Anda di halaman 1dari 114

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada hari Rabu, 11 April 2012 gempa kembali mengguncang bumi
Sumatera untuk kesekian kalinya. Gempa berkekuatan 8,6 Skala Richter
berpotensi menggeser pantai barat Sumatera dan Kepulauan Nias serta
Simeulue sejauh beberapa sentimeter (Kongko, 2012). Gempa dianalisis

dengan model homogen elastik, yang mengasumsikan kerak bumi bersifat


elastis dan homogen dari lapisan atas hingga bawah. Berdasarkan analisis
USGS dari 50 stasiun, diskolasi horisontal pusat gempa mempunyai dua
alternatif, 200 derajat arah timur laut dan 110 derajat ke arah barat laut.
Pergeseran vertikal terjadi kurang dari enam meter, menyebabkan tsunami yang
terjadi hanya dalam skala kecil (http://www.usgs.gov/).
Gempa di pulau Sumatera ini merupakan jenis gempa tektonik. Gempa
tektonik terjadi karena adanya pergeseran kerak bumi. Sebagian besar gempa
tektonik terjadi ketika dua lempeng saling bergesekan. Lempeng yang
bergesekan mengalami pergeseran. Karena gesekan antar lempengan ini
menyebabkan gempa, ini yang paling sering terjadi selama ini. Terjadinya
gempa tektonik dimulai dari sebuah tempat yang disebut pusat gempa
(hiposenter). Pusat gempa dapat berada di daratan atau lautan. Titik di
permukaan bumi tepat di atas hiposenter disebut dengan episenter. Hiposenter
adalah sumber gempa di kedalaman bumi tertentu. Lokasi pusat gempa
ditentukan berdasarkan pengukuran gelombang seismik (Matsumura , 2009).
Salah satu daerah rawan gempa di pulau Sumatera adalah Sumatera
Barat, karena Sumatera Barat terletak pada jalur lempeng Indo-Australia dan
lempeng Eurasia. Jalur gempa yang melewati Sumatera Barat disebut jalur
gempa Sirkum Mediteranian. Kondisi ini disebabkan oleh terdapatnya patahan
atau penyusupan lempengan aktif gempa. Fakta ini menyebabkan wilayah
Sumatera Barat memiliki tingkat kerawanan terhadap gempa bumi cukup tinggi
(Edwiza, 2008).
Apabila terjadi gempa bumi, salah satu efek yang ditimbulkan pada suatu
tempat adalah terjadi pergeseran atau perpindahan dan kecepatan pada

permukaan

tanah.

displacementApabila

Perpindahan
dapat

perpindahan, maka

materi

diketahui

atau
waktu

bidang
yang

tersebut

adalah

diperlukan

untuk

dapat dihitung kecepatan materi. Percepatan

gelombang gempa yang sampai dipermukaan bumi disebut percepatan tanah,


dan merupakan gangguan yang

perlu dikaji untuk setiap gempa, kemudian

dipilih percepatan gerakan tanah

yang maksimum untuk dipetakan agar bisa

memberikan pengertian tentang

efek paling parah yang pernah dialami suatu

lokasi. Untuk mengetahui nilai

percepatan gerakan tanah maksimum (PGA)

diperlukan nilai pergeseran atau

perpindahan tanah maksimum (PGD) dan

nilai kecepatan tanah maksimum (PGV).


Peak Ground Acceleration (PGA), percepatan gerakan tanah maksimum
akibat gembabumi adalah percepatan gerakan tanah maksimum yang terjadi
pada suatu titik pada posisi tertentu dalam suatu kawasan yang dihitung dari
akibat semua gempa bumi yang terjadi pada kurun waktu tertentu dengan
memperhatikan besar magnitudo dan jarak hiposenternya, serta periode
dominan tanah di mana titik tersebut berada. Nilai PGA menggambarkan
dampak gempa bumi yang terjadi di sekitar tempat dimana stasiun seismik
yang merekam seismogram gempa bumi berada.
Kejadian alam berupa gempa bumi pasti menghasilkan gerakan tanah
dapat menimbulkan kerusakan di permukaan bumi yang dinamakan bahaya
kegempaan (hazard seismik). Kerusakan di permukaan bumi yang dapat dilihat
disebut intensitas seismik. Intensitas seismik dalam gempa bumi Sumatera
Barat dianggap mempunyai hubungan dengan hazard seismik. Derajat
kerusakan akibat gempa yang sama dengan ukuran yang terdapat dalam daftar
yang dipakai untuk menyatakan intensitas seismik suatu gempa. Intensitas

