Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TERMODINAMIKA

REAKSI PEMBAKARAN SIKLUS DAYA

DISUSUN OLEH :

Nama : Irwan
NIM : 1301028
Kelas : Geologi A

JURUSAN S1- TEKNIK PERMINYAKAN


KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberi taufik, hidayah,
serta inayahnya sehingga kita semua masih bisa beraktivitas sebagaimana
seperti biasanya termasuk juga dengan penulis, hingga penulis bisa
menyelesaikan tugas pembuatan makalah Termodinamika yang berjudul
“Reaksipembakaransiklusdaya”.

Makalah ini berisi mengenai Reaksi pembakaran siklus daya pada


umumnya serta pelajar pada khususnya yang disajikan di dalam bentuk
makalah. Makalah ini disusun supaya para pembaca bisa menambah
wawasan serta memperluas ilmu pengetahuan yang ada mengenai Reaksi
pembakaran siklus daya yang kami sajikan di dalam sebuah susunan
makalah yang ringkas, mudah untuk dibaca sertamudah dipahami.

Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada rekan-
rekan satu tim yang sudah membantu serta bapak / ibu guru yang sudah
membimbing penulis supaya penulis bisa membuat makalah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku hingga jadi sebuah karya ilmiah yang
baik dan benar.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca serta


memperluas wawasan mengenai Reaksi pembakaran siklus daya.Dan
tidak lupa pula penulis mohon maaf atas kekurangan di sana sini dari
makalah yang penulis buat ini. Mohon kritik serta sarannya.Terimakasih

Penyusun

(Irwan)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................4
1.1. Latar belakang..............................................................................4
1.2. Rumusan masalah.........................................................................4
1.3. Tujuan + Manfaat.........................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN...................................................................................5


2.1. Siklus carnot, Siklus otto, dan Siklus diesel ………………………..5
a. mesin carnot ( siklus carnot ) ..................................................5
b. mesin otto ( siklus otto )..........................................................8
c. mesin diesel ( siklus rankine )................................................11
2.2 Termokimia ................................................................................13
a.azas kekekalan energi..............................................................13
b. Pengertian Reaksi Eksoterm dan Endoterm...........................15
c. Persamaan Termokimia..........................................................17
d. Pembakaran Sempurna dan Tidak Sempurna……………….18
e. Kalor Pembakaran………………………………………….. 19
f. Entalpi Pembakaran………………………………………….21
g.Entalpi Penguraian................................................................. 22
h.Entalpi Pembentukan………………………………………. .22
i .Perubahan Entalpi Berdasarkan Energi Ikatan………………24
j .Perubahan Entalpi Berdasarkan Entalpi Pembentukan……...25

BAB III. PENUTUP..........................................................................................26


Kesimpulan..............................................................................................
Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

Dalam makalah ini, saya mengambil tema tentang Reaksi pembakaran siklus
daya. Saya memilih tema ini karena kami rasa materi ini sangat penting untuk
dipelajari karena Reaksi pembakaran siklus daya ini merupakan salah satu materi
dasar dalam kimia yang harus dikuasai. Di dalam makalah ini saya membahas tentang
konsep dasar dari Reaksi pembakaran siklus daya yang saya sajikan pada bagian awal
dari isi makalah. Hal ini saya lakukan karena saya menilai untuk memahami suatu
materi, kita harus tahu konsep dasarnya terlebih dahulu, setelah itu baru masuk ke inti
materinya. Reaksi pembakaran siklus daya merupakan materi yang harus dipahami
dengan baik karena didalamnya mencakup cukup banyak materi. Maka dari itu,saya
berusaha untuk membuat materi Reaksi pembakaran siklus daya dalam makalah ini
menjadi ringkas dan mudah dipahami.

1.2 .Rumusan Masalah

 Apakah pengertian dari reaksi pembakaran siklus daya ?


 Bagaimana sistem, proses, dan siklus thermodinamika reaksi pembakaran?

1.3 Tujuan dan Manfaat

 Dapat menganalisis reaksi yang di butuhkan dan yang di hasilkan oleh reaksi
pembakaran

 Selain itu diharapkan juaga makalah ini dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu bagaimana
kecilnya suatu kegiatan mesti memiliki tujuan dan manfaat tertentu. 

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SIKLUS CARNOT, SIKLUS OTTO, DAN SIKLUS DIESEL

a) Mesin Carnot (Siklus Carnot)


Sejak mesin uap ditemukan oleh James watt, orang selalu berusaha
untuk memperoleh mesin yang memunyai efisiensi yang lebih tinggi.
Pada tahun 1824, seorang insinyur Perancis bernama Sardi Carnot
(1796-1832) mempublikasikan teori tentang mesin kalor ideal.

