Makhraj artinya tempat keluar. Makharijul Huruf adalah tempat keluarnya huruf-huruf
pada saat dilafalkan. Pembaca Al-Quran yang baik, bukan saja harus mengetahui hukum-hukum
tajwid, tetapi juga harus memperhatikan dan memahami makhraj dan sifat dari huruf-huruf yang
dibacakan. Sejumlah ulama dan ahli-ahli qiraat memiliki perbedaan dalam pengelompokan
(pengklasifikasian) Makharijul Huruf, namun secara garis besar intinya adalah sama.
Pangkal lidah dekat tenggorakan menyentuh sekitaran ‘anak tekak’ atau berada di atas
pita suara: ق
Pangkal lidah menyentuh langit-langit belakang: ك
Lidah bagian tengah menekan langit-langit atas: ي, ج, ش
Ujung lidah dirapatkan pada Gigi Geraham atas, dan Tepi Lidah (kiri dan kanan) ditekan
ke Gigi Geraham: ض
Ujung permukaan lidah ditekan ke Gusi di atas Gigi Seri atau Gigi Atas Bagian Tengah:
ل
Ujung lidah ditekan sedikit lebih ke atas dari makhraj Lam: ن
Ujung lidah dinaikkan ke langit-langit atas sedikit melengkung, sehingga terlihat lidah
bagian belakang : ر
Ujung lidah ditekan ke Pangkal Gigi Seri bagian atas (Gigi Seri adalah Gigi Tengah): , ت
د,ط
Ujung lidah ditekan ke belakang Gigi Seri bagian bawah : س, ز, ص
Ujung lidah dikeluarkan sedikit dan ditekan di ujung Gigi Seri bagian atas: ظ, ث, ذ
Merupakan makraj untuk huruf-huruf Mad yang dilepaskan ke dalam Rongga Mulut : ـ ـ ـ ـ ـ ـَــ ـ ـ ـ ـ
ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـِ ـ ـ ـ ـ ـ ْي, ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـُ ـ ـ ـ ـ ـ ْو, ـ ـ ا
5. Al-Khaisyhumi / Pangkal Hidung ( الخيشوم ), terdapat 1 Makhraj:
Pangkal Hidung bagian dalam, yaitu huruf-huruf yang dibaca dengung (ghunnah):
o pada hukum Nun Sukun ( ) ْنdan tanwin ( ـٌـ ـ, ـٍـــ,) ـًـــ, yaitu Ikhfa Haqiqi, Iqlab, dan
Idgham Bighunnah.
o pada hukum Mim Sukun ( ) ْم, yaitu Ikhfa Syafawi dan Idgham Mitslain,
o hukum Ghunnah Musyaddadah, yaitu huruf Mim Bertasydid ( ) ّمdan Nun
Bertasydid ( ) ّن.
o hukum Idgham Mutajanisain hanya untuk Ba Sukun ( ب ْ ) bertemu dengan huruf
Mim Berharakat ( ) م.
o hukum Mad Lazim Harfi Mukhaffaf hanya dikhususkan untuk huruf ‘Ain tanpa
harakat ( ) ع.
*********************************************************************
Dari pengelompokan Makharijul Huruf ini perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa huruf
yang memiliki Makhraj yang sama. Namun, ketika dilapalkan – bunyi atau suara dari huruf-
huruf tersebut tidaklah sama. Maka yang membedakannya terletak pada sifat huruf.
Definisi llmu Tajwid
Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersama dengan huruf
tersebut, seperti AI Jahr, Isti'la', istifal dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan
mustahak huruf adalah sifat yang nampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa' dan lain
sebagainya.
Hukum mempelajari Ilmu Tajwid secara teori adalah fardhu kifayah, sedangkan hukum
membaca Alquran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah fardhu 'ain. Jadi, mungkin saja
terjadi seorang Qori' bacaannya bagus dan benar, namun sama sekali ia tidak mengetahui istilah-
istilah ilmu Tajwid semisal izh-har, mad dan lain sebagainya. Baginya hal itu sudah cukup bila
kaum muslimin yang lain telah banyak yang mempelajari teori ilmu Tajwid, karena -sekali lagi-
mempelajari teorinya hanya fardhu kifayah. Akan lain halnya dengan orang yang tidak mampu
membaca Alquran sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Tajwid. Menjadi wajib baginya untuk
berusaha membaguskan bacaannya sehingga mencapai standar yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah Sholallohu'alaihi wasallam.