seismik yang dilaporkan untuk suatu gempa adalah intensitas maksimum yang
disebabkan oleh aktivitas gempa pada suatu lokasi. Angka yang ditentukan
dengan menilai kerusakan yang dihasilkan, pengaruh pada benda, bangunan,
tanah, dan akibat manusia. Intensitas ini sering juga disebut sebagai intensitas
lokal. Intensitas lokal berhubungan langsung dengan percepatan tanah
maksimum yang terjadi akibat gempa. Dengan demikian intensitas lokal gempa
akan berhubungan pula dengan besar kecilnya kerusakan yang terjadi pada
bangunan-bangunan disuatu lokasi. Ukuran atau parameter yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kerusakan ialah MMI (Modified Mercally Intensity).
Beberapa hasil penelitian telah berhasil mendapatkan formalitas
hubungan antara PGA dengan MMI yang menghasilkan hipotesis bahwa
Semakin tinggi nilai PGA yang dihasilkan maka semakin tinggi pula
nilai MMI yang didapat . dengan kata lain Nilai PGA sebanding dengan
MMI (Modified Mercally Intensity). Intensitas seismik dalam gempa bumi
Sumatera Barat dianggap mempunyai hubungan dengan hazard seismik. Hasil
studi hubungan empiris antara nilai percepatan tanah maksimum (PGA) rata rata dan data intensitas seismik (MMI) observasi diperoleh rumusan : I (MMI)
= 0.008 * PGA (gal) + 3.159 (Brotopuspito, 2006). Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka akan dicoba dilakukan penelitian yang berjudul Analisis Peak
Ground Acceleration (PGA) di Daerah Sumatera Barat akibat Gempa
Bumi Tektonik Pada Tahun 2000 2012 dengan M > 7,0 SR.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dari penulisan ini adalah
Bagaimana mekanisme pergeseran tanah sebagai akibat gempa bumi
yang dibangkitkan oleh sumber gempa berupa aktivitas seismik ideal ?

Bagaimana percepatan gerakan tanah maksimum (PGA) di daerah

Sumatera Barat akibat gempa bumi tektonik dengan magnitudo > 7 SR ?


Bagaimana hubungan dari percepatan gerakan tanah maksimum (PGA)
dengan jarak episenter gempa ?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

Untuk mengetahui mekanisme pergeseran tanah sebagai akibat gempa


bumi yang dibangkitkan oleh sumber gempa berupa aktivitas seismik

ideal.
Untuk menganalisis percepatan gerakan tanah maksimum (PGA)
di daerah Sumatera Barat akibat gempa bumi tektonik dengan magnitudo

> 7 SR.
Untuk mengetahui hubungan dari percepatan gerakan tanah maksimum
(PGA) dengan jarak episenter gempa.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat hasil dari penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengetahuan baru tentang percepatan gerakan tanah
maksimum (PGA).
2. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penelitian
penentuan nilai percepatan gerakan tanah maksimum (PGA) pada
daerah

lainnya.

Sehingga

pemerintah

memilik

langkah

untuk

melakukan antisipasi dini agar dapat meminimalkan akibat dan


kerugian dari gempa bumi daerah susulan dapat diketahui.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi baru tentang hubungan gempa bumi dengan
percepatan gerakan tanah maksimum (PGA) sehingga masyarakat dapat
menanggulangi akibat yang terjadi dengan tepat dan cepat ketika terjadi
gempa.

1.5. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Sumatera Barat dengan
letak geografis yang diambil 00 54 LU - 30 30 LS dan 980 36 1010
53 BT.
2. Data gempa yang di gunakan sebagai penelitian adalah data gempa bumi
dari BMG dan website USGS, yaitu gempa bumi Sumatera Barat > 7
SR .
3. Stasiun pengamat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GSI , PSI,
PBSI, MNSI, PPI dan BKNI.
Karena dalam penelitian ini menggunakan data gempa lokal sehingga
menggunakan stasiun gempa yang berada di wilayah Sumatera Barat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1. Bumi
2.1.1. Bentuk dan Ukuran Bumi
Bumi merupakan sebuah bola pejal besar yang mempunyai jari-jari
6.378 km. Usaha untuk mengetahui komposisi dan susunan bumi telah berjalan
bertahun-tahun hingga menghasilkan beberapa dugaan. Dugaan yang paling
baru dan paling banyak diterima tentang bentuk dan ukuran serta susunan bumi
yang didasarkan pada pengetahuan seismologi.( Sulaiman, 1989)

Gambar 2.1. Struktur dan lapisan bumi (Sumber___, 2013. Bmkg-Inatews.


Diakses melalui http://inatews.bmkg.go.id/new/tentang_eq.php,
pada tanggal 1 april 2013).
2.1.2. Stuktur Bumi
Kerangka atau struktur bumi dibagi atas 3 lapisan besar, yaitu :
1. Kerak bumi (Chrust) (0-70 km)
Merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan
kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri
dari batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal
bagi seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi

mencapai 1.100 0C. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga
kedalaman 100 km dinamakan litosfer. Lapisan ini tersusun atas materimateri padat. Ada yang membedakan atas dua lapisan, yaitu :
Lapisan Granitis
Material Penyusunnya kebanyakan batuan granit, umumnya
ditemukan didasar laut. Kecepatan gelombang primer pada
lapisan ini sekitar 6,5 km/detik.
Lapisan Basaltis
Terletak dibawah lapisan granit, kebanyakan tersusun dari
lapisan basalt. Kecepatan gelombang primer pada lapisan ini
sekitar 6,5-8km/detik.
2. Selimut bumi (mantle) (70-2900 km)
Merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tebal
selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat.
Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 0C. Lapisan ini
di bedakan menjadi tiga, yaitu :
Lithosfer
Litosfer adalah lapisan bumi yang paling luar atau biasa disebut
dengan kulit bumi. Pada lapisan ini pada umumnya terjadi dari
senyawa kimia yang kaya akan SiO2, sehingga disebut sebagai
lapisan silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang
terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan daratan
dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah
(merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).
Litosfer bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel
bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet

bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer, yang merupakan bagian

yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari mantel.
Asthenosfer
Astenosfer adalah zona mantel astenosfer atau langsung di
bawah litosfer, sekitar 100-240 kilometer di bawah permukaan
bumi. Astenosfer ini terdiri dari materi dalam keadaan cair atau
semi-cair. Wujudnya agak kental. Suhu normalnya adalah antara
1.400 sampai 3.000 derajat Celcius. Yang sangat tinggi suhu
dalam segala hal menyebabkan lapisan, termasuk batu, mencair.
Hal ini terutama terdiri dari silikat besi dan magnesium. Suhu
astenosfer bervariasi dari barysphere atau inti. Pada daerah
tertentu di permukaan bumi di mana suhu inti lebih tinggi, dapat
ditemukan dalam keadaan cair. Tebal lapisan sekitar 130-160 km
dan dengan lapisan transisi diatasnya biasanya digabungkan
dengan tebal sekitar 100-400 km.

Mesosfer
Terletak di bawah astenosfer, tebalnya kira-kira 2400-2750 km.
Kecepatan gelombang primer naik dari 8 km/detik menjadi 13,5
km/detik. Pada batasan ke lapisan yang lebih dalam (inti),
terdapat lapisan transisi dimana kecepatan gelombang primer
menurun sangat tajam dari 13,5 hingga 8 km/detik. Lapisan ini
di kenal dengan nama Gutenberg Wiechert Discontinuety Layer.
3. Inti bumi (core) (2900 6300 km )
Inti bumi berukuran diameter 7000 km dan terdiri dari besi dan nikel.
Lapisan paling luar (tebal 2200 km) merupakan liquid atau cairan.
Lapisan terdalam bersifat solid atau padat, dengan density sekitar 10.5

SG dan suhunya lebih dari 2.500 Celcius. Menurut teori, perputaran


bumi pada porosnya (rotasi) menyebabkan terjadinya arus sirkulasi
pada bagian cair inti bumi. Sirkulasi ini merupakan sumber dari
medan magnet yang menyelimuti bumi. yang terdiri dari material cair,
dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain
yang terdapat pada kedalaman 2900 5200 km. Lapisan ini
menempati bagian paling dalam dan dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
Inti bagian luar (outher core)
Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km kemungkinan
tersusun dari materi yang kaya silisium, besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 0C dan magnesium.
Inti bagian dalam (inner core)
Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan
diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan
besi dengan densitas lebih besar yang suhunya mencapai 4.500
0

C.

2.1.3. Gempa bumi


2.1.3.1. Pengertian Gempa Bumi
Prager (2006:39) mengemukakan bahwa gempa bumi adalah getaran
seismik yang disebabkan oleh pecahannya atau bergesernya bebatuan di suatu
tempat di dalam kerak bumi. Hamblin (1986:338) mengemukakan bahwa
earthquake are vibrations of the earth caused by the rupture and sudden
movement of rocks that have been strained beyond their elastic limits. Gempa
bumi adalah suatu getaran dari bumi yang disebabkan oleh pecahan dan
gerakan tiba-tiba dari batuan yang bergerak melebihi batas kelenturannya.

10

Fariel, Hinds dan Berey (1989:494) mengemukakan bahwa an earthquake


can be caused by sudden movement along a fault and volcanic activity.
Sebuah gempa bumi dapat disebabkan oleh pergerakan tiba-tiba sepanjang
patahan dan dapat juga disebabkan oleh aktivitas vulkanik. (Annaka, 2006).
Pendapat lain dikemukakan oleh Carlson, Plummer dan Megary
(2006:160) an earthquake is a trembling or shaking of the ground caused by
the sudden release of energy trored in the rock beneath earths surface.
Gempa bumi adalah sebuah getaran atau goyangan tanah yang disebabkan oleh
pelepasan energi yang tersimpan dibawah permukaan bumi secara tiba-tiba.
Gerakan tiba-tiba merupakan cara bumi berelaksasi menuju keadaan normal
setelah mengalami dorongan, desakan, tumbukan geseran atau geseran antar
lempeng, fenomena tersebut dikenal dengan istilah elastic rebound. Selama
proses relaksasi energi akan menyebar dalam bentuk gelombang yang
merambat ke sejumlah penjuru dan dirasakan sebagai gempa bumi. (Berryman,
2006).