Gambar diagram asli mesin Carnot


Setiap sistem termodinamika berada dalam keadaan tertentu. Sebuah
siklus termodinamika terjadi ketika suatu sistem mengalami rangkaian-
rangkaian yang berbeda dan akhirnya kembali ke keadaan semula.
Dalam proses melalui sistem ini, sistem tersebut dapat melakukan
usaha terhadap lingkungannya, sehingga disebut mesin kalor.
Sebuah mesin kalor bekerja dengan cara memindahkan energi dari
daerah yang lebih panas ke daerah yang lebih dingin, dan dalam
prosesnya, mengubah sebagian energi menjadi usaha mekanis. Sistem
yang bekerja sebaliknya, dimana gaya eksternal yang dikerjakan pada
suatu mesin kalor dapat menyebabkan proses yang memindahkan
energi panas dari daerah yang lebih dingin ke energi panas disebut
mesin refrigerator.
Mesin kalor ideal Carnot bekerja pada siklus reversible di antara dua
tandon suhu (reservoir). Mesin kalor Carnot menyerap kalor dari
reservoir (tandon) panas T1 sebesar Q1 dan melepaskan kalor pada
reservoir dingin T2 sebesar Q2. Seluruh proses pada siklus Carnot
bersifat reversible. Siklus Carnot terdiri atas empat proses, yaitu:

1) Ekspansi isotermal reversible (A-B);


2) Ekspansi adiabatik reversible (B-C);
3) Kompresi isotermal reversible (C-D);
4) Kompresi adiabatik reversible (D-A).

5
Gambar Siklus Carnot

Mula-mula kalor diserap selama pemuaian isotermal (a-b). Selama


pemuaian isotermal, suhu gas dalam silinder dijaga agar selalu konstan.
Selanjutnya gas memuai secara adiabatik sehingga suhunya turun dari
TH menjadi TL (b-c). TH = suhu tinggi (High temperatur), TL = suhu
rendah (Low temperatur). Selama pemuaian adiabatik, tidak ada kalor
yang masuk atau keluar dari silinder. Setelah itu gas ditekan secara
isotermal (c-d). Selama penekanan isotermal, suhu gas dijaga agar
selalu konstan.
Selama pemuaian isotermal dan penekanan isotermal, suhu gas dijaga
agar selalu konstan. Tujuannya adalah menghindari adanya perbedaan
suhu. Adanya perbedaan suhu bisa menyebabkan terjadi perpindahan
kalor (proses ireversibel). Agar proses isotermal bisa terjadi (suhu gas
selalu konstan) maka gas harus dimuaikan atau ditekan secara
perlahan-lahan. Dalam kenyataannya, pemuaian atau penekanan gas
terjadi lebih cepat. Hal ini diakibatkan oleh adanya turbulensi, gesekan,
viskositas (kekentalan dll). Akibatnya, proses isotermal yang sempurna
tidak akan pernah ada. Sebaliknya, pemuaian dan penekanan adiabatik
dilakukan dengan cepat. Tujuannya adalah menjaga agar kalor tidak
mengalir menuju silinder atau kabur dari silinder. Adanya gesekan,
viskositas ( kekentalan, dll) menyebabkan pemuaian dan penekanan
adiabatik sempurna tidak akan pernah ada.

Sebuah mesin nyata (real) yang beroperasi dalam suatu siklus pada
temperatur TH and TC tidak mungkin melebihi efisiensi mesin Carnot.
Sebuah mesin nyata (kiri) dibandingkan dengan siklus Carnot (kanan).
Entropi dari sebuah material nyata berubah terhadap temperatur.
Perubahan ini ditunjukkan dengan kurva pada diagram T-S. Pada
gambar ini, kurva tersebut menunjukkan kesetimbangan uap-cair (lihat
siklus Rankine). Irreversible sistem dan kehilangan kalor ke lingkungan
(misalnya, disebabkan gesekan) menyebabkan siklus Carnot ideal tidak
dapat terjadi pada semua langkah sebuah mesin nyata. Usaha yang
dihasilkan mesin kalor Carnot adalah

W = usaha yang dihasilkan

6
Q1= kalor yang diserap/dimasukkan (J)
Q2= kalor yang hilang/tidak terpakai (J)

Teorema Carnot adalah pernyataan formal dari fakta bahwa: Tidak


mungkin ada mesin yang beroperasi diantara dua reservoir panas yang
lebih efisien daripada sebuah mesin Carnot yang beroperasi pada dua
reservoir yang sama. Artinya, efisiensi maksimum yang dimungkinkan
untuk sebuah mesin yang menggunakan temperatur tertentu diberikan
oleh efisiensi mesin Carnot.
atau
Efisiensi mesin ( ) merupakan perbandingan usaha (W) yang dhasilkan
dengan besar kalor masuk (Q1). Efisiensi mesin dapat dinyatakan
dengan angka (dari 0 sampai 1) atau dalam % yaitu efisiensi dikalikan
100 %.