Ini adalah sifat Kalamullah, maka wajib bagi kita untuk membacanya dengan apa yang
diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla.
“Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan
yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka
mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al Baqarah: 121)
Dan mereka tidak akan membaca dengan sebenarnya kecuali harus dengan tajwid, kalau
meninggalkan tajwid tersebut maka bacaan itu menjadi bacaan yang sangat jelek bahkan kadang-
kadang bisa berubah arti. Ayat ini menunjukkan sanjungan Allah Azza wa Jalla bagi siapa yang
membaca Al Qur’an dengan bacaan sebenarnya.
“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya bagaimana bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, maka beliau menjawab bahwa bacaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam itu dengan
panjang-panjang kemudian dia membaca “Bismillahirrahman arrahiim” memanjangkan
(bismillah) serta memanjangkan (ar rahmaan) dan memanjangkan ar rahiim.” (HR. Bukhari)
2. Perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat agar mengambil bacaan dari
sahabat yang mampu dalam bidang ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Mintalah kalian bacaan Al Qur’an dari Abdullah bin Mas’ud, Salim Maula Abi Hudzaifah,
Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah para sahabat yang mulia, padahal mereka itu orang-orang yang paling fasih dalam
pengucapan Al Qur’an masih disuruh belajar , lalu bagaimana dengan kita orang asing yang
lisan kita jauh dari lisan Al Qur’an?
3. Dan dalil yang paling kuat sebagaimana apa yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Mansur ketika
Ibnu Mas’ud menuntun seseorang membaca Al Qur’an. Maka orang itu mengucapkan:
Dengan meninggalkan bacaan panjangnya, maka Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu katakan,
“Bukan begini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membacakan ayat ini kepadaku.” Maka
orang itu jawab, “Lalu bagaimana Rasulullah membacakan ayat ini kepadamu wahai Abu
Abdirrahman?” Maka beliau ucapkan:
Ibnu Mas’ud langsung menegur orang ini padahal ini tidak merubah arti, akan tetapi bacaan Al
Qur’an itu adalah suatu hal yang harus diambil sesuai dengan apa yang Rasulullah ucapkan.
3. Ijma’
Seluruh qura’ telah sepakat tentang wajibnya membaca Al Qur’an dengan tajwid.
Fatwa Para Ulama Dalam Permasalahan Ini
Tidak diragukan lagi bahwa mereka itu beribadah dalam upaya memahami Al Qur’an dan
menegakkan ketentuan-ketentuannya, beribadah dalam pembenaran lafadz-lafadznya,
menegakkan huruf yang sesuai dengan sifat dari ulama qura’ yang sampai kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. (Annasyr 1/210)
Adapun orang yang keliru yang kelirunya itu tersembunyi (kecil) dan mungkin mencakup qira’at
yang lainnya, dan ada segi bacaan di dalamnya, maka dia tidak batal shalatnya dan tidak boleh
shalat di belakangnya seperti orang yang membaca “as sirath” dengan ‘sin’, pergantian dari “ash
shirath, karena itu qira’at yang mutawatir. (Majmu’ Fatawa 22/442 dan 23/350)
1. Tidak selayaknya seorang yang masih salah dalam bacaan (kesalahan secara tersembunyi) untuk
menjadi imam shalat, lalu bagaimana dengan yang mempunyai kesalahan yang fatal seperti yang
tidak bisa membedakan antara ‘sin’ dengan ‘tsa’ atau ‘dal’ dengan ‘dzal’, yang jelas-jelas
merubah arti.
2. Secara tidak langsung Syaikhul Islam telah mewajibkan untuk membaca Al Qur’an dengan
tajwid karena kesalahan kecil itu tidak sampai merubah arti, beliau melarang untuk shalat di
belakangnya, lalu bagaimana dengan kesalahan yang besar.