2.1.3.2. Asal Usul Gempa Bumi


Gempa sebagai gejala alam tidak bisa dipisahkan dari masa lalu bumi.
Dalam teori Pergeseran Benua (Continental Drift), Alfred L. Wegener, bahwa
benua-benua di bumi semula merupakan satu daratan. Daratan ini disebut
Pangaea, diperkirakan eksis 225 juta tahun yang lalu. Dua puluh lima tahun
kemudian daratan ini pecah, dan semakin memisah diri. Teori inilah yang
mendasari pembentukan lempeng-lempeng Bumi, yang masih terus bergerak

11

dan memicu terjadinya gempa di berbagai wilayah. Termasuk terjadinya


gempa-gempa di Indonesia (Winardi, 2006: 18).
Gempa bumi disebabkan oleh adanya pelepasan energi renggangan
elastik batuan pada litosfer. Semakin besar energi yang dilepaskan maka
semakin kuat gempa yang terjadi. Terdapat dua teori yang menyatakan proses
terjadinya atau asal mula gempa bumi terjadi yaitu, pergeseran sesar dan teori
kekenyalan elastis. Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan
daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi walaupun padat,
selalu bergerak dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi itu sudah
terlalu besar untuk ditahan. Gempa bumi sebenarnya terjadi hampir setiap hari
di bumi ini, namun kebanyakan berkekuatan kecil dan tidak menyebabkan
kerusakan yang berarti. Gempa bumi berkekuatan kecil juga dapat mengiringi
terjadinya gempa bumi yang lebih besar dan dapat terjadi sesudah, sebelum
atau selepas gempa bumi besar tersebut terjadi. Gempa bumi diukur dengan
alat yang dinamakan Pengukur Richter. Gempa bumi dibagi kedalam skala dari
satu hingga sembilan berdasarkan ukuran Skala Richter (menunjukkan
besarnya energi yang dibebaskan pada pusat gempa). Gempa bumi juga dapat
diukur dengan Skala Mercalli (menunjukkan kekuatan gempa bumi berdasar
pada kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi).

2.1.3.3. Gelombang Seismik


Gelombang seismik adalah gelombang-gelombang yang merambat baik
di dalam maupun di permukaan bumi yang berasal dari sumber seismik.
Sumber seismik diantaranya adalah sumber gempa dimana terjadi batuan pecah

12

secara tiba-tiba di dalam bumi, ledakan(proses kimia dan nuklir), erupsi


gunung api, longsoran, badai dan sebagainya. Ketika terjadi gempa, energi
dilepaskan dari fokus melalui gelombang seismik. Fokus atau hiposentrum
adalah titik pada patahan dimana terjadi gerakan pertama kali. Sedangkan
episentrum adalah tempat di permukaan bumi yang berada tepat di atas fokus.
Gelombang seismik termasuk gelombang mekanik dimana medium
dibutuhkan dalam perambatannya dan partikel dari medium tersebut berosilasi
ketika gelombang melewatinya. Gelombang ini akan tercatat oleh seismometer
sebagai seismogram yang merepresentasikan osilasi partikel di titik stasiun
seismik tersebut. Gelombang merambatkan energi dari sumber ke seluruh
bagian bumi dan membawa informasi baik tentang sumber seismik maupun
medium yang dilewatinya.
Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi
partikel-partikel medium terjadi akibat interksi antara gangguan (gardien
stress) melawan gaya-gaya elastik. Osilasi partikel yang disebutkan diatas
dapat diartikan bahwa partikel tersebut berpindah dari keadaan setimbangnya.
Perpindahan tersebut dinamakan displacement yang merupakan ukuran absolut
perubahan posisi partikel. Dari interaksi ini dapat muncul gelombang
longitudinal, gelombang transversal dan kombinasi keduanya.
Gradien tegangan mengakibatkan terganggunya keseimbangan gayagaya didalam medium sehingga terjadi pergeseran titik materi yang
menyebabkan deformasi yang menjalar dari satu titik ke titik lain. Dimana
deformasi ini dapat menyebabkan pemampatan atau peregangan partikel-

13

partikel medium yang berbentuk osilasi. Kurva osilasi yang bentuknya


sinusoidal terpotong ini dinamakan sinyal seismik.

Gambar 2.2. Pemampatan dan peregangan partikel-partikel medium akibat


adanya sumber usikan dapat dinyatakan dalam bentuk grafik
tekanan atau pergeseran partikel sebagai fungsi jarak atau waktu
yang disebut sebagai sinyal seismik (Dobrin,1976).

Komponen displacement dalam koordinat kartesian didefinisikan sebagai


(u,v,w). Regangan merupakan ukuran lokal dari perubahan relatif dalam medan
displacement. Regangan lebih berhubungan dengan deformasi atau perubahan
bentuk dari perubahan absolut posisi.

14

2.1.3.4. Persamaan Gelombang Seismik


Gelombang seismik adalah bentuk gelombang elastis yang menjalar
dalam medium bumi. Gelombang yang berada pada keadaan tidak teredam
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
1 2
v 2 t2

....................

i^ + ^j + k^
=
x y
z

....................