Ditinjau dari besar usaha setiap proses:


o Proses ekspansi isotermal reversible (A-B)
(proses isotermal dU = 0)

o Proses ekspansi adiabatik reversible (B-C)

o Proses kompresi isotermal reversible (C-D)

o Proses kompresi adiabatik reversible (D-A)

Besar usaha total adalah

Untuk mencari efisiensi termal,

Untuk mengetahui apakah sama dengan , kita gunakan proses


adiabatik (B-C) dan (D-A). kita gunakan persamaan sebagai berikut.
Proses (B-C) Proses (D-A)

Sehingga,

7
Persamaan di atas menunjukkan bahwa,

Dengan demikian, persamaan efisiensi termal mesin kalor Carnot


adalah
atau

b) Mesin Bensin (Siklus Otto)


Siklus Otto adalah siklus termodinamika yang paling banyak digunakan
dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar
bensin (Petrol Fuel) adalah contoh penerapan dari sebuah siklus Otto.
Mesin bensin dibagi menjadi dua, yaitu mesin dua tak dan mesin empat
tak. Mesin dua tak adalah mesin yang memerlukan dua kali gerakan
piston naik turun untuk sekali pembakaran (agar diperoleh tenaga).
Mesin tersebut banyak digunakan pada motor-motor kecil. Mesin dua
tak menghasilkan asap sebagai sisa pembakaran dari oli pelumas.
Mesin empat tak memerlukan empat kali gerakan piston untuk sekali
pembakaran. Pada motor-motor besar biasa menggunakan mesin
empat tak. Akan tetapi, sekarang banyak motor-motor kecil bermesin
empat tak. Mesin jenis ini sedikit menghasilkan sisa pembakaran karena
bahan bakarnya hanya bensin murni.

Gambar di atas merupakan mesin pembakaran dalam empat langkah


(empat tak). Mula-mula campuran udara dan uap bensin mengalir dari
karburator menuju silinder pada saat piston bergerak ke bawah
(langkah masukan). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin
dalam silinder ditekan secara adiabatik ketika piston bergerak ke atas
(langkah kompresi atau penekanan). Karena ditekan secara adiabatik
maka suhu dan tekanan campuran meningkat. Pada saat yang sama,
busi memercikkan bunga api sehingga campuran udara dan uap bensin
terbakar. Ketika terbakar, suhu dan tekanan gas semakin bertambah.
Gas bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap
piston dan mendorong piston ke bawah (langkai pemuaian).
Selanjutnya gas yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan
dialirkan menuju pipa pembuangan (langkah pembuangan). Katup
masukan terbuka lagi dan keempat langkah tersebut diulangi kembali.
Tujuan dari adanya langkah kompresi atau penekanan adiabatik adalah

8
menaikkan suhu dan tekanan campuran udara dan uap bensin. Proses
pembakaran pada tekanan yang tinggi akan menghasilkan suhu dan
tekanan (P = F/A) yang sangat besar. Akibatnya gaya dorong (F = PA)
yang dihasilkan selama proses pemuaian menjadi sangat besar. Mesin
motor atau mobil menjadi lebih bertenaga. Walaupun tidak ditekan,
campuran udara dan uap bensin bisa terbakar ketika busi memercikkan
bunga api. Tapi suhu dan tekanan gas yang terbakar tidak terlalu tinggi
sehingga gaya dorong yang dihasilkan juga kecil. Akibatnya mesin
menjadi kurang bertenaga.
Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin
pembakaran dalam empat langkah di atas bisa dijelaskan seperti ini :
Ketika terjadi proses pembakaran, energi potensial kimia dalam bensin
+ energi dalam udara berubah menjadi kalor alias panas. Sebagian
kalor berubah menjadi energi mekanik batang piston dan poros engkol,
sebagian kalor dibuang melalui pipa pembuangan (knalpot). Sebagian
besar energi mekanik batang piston dan poros engkol berubah menjadi
energi mekanik kendaraan (kendaraan bergerak), sebagian kecil
berubah menjadi kalor alias panas sedangkan panas timbul akibat
adanya gesekan.
Secara termodinamika, siklus Otto memiliki 4 buah proses
termodinamika yang terdiri dari 2 buah proses isokhorik (volume tetap)
dan 2 buah proses adiabatis (kalor tetap).

Gambar siklus Otto


Proses yang terjadi adalah :
1-2 : Kompresi adiabatis
2-3 : Pembakaran isokhorik
3-4 : Ekspansi / langkah kerja adiabatis
4-1 : Langkah buang isokhorik
Sesuai hukum 1 termodinamika, kesetaraan panas dan gerak dapat
dituliskan sebagai persamaan energi sebagai berikut:

Keterangan:
Q = panas yang keluar atau masuk sistem (joule)
ΔU = perubahan energi dalam (joule)
W= kerja yang diberikan sistem (joule)
Rancangan motor bakar diinginkan agar mampu mengubah sebanyak-

9
banyaknya energi panas menjadi gerak. Untuk itu diperlukan
pengetahuan teori mengenai efisiensi sistem tersebut. Dalam hal ini,
efisiensi dari siklus Otto ialah:

Dengan:
Qin ialah panas yang dimasukkan ke dalam sistem.
Pada siklus di atas D U = 0, karena pada akhir siklus posisi grafik
kembali ke titik semula (atau keadaan fluida pada akhir siklus sama
seperti pada awal siklus), sehingga:

Dengan:
Qout ialah panas yang dikeluarkan dari sistem
Dengan demikian, efisiensi siklus akan sebesar:

