Anda di halaman 1dari 36

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tilawah Al Qur’an

1. Pengertian Tilawah Al Qur’an

Tilawah Al Qur‟an adalah membaca ayat suci Al Qur‟an dengan

baik dan benar (tartil, menampakkan huruf-hurufnya dan berhati-hati

melafadzkannya) (Abdul Aziz, 2011: 11-12), biasanya dimulai dari surat

al Fatihah sampai dengan surat an Naas.

Membaca Al Qur‟an merupakan satu kemuliaan yang diberikan

Allah SWT kepada umat manusia, khususnya umat Islam. Karena itu,

sudah seharusnya seorang muslim mempunyai kewajiban-kewajiban

khusus untuk menjaga keutuhan Al Qur‟an. Salah satunya yaitu dengan

membacanya sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid.

Al Qur‟an adalah kalam Allah SWT, yang merupakan mu‟jizat

yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dari

permulaan surat al Fatihah sampai akhir surat an Naas dan membacanya

adalah ibadah (Nata, 1998:54-55).

Menurut Al Qattan (2004:15-17), menjelaskan bahwa kata Al

Qur‟an berasal dari kata: Qara‟a mempunyai arti mengumpulkan atau

menghimpun, dan qira‟ah menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu

dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Al Qur‟an dan

qira‟ah yaitu masdar dari kata qara‟a, qira‟atan, qur‟anan yang berarti

bacaan.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
8

Qur‟anah disini berarti qira‟atuhu (bacaannya atau cara

membacanya). Jadi kata itu adalah masdar menurut wazan (tasrif,

konjugasi) “fu‟lan” dengan vokal “u” seperti “gufran” dan “syukran”. Kita

dapat mengatakan qara‟atuhu, qur‟an, qira‟atan wa qur‟anan, artinya

sama saja. Di sini maqru‟ (apa yang dibaca) diberi nama Al Qur‟an

(bacaan) yakni penamaan maf‟ul dengan masdar.

Al Qur‟an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad saw, sehingga Al Qur‟an menjadi nama khas

kitab itu, sebagai nama diri. Sebagian ulama menyebutkan bahwa

penamaan kitab ini dengan nama Al Qur‟an diantara kitab-kitab Allah

SWT itu karena kitab ini mencakup inti dari kitab-kitab-NYA, bahkan

mencakup inti dari semua ilmu. Sebagian ulama juga berpendapat bahwa

kata Al Qur‟an itu pada mulanya tidak berhamzah sebagai kata jadian,

mungkin karena ia dijadikan suatu nama bagi kalam yang diturunkan

kepada Nabi saw dan bukan kata jadian dari qara‟a atau mungkin ia

berasal dari kata qarana-asy-syai‟a bisy-syai‟i yang berarti

memperhubungkan sesuatu dengan yang lain, atau juga berasal dari kata

qara‟in (saling berpasangan) karena ayat-ayatnya satu dengan yang lain

saling menyerupai. Dengan demikian huruf nun itu asli. Namun pendapat

ini masih diragukan, yang benar adalah pendapat pertama (Ilyas, 2013:15).

Al Qur‟an memang sukar diberi batasan dengan definisi-definisi

logika yang mengelompokan segala jenis, bagian-bagian serta ketentuan-

ketentuannya yang khusus, sehingga definisi Al Qur‟an mempunyai

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
9

batasan yang benar-benar konkrit. Definisi yang konkrit untuk Al Qur‟an

adalah menghadirkannya dalam pikiran atau dalam realita seperti misalnya

kita menunjuk sebagai Al Qur‟an kepada yang tertulis di dalam mushaf

atau terbaca dengan lisan. Untuk itu kita katakan juga, Al Qur‟an ialah

bismillahir rahmannir rahim, al-hamdulillahi rabbil „alamin ...... sampai

dengan minal jinnati wannas.

Para ulama menyebutkan definisi Al Qur‟an yang mendekati

maknanya dan membedakannya dari yang lain dengan menyebutkan

bahwa: “Al Qur‟an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad yang pembacaannya merupakan suatu ibadah”.

Dalam definisi, “kalam” merupakan kelompok jenis yang meliputi segala

kalam. Dan dengan menghubungkannya kepada Allah SWT (kalamullah)

berarti tidak termasuk semua kalam manusia, jin dan malaikat (Al Qattan,

2004:15-17).

Al Qur‟an mempunyai nama yang bermacam-macam. Ada yang

menyebutnya berjumlah 55 nama. Ada pula yang mengatakan 90 nama.

Namun dari sekian banyak nama tersebut yang termasyhur hanya empat,

yaitu Al Qur‟an itu sendiri, al Kitab, al Furqan dan al Dzikr. Disamping

nama-nama tersebut tercantum dalam Al Qur‟an sendiri, penamaan itu

juga didasarkan atas alasan tertentu. Al Qur‟an dinamai Al Qur‟an karena

ia dibaca, pembacaannya adalah ibadah, dan orang yang membacanya

mendapat pahala (Nata, 1998:58-59).

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
10

Oleh karena itu, hal terpenting dalam kegiatan membaca Al Qur‟an

adalah rutinitas atau keajegan (keistiqamahan), yakni membacanya secara

berkesinambungan dan terus menerus (estafet). Allah swt berfirman, akan

memberikan penghargaan kepada orang-orang yang giat dan rutin

membaca Al Qur‟an.

‫َبدِ اىئِّ آَّب‬ٝ‫َتْيَُُ٘ آ‬ٝ ٌ‫ْسُ٘اْ سََ٘ا ٍِِْ إَْٔوِ اىْنِتَبةِ أٍَُ ٌخ قَآئََِخ‬َٞ‫ى‬
َُُٗ‫َسْجُد‬ٝ ٌَُْٕٗ ِ‫ْو‬َٞ‫اىي‬
Artinya: “Mereka itu tidak sama; di antara ahli Kitab itu ada golongan
yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada
beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
(sembahyang)”. (QS. Ali Imran: 113)

Pada ayat lain disebutkan,

ٍَِٗ ِِٔ‫ُؤٍَُُِْْ٘ ث‬ٝ َ‫َتْيَُُّ٘ٔ حَقَ ِتالََٗتِِٔ أُْٗىَ ِئل‬ٝ َ‫َْْبٌُُٕ اىْنِتَبة‬َٞ‫َِ آت‬ِٝ‫اىَر‬
َُُٗ‫َنْفُسْ ثِ ِٔ فَؤُْٗىَ ِئلَ ٌُُٕ اىْخَبسِس‬ٝ
Artinya: “Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya,
mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84],
mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar
kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi. [84]
Maksudnya: tidak merobah dan mentakwilkan Al Kitab
sekehendak hatinya.”(QS Al Baqarah: 121)

Untuk mengungkapkan kata “membaca” dua buah ayat tersebut

menggunakan kata dalam bentuk mudhari‟ (present tense), yaitu kata

“yatluuna” menunjukan makna terus menerus dan kesinambungan.