Ketika ditanya tentang perkataan Ibnul Jazary tersebut di atas, maka beliau mengatakan kalau
yang dimaksud itu sifat bacaannya di mana Al Qur’an itu turun dengan memakai tajwid dan
dengan tartil maka itu adalah benar, tapi kalau yang dimaksud cuma lafadz hurufnya maka itu
tidak benar. (Al Qaulul Mufid fii Wujub At Tajwid, hal. 26)
Telah sepakat seluruh umat yang terbebas dari kesalahan tentang wajibnya tajwid mulai zaman
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampai zaman sekarang ini dan tidak ada seorang pun yang
menyelisihi pendapat ini. (Nihayah Qaul Mufid hal. 10)
Sumber: Panduan Praktis Tajwid & Bid’ah-bid’ah Seputar Al Qur’an serta 250 Kesalahan dalam
Membaca Al Fatihah, penulis: Al Ustadz Abu Hazim bin Muhammad Bashori, penerbit:
Maktabah Daarul Atsar, Magetan. Hal. 33-38.
1. Mempelajari dan mengajarkan Alquran merupakan tolok ukur kualitas seorang muslim. Sabda
Rasulullah Sholallohu'alaihi wasallam: "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Alquran dan
mengajarkannya " (HR. Bukhari)
2. Mempelajari Alquran adalah sebaik-baik kesibukan. Allah 'azzawajalla berfirman dalam hadits
Qudsi: "Barang siapa yang disibukkan oleh Alquran dalam rangka berdzikir kepadaKu dan
memohon kepadaKu niscaya Aku akan memberikan sesuatu yang lebih utama daripada apa
yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaan Kalam Allah
daripada seluruh kalam yang selain-Nya seperti keutamaan Allah atas makhlukNya." (HR.
Tirmidzi)
3. Dengan mempelajari Alquran, maka akan turun sakinah (ketentraman), rahmat, malaikat dan
Allah menyebut-nyebut orang yang mempelajari Alquran kepada makhluk yang ada di sisiNya.
Rasulullah Sholallohu'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu masjid
dari masjid-masjid Allah kemudian mereka membaca Alquran dan mempelajarinya, melainkan
turun kepada mereka ketentraman, diliputi dengan rahmat, dinaungi oleh malaikat, dan
disebut-sebut oleh Allah di hadapan makhluk-Nya." (HR. Muslim)
Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar dari kesalahan dalam
membaca Alquran.
Adalah kesalahan yang terjadi ketika membaca lafadh-lafadh dalam Alqur’an yang dapat
mengubah arti dan menyalahi ‘urf qurro. Melakukan kesalahan ini, hukumnya HARAM.
a. Kesalahan makhroj (titik/tempat keluarnya) huruf. Kesalahan ini biasanya terjadi pada
pengucapan huruf-huruf yang hampir serupa, seperti : ‘a (‘ain) dibaca a (hamzah), dlo dibaca
dho, dza dibaca da, tsa dibaca sa, ha dibaca kha, thi dibaca ti , dan sebagainya.
b. Salah membaca mad, yaitu yang seharusnya dibaca pendek (1 ketukan) dibaca lebih panjang
(2 ketukan atau lebih) dan sebaliknya. Misalnya: Laa (aa dibaca panjang; artinya TIDAK)
dibaca La (a dibaca pendek; artinya SUNGGUH-SUNGGUH)
c. Salah membaca harokat. Contohnya: kharokat di akhir kata benda, karena kharokat akhir kata
menunjukan jabatan kata itu dalam kalimat. Contoh: yarfa’ullohu (artinya: Allah mengangkat)
di baca yarfa’ulloha (artinya menjadi: dia mengangkat Allah).
2. AL-LAKHNU AL-KHOFIY (kesalahan kecil)
Adalah kesalahan yang terjadi ketika membaca lafadh-lafadh dalam Alqur’an yang menyalahi
‘urf qurro namun tidak mengubah arti. Melakukan kesalahan ini hukumnya makruh.
Yang termasuk kesalahan jenis ini antara lain: kesalahan dalam membaca dengung (idghom,
ikhfa’, iqlaab, dll), kesalahan (lebih/kurang panjang) dalam membaca mad, kesalahan
menampakkan sifat huruf (seperti: hams, qolqolah, keliru membaca tahkhim/tarqiq), dan lain
sebagainya.
Kesalahan membaca Alqur’an, baik yang JALIY maupun yang KHOFIY, tetaplah sebuah
kesalahan. Bila kesalahan itu tetap muncul, maka bacaan Alqur’an kita tidak lagi sesuai dengan
bacaan saat pertama kali Alqur’an diturunkan. Karena itu, marilah kita belajar ilmu tajwid ini,
mudah-mudahan kita terhindar dari segala kesalahan dalam membaca Alqur’an.