Persamaan penambahan panas pada volume konstan pada siklus di


atas ialah,

Sedang pengeluaran panas pada volume tetap ialah,

Dengan cv ialah panas spesifik udara pada volume tetap. (Notasi 1, 2,


3, dan 4 pada persamaan di atas adalah sesuai dengan titik-titik pada
grafik dalam gambar 4 di atas.)
Sehingga efisiensi siklus ialah,

Proses 1-2 dan 3-4 adalah adiabatik, sehingga

dan

Sedangkan dari grafik terlihat bahwa V1 = V4 dan V3 = V2, maka

Dengan demikian, maka

Sehingga efisiensi siklus pada persamaan (a) akan menjadi

Dalam hal in r = V1/V2 adalah perbandingan kompresi motor

c) Mesin Diesel (Siklus Rankine)

10
Gambar mesin diesel pertama

Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas


menjadi kerja. Panas disuplai secara eksternal pada aliran tertutup,
yang biasanya menggunakan air sebagai fluida yang bergerak. Siklus ini
menghasilkan 80% dari seluruh energi listrik yang dihasilkan di seluruh
dunia. Siklus ini dinamai untuk mengenang ilmuan Skotlandia, William
John Maqcuorn Rankine.
Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap panas yang secara
umum ditemukan di pembangkit listrik. Sumber panas yang utama
untuk siklus Rankine adalah batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir,
dan panas matahari.
Efisiensi siklus Rankine biasanya dibatasi oleh fluidanya. Tanpa tekanan
yang mengarah pada keadaan super kritis, range temperatur akan
cukup kecil. Uap memasuki turbin pada temperatur 565 °C (batas
ketahanan stainless steel) dan kondenser bertemperatur sekitar 30°C.
Hal ini memberikan efisiensi Carnot secara teoritis sebesar 63%, namun
kenyataannya efisiensi pada pembangkit listrik sebesar 42%.

Gambar Mesin Diesel (Siklus Rankine)


Diagram ini menunjukkan siklus diesel ideal (sempurna). Mula-mula
udara ditekan secara adiabatik (a-b), lalu dipanaskan pada tekanan
konstan – penyuntik (injector) menyemprotkan solar dan terjadilah
pembakaran (b-c), gas yang terbakar mengalami pemuaian adiabatik
(c-d), pendinginan pada volume konstan – gas yang terbakar dibuang
ke pipa pembuangan dan udara yang baru, masuk ke silinder (d-a).
Asumsi yang digunakan pada siklus diesel ini sama dengan pada siklus
Otto, kecuali langkah penambahan panas. Pada siklus diesel langkah 2-
3 merupakan penambahan panas pada tekanan konstan.
Sebagaimana pada siklus Otto, efisiensi siklus adalah:

Persamaan penambahan panas pada tekanan konstan pada siklus di


atas ialah:
Qin = M cp (T3 – T2)
Sedang pengeluaran panas pada volume tetap ialah
Qout = M cv (T4– T1)

11
Sehingga efisiensi siklus ialah Dalam hal ini cv/cp = k, sehingga
Proses penambahan panas pada 2-3 adalah pada tekanan tetap,
sehingga atau Proses 3-4 adalah adiabatik, sehingga atau
dengan mengganti T3 dengan ruas kanan pada persamaan (c), maka

Karena proses 1-2 adalah adiabatik, sedang V4=V1 (lihat grafik), maka

Dengan demikian persamaan (d) akan menjadi

Atau

Dengan demikian efisiensi siklus pada persamaan (b) akan menjadi

Karena telah diketahui bahwa:

Maka,Dengan (V1/V2)k-1 = r adalah perbandingan kompresi motor,


maka efisiensi bisa ditulis menjadi Dari persamaan di atas terlihat
bahwa efisiensi siklus diesel tergantung pada perbandingan kompresi
dan perbandingan V3/V2 (untuk memudahkan, diberi notasi b).
Efisiensi akan bertambah dengan memperbesar perbandingan
kompresi, dan akan berkurang dengan bertambahnya b. Pada
persamaan di atas, jika harga b mendekati 1 maka efisiensi siklus akan
mendekati harga efisiensi siklus Otto. Dari persamaan tersebut terlihat
juga bahwa pada perbandingan kompresi dan pemasukan panas yang
sama, efisiensi siklus Otto lebih tinggi dibanding efisiensi siklus Diesel.

2.2 TERMOKIMIA

12
a) Azas Kekekalan Energi
Ditulis oleh Bambang Sugianto pada 11-06-2009
Telah disebutkan bahwa jumlah energi yang dimiliki sistem dinyatakan
sebagai energi dalam (U). Hukum I termodinamika menyatakan hubungan
antara energi sistem dengan lingkungannya jika terjadi peristiwa. Energi
dalam sistem akan berubah jika sistem menyerap atau membebaskan kalor.
Jika sistem menyerap energi kalor, berarti lingkungan kehilangan kalor,
energi dalamnya bertambah (ΔU > 0),  dan sebaliknya, jika lingkungan
menyerap kalor atau sistem membebasakan kalor maka energi dalam sistem
akan berkurang (ΔU < 0),  dengan kata lain sistem kehilangan kalor dengan
jumlah yang sama.