Dengan demikian, kegiatan membaca Al Qur‟an hendaknya dilakukan

secara rutin, terus menerus dan berkesinambungan.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
11

Dengan membaca Al Qur‟an secara rutin, suatu saat orang akan

khatam (tamat) Kitab Suci yang terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan 6666

ayat tersebut. setelah khatam, berangkat memulai lagi dan seterusnya agar

tidak putus. Disaat khatam, orang yang rutin membaca Al Qur‟an memiliki

doa yang ampuh. Akhirnya membaca Al Qur‟an perlu dijadikan aktifitas

dan konsumsi sehari-hari. Membaca adalah jembatan menuju pemahaman,

pengalaman, dan penerapan Al Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kegiatan membaca Al Qur‟an terdapat syiar agama Islam

(Syarifuddin, 2005: 48-49).

Al Qur‟an hendaklah dibacakan dengan bacaan yang baik, dengan

penuh perhatian, dengan memperhatikan adab-adab pada waktu

membacanya. Hendaklah sedapat-dapatnya memperhatikan isi ayat yang

dibacanya. Oleh karena itu tilawah Al Qur‟an dinamakan seutama-

utamanya dzikir, doa yang lebih utama dari segala doa (Aceh, 1996: 295).

Indikator tilawah Al Qur‟an dalam penelitian ini adalah: 1)

memperhatikan ilmu tajwid dalam membaca Al Qur‟an, 2) fashohah dalam

membaca Al Qur‟an, 3) motivasi dalam membaca Al Qur‟an, 4)

pemahaman dalam membaca Al Qur‟an, 5) suara/lagu dalam membaca Al

Qur‟an (Bahrudin, 2012).

2. Keutamaan Tilawah Al Qur’an

Syarifuddin (2004:45), menjelaskan bahwa seorang ulama besar

Ibnu Shalah penulis kitab Al Muqaddimah karya terbesar dibidang ilmu

hadits, mengatakan, “Membaca Al Qur‟an merupakan suatu kemuliaan

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
12

yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia. Sesungguhnya para

malaikat tidak diberikan kemuliaan itu. Mereka amat merindukan

diberikan kemuliaan tersebut agar dapat mendengarkannya.”

Ungkapan Imam Ibnu Shalah menunjukan keutamaan dan nilai

lebih membaca Kitab Suci Al Qur‟an, paham artinya atau tidak paham,

dalam shalat atau di luar shalat, sendirian atau bersama-sama, di rumah

atau di masjid dan sebagainya. Al Qur‟an bagi kaum muslimin adalah

bacaan nomor satu dikala susah maupun senang. Ia adalah ibadah yang

utama untuk dipersembahkan kepada Allah SWT.

Al Qur‟anul karim adalah buku undang-undang yang memuat

hukum-hukum islam. Dia (Al Qur‟an) merupakan sumber yang

melimpahkan kebaikan dan hikmah, pada hati yang beriman. Al Qur‟an

merupakan sarana paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah

SWT dengan membacanya. Dalam hadits Abdullah bin Mas‟ud,

diriwayatkan dari Nabi SAW beliau bersabda: “Sungguh Al Qur‟an ini

adalah jamuan Allah, maka kalian terimalah jamuanNYA itu semampu

kalian. Sungguh Al Qur‟an itu adalah tali Allah, cahaya terang dan obat

yang bermanfaat, merupakan penjaga bagi orang yang membacanya,

penyelamat bagi orang yang berpegang kepadanya, penyelamat bagi

orang yang mengikutinya, tidak menyimpang menyebabkan tercela, tidak

bengkok sehingga menghendaki pembetulan, tak pernah habis keajaiban-

keajaibannya, tidak akan lenyap keagungan dan keindahannya lantaran

banyak diulang-ulang. Bacalah dia (Al Qur‟an)! Sungguh Allah akan

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
13

membalas kalian atas pembacaannya, setiap huruf dibalas dengan

sepuluh kebaikan. Ingat !aku tidak mengatakan kepada kalian alif lam

mim sebagai satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, mim

satu huruf” (HR Hakim) (Soenarto, 2001: 79).

Al Qur‟an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan

pertama ajaran agama Islam, menjadi petunjuk kehidupan umat manusia

diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu

rahmat yang tak ada taranya bagi alam.

Di dalamnya terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk,

pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayainya serta

mengamalkannya. Al Qur‟an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan

Allah SWT, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari‟at yang

terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu

setiap orang yang mempercayai Al Qur‟an akan bertambah cinta

kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan

memahaminya serta pula untuk mengamalkannya sampai merata

rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.

Keutamaan orang yang membaca Al Qur‟an berbeda-beda sesuai

dengan perbedaan pemahaman dan kemampuan mengambil manfaat

mereka dengan Al Qur‟an. Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al

Qur‟an saja, sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan

mendapatkan pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu adalah

kitab suci Al Qur‟an adalah sebaik-baik bacaan bagi seorang mukmin,

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
14

baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira ataupun dikala

sedih. Membaca Al Qur‟an tidak hanya menjadi amal ibadah tetapi juga

obat dan penawar bagi yang gelisah jiwanya.

Tentang keutamaan dan kelebihan membaca Al Qur‟an, Allah swt

berfirman:

‫َتْيَُُ٘ مِتَبةَ اىئَِ ََٗأقَبٍُ٘ا اىّصَيَبحَ َٗأَّفَقُ٘ا ٍََِب‬ٝ َِِٝ‫إَُِ اىَر‬


َ‫َسْجَُُ٘ تِجَبزَحً ىَِ تَجُ٘ز‬ٝ ً‫َخ‬ِّٞ‫زَ َشقَْْبٌُْٕ سِسًا َٗعَيَب‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki
yang kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi.”(QS Fathir: 29)

Dalam sebuah hadits Rasulullah juga menerangkan bagaimana

besarnya rahmat Allah SWT terhadap orang-orang yang membaca Al

Qur‟an di rumah-rumah ibadah (masjid, mushola, surau dan lain-lain). Hal

ini dikuatkan oleh sebuah hadits shahih yang artinya sebagai berikut:

“Kepada kaum yang suka berjama‟ah di rumah-rumah ibadah, membaca

Al Qur‟an secara bergiliran dan ajar mengajarkannya terhadap

sesamanya, akan turunlah kepadanya ketenangan dan ketenteraman, akan

berlimpah kepadanya rahmat dan mereka akan di jaga oleh malaikat, juga

Allah akan selalu mengingat mereka” (HR Muslim dan Abu Hurairah).