2 =
(1)
dengan :

(2)
Persamaan rambat gelombang P dan S dapat diturunkan dari hukum
Hooke yang menyatakan hubungan stress (gaya pesatuan luas) dan strain
(perubahan dimensi) sebagai:
ii =+ 2 ii
ij = ij

; i = x,y,z
; ij

................... (3)
....................(4)

Persamaan (3) menyatakan hubungan antara stress ( ii ) dan strain (


ii ) pada keadaan satu arah sedangkan persamaan (4) menyatakan hubungan
stress ( ij ) dan strain ( ij ) yang saling tegak lurus. dan disebut
konstanta Lame, dengan menyatakan hambatan regangan geser. Pada harga
tegangan tetap () regangan akan menjadi besar bila modulus gesernya kecil,

15

begitu juga sebaliknya.

adalah perubahan volume sebagai akibat dari

tekanan:
=

u w
+
+
x y z

....................

(5)
Dalam hukum II Newton, gaya (F) adalah perkalian antara massa (m) dan
percepatannya (a), sehubungan dengan pergeseran (u) sebagai akibat dari
tekanan sepanjang sumbu-x, maka hukum Newton dapat dinyatakan sebagai
berikut:
2u (

= + )
+ 2 u
2
x
t

F=m. a= . . a=

2 u
t2

....................(6)
Dengan adalah massa jenis bahan. Persamaan (7) merupakan tekanan
untuk sepanjang sumbu-y dengan pergeseran dan persamaan (8) tekanan
dalam

arah

sumbu-z

dengan

pergeseran

sebagai

berikut:

= +u )
+ 2
2
y
t
2 (

2
= + )
+
2

y
t

....................(7)

2w (

2 = + )
+ 2 w
z
t

....................(8)

Gelombang yang merambat pada suatu media ke segala arah, secara tiga
dimensi arah perambatan gelombang dinyatakan dengan sumbu x, y, z, untuk

16

menentukan persamaan gelombang ini, persamaan (6), (7) dan (8) masingmasing dideferensiasikan terhadap x, y dan z, maka diperoleh persamaan
sebagai berikut.
2

u (

u
= + )
+ 2
2

x
t

( )

( )

( )

....................(9)

2 (

2
2
= + )
+
y y
y
t y

..................

2 w (

w
= + )
+ 2
2
z z
z
t z

..................

( )

( )

( )

(10)

( )

( )

( )

(11)
Dengan menjumlahkan persamaan (9), (10) dan (11), maka akan
diperoleh persamaan berikut:

2 (
2
= + 2 )
2
t

..................(12)

2 +2 2
=

t2
2=

+2

+2

..................

(13)

17

Persamaan (13) merupakan persamaan gelombang longitudinal. Dari


persamaan gelombang tersebut diperoleh kecepatan gelombang longitudinal
atau kecepatan gelombang primer yaitu:
=Vp=

+2

..................(14)

Keterangan:
Vp : kecepatan perambatan gelombang Primer (m/s)
: konstanta Lame (m/s)
: rigiditas medium (N/m2)
: massa jenis medium (kg/m3)
: perubahan volume atau dilatasi
Pada kecepatan gelombang sekunder didapat dengan menurunkan
terlebih dahulu persamaan (10) diturunkan terhadap z, sehingga menghasilkan
turunan persamaan berikut:

2 (
2
2 v
)
=
+

+
2
y z
z
t z

( )

( )

................

..(15)
dan persamaan (12) diturunkan terhadap y,

2 w (
2
2 w
)
=
+

+
2

y
y
t

( )

( )

..................(16)

Dengan mengurangkan persamaan (15) dengan persamaan (16) maka


akan diperoleh persamaan berikut:

18

x
t

= x

..................(17)

..................(18)

Persamaan (18) merupakan persamaan gelombang transversal. Dari


persamaan gelombang tersebut diperoleh kecepatan gelombang transversal atau

kecepatan gelombang Sekunder yaitu: Vs=

=Vs=

..................

(19)

Keterangan:
Vs : kecepatan perambatan gelombang sekunder (m/s)
: rigiditas medium (N/m2)
: massa jenis medium (kg/m3)

Secara umum gelombang seismik dibagi menjadi dua, yaitu: gelombang


badan (body waves) dan gelombang permukaan (surface waves) . Gelombang
badan (body waves) adalah gelombang seismik yang berjalan di dalam bumi
dan menyebar dari fokus ke segala arah. Sedangkan, gelombang permukaan
(surface waves) adalah gelombang seismik yang berjalan pada permukaan
bumi dari episentrum (Carlson, Plumer dan Mcgeary, 2006: 62).

19

1. Gelombang Badan (Body Waves)


Gelombang badan (body waves) adalah gelombang seismik yang
berjalan di dalam bumi dan menyebar dari fokus ke segala arah.
Gelombang badan terdiri dari gelombang primer/primary wave
(gelombang P) dan gelombang sekunder/secondary wave (gelombang
S). Ada dua tipe dari body waves, yaitu :

Gelombang P (Primary wave) adalah gelombang longitudinal atau


gelombang kompresional yang bergerak hanya kedua arah, yaitu
muka dan belakang. Gelombang P merupakan gelombang yang
sangat cepat dengan kecepatan 4 sampai 7 kilometer per detik.
Gelombang ini merupakan gelombang pertama yang mengikuti
gempa bumi. (Sukanta, 2010).

Gambar 2.3. Arah rambat gelombang P (Susilawati, 2008).