Energi dalam juga akan berubah jika sistem melakukan atau menerima kerja.
Walaupun sistem tidak menyerap atau membebaskan kalor, energi dalam
sistem akan berkurang jika sistem melakukan kerja, sebaliknya akan
bertambah jika sistem menerima kerja.

Sebuah pompa bila dipanaskan akan menyebabkan suhu gas dalam pompa
naik dan volumenya bertambah. Berarti energi dalam gas bertambah dan
sistem melakukan kerja. Dengan kata lain, kalor (q) yang diberikan kepada
sistem sebagian disimpan sebagai energi dalam (ΔU) dan sebagian lagi
diubah menjadi kerja (w).

Secara matematis hubungan antara energi dalam, kalor dan kerja dalam
hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut:

ΔU = q + W (6)

Persamaan (6) menyatakan bahwa perubahan energi dalam (ΔU) sama


dengan jumlah kalor yang diserap (q) ditambah dengan jumlah kerja yang
diterima sistem (w). Rumusan hukum I termodinamika dapat dinyatakan
dengan ungkapan atau kata-kata sebagai berikut.

” Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah


dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah
konstan.” Karena itu hukum ini disebut juga hukum kekekalan energi .

Berdasarkan hukum I termodinamika, kalor yang menyertai suatu reaksi

13
hanyalah merupakan perubahan bentuk energi. Energi listrik dapat diubah
menjadi bentuk energi kalor. Energi kimia dapat diubah menjadi energi listrik
dan energi listrik dapat diubah menjadi energi kimia. Agar tidak terjadi
kekeliruan dalam menggunakan rumus diatas, perlu ditetapkan suatu
perjanjian. Maka perjanjian itu adalah:

1.    Yang diutamakan dalam ilmu kimia adalah sistem, bukan lingkungan

2.   Kalor (q) yang masuk sistem bertanda positif (+), sedangkan yang keluar
bertanda negatif (-)

3.   Kerja (w) yang dilakukan sistem (ekspansi) bertanda negatif (-) , dan yang
dilakukan lingkungan (kompresi) bertanda positif.

Gambar 8 Ekspansi gas pada tekanan eksternal konstan.

Tanda untuk q dan w dapat dilihat pada Gambar 9 berikut

Gambar 9. Tanda untuk q dan w

4.    Yang diutamakan dalam ilmu kimia adalah sistem, bukan lingkungan.

14
5.    Kerja dihitung dengan rumus:

W=-P(V1-V2) (7)

Dimana  w = kerja (pada tekanan 1 atm), V1 = volume awal, dan V2 = volume


akhir, dan P = tekanan yang melawan gerakan piston pompa (atm), P untuk
ekspansi adalah P ex dan untuk kompresi adalah P in . Penerapan hukum
termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan kajian dari
termokimia.

Contoh:Suatu sistem menyerap kalor sebanyak 1000 kJ dan melakukan kerja


sebanyak 5 kJ. Berapakah perubahan energi dalam sistem ini?

Jawab:Karena sistem menyerap kalor, maka q bertanda positif, tetapi karena


sistem m elakukan kerja, maka w bertanda negatif.

ΔU= q + w

=100 kJ – 5 kJ

= 95 kJ

b)Pengertian Reaksi Eksoterm dan Endoterm


Ditulis oleh Bambang Sugianto pada 07-06-2009
Perubahan entalpi (ΔH) positif menunjukkan bahwa dalam perubahan
terdapat penyerapan kalor atau pelepasan kalor.

Reaksi kimia yang melepaskan atau mengeluarkan kalor disebut reaksi


eksoterm, sedangkan reaksi kimia yang menyerap kalor disebut reaksi
endoterm. Aliran kalor pada kedua jenis reaksi diatas dapat dilihat pada
gambar 11 berikut:

15
Gambar 11 Aliran kalor pada reaksi eksoterm dan endoterm

Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi
sistem akan bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada
entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpi, merupakan selisih
antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif.
Sehingga perubahan entalpi untuk reaksi endoterm dapat dinyatakan:

ΔH = Hp- Hr > 0 (13 )

Sebaliknya, pada reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga


entalpi sistem akan berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada
entalpi pereaksi. Oleh karena itu , perubahan entalpinya bertanda negatif.
Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:

ΔH = Hp- Hr < 0 ( 14 )

Perubahan entalpi pada reaksi eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan


dengan diagram tingkat energi. Seperti pada gambar 12. berikut

16
c)Persamaan Termokimia
Ditulis oleh Bambang Sugianto pada 09-06-2009
Persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya disebut
persamaan termokimia. Nilai ΔH yang dituliskan pada persamaan
termokimia disesuaikan dengan stokiometri reaksi. Artinya jumlah mol zat
yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya.