Dengan hadits di atas nyatalah, bahwa membaca Al Qur‟an baik

mengerti artinya atau tidak, akan termasuk ibadah, amal sholeh dan

memberi rahmat serta manfaat bagi yang melakukannya, memberi cahaya

kepada hati yang membacanya sehingga terang benderang, juga memberi

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
15

cahaya kepada keluarga rumah tangga tempat Al Qur‟an itu dibaca (Umar

As Sunaidi, 2010:216-218).

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari

Annas, Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu beri nur (cahaya)

rumah tanggamu dengan sembahyang dan dengan membaca Al Qur‟an!. “

Di dalam hadits yang lain lagi, Rasulullah saw menyatakan tentang

memberi cahaya rumah tangga Al Qur‟an itu. Dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Darul Quthni dari Annas Rasulullah memerintahkan:

“Perbanyaklah membaca Al Qur‟an di rumahmu, sesungguhnya di rumah

yang tidak ada orang membaca Al Qur‟an, akan sedikit sekali dijumpai

kebaikan di rumah itu dan akan banyak sekali kejahatan, serta

penghuninya selalu merasa sempit dan susah”.

Karena keutamaan membaca Al Qur‟an Rasulullah SAW

memberikan apresiasi, motivasi, dan sugesti untuk giat membacanya

berikut ini nilai keuntungan yang akan didapatkan dengan kegiatan

membaca Kitab Suci itu:

a. Nilai pahala. Kegiatan membaca Al Qur‟an per satu hurufnya dinilai

satu kebaikan dan satu kebaikan ini dapat dilipat gandakan hingga

sepuluh kebaikan.

b. Obat (terapi) jiwa yang gundah. Membaca Al Qur‟an buka saja amal

ibadah, namun juga bisa menjadi obat dan penawar jiwa yang gelisah,

pikiran kacau, nurani tidak tenang dan sebagainya. Allah SWT

berfirman,

ُ‫د‬ِٝ‫َص‬ٝ َ‫َِ َٗال‬ٍِِْْٞ‫ََُّْٗصِهُ ٍَِِ اىْقُسْآُِ ٍَب َُٕ٘ شِفَب َٗزَحََْخٌ ىِيَُْؤ‬
‫َِ إَالَ خَسَبزًا‬َِِٞ‫اىّظَبى‬

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
16

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi

penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran

itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain

kerugian.” (QS Al Israa:82).

Hal ini sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi.

Mereka menyebutkan salah satu obat hati yang utama adalah membaca

Al Qur‟an dengan khusyu‟ seraya merenungkan makna kandungannya.

Dalam ilmu jiwa (psikologi) modern dinyatakan bahwa berkomunikasi

dengan orang lain sangat efektif untuk mengurangi beban berat yang

ditanggung jiwa. Para psikolog menyarankan orang-orang yang

jiwanya tengah menanggung beban berat untuk berkmunikasi dengan

orang lain, bicara dari hati kehati agar terkurangi bebannya.

Sementara membaca Al Qur‟an ibarat komunikasi dengan

Allah SWT, dengan komunikasi itu orang yang membaca Al Qur‟an

jiwanya akan menjadi tenang dan tenteram.

c. Memberikan syafa‟at. Disaat umat manusia diliputi kegelisahan pada

hari kiamat, Al Qur‟an bisa hadir memberikan pertolongan bagi orang-

orang yang senantiasa membacanya di dunia. Sabda Rasulullah SAW,

“Bacalah Al Qur‟an karena sesungguhnya ia pada hari kiamat akan

hadir memberikan pertolongan kepada orang-orang yang

membacanya” (HR Muslim).

d. Menjadi nur di dunia sekaligus menjadi simpanan di akhirat. Dengan

membaca Al Qur‟an, muka seorang muslim akan ceria dan berseri-seri.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
17

Ia tampak anggun dan bersahaja karena akrab bergaul dengan Kalam

Tuhannya. Lebih jauh ia akan dibimbing oleh Kitab Suci itu dalam

meniti jalan kehidupan yang lurus. Selain itu diakhirat, orang yang

membaca Al Qur‟an akan bisa menjadi deposito besar yang

membahagiakan.

e. Malaikat turun memberikan rahmat dan ketenangan. Jika Al Qur‟an

dibaca, malaikat akan turun memberikan si pembaca itu rahmat dan

ketenangan. Seperti diketahui, ada segolongan malaikat yang khusus

ditugaskan untuk mencari majelis atau forum zikir dan membaca Al

Qur‟an. Jika malaikat menurunkan rahmat otomatis orang yang

membaca Al Qur‟an hidupnya akan selalu tenang, tenteram dan lain

sebagainya (Syarifudin, 2004: 46-48).

3. Fashohah (Ilmu Tajwid) Dalam Tilawah Al Qur’an

Pada umumnya fashohah diartikan kesempurnaan membaca dari

seseorang akan cara melafaklan seluruh huruf hijaiyah yang ada di dalam

Al Qur‟an. Jika seseorang itu mampu membaca Al Qur‟an dengan benar

sesuai pelafalannya maka orang tersebut dapat dikatakan fasih membaca

Al Qur‟an.

Sedangkan pengertian secara lebih luas adalah fashohah juga

meliputi penguasaan di bidang Al Waqfu wal Ibtida‟ dalam hal ini yang

terpenting adalah ketelitian akan harakat dan penguasaan kalimat serta

ayat-ayat yang ada di dalam Al Qur‟an.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
18

Dalam membaca Al Qur‟an agar dapat mempelajari membaca

dengan baik dan benar serta mampu memahami isi dan makna dari tiap

ayat Al Qur‟an yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari

ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al Qur‟an. Guna

tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah mengetahui panjang

pendek, melafazkan dan hukum membaca Al Qur‟an.

