
Menurut Ad-Darwisy, kata dinashabkan
sebagai hal (penjelas) dari kalimat , sedang Az-Zamakhsyari
berpendapat bahwa kata tersebut dinashabkan lantaran menyimpan fiil berupa
. Berbeda juga dengan pendapat Abu Hayyan, menurutnya kata itu badal
mufrad dari badal jumlah . Tidak mungkin seorang qari memulai
bacaan (ibtida) dari , sebagaimana juga tidak dibenarkan meneruskan bacaan
(washal) dari ayat sebelumnya. Dengan pertimbangan alasan-alasan diatas, baik
diwaqafkan maupun diwashalkan sama-sama kurang tepat, maka diberikanlah
tanda saktah.
Pada saktah QS. Yaasiin: 52 di dalam kalimat: .
Menurut Ad-Darwisy lafadz itu mubtada dan khabarnya adalah lafadz
. Berbeda halnya dengan pendapat Az-Zamakhsyari yang menjadikan
lafadz itu naat dari , sedangkan sebagai mubtada yang khabarnya
tersimpan, yaitu lafadz atau
. Dari segi makna, kedua alasan
penempatan saktah tersebut sama-sama tepat. Pertama, orang yang dibangkitkan
dari kuburnya itu mengatakan: Siapakah yang membangkitkan dari tempat tidur
kami (yang) ini. Apa yang dijanjikan Allah dan dibenarkan oleh para rasul ini pasti
benar. Kedua, orang yang dibangkitkan dari kuburnya itu mengatakan: Siapakah
yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami. Inilah yang dijanjikan Allah dan
dibenarkan oleh para rasul ini pasti benar. Dengan membaca saktah, kedua
makna yang sama-sama benar tersebut bisa diserasikan, sekaligus juga untuk
memisahkan antara ucapan malaikat dan orang kafir.
Adapun lafadz dalam QS. Al-Qiyamah: 27 pada kalimat dan
lafadz dalam QS. Al-Muthafifin: 14 pada kalimat adalah untuk menjelaskan
fungsi sebagai kata tanya dan fungsi sebagai penegas dan juga untuk
memperjelas
idharnya lam dan nun,
sebab
apabila lam dan nun bertemu
dengan ra seharusnya dibaca idgham, namun karena lafadz dan dalam
kalimat dan mempunyai makna yang berbeda, maka perlu
dipisahkan (diidharkan) dengan waqaf saktah.
Di samping itu, Imam Ashim juga menganjurkan membaca saktah, pertama, pada
akhir QS. Al-Anfaal:75 dan permulaan QS. At-Taubah. Alasannya secara bahasa
dipakai untuk memilah dua surat yang berbeda yang mana permulaan surat AtTaubah tidak terdapat atau diawali dengan basmalah. Kedua, pada QS. Al-Haqqah:
28-29 dimaksudkan untuk membedakan dua ha yakni ha saktah dan ha
fiil .
4. Tashil
Tashil menurut bahasa artinya memberi kemudahan, keringanan atau
menyederhanakan
hamzah qatha yang
kedua,
adapun
menurut
istilah qiraahartinya membaca antara hamzah dan alif . Dalam qiraah Imam
Ashim riwayat Hafs hanya ada satu bacaan tashil yaitu pada QS. Fusshilat: 44
...
Alasan lafadz dibaca tashil, karena apabila ada dua hamzah qatha bertemu
dan berurutan pada satu lafadz, bagi lisan orang Arab merasa berat
melafadzkannya, sehingga lafadz tersebut bisa ditashilkan (diringankan).
5. Naql
Naql menurut bahasa berasal dari lafadz yang artinya memindah,
sedangkan menurut istilah ilmu qiraah artinya memindahkan harakat ke huruf
sebelumnya. Dalam qiraah Imam Ashim riwayat Hafs ada satu bacaan naql yaitu
lafadz
pada QS. Al-Hujurat: 11. Alasan dibaca naql pada lafadz
adalah
karena adanya dua hamzah washal, yakni hamzah al tarif dan hamzah ismu yang
mengapit lam, sehingga kedua hamzah tersebut tidak terbaca apabila disambung
dengan kata sebelumnya. Faidahnya bacaan naql ialah untuk memudahkan dalam
mengucapkannya atau membacanya.
6. Badal (Mengganti)
Badal menurut
bahasa
artinya
mengganti,
mengubah,
sedangkan
maksud badal disini
adalah
mengganti
huruf hijaiyah satu
dengan
huruf hijaiyah lainnya. Diantara lafadz-lafadz yang di badal dalam Al-Quran
menurut Imam Ashim riwayat Hafs yaitu :
1. Badal dengan ( )
Yaitu mengganti hamzah mati dengan ya, sebagian besar imam qiraahsepakat
mengganti hamzah qatha yang tidak menempel dengan lafadz sebelumnya dan
jatuh sesudah hamzah washal dengan alif layyinah (). Contoh pada QS. Al-Ahqaf
: 4,
Cara membacanya, yaitu apabila seorang qari membaca waqaf pada lafadz (
) maka huruf ta mati dan hamzah mati diganti ya ()
sedangkan apabila dibaca washal tidak ada perubahan.