Oleh karena entalpi reaksi juga bergantung pada wujud zat harus dinyatakan,
yaitu dengan membubuhkan indeks s untuk zat padat , l untuk zat cair, dan g
untuk zat gas. Perhatikan contoh berikut .           Contoh: Pada pembentukan
1a mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen dibebaskan 286 kJ. Kata
“dibebaskan” menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena itu ?
H = -286 kJ Untuk setiap mol air yang terbentuk. Persamaan termokimianya
adalah:

H2 (g)  + 1/2 O2 (g) ——> H2O (l)                  ΔH = -286 kJ

Atau

2 H2 (g)  + O2 (g) ——> 2 H2O (l)                 ΔH = -572 kJ

(karena koefisien reaksi dikali dua, maka harga ΔH  juga harus dikali dua).

17
d) Pembakaran Sempurna dan Tidak Sempurna
Ditulis oleh Bambang Sugianto pada 16-06-2009
Pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan atau dalam industri tidak
terbakar sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon (bahan
bakar fosil) membentuk karbon dioksida dan uap air. Sedangkan pembakaran
tak sempurna membentuk karbon monoksida dan uap air.  Misalnya:

a. Pembakaran sempurna isooktana:

C8H18 (l) +12 ½ O2 (g) –> 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ

b. Pembakaran tak sempurna isooktana:

C8H18 (l) + 8 ½ O2 (g) -> 8 CO (g) + 9 H2O (g) ΔH  = -2924,4 kJ

Dampak Pembakaran tak Sempurna

Sebagaimana terlihat pada contoh di atas, pembakaran tak sempurna


menghasilkan lebih sedikit kalor. Jadi, pembakaran tak sempurna
mengurangi efisiensi bahan bakar. kerugian lain dari pembakaran tak
sempurna adalah dihasilkannya gas karbon monoksida (CO), yang bersifat
racun. Oleh karena itu, pembakaran tak sempurna akan mencemari udara.

18
e)Kalor Pembakaran
Ditulis oleh Bambang Sugianto pada 15-06-2009
Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah
pembakaran, yaitu suatu reaksi cepat antara bahan bakar denga oksigen yang
disertai terjadinya api. Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar
fosil, yaitu gas alam, minyak bumi, dan batu bara. Bahan bakar fosil itu
berasal dari pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan atau hewan.
Pembentukan bahan bakar fosil ini memerlukan waktu ribuan sampai jutaan
tahun.

Bahan bakar fosil terutama terdiri atas senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa
yang hanya terdiri atas karbon dan hidrogen. Gas alam terdiri atas alkana
suku rendah terutama metana dan sedikit etana, propana, dan butana.
Seluruh senyawa itu merupakan gas yang tidak berbau. Oleh karena itu,
kedalam gas alam ditambahkan suatu zat yang berbau tidak sedap, yaitu
merkaptan, sehingga dapat diketahui jika ada kebocoran. Gas alam dari
beberapa sumber mengandung H2S, suatu kontaminan yang harus
disingkirkan sebelum gas digunakan sebagai bahan bakar karena dapat
mencemari udara. Beberapa sumur gas juga mengandung helium.

Minyak bumi adalah cairan yang mengandung ratusan macam senyawa,


terutama alkana, dari metana hingga yang memiliki atom karbon mencapai
lima puluhan. Dari minyak bumi diperoleh bahan bakar LPG (Liquified
Petroleum gas), bensin, minyak tanah, kerosin, solar dan lain-lain. Pemisahan
komponen minyak bumi itu dillakukan dengan destilasi bertingkat. Adapun
batu bara adalah bahan bakar padat, yang terutama, terdiri atas hidrokarbon
suku tinggi. Batu bara dan minyak bumi juga mengandung senyawa dari
oksigen, nitrogen, dan belerang.

Bahan bakar fosil, terutama minyak bumi,  telah digunakan dengan laju yang
jauh lebih cepat dari pada proses pembentukannya. Oleh karena itu, dalam
waktu yang tidak terlalu lama lagi akan segera habis. Untuk menghemat
penggunaan minyak bumi dan untuk mempersiapkan bahan bakar pengganti,
telah dikembangkan berbagai bahan bakar lain, misalnya gas sintesis (sin-
gas) dan hidrogen. Gas sintetis diperoleh dari gasifikasi batubara. Batu bara
merupakan bahan bakar fosil yang paling melimpah, yaitu sekitar 90 % dari
cadangan bahan bakar fosil. Akan tetapi penggunaan bahan bakar batubara
menimbulkan berbagai masalah, misalnya dapat menimbulkan polusi udara
yang lebih hebat daripada bahan bakar apapun. Karena bentuknya yang padat
terdapat keterbatasan penggunaannya. Oleh karena itu, para ahli berupaya
mengubahnya menjadi gas sehingga pernggunaannya lebih luwes dan lebih

19
bersih.Gasifikasi batubara dilakukan dengan mereaksikan batubara panas
dengan uap air panas. Hasil proses itu berupa campuran gas CO,H2 dan CH4.