Hukum mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu

kifayah, sedangkan hukum membaca Al Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu

tajwid adalah fardhu „ain. Tujuannya agar menjaga lidah terhindar dari

kesalahan dalam membaca Al Qur‟an (Abdur Rauf, 2011: 11-14).

Oleh karena itu agar fasih (menampakan yang jelas dan terang)

ketika membaca Al Qur‟an harus memperhatikan beberapa istilah yang

dikenal dalam ilmu tajwid, diantaranya:

a. Makhorijul huruf, yakni tempat-tempat keluar masuknya huruf.

Dengan mengetahui makhorijul huruf dan ditopang dengan latihan

secara terus-menerus dalam mengucapkannya, maka akan dapat

memperlancar lidah dalam mengucapkan huruf dengan baik dan benar.

b. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf, agar

huruf yang keluar dari mulut semakin sesuai dengan keaslian huruf-

huruf Al Qur‟an itu sendiri.

c. Ahkamul huruf, yakni hubungan antar huruf diantaranya:

1) Hukum lam jalalah

2) Hukum lam ta‟rif

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
19

3) Hukum bacaan ro‟

4) Hukum nun sukun dan tanwin

5) Hukum nun dan mim bertasydid

6) Hukum mim sukun

7) Hukum lam kerja

8) Hukum lam untuk huruf

9) Hukum idgham

10) Hukum qalqalah

d. Ahkamul mad wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam

melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al Qur‟an.

e. Ahkamul waqaf wal ibtida‟, yakni mengetahui huruf yang harus mulai

dibaca dan berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid.

f. Istilah-istilah dalam Al Qur‟an, yakni istilah atau ayat-ayatyang hanya

ada di surat-surat tertentu yang harus dikuasai, dengan mengkaji secara

khusus dalam rangka lebih menyempurnakan tilawah Al Qur‟an

(Kurnaedi, 2015: 18-90).

4. Fungsi dan Peranan Al Qur’an

Banyak ayat yang menjelaskan tentang fungsi dan peranan dirinya

bagi kehidupan umat manusia di dunia ini. Untuk mengetahui fungsi dan

peranan tersebut, seorang muslim dan mukmin dituntut memahami isi

kandungan Al Qur‟an.

Ketika Allah SWT menghendaki sesuatu, pasti memiliki makna.

Begitu juga dengan diturunkannya Al Qur‟an kepada manusia juga

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
20

memiliki fungsi dan peranan. Al Qur‟an mempunyai beberapa nama yang

sekaligus menunjukan fungsinya, diantaranya ada empat hal (Khusnaeni

dkk, 2011):

a. Al Qur‟an sebagai pedoman hidup manusia

Firman Allah Ta‟ala:

َِِٞ‫ ىِيَُْتَق‬ًٙ‫ِٔ ُٕد‬ِٞ‫ت ف‬


َ ْٝ َ‫ذَِىلَ اىْنِتَبةُ الَ ز‬
Artinya: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa”(QS Al Baqarah:2)

Al Kitab secara bahasa berarti al-jam‟u (mengumpulkan),

menurut as Suyuthi (Ilyas, 2013:4), dinamai Al Kitab karena Al

Qur‟an mengumpulkan berbagai macam ilmu, kisah dan berita. Al

Qur‟an di samping dipelihara melalui lisan, juga dipelihara dengan

tulisan. Penamaannya dengan Al Qur‟an dan Al Kitab, dua nama yang

paling populer mengisyaratkan bahwa kitab suci Al Qur‟an haruslah

dipelihara melalui dua cara secara bersama yaitu melalui hafalan dan

tulisan.

Oleh karena itu, dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Al Qur‟an

sebagai pedoman hidup manusia dan tidak ada keraguan padanya,

maka manusia tidak akan tersesat selamanya. Al Qur‟an merupakan

petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa agar selamat di dunia

maupun di akhirat. Al Qur‟an sebagai penjelas, pembeda, sumber

inspirasi bagi manusia dan lain-lain sebagaimana disebutkan sendiri

oleh Al Qur‟an.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
21

b. Al Qur‟an adalah ruh bagi orang-orang yang beriman. Allah SWT

menjelaskan dalam QS Asy Syuro 52 yang artinya:

“Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)


dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah
Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi
kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia
siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan
Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan
yang lurus.”

Dari ayat tersebut bahwa orang yang di dalam hatinya tidak ada

Al Qur‟an maka hatinya akan kosong. Sebagaimana tubuh kita

membutuhkan nutrisi, jika tubuh tidak ada asupan nutrisi maka akan

sakit. Begitu juga dengan ruh kita yang membutuhkan asupan nutrisi,

yaitu Al Qur‟an. Jika ruh kita tidak di beri asupan nutrisi maka akan

sakit dan manusia yang ruhnya sakit akan sulit di ajak melakukan

kebaikan dan sulit menerima nasehat.

c. Al Qur‟an sebagai peringatan

Allah SWT menurunkan Al Qur‟an untuk memberi peringatan

kepada manusia agar manusia senantiasa berada pada jalan yang benar

dan lurus. Firman Allah Ta‟ala:

َُُٗ‫ََٕٗرَا ذِمْسٌ ٍُجَب َزكٌ أَّصَىَْْبُٓ َأفَؤَّتٌُْ ىَُٔ ٍُْنِس‬


Artinya: “Dan Al Quran Ini adalah suatu Kitab (peringatan) yang
mempunyai berkah yang Telah kami turunkan. Maka
mengapakah kamu mengingkarinya?” (QS Al Anbiya:50)

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
22

d. Al Qur‟an sebagai mukjizat

Al Qur‟an merupakan mukjizat terbesar yang Allah SWT

turunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berlaku untuk seluruh

zaman dan umat manusia. Dari zaman Nabi Muhammad SAW sampai

nanti hari kiamat. Mukjizat Al Qur‟an terletak pada fashahah dan

balaghahnya, keindahan susunan dan gaya bahasanya serta isinya yang

tiada tara bandingannya. Al Qur‟an merupakan kitab penyempurna

bagi kitab-kitab terdahulu, yaitu Taurat, Zabur dan Injil. Jadi Al

Qur‟an merupakan kitab yang paling lengkap dan sempurna.