20

Gelombang S (Secondary wave) adalah gelombang transversal atau


gelombang shear karena gelombang bergerak keempat arah, kirikanan, atas-bawah. Gelombang S mengikuti gelombang P dan
bergerak dengan kecepatan 2 sampai 5 kilometer per detik.
(Sukanta,2010).

Gambar 2.4. Arah rambat gelombang S (Susilawati, 2008).


Kecepatan gelombang seismik bertambah dengan kedalaman, maka
lintasan gelombang seismik akan berbentuk lengkungan cekung ke permukaan
bumi. Kecepatan gelombang P (Vp) tergantung dari konstante Lame (),
rigiditas () dan densitas () medium yang dilalui dan secara matematis
dirumuskan sebagai berikut:

..................(14)

21

(Sukanta, 2010)

Dimana:

Vp

: Kecepatan Gelombang P

: Konstans Elastisitas Volume

: Konstans Elastisitas Geser

: Rapat Jenis

Gelombang P mempunyai kecepatan paling tinggi dibanding dengan


kecepatan gelombang yang lain sehingga tercatat paling awal di seismogram.
Gelombang S mempunyai gerakan artikel tegak lurus terhadap arah penjalaran
dan mempunyai kecepatan (Vs) sebesar:

..................(19)
(Sukanta, 2010)

Dimana:

Vs

: Kecepatan Gelombang S

: Konstans Elastisitas Geser

: Rapat Jenis

Gelombang kompresional disebut gelombang primer (primary wave)


karena kecepatannya paling tinggi diantara gelombang yang lain dan tiba
pertama kali. Sedangkan gelombang shear disebut gelombang sekunder
(secondary wave) karena tiba setelah gelombang P. Gelombang terdiri dari dua
komponen, yaitu gelombang SH dengan gerakan partikel horizontal dan
gelombang SV dengan gerakan partikel vertikal.

22

Sifat penjalaran gelombang P yang langsung adalah bahwa gelombang


ini akan menjadi hilang pada jarak lebih besar dari 1300, dan tidak terlihat
sampai dengan jarak kurang dari 140 0. Hal tersebut disebabkan karena adanya
inti bumi. Gelombang langsung P akan menyinggung permukaan inti bumi
pada jarak 1050 dan pada jarak yang akan mengenai inti bumi pada jarak 1440.
Gelombang P akan timbul kembali yaitu gelombang yang akan menembus inti
bumi dengan dua kali mengalami refraksi. Menghilangnya gelombang P pada
jarak 1050 memungkinkan untuk menghitung kedalaman lapisan inti bumi.
Guttenberg(1913) mendapatkan kedalaman inti bumi 2900 km. Telah
didapatkan bahwa batas mantel dengan inti bumi merupakan suatu
diskointunitas yang tajam. Daerah diantara 1050 - 1440 disebut sebagai shadow
zone. Di antara keduanya, gelombang S inilah yang paling merusak.
Gelombang ini mampu mendorong lapisan tanah ke beberapa sisi dan
membuatnya merekah. (Geist, E.L. and Parsons, T, 2006).

2. Gelombang Permukaan (Surface Waves)


Gelombang permukaan merupakan gelombang elastik yang menjalar
sepanjang permukaan bumi dan biasa disebut sebagai tide wives karena
gelombang ini terikat terus menjalar melalui suatu lapisan atau
permukaan. Surface waves merupakan gelombang yang paling lambat.
Pada umumnya gelombang ini lebih merusak dari pada body waves,
karena lebih banyak menghasilkan pergerakan tanah dan berjalan
lambat. Ada tiga tipe utama dari surface waves, yaitu :

23

Loves waves (L), gelombang ini berjalan pada cairan dan akan tidak
terasa pada tubuh air. Gerakan partikelnya sama dengan gelombang
SH dan memerlukan gerakan yang berlapis. Karena pergerakan
horisontal gelombang ini merusak bangunan-bangunan pada
pondasinya.

Rayleigh waves (R), gelombang ini menyerupai pergerakan


gelombang samudera. Lintasan gerak paritkelnya berupa ellips.
Bidang ellips ini vertikal dan berimpit dengan arah penjalarannya.

Channel waves yaitu gelombang yang menjalar melalui lapisan yang


berkecepatan rendah (low velocity layer) di dalam bumi.

Gelombang yang sering tercatat pada seismogram adalah gelombang


Love dan gelombang Reyleigh. Kedua gelombang ini menjalar sepanjang
permukaan bebasa dari bumi atau lapiasan batas diskontinuitas antara kerak
dan mantel bumi. Amplitudo keduanya adalah yang terbesar pada permukaan
dan mengecil secara eksponensial terhadap kedalaman, sehingga pada gempa
dangkal

amplitudo

gelombang

love

dan

gelombang

Reyleigh

akan

mendominasi.

24

Gambar 2.5. Penampang Seismic Waves (Sumber___, 2009. Sutikno.


dalam EGSA FAIR UGM Yogyakarta).