2. Badal dengan (
dan
)
Yaitu mengganti shad dengan siin, sebagian imam qiraah termasuk Imam
Ashim mengganti dengan pada lafadz
dalam QS. Al-Baqarah : 245 dan
lafadz
dalam
QS.
Al-Araf
:
69.
Sebab-sebab
digantinya
huruf shaddengan siin pada kedua lafadz tersebut karena mengembalikan pada
asal lafadznya, yaitu .
Sedangkan pada lafadz
dalam QS. Al-Ghasyiyah : 22, huruf tetap
dibaca shad karena sesuai dengan tulisan dalam mushaf (rasm utsmani) dan
menyesuaikan sifat ithbaq dengan huruf sesudahnya (tha) yang mempunyai
sifat istila. Adapun pada lafadz
dalam QS. At-Thur : 37, huruf boleh
tetap dibaca shad dan boleh dibaca siin karena, pertama, mengembalikan pada
asal lafadznya, yaitu , kedua, menyesuaikan sifat ithbaq dengan huruf
sesudahnya (tha) yang mempunyai sifat istila.
7. Shilah
Menurut ijma para ulama qurra, bahwa apabila ada ha dlamir yang tidak
diawali dengan huruf mati, maka ha dlamir tersebut harus dibaca panjang dan
perlu ditambahkan huruf mad setelahnya, alasannya untuk menguatkan huruf ha
dlamir tersebut karena tidak alasan yang mengharuskan membuang huruf
setelah ha dlamir ketika huruf sebelumnya hidup (berharakat). Namun para
ulama qurra kecuali Ibnu Katsir kurang senang menggabungkan dua huruf mati
yang dipisah oleh huruf lemah (ha), sehingga mereka membuang huruf mad dan
memanjangkan ha dlamirnya, contoh , ini adalah madzhab imam Sibawaih.
Sedangkan apabila ha dlamir tersebut diawali dengan huruf yang mati (sukun)
maka harus dibaca pendek, contoh .
Dalam qiraah Imam Ashim riwayat Hafs ada satu ha dlamir yang tetap dibaca
panjang walaupun diawali dengan huruf mati, yaitu pada kalimat dalam
QS. Al-Furqan : 69. Pada masalah ini, Imam Ashim riwayat Hafs sama bacaannya
dengan Ibnu Katsir, yakni membaca shilah ha () . Karena diketahui
bahwa ha termasuk
huruf
lemah
seperti
halnya hamzah,
sehingga
apabila haberharakat
kasrah,
maka
sebagai
ganti
dari wawu mati
adalah ya dimaksudkan untuk menguatkan huruf ha, sehingga menjadi .
Dalam literatur orang Arab sendiri jarang sekali ditemui wawu mati yang diawali
kasrah.
Alasan ha dibaca panjang pada lafadz dalam QS. Al-Furqan : 69 adalah untuk
mengembalikan pada asal lafadznya, yaitu berasal dari lafadz dan ketika
disambung dengan lafadz akan menjadi , namun karena ha dlamirtersebut
diawali dengan ya mati yang sebenarnya identik dengan kasrah, sehingga
harakat ha perlu disesuaikan dengan harakat sebelumnya dan merubah
huruf mad berupa wawu menjadi ya untuk menyesuaikan dengan kasrah maka
menjadi dan huruf mad berupa ya dirubah dengan kasrah berdiri, jadilah
lafadz . Ada juga yang menyebutkan bahwa ha yang terdapat pada
lafadz dalam QS. Al-Furqan : 69 adalah ha khafdli artinya ha panjang yang
berfungsi merendahkan, hal ini sesuai dengan konteks ayat yang menghendaki
dipanjangkannya huruf ha dlamir tersebut.
Ada juga ha dlamir yang dibaca pendek walaupun diawali dengan huruf mati
yaitu dengan membaca ha dlamir berharakat dammah tanpa shilah. Lafadz-lafadz
tersebut diantaranya terdapat pada lafadz
dalam QS. Az-Zumar : 7. Alasan
dibaca pendek ha dlamir berharakat dammah pada lafadz
dan lafadzlafadz sejenisnya adalah untuk mengembalikan pada rasm mushaf yang tidak
ada wawu madnya sesudah ha dlamir.