Firman Allah Ta‟ala yang artinya: “Dan kami Telah turunkan

kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa

yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan

batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah

perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah

kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran

yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu,

kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi

Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,

Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah

kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang

Telah kamu perselisihkan”(QS Al Maidah:48)

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
23

Menurut Nata (1998:58-59), menjelaskan bahwa adapun nama-

nama Al Qur‟an yang juga menujukan fungsinya ada lima macam, yaitu:

a. Al Qur‟an

َِِٝ‫َِ اىَر‬ٍِِْْٞ‫ُجَّشِسُ اىَُْؤ‬َٝٗ ًَُْ٘‫َ َأق‬ِٜٕ ِٜ‫ ىِيَت‬ِٛ‫ِْٖد‬ٝ َُ‫إَُِ َٕرَا اىْقُسْآ‬
‫سًا‬ِٞ‫َعََْيَُُ٘ اىّصَبىِحَبدِ أََُ ىٌَُْٖ أَجْسًا مَج‬ٝ
Artinya: “Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira
kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS Al
Israa:9)

Dinamai Al Qur‟an, karena kitab suci terakhir yang diturunkan

Allah SWT ini berfungsi sebagai bacaan sesuai dengan arti kata

Qur‟an itu sendiri.

b. Al Kitab

َِِٞ‫ ىِيَُْتَق‬ًٙ‫ِٔ ُٕد‬ِٞ‫ت ف‬


َ ْٝ َ‫ذَِىلَ اىْنِتَبةُ الَ ز‬
Artinya: “Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya;

petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”(QS Al Baqarah: 2)

Al Kitab secara bahasa berarti al-jam‟u (mengumpulkan),

menurut as Suyuthi (Ilyas, 2013:4), dinamai Al Kitab karena Al

Qur‟an mengumpulkan berbagai macam ilmu, kisah dan berita. Al

Qur‟an di samping dipelihara melalui lisan, juga dipelihara dengan

tulisan. Penamaannya dengan Al Qur‟an dan Al Kitab, dua nama yang

paling populer mengisyaratkan bahwa kitab suci Al Qur‟an haruslah

dipelihara melalui dua cara secara bersama yaitu melalui hafalan dan

tulisan.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
24

c. Al Furqan

‫سًا‬ِٝ‫َِ َّر‬ََِٞ‫َنَُُ٘ ىِيْعَبى‬ِٞ‫ عَجْدِِٓ ى‬َٚ‫ َّصَهَ اىْفُ ْسقَبَُ عَي‬ِٛ‫تَجَب َزكَ اىَر‬
Artinya: “Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al
Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam” (QS Al Furqan:1)

Al Furqan mashdar dari kata faraqa, dalam wazan fu‟lan,

mengambil bentuk shifat musyabahah dengan arti „yang sangat

memisahkan‟. Dinamai demikian karena Al Qur‟an memisahkan

dengan tegas antara haq dan bathil, antara benar dan salah dan antara

baik dan buruk.

d. Adz Dzikr

َُُ٘‫إَِّب َّحُِْ َّصَىَْْب اىرِمْسَ َٗإَِّب ىَُٔ ىَحَبفِّظ‬


Artinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (QS Al
Hijr:9)
Adz Dzikr artinya ingat, mengingatkan. Dinamai Adz Dzikr

karena kitab suci ini terdapat pelajaran dan nasehat dan kisah umat

yang masa lalu.

e. At Tanzil

َََِِٞ‫وُ َزةِ اىْعَبى‬ِٝ‫َٗإَُِّٔ ىَتَْص‬


Artinya: “Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan
oleh Tuhan semesta Alam”(QS Asy Syu‟ara: 192)

At Tanzil artinya yang benar-benar diturunkan. Dinamai

demikian karena Al Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan oleh

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
25

Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril

(Ilyas, 2013:20-22).

Nama-nama tersebut setelah dijelaskan di atas, ternyata

menggambarkan keluaran fungsi, kandungan dan kedudukan Al

Qur‟an, yaitu sebagai bacaan pemisah antara yang hak dan bathil,

tulisan dan peringatan bagi manusia. Nama-nama tersebut tidak

dijumpai sebagai mana pada kitab lainnya.

5. Adab Ketika Membaca Al Qur’an

Al Qur‟an sebagai kitab suci, wahyu Ilahi mempunyai adab

tersendiri bagi orang yang membacanya. Adab itu sudah diatur dengan

sangat baik, untuk penghormatan dan keagungan Al Qur‟an tiap-tiap orang

harus berpedoman kepadanya dalam mengerjakannya.

Siapa yang berkata dengan ayat-ayat Al Qur‟an berarti ia telah

berkata benar, siapa yang memutuskan hukum dengannya berarti ia telah

berlaku adil, serta yakin bahwa para pembaca Al Qur‟an adalah keluarga

Allah SWT dan orang-orang khusus-NYA. Iman seorang muslim akan

bertambah dengan keagungan, kesucian dan kemuliaan kitab Allah SWT

yang terdapat dalam keutamaanya. Oleh karena itu, seorang muslim harus

menghalalkan apa yang dihalalkan dan mengharamkan apa yang telah

diharamkan Al Qur‟an, serta berpegang terhadap adab-adabya dan

berakhlak dengan akhlaknya (Jabir, 2009:135). Dengan demikian, ketika

membacanya ia akan berpegang dengan adab-adab berikut:

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
26

a. Membacanya dalam keadaan yang paling sempurna, bersih setelah

berwudhu, menghadap kiblat, duduk dengan sopan dan tenang serta

berada di tempat yang bersih.

Rasulullah SAW ketika sedang memenuhi hajat dan seseorang

mengucapkan salam kepadanya, beliau tidak menjawab salam itu.

Beliau baru menjawab ketika keluar dari tempat memenuhi hajat itu.

Alasan beliau, salam adalah dzikir yang tidak sepatutnya dilakukan di

tempat yang tidak bersih. Sedangkan sebaik-baik dzikir adalah

membaca Al Qur‟an, otomatis tempatnya menuntut harus lebih bersih.

b. Membacanya dengan tartil, tidak terburu-buru

Membaca Al Qur‟an termasuk ibadah dan karenanya harus

sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Sikap memperbaiki bacaan

Al Qur‟an dengan menata huruf sesuai dengan tempatnya merupakan

suatu ibadah, sama halnya meresapi, mamahami, dan mengamalkan isi

kandungan Al Qur‟an merupakan suatu ibadah. Tidak terburu-buru

ketika membacanya, karena Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang

membaca Al Qur‟an (sampai khatam) dalam waktu kurang dari tiga

malam ia tidak dapat memahaminya”(HR Tirmidzi) (Jabir, 2009:137).

c. Senantiasa khusyu‟ saat membacanya, menampakan rasa sedih,

menangis atau berusaha untuk menangis jika tidak bisa menangis.

d. Memperbagus suaranya. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Hiasilah Al

Qur‟an dengan suaramu” (HR Bukhari) (Jabir, 2009:137).