Sedangkan bahan sintetis lain yang juga banyak dipertimbangkan adalah


hidrogen. Hidrogen cair bersama-sama dengan oksigen cair telah digunakan
pada pesawat ulang-alik sebagai bahan bakar roket pendorongnya.
Pembakaran hidrogen sama sekali tidak memberi dampak negatif pada
lingkungan karena hasil pembakarannya adalah air. Hidrogen dibuat dari air
melalui reaksi  endoterm berikut:

H2O (l) —> 2 H2 (g) + O2 (g) ΔH = 572 kJ

Apabila energi yang digunakan untuk menguraikan air tersebut berasal dari
bahan bakar fosil, maka hidrogen bukanlah bahan bakar yang konversial.
Tetapi saat ini sedang dikembangkan penggunaan energi nuklir atau energi
surya. Jika proyek itu berhasil, maka dunia tidak perlu khawatir akan
kekurangan energi. Matahari sesungguhnya adalah sumber  energi terbesar di
bumi, tetapi tekonologi penggunaan energi surya belumlah komersial. Salah
satu kemungkinan penggunaan energi surya adalah menggunakan tanaman
yang dapat tumbuh cepat. Energinya kemudian diperoleh dengan membakar
tumbuhan itu. Dewasa ini, penggunaan energi surya yang cukup komersial
adalah untuk pemanas air rumah tangga (solar water heater). Nilai kalor dari
berbagai jenis bahan bakar diberikan pada tabel 4  berikut.

Tabel 4. Komposisi dan nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar

20
f )Entalpi Pembakaran
Kata Kunci: Entalpi Pembakaran, Entalpi Penguraian
Ditulis oleh Bambang Sugianto pada 14-06-2009
Reaksi suatu zat dengan oksigen disebut reaksi pembakaran. Zat yang mudah
terbakar adalah unsur karbon, hidrogen, belerang, dan berbagai senyawa dari
unsur tersebut. Pembakaran dikatakan sempurna apabila karbon (c) terbakar
menjadi CO2, hidrogen (H)  terbakar menjadi H2O, belerang (S) terbakar
menjadi SO2.

Perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1 mol suatu zat yang diukur
pada 298 K, 1 atm disebut entalpi pembakaran standar (standard enthalpy
of  combustion), yang dinyatakan dengan ΔHc0 . Entalpi pembakaran juga
dinyatakan dalam kJ mol -1 .

Harga entalpi pembakaran dari berbagai zat pada 298 K, 1 atm diberikan
pada tabel 3 berikut.

Tabel 3 . Entalpi Pembakaran  dari berbagai zat pada 298 K, 1 atm

Pembakaran bensin adalah suatu proses eksoterm. Apabila bensin dianggap


terdiri atas isooktana, C8H18 (salah satu komponen bensin) tentukanlah
jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter bensin. Diketahui
entalpi pembakaran isooktana = -5460 kJ mol-1 dan massa jenis isooktan =

21
0,7 kg L -1 (H = 1; C =12).

Jawab:Entalpi pembakaran isooktana yaitu – 5460 kJ mol-1 . Massa 1 liter


bensin = 1 liter x 0,7 kg L-1 = 0,7 kg = 700 gram . Mol isooktana = 700
gram/114 gram  mol-1 = 6,14 mol.  Jadi kalor yang dibebaskan pada
pembakaran 1 liter bensin adalah: 6,14 mol x 5460 kJ mol -1 = 33524,4 kJ.

g )Entalpi Penguraian
Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan. Oleh karena
itu, sesuai dengan azas kekekalan energi, nilai entalpi penguraian sama
dengan entalpi pembentukannya, tetapi tandanya berlawanan.

Contoh:

Diketahui ΔHf 0 H2O (l) = -286  kJ mol -1, maka entalpi penguraian H2O (l)
menjadi gas hidrogen dan gas oksigen adalah + 286 kJ mol-1

H2O (l) ——> H2 (g) + ½ O2 (g) ΔH = + 286 kJ

h.Entalpi Pembentukan
Ditulis oleh Bambang Sugianto pada 12-06-2009
Perubahan entalpi pada pembentukan 1 mol zat langsung dari unsur-
unsurnya disebut entalpi molar pembentukan atau entalpi
pembentukan. Jika pengukuran dilakukan pada keadaan standar (298 k, 1
atm) dan semua unsur-unsurnya dalam bentuk standar, maka perubahan
entalpinya disebut entalpi pembentukan standar (ΔHf 0). Entalpi
pembentukan dinyatakan dalam kJ per mol (kJ mol -1).

Supaya terdapat keseragaman, maka harus ditetapkan keadaan standar,


yaitu suhu 25 0 C dan tekanan 1 atm. Dengan demikian perhitungan
termokimia didasarkan pada keadaan standar.

Pada umumnya  dalam persamaan termokimia dinyatakan:

AB + CD ———-> AC + BD Δ H0 = x kJ/mol

22
Δ H0 adalah lambang dari perubahan entalpi pada keadaan itu. Yang
dimaksud dengan bentuk standar dari suatu unsur adalah bentuk yang paling
stabil dari unsur itu pada kondisi standar (298 K, 1 atm).