Lain halnya dengan lafadz dalam QS. Al-Fath : 10, disini terdapat ha
dlamir yang dibaca dammah walaupun jatuh setelah ya mati. Hal ini terkait
dengan asbabunnuzul ayat tersebut yang intinya tentang sifat memenuhi janji setia
kepada Nabi dan berjihad di jalan Allah. Sifat memenuhi janji tersebut merupakan
sifat yang luhur mulia dan luhur (rifah). Dan penempatan harakat dammah pada
lafadz memberikan nuansa kemuliaan dan keagungan sifat (akhlak). Karena
suasana sosiologis dan keberadaan lafadz tersebut berada pada ayat yang
menunjukkan kemuliaan dan keluhuran. Sehingga ada ulama yang menyebutkan
bahwa ha
dlamir tersebut
disebut
sebagai ha
rifah (hakeluhuran).
Penjelasan Bacaan Gharib dalam Al-Qur'an| Dalam qiraah Imam Ashim
riwayat Hafs juga terdapat bacaan-bacaan lain yang dianggap gharib, akan tetapi
lebih pada tulisan atau rasmnya (rasm utsmani) dan cara membacanya. Bacaanbacaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Lafadz-lafadz yang
ketika waqaf( dan )
dibaca
pendek
panjang
a. Lafadz ( )
Sebab-sebab lafadz dibaca pendek ketika washal ( )kecuali lafadz , ,
Lafadz pada QS. Ar-Rum: 54 yang lafadznya dibaca tiga kali pada ayat
tersebut adalah merupakan masdar dari lafadz sehingga beberapa
Imam qiraah berbeda cara membacanya. Imam Hamzah dan Syubah (salah satu
murid Imam Ashim) membaca dlad pada lafadz dengan fathah, sedangkan
sebagian Imam qiraah yang lainnya dengan dammah.
Adapun Imam Hafs, membaca dlad pada lafadz dengan fathah dan
dammah. Hal ini disebabkan karena dalam ilmu sharaf, lafadz
, seperti halnya
mempunyai dua masdar yaitu lafadz
dan lafadz
lafadz yang juga mempunyai dua masdar yaitu lafadz dan lafadz .
Sehingga menurut qiraah Imam Hafs huruf dlad pada lafadz boleh dibaca
fathah dan boleh dibaca dammah.
3.
Penjelasan Bacaan Gharib dalam Al-Qur'an| Dalam Mushaf AlQuran rasm usmani, semua permulaan surat diawali dengan basmalah kecuali
surat At-Taubah. Hal ini karena ada beberapa pendapat yang terkait dengan tidak
ditulisnya basmalah pada permulaan surat At-Taubah. Pendapat pertama, bahwa
Sahabat Ubay bin Kaab berkata : Rasulullah saw. pernah menyuruh kami
menulis basmalah di awal setiap surat dalam Al-Quran, dan beliau tidak
memerintahkan kami menulisnya di awal surat At-Taubah. Maka sebab itu, surat
tersebut digabungkan dengan surat Al-Anfal dan hal itu lebih utama karena adanya
keserupaan diantara keduanya. Sedangkan pendapat yang kedua, bahwa Imam
Ashim berkata: Basmalah tidak ditulis di awal surat At-Taubah, disebabkan karena
bacaan basmalah itu berisi tentang rahmat atau kasih sayang, sedangkan surat
At-Taubah merupakan surat tentang azab atau siksaan kepada orang-orang
musyrik.
Penjelasan Bacaan Gharib dalam Al-Qur'an| Adapun hukum
tentang membaca basmalah pada permulaan surat At-Taubah diantaranya adalah,
Imam Ibnu Hajar dan al-Khatib mengharamkan membaca basmalah di awal surat
At-Taubah dan memakruhkan membacanya di tengah surat. Sedangkan Imam Ramli
dan para pengikutnya memakruhkan membaca basmalah di awal surat At-Taubah
dan mensunnahkan membacanya di tengah surat sebagaimana surat-surat dalam
Al-Quran yang lain.