2.1.3.5. Jenis Gempa Bumi


Joko Cristanto (1988:2),Macam-macam gempa bumi dapat dilihat
berdasarkan dari:
1. Faktor-faktor penyebab gempa bumi :

Gempa bumi tektonik (tectonic earthquake)


Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga
yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti
layaknya gelang karet yang ditarik dan dilepaskan dengan tiba - tiba.
Tenaga yang dihasilkan oleh adanya tekanan yang terjadi antar
batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Tektonik lempeng adalah
suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang
pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi
dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh
pergerakan lempeng bumi.
Menurut teori ini, kerak bumi (lithosfer) dapat diterangkan
ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang
mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas.

25

Atau, bisa juga disamakan dengan es yang mengapung di atas air


laut. Ada dua jenis kerak bumi, yakni kerak samudera yang tersusun
oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dapat dijumpai di
samudera yang sangat dalam dan kerak benua yang tersusun oleh
batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Pada dasarnya
kerak bumi bersifat menutupi seluruh permukaan bumi, namun
akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenosfer
menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang
lebih kecil yang kemudian disebut lempeng kerak bumi. Dengan
demikian, lempeng bumi terdiri dari kerak benua, kerak samudera
atau keduanya. Arus konveksi tersebut merupakan sumber kekuatan
utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng bumi.
Dalam teori Tektonik Lempeng, pergerakan lempeng bumi
dapat dibagi menjadi 3(tiga) macam yaitu: Pergerakan yang saling
mendekati, saling menjauh dan saling berpapasan.

1.

Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan

tumbukan, dimana salah satu dari lempeng akan menunjam ke


bawah dari salah satu lempeng tersebut. Daerah penunjaman akan
membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan
jalur gempa bumi yang kuat. Pada posisi jalur penunjaman akan
terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunung api serta
berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di
Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng

26

Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di sebelah selatan Pulau


Jawa dan jalur gunung api di Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa
Tenggara serta berbagai cekungan seperti cekungan Sumatera Utara,
Sumatera bagian Tengah, Sumatera Selatan dan cekungan Jawa
bagian utara.

2. Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan


penipisan dan perenggangan kerak bumi dan akhirnya terjadi
pengeluaran material baru dari mantel bumi yang kemudian akan
membentuk jalur magmatik atau gunung api. Contoh pembentukan
gunung api akibat proses ini dapat dijumpai di Pematang tengah
samudera di lautan pasifik dan benua afrika.

3.

Pergerakan saling berpapasan dicirikan oleh adanya sesar

mendatar yang besar. Seperti misalnya, Sesar Besar San Andreas di


Benua Amerika.

Gempa bumi Volkanik (volcanic earthquake)


Gempa bumi volkanik adalah gempa bumi yang terjadi akibat
adanya aktivitas volkanisme. Aktivitas volkanisme dan gempa bumi
sering terjadi secara bersama-sama sepanjang batas lempeng di
seluruh dunia, di samping itu ada pula sebagian yang terjadi pada
wilayah lempeng volkanik dalam, seperti gunung api Hawaiin.

Gempa Runtuhan ( sudden ground shaking )

27

Gempa runtuhan adalah gempa bumi yang terjadi akibat


runtuhnya atap gua, runtuhnya atap tambang dan sebagainya.

Gambar 2.6.

Pergerakan Lempeng Tektonik(Sumber___, 2009. Sutikno.


Dalam EGSA FAIR UGM Yogyakarta)

2.1.3.6. Kekuatan Gempa


2.1.3.6.1. Skala Richter
Salah satu skala yang paling sering digunakan untuk mengukur kekuatan
atau besarnya gempa adalah Skala Richter (Richter Magnitude Scale), atau
disebut Local Magnitude (M L ). Skala ini dibuat oleh DR. Charles F. Richter
dari California Institute of Technology pada 1934. Skala Richter didasarkan
pada skala logaritma dan ditulis dalam angka Arab (1, 2, 3, . ).
Magnitude gempa dinyatakan dengan huruf M dan didefinisikan sebagai
logaritma dari amplitudo maksimum dalam mikron, tercatat pada jarak 100 km
dari episenter dengan seismometer standar Wood-Anderson dengan periode
bebas 0,8 detik, pembesaran 2800 kali dan dengan faktor peredaman 0,8.
Skala Richter yang diusulkan oleh Charles Richter didefinisikan sebagai
logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum yang diukur dalam suatu

28

mikrometer

dari

rekaman

gempa

oleh

instrument

pengukur

gempa

(seismometer). Untuk memudahkan dalam menentukan kekuatan gempa tanpa


melakukan perhitungan sistematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana.
Parameter yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang direkam
oleh seismometer (dalam mm) dan beda waktu tempuh antara gelombang P dan
gelombang S (dalam detik) atau jarak antara seismometer dengan pusat gempa
(dalam km).
Skala Richter (SR) hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa yang
magnitudonya di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik
Richter menjadi tidak respresentatif. Perlu diingat bahwa perhitungan
magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter.
Skala Richter menunjukkan besarnya energi yang dibebaskan pada pusat
gempa. Skala ini dimulai dari angka satu sampai sembilan. Skala Richter
menunjukkan besarnya energi yang dibebaskan pada pusat gempa. Skala
tersebut adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.