Untuk unsur yang mempunyai bentuk alotropi, bentuk standarnya ditetapkan


berdasarkan pengertian tersebut. Misalnya, karbon yang dapat berbentuk
intan dan grafit, bentuk standarnya adalah grafit, karena grafit adalah bentuk
karbon yang paling stabil pada 298 K, 1 atm. Dua hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan entalpi pembentukan yaitu bahwa zat yang dibentuk adalah
1 mol dan dibentuk dari unsurnya dalam bentuk standar.

Contoh: Entalpi pembentukan etanol (C2H5OH) (l)  adalah -277,7 kJ per mol.
Hal ini berarti: Pada pembentukan 1 mol (46 gram) etanol dari unsur-
unsurnya dalam bentuk standar, yaitu karbon (grafit), gas hidrogen dan gas
oksigen, yang diukur pada 298 K, 1 atm dibebaskan 277,7 kJ  dengan
persamaan termokimianya adalah:2 C (s, grafit) + 3H2 (g) + ½ O2 (g) –
> C2 H5 OH (l) ΔH = -277,7kJ

Nilai entalpi pembentukan dari berbagai zat serta persamaan termokimia


reaksi pembentukannya diberikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai entalpi pembentukan berbagai zat & Persamaan termokimia


reaksi pembentukannya

23
i )Perubahan Entalpi Berdasarkan Energi Ikatan
Ditulis oleh Bambang Sugianto pada 08-06-2009
Energi ikatan didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk
memutuskan 1 mol ikatan dari suatu molekul dalam wujud gas. Energi ikatan
dinyatakan dalam kilojoule per mol (kJ mol -1 )

Energi berbagai ikatan diberikan pada tabel 1.

Tabel 1. Harga Energi ikatan berbagai molekul (kJ/mol)

24
j ) Perubahan Entalpi Berdasarkan Entalpi Pembentukan
Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan dari data entalpi pembentukan zat
pereaksi dan produknya. Dalam hal ini, zat pereaksi dianggap terlebih dahulu
terurai menjadi unsur-unsurnya, kemudian unsur-unsur itu bereaksi
membentuk zat produk. Secara umum untuk reaksi:

m AB + n CD —–> p AD  + q CB

ΔH0 = jumlah ΔH0 f (produk) -   jumlah ΔH0 f (pereaksi)

Perubahan Entalpi Berdasarkan Hukum Hess

Banyak reaksi yang dapat berlangsung secara bertahap. Misalnya


pembakaran karbon atau grafit. Jika karbon dibakar dengan oksigen
berlebihan terbentuk karbon dioksida menurut persamaan reaksi:

C(s) + O2 (g) —–> CO2 (g)            Δ H   = – 394 kJ

Reaksi diatas dapat  berlangsung melalui dua tahap. Mula-mula karbon


dibakar dengan oksigen yang terbatas sehingga membentuk karbon
monoksida. Selanjutnya, karbon monoksida itu dibakar lagi untuk
membentuk karbon dioksida. Persamaan termokimia untuk kedua reaksi
tersebut adalah:

C(s) + ½ O2 (g) —–> CO (g) ΔH   = – 111 kJ

CO (g) + ½ O2 (g) —–> CO2 (g) Δ H   = – 283 kJ

Jika kedua tahap diatas dijumlahkan, maka diperoleh:

C(s) + ½ O2 (g) —–> CO (g) ΔH   = – 111 kJ

CO (g) + ½ O2 (g) —–> CO2 (g) ΔH   = – 283 kJ

————————————————————————- +

C(s) + O2 (g) —–> CO2 (g)           ΔH   = – 394 k

25
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Inti dari reaksi pembakaran siklus daya adalah Reaksi yng membutuhkan 02 dan
akan menghasilkan H 20 +c02 . Pembakaran sempurna terjadi jika semua unsur C, H
dan S yang terkandung dalam bahan bakar bereaksi membentuk CO2, H2O dan SO2.
memberikan gambaran mengenai unjuk kerja dalam kondisi pengendaraan yang lebih
berat.
Kecenderungan bahan bakar untuk mengalami ketukan bergantung pada struktur
kimia hidrokarbon yang menjadi penyusun bensin. Pada umumnya, hidrokarbon
aromatik, olefin dan isoparafin mempunyai sifat antiketuk yang relatif baik,
sedangkan n – paraffin mempunyai angka oktan yang kurang baik, kecuali yang berat
molekulnya rendah.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran kepada pembaca


sebagai berikut:

1. Sebagai generasi muda hendaknya kita memiliki pengetahuan yang luas dengan
banyak membaca referensi-referensi yang akurat dan dapat dipercaya.

2. Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya kita mampu dan mau menyalurkan
ilmu yang dimiliki untuk dibagi kepada sesama sehingga bermanfaat dan tercipta
kelestarian lingkungan hidup

26
DAFTAR PUSTAKA

Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/berkas:Real_vs_Carnot.png
http://www.gurumuda.com
http://syairpuisiku.files.wordpress.com

http://dsupardi.wordpress.com/kimia-xi/termokimia/

BAB

27

Anda mungkin juga menyukai