2. Al Baqarah 171
cara membaca : Nida-aa : Ketika waqaf A panjang
3. Al Baqarah 178
cara membaca : Al Qotlaa, Laa panjang bukan Qotl
4. Al Baqarah 179-180
cara membaca : Khoironil (nun wiqoyah)
5. Al baqarah 189
cara membaca : Al Hajj-je : Disertai jeda (qolqolah akbar)
6. Al Baqarah 196
cara membaca : Minal hady, ketika waqaf meringis
7. Al Baqarah 219
cara membaca : Qulil Afw, ketika waqaf monyong
8. Al Baqarah 245
cara membaca : yabsuthu, sho dibaca sin
9. Al Baqarah 259
cara membaca : Labist-te, Tahams, bukan Labitset
15. An Nisa 1
cara membaca : Nisaaaa, ketika waqaf A panjang
16. An Nisa 47
cara membaca : As sabete, ketika waqaf Ta hams
17. An Nisa 56
cara membaca : Nadhijat, ta hams
21. Al Maidah 3
cara baca : fisqe dan fisqunil/ nun wiqoyah
22. Al Maidah 28
cara baca : basat-Tha, Tho dibaca tapi tanpa qalqalah
23. Al Maidah 42
Cara baca : Lis-Suhte, ketika waqaf tanpa hams
25. Al Anam 34
cara baca : Nabai, ba pendek
26. Al Anam 94
cara baca : Syurokaaaaaa , waqaf hamzah mati
30. Al Arof 29
cara baca : qis-the, saat waqaf Tho qolqolah (bukan qiseth)
31. Al Arof 69
cara baca : bas-thoh, sho dibaca sin
34. At Taubah 30
cara membaca : Uzairunib (nun wiqoyah)
35. Yunus 24
cara membaca : Bil Ames, Suara Me lemah
37. Hud 66
cara membaca : Yaumiidzin, mim kasrah
38. Yusuf 11
cara membaca : La tamanna , monyong (isymam)
39. Ar Rad 30
cara membaca : Litatluwa, wa pendek
40. Ibrahim 2
cara membaca : Allahi, Hi dibaca kasrah
41. Ibrahim 26
cara membaca : Khobitsatinij (nun wiqoyah)
42. Al Hijr 61
cara membaca : Luuthinil (nun wiqoyah)
43. An Nahl 48
cara membaca : yatafayyau, U pendek
44. An Nahl 71
cara membaca : Riz qe, ketika waqaf, Qof qolqolah
45. Al isra 97
cara membaca : khobat, Ta disertai hams
46. Al kahfi 1
cara membaca : iwajaa, saktah
47. Al kahfi 14
cara membaca : Lan Naduwa, wa pendek
49. Al kahfi 77
cara membaca : Qoryatini
50. Maryam 7
cara membaca : Bighulaamini
51. Maryam 61
cara membaca : jannaatiAdnini
52. Thaha 87
53. Al anbiya 88
cara membaca : Ghommm (dengung dan )Nunnjill
54. Al hajj 11
cara membaca : Khoirunith dan Fitnatunin
57. Al Furqon 69
cara membaca : Fiihii , Hii dibaca panjang
61. An.Naml 59
cara membaca : Aaaaaaaallahu, A 6 harakat
63. Saba 21
cara membaca : Syakk-ke, ketika waqaf kaf hams
64. Fathir 28
cara membaca : Ulamaaaaaa
65. Yasin 52
cara membaca : Mim Marqodina, saktah
67. Fushilat 28
cara membaca : Darul Khul-de, waqaf, dal qalqalah
68. Fushilat 44
cara membaca : Aajamiyyu, A ke 2 ringan, bukan H (tashil)
69. Asy-syura 15
Cara membaca : Fadu, ketika waqaf fade
70. Asy-syura 45
cara membaca : Khofiyy, ketika waqaf yaditekan
71. Az Zukhruf 46
cara membaca : Wamala-ihi, La pendek
72. Al jatsiyah 9
73. Al Ahqaf 4
cara membaca : Dibaca iituuni, bukan Utuuni
74. Al Ahqaf 35
cara membaca : ULU, u Pendek
75. Al Hujurat 11
cara membaca : Bisalismul (Naqel)
76. An Najm 50
cara membaca : Aadanil dan Tsamuda, da pendek
78. Ar Rahman 29
cara membaca : Syaen, Suara hamzah lemah
79. Ar Rahman 39
80. Al Hadid 18
cara membaca : Mushshood, shod dan dan dal tasydid
82. Al hasyr 2
cara membaca : Ketik waqaf Rube bukan rueb
83. Al hasyr 17
cara membaca : Khoolidiani, dal fathah
84. Mumtahanah 4
cara membaca : Buroaa-u, U pendek
85. Al Jumuah 11
cara membaca : Aw lahwanin fadl dluu
86. Al Munafiqun 10
cara membaca : Fa ashshoddaqo, sho dan dal tasydid
88. Al Mulk 19
cara membaca : Wayaqbidhen, suara dhod (e) lemah
89. Al Maarij 11
cara membaca : Yaumiidzin, mim kasrah
90. Al Jin 9
cara membaca : Lissame, suara mim lemah
91. Al jin 27
cara membaca : Manirtadho, Ro tebal
92. Al Muzammil 20
cara membaca : Tsulutsayi, bukan tsulutsiya
93. Al Qiyamah 12
cara membaca : yaumaidzinil
94. Al Qiyamah 27
cara membaca : man-rooq, saktah
95. Al insan 4
cara membaca : Salaasila, La ke 2 pendek
96. Al insan 16
cara membaca : Qawariiro, ro pendek