Agar rasa keagungan Al Qur‟an lebih dapat merasuk ke dalam

jiwa, ditekankan membaca Al Qur‟an dengan suara yang bagus, indah,

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
27

dan enak yang dimiliki masing-masing orang. Rasulullah bersabda:

“Hiasilah Al Qur‟an itu dengan suaramu” (HR Ibnu Hibban).

Melagukan Al Qur‟an dengan suara yang bagus hukumnya dianjurkan,

selama tidak melanggar ketentuan-ketentuan dan tatacara membaca

sebagaimana telah ditetapkan dalam ilmu qiraat dan tajwid, seperti

menjaga panjang pendeknya, harakatnya, dan sebagainya. Pola lagu

seperti inilah yang dikehendaki dalam kandungan hadits (Syarifuddin,

2004: 90).

e. Melirihkan bacaannya jika khawatir dirinya berbuat riya atau sum‟ah

atau mengganggu orang yang sedang sholat, karena telah diriwayatkan

dari Nabi: “Orang yang membaca Al Qur‟an dengan suara yang keras

itu seperti orang yang memberikan sedekah secara terang-terangan”

(Jabir, 2009: 138).

f. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Qur‟an,

disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran

tentang ayat-ayat dibacanya serta tidak melalaikannya.

َََُُ٘‫ُ فَبسْتََِعُ٘اْ ىَُٔ َٗأَّّصِتُ٘اْ ىَعَيَنٌُْ تُسْح‬


ُ ‫َٗإِذَا قُسِئَ اىْقُسْآ‬
Artinya: “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah

baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat

rahmat.”(QS Al A‟raf:204).

g. Bersungguh-sungguh dalam menerapkan sifat-sifat ahli Al Qur‟an

yang merupakan ahli Allah SWT dan orang-orang khusus-NYA,

berusaha untuk memiliki ciri-ciri mereka.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
28

Sebagaimana perkataan Abdullah bin Mas‟ud, “Sudah selayaknya

bagi pembaca Al Qur‟an untuk mengenal malam harinya ketika orang-

orang sedang tidur, dan siangnya ketika orang-orang sedang tidak

berpuasa, dan tangisannya ketika orang-orang tertawa, dn wara‟nya

ketika orang-orang mencampur adukkan antara kebaikan dan keburukan,

dan sikap diamnya ketika orang-orang berbicara panjang lebar, dan

kekhusyukannya ketika orang-orang bersikap pura-pura, serta perasaan

sedihnya ketika orang-orang merasa senang dan gembira” (Jabir, 2009:

136-139).

6. Pengaruh Al Qur’an Terhadap Jiwa Manusia

Shihab (2003:231-238), menjelaskan bahwa dalam literatur

keagamaan dan sejarah ditemukan riwayat-riwayat yang dapat menjadi

bukti adanya pengaruh tersebut, seperti kisahnya sahabat Umar bin

Khathab dan Al Walid bin Mughiroh, yang bergetar jiwanya ketika

dibacakan ayat suci Al Qur‟an.

Beberapa ulama menjadikan kasus dua sahabat tersebut dan yang

semacamnya sebagai bukti adanya pengaruh psikologis bagi pendengar

dan pembaca ayat-ayat Al Qur‟an, bahkan menjadikan hal tersebut sebagai

salah satu aspek kemukjizatannya. Memang, tidak disangkal bahwa ayat-

ayat Al Qur‟an mempunyai pengaruh psikologis terhadap orang yang

beriman.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
29

Banyak sekali faedah yang akan didapat ketika membaca Al

Qur‟an, salah satunya adalah Al Qur‟an dapat dijadikan sebagai obat (asy-

syifa). Banyak orang mencari ketenangan diluar sana untuk menenangkan

jiwanya. Gangguan kepribadian ini disebabkan adanya serangkaian

tingkah laku yang menyimpang dari fitrah manusia yang telah ditetapkan

Allah SWT. Penyimpangan tersebut yang menyebabkan penyakit dalam

jiwa seseorang, yang apabila mencapai puncaknya maka akan

mengakibatkan terkuncinya atau kematian hati (qalbu). Banyak orang

yang lupa akan adanya obat yang sangat mujarab bagi penyakitnya itu. Al

Qur‟an dapat dijadikan obat dengan cara membacanya dengan disertai

pemaknaan. Ia dapat memberi ketenangan terhadap jiwa.

Al Qur‟an sebagai mukjizat dapat memberikan ketenangan

tersendiri bagi jiwa yang dilanda kesedihan dan penyakit-penyakit lainnya.

Dengan membaca dan memaknai, ketenangan itu akan hadir di dalam jiwa.

Al Qur‟an dapat membawa manusia kepada jiwa yang terang, dan Al

Qur‟an juga merupakan cakupan makanan bagi hati dan jiwa. Segala

penyakit datangnya dari hati manusia. Dan penyakit hati dapat

disembuhkan melalui terapi Al Qur‟an. Dengan jalan menjadikan Al

Qur‟an sebagai bacaan ritun setiap hari, hati akan terasa lebih tenang.

Al Lahim (2015: 53-55), menjelaskan bahwa kondisi jiwa dan hati

seseorang yang telah tumbuh di dalamnya rasa cinta terhadap Al Qur‟an:

a. Tidak merasa jemu dan bosan apabila dekat dengan Al Qur‟an dengan

intensitas yang panjang.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
30

b. Rindu akan Al Qur‟an, terutama jika telah sekian waktu berpisah

dengannya.

c. Mentaati Al Qur‟an, baik itu perintah maupun larangannya.

d. Merasa tenang, karena Al Qur‟an dijadikan pedoman hidup dalam

kehidupan sehari-hari, senantiasa merujuk kepadanya tatkala

menghadapi berbagai persoalaan yang kecil maupun yang besar.

B. Kesiapan Belajar

1. Pengertian Kesiapan Belajar

Dalam aktivitas kegiatan manusia sehari-hari hampir tidak pernah

terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan

aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami

ataupun tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam

kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian

dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat

melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa

belajar tidak dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang

menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah terhenti.

Kesiapan belajar atau readiness menurut Jamies Drever (Slameto,

2013:59) adalah: Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah

kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul

dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,

karena kematangan berarti kesiapan untk melaksanakan kecakapan.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
31

Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa

belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih

baik.

Menurut Slameto (2013:113), kesiapan belajar adalah kondisi

seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di

dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu

saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi repons.

Kondisi mencakup setidak-tidaknya 3 aspek, yaitu:

a) Kondisi fisik, mental dan emosional

b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

c) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah

dipelajari

Ketiga aspek tersebut (yang dimiliki seseorang) akan

mempengaruhinya untuk memenuhi/berbuat sesuatu atau jadi

kecenderungan untuk berbuat sesuatu. Dalam kondisi fisik tersebut tidak

termasuk kematangan, walau kematangan termasuk kondisi fisik. Kondisi

fisik yang dimaksud misal kondisi fisik yang temporer (lelah, keadaan, alat

indera daln lain-lain) dan yang permanen (cacat tubuh). Kondisi mental

mencakup kecerdasan. Anak yang berbakat (yang diatas normal)

mmungkinkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang lebih tinggi. Kondisi

emosional juga mempengaruhi kesiapan untuk berbuat sesuatu, hal ini

karena ada hubungannya dengan motif (insentif positif, insentif negatif,

hadiah, hukuman) dan itu akan berpengaruh terhadap kesiapan untuk

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
32

belajar. Hubungan antara kebutuhan, motif, tujuan dan readiness, adalah

sebagai berikut ini:

a) Kebutuhan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari

b) Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya

dorongan untuk berusaha

c) Kebutuhan mendorong usaha, dengan kata lain timbul motif

d) Motif tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan

Kebutuhan yang disadari mendorong usaha/membuat seseorang

siap untuk berbuat, sehingga jelas ada hubungannya dengan kesiapan.

Kebutuhan akan sangat menentukan kesiapan belajar. Anak sebelum

mempelajari permulaan ia belum siap untuk belajar yang berikutnya,

sehingga ada prasyarat dan kosyarat dalam belajar.

2. Prinsip-Prinsip Kesiapan Belajar

Aunurrahman (2010:113), menjelaskan bahwa dalam proses

pembelajaran guru dituntut untuk untuk mampu mengembangkan potensi-

potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong terwujudnya

perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu

proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalagi

dalam waktu yang singkat. Meskipun demikian, indikator terjadinya

perubahan kearah perkembangan peserta didik dapat dicermati melalui

instrumen-instrumen pembelajaran yang dapat digunakan guru. Oleh

karena itu seluruh proses dan tahapan pembelajaran harus mengarah pada

upaya mencapai perkembangan potensi-potensi anak tersebut.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
33

Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran

terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka

pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang

benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar.

a. Semua aspek perkembangan berinteraksi saling pengaruh-

mempengaruhi.

b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh

manfaat dari pengalaman.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap

kesiapan.

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode

tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan

(Slameto, 2010: 115).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar

Kesiapan pada dasarnya merupakan kemampuan fisik maupun

mental untuk belajar disertai harapan keterampilan yang dimiliki dan latar

belakang untuk mengerjakan sesuatu, keberhasilan belajar siswa

ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor

yang mempengaruhi kesiapan belajar siswa, yaitu faktor fisik dan psikis.

Kesiapan fisik itu sama halnya dengan kesiapan secara jasmani, (Slameto

2013:54) faktor jasmaniah terdapat dua faktor yaitu:

a. Faktor Fisik

1) Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
34

berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan

terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia

akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika

badannya lemah ataupun ada gangguan-gangguan lainnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara

selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar,

istirahat, makan, tidur, olahraga dan ibadah.

2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik

atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat

berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah

tangan dan lain sebagainya. Keadaan cacat tubuh juga

mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga

terganggu, jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga

pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat

menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

Kesiapan fisik yang dimaksud dalam penelitian ini hanya

ditinjau dari sisi kesehatan karena diasumsikan semua siswa

memiliki tubuh atau badan yang normal.

b. Faktor Psikis

Kesiapan psikis sama halnya dengan kesiapan mental.

Sedangkan kesiapan mental dapat dilihat dari segi psikologi siswanya.

Menurut Slameto (2013:55-61), dalam faktor psikologi sekurang-

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
35

kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologi

yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. Faktor-

faktornya adalah sebagai berikut:

1) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi

besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang

sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan

lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang

rendah.

2) Perhatian

Perhatian menurut Ghazali (dalam Slameto, 2013:56)

adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata

tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau sekumpulan

obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,

jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah

kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
36

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai

dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena

perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan

belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat

selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh

kepuasan.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila

bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,

siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada

daya tarik baginya. Minat dalam penelitian ini ditinjau dari: 1)

keseriusan siswa dalam belajar, 2) ketertarikan siswa dalam

belajar, 3) keaktifan siswa dalam pembelajaran.

4) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard (Slameto, 2013:57)

adalah:“the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah

kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi

menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bahwa

bakat mempengaruhi belajar. Dalam penelitian ini bakat dilihat

dari: 1) kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran, 2)

kesiapan siswa ketika diuji mengerjakan soal setiap saat.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
37

5) Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak,

akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat sedangkan

yang menjadi sebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya

penggerak/pendorong.

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya

mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang

berhubungan/menunjang belajar. Motif-motif diatas dapat juga

ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-

latihan, kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi

oleh keadaan lingkungan. Motif bisa berasal dari luar maupun dari

dalam diri, namun motif dari dalam diri jauh lebih penting karena

mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Dalam penelitian

ini motif ditinjau dari: 1) kemampuan siswa untuk membangkitkan

semangat pada diri sendiri, 2) adanya dorongan dari luar berupa

lingkungan belajar yang mendukung.

6) Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

tetapi dapat dibedakan menadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani

dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
38

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan

jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran

di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-

bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada

bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk

berkosentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus memikirkan masalah

yang dianggap berat tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena

terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Kesiapan meteril pada dasarnya sama dengan sarana

pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:249) sarana

pembelajaran meliputi, buku pelajaran, buku bacaan, alat dan

fasilitas sekolah serta berbagai media pembelajaran yang lain.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesiapan belajar yaitu

saran yang diperlukan siswa sebelum memulai pembelajaran

meliputi alat tulis dan buku pelajaran.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, kesiapan

belajar adalah kondisi-kondisi yang membuat kesediaan siswa

untuk menghadapi segala sesuatu dalam proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan tertentu. Adapun aspek yang ditinjau yaitu

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
39

kesiapan fisik (kesehatan dan cacat tubuh), kesiapan psikis

(kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motif dan kelelahan) dan

kesiapan materil (alat tulis dan buku pelajaran).

C. Penelitian Terdahulu

Skripsi karya Mey Abdullah (2010) dengan judul: Peningkatan

Kesiapan Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII B SMP

Gunungkati Purwokerto Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numeren Heads Together). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus setiap siklus terdiri dari tiga kali

pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian kesiapan belajarsiswa siklus I

diperoleh nilai rata-rata 57,77, pada siklus II diperoleh rata-rata 73,20, dan

pada siklus III diperoleh rata-rata 81,97. Sedangkan untuk prestasi belajar

matematika pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 62,05 dengan

presentase ketuntasan belajar sebesar 61,36% , pada siklus II diperoleh nilai

rata-rata sebesar 71,82 dengan presentase ketuntasan belajar sebesar 79,55%

dan pada siklus III diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,32 dengan presentase

ketuntasan belajar sebesar 88,64%. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan kooperatif tipe NHT

dapat meningkatkan kesiapan belajar dan prestasi belajar matematika siswa

kelas VIII B SMP Gunungjati Purwokerto tahun pelajaran 2009/2010.

Skripsi karya Mardiyah (2012) dengan judul: Pengaruh Intensitas

Membaca Al Qur‟an Terhadap Pergaulan Siswa Kelas VII MTs Sudirman

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
40

Kopeng Kecamatan Getasang Kabupaten Semarang menyimpulkan bahwa

hasil penelitian menunjukan intensitas membaca Al Qur‟an siswa yang berada

pada kategori baik adalah 70,58%, kategori sedang 29,42% dan kategori

kurang adalah 0%. Pergaulan siswa yang berada pada kategori baik mencapai

61,76%, kategori sedang 38,24%dan kategori kurang adalah 0%. Dari data

kuantitatif tersebut dapat disimpulkan bahwa intensitas membaca Al Qur‟an

memiliki pengaruh terhadap pergaulan siswa dengan kategori tinggi yaitu nilai

“r” yang diperoleh adalah sebesar 0,788 berada pada batas signifikan 1% dan

5%. Analisis datanya menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan

rumus korelasi product moment.

Skripsi karya Ahmad Wahid Abdillah (2010) dengan judul: Pengaruh

Kesiapan Belajar Terhadap Hasil Pembelajaran Bahasa Arab Kajian Kitab Ibnu

Aqil Di Kelas Alfiyah II Pondok Pesantren Al Luqmaniyah Yogyakarta Tahun

Akademik 2014/2015.Skripsi tersebut menyimpulkan bahwa hasil penelitian

menunjukan bahwa besarnya nilai rata-rata pada variabel kesiapan belajar

santri adalah 49,29, sedangkan besarnya nilai rata-rata pada variabel hasil

belajar bahasa arab santri yang berupa ujian tertulis adalah 74,52 dan yang

berupa ujian lisan adalah 1791,45. Dari hasil analisis korelasi product moment

diperoleh nilai koefisienkesiapan belajar adalah 0,499 dengan nilai signifikan

0,004 berarti terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kesiapan

belajar terhadap hasil belajar bahasa arab kajian kitab Ibnu Aqil di kelas

Alfiyah II pondok pesantren Al Luqmaniyah Yogyakarta tahun akademik

2014/2015. Sedangkan dari hasil regresi linier dapat diketahui besarnya

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
41

koefisiensideterminasi yaitu 0,249, hal ini mengandung pengertian bahwa Pengaruh

Kesiapan Belajar Terhadap Hasil Pembelajaran Bahasa Arab Santri Kelas

Alfiyyah kelas II Pondok Pesantren Al Luqmaniyah Yogyakarta adalah

24,9%.

Kesimpulan dari tiga skripsi terdahulu dibandingkan dengan penelitian

ini adalah:

1. Pada skripsi karya Mey Abdullah (2010) dengan judul: Peningkatan

Kesiapan Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII B

SMP Gunungkati Purwokerto Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numeren Heads Together).

a) Penelitian tersebut meneliti tentang peningkatan kesiapan belajar dan

prestasi belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Gunungjati

melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numered Heads Together).

Sedangkan pada penelitian ini penulis meneliti tentang hubungan

antara rutinitas tilawah Al Qur‟an dengan kesiapan belajar siswa kelas

IX MTs Muhammadiyah Wangon tahun pelajaran 2016/2017

b) Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas, sedangkan

pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif.

2. Skripsi karya Mardiyah (2012) dengan judul: Pengaruh Intensitas

Membaca Al Qur‟an Terhadap Pergaulan Siswa Kelas VII MTs Sudirman

Kopeng Kecamatan Getasang Kabupaten Semarang.

a) Penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh intensitas membaca Al

Qur‟an terhadap pergaulan siswa kelas vii mts sudirman kopeng

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
42

kecamatan getasang kabupaten Semarang. Sedangkan pada penelitian

ini penulis meneliti tentang hubungan antara rutinitas tilawah Al

Qur‟an dengan kesiapan belajar siswa kelas IX MTs Muhammadiyah

Wangon tahun pelajaran 2016/2017.

b) Penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh intensitas membaca Al

Qur‟an, sedangkan pada penelitian ini penulis meneliti tentang

hubungan antara rutinitas tilawah Al Qur‟an.

3. Skripsi karya Ahmad Wahid Abdillah (2010) dengan judul: Pengaruh

Kesiapan Belajar Terhadap Hasil Pembelajaran Bahasa Arab Kajian

Kitab Ibnu Aqil Di Kelas Alfiyah II Pondok Pesantren Al Luqmaniyah

Yogyakarta Tahun Akademik 2014/2015.

Penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh kesiapan belajar terhadap

hasil pembelajaran bahasa arab kajian kitab ibnu aqil di kelas alfiyah ii

pondok pesantren al luqmaniyah Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.

Sedangkan pada penelitian ini, penulis meneliti tentang hubungan antara

rutinitas tilawah Al Qur‟an dengan kesiapan belajar siswa kelas IX MTs

Muhammadiyah Wangon tahun pelajaran 2016/2017.

Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017

Anda mungkin juga menyukai