Tabel 2.1. Skala Richter (SR)


Derajat

Keterangan / klasifikasi
umum

0-3
3-4
3-5
5-6
6-7
7-8
>8

( Terjadi di darat )
Goncangan kecil
Gempa kecil
Gempa keras
Gempa berpotensi merusak
Gempa destruktif
Gempa besar
Bencana nasional

Sumber: Joko Christanto (1988: 25)

29

2.1.3.6.2. Skala Mercalli


Skala Mercalli, yang diciptakan oleh Giuseppe Mercalli. Skala Mercalli
terbagi atas 12 pecahan berdasarkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi
tersebut. Karena itu skala Mercalli sangat subjektif dan kurang tepat untuk
perhitungan magnitudo suatu gempa. Skala Mercalli dimodifikasi pada tahun
1931 oleh Hary Wood dan Frank Neumann. Skala modifikasi Intensitas
Mercalli menunjukan gempa bumi yang masih berdasar pada kerusakan yang
disebabkan oleh gempa. Satuan ukuran skala Modifikasi Intensitas Mercalli
adalah seperti di bawah ini (tabel 2.2.).
Tabel 2.2. Skala Mercalli
Sumber: Joko Christanto (1988: 26)
Skala
I
II
III
IV

Tingkat Kerusakan
Tidak terasa
Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi
Getaran dirasakan seperti kereta berat mealintas
Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak dinding

rumah, benda tergantung bergoyang


Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda

VI
VII

kecil di atas rak mampu jatuh


Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak
Dinding pagar yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat berjalan
atau berdiri

VIII
IX
X
XI
XII

Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan


Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan
Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan tekuk
Jembatan dan tangga rusak
Rel kereta api rusak
Seluruh batuan hancur atau hancur lebur

30

Dari penjelasan mengenai tingkat kerusakan bangunan yang dapat terjadi


akibat gempa, terlihat bahwa penentuan dari nilai Skala Mercalli sangat
bersifat subjektif karena beberapa hal sebagai berikut :
Tergantung pada jarak episenter sampai tempat yang dimaksud;
Keadaan geologi setempat;
Kualitas dari bangunan-bangunan setempat di lokasi

terjadinya

gempa;
Pengamatan manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan
akibat

panik

kekacauan yang biasanya terjadi pada saat gempa.

2.1.3.7. Dampak Gempa Bumi


Dampak dari gempa bumi dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Dampak primer (langsung) :


Bergeraknya tanah akibat gempa, terutama gelombang permukaan;
Pensesaran, bila permukaan tanah tersesarkan, bangunan
bangunan terbelah, jalan terputus dan segala sesuatu yang dilalui

sesar akan terbelah.


2. Dampak sekunder (tidak langsung)
Kebakaran;
Tanah longsor;
Tsunami.
Dampak dari gempa bumi sangat bervariasi. Gempa bumi yang terjadi

pada dua tempat yang berbeda dengan magnitudo sama dapat menyebabkan
kerusakan yang berbeda. Kerusakan akibat gempa bumi dipengaruhi oleh
beberapa variabel, antara lain: kondisi geologi dan jarak dari pusat gempa.
Dampak paling parah yang diakibatkan oleh gempa bumi, selain korban
jiwa adalah banyaknya bangunan fisik yang mengalami kerusakan. Infra
-struktur yang rusak diantaranya berupa bangunan rumah, gedung-gedung
perkantoran dan gedung sekolah, jalan serta jembatan. Kerugian lingkungan

31

seperti

terjadinya

rekahan-rekahan

di

pekarangan

masyarakat,

serta

tumbangnya pepohonan.
2.1.3.8. Parameter Gempa Bumi
Setiap kejadian gempa bumi akan menghasilkan informasi seismik
berupa rekaman sinyal berbentuk gelombang yang setelah melalui proses
manual atau non manual akan menjadi data bacaan fase (phase reading data).
Selanjutnya informasi seismik akan mengalami proses pengumpulan data,
pengolahan data dan analisis sehingga menjadi parameter gempa bumi.
Parameter gempa bumi tersebut terdiri dari:
Origin Time
Waktu terjadinya gempa atau yang dikenal dengan origin time adalah
pada saat terjadinya patahan atau runtuhan yang menyebabkan terjadinya
penjalaran gelombang seismik atau gempa bumi. Waktu terlepasnya akumulasi
tegangan (stress) yang berbentuk penjalaran gelombang gempa bumi dan
dinyatakan dalam hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit, detik dalam satuan
UTC (Universal Time Coordinated).
Jarak Episenter
Jarak episenter dihitung dengan selisih S-P, dalam table waktu jalar
IASPEI 91 untuk kedalaman pusat gempa diasumsikan Aldimar, dkk (2010)
memperkirakan 8 (km) (ts-tp) detik. Azimut stasiun terhadap episenter,
ditentukan dari polarisasi linier gerakan tanah (ground Motion) gelombang P.
Episenter merupakan lokasi dipermukaan yang merupakan proyeksi
vertikal dari titik pusat gempa (focus/hypocenter). Secara seismologi definisi
Hiposenter Gempa bumi adalah posisi dimana energi regangan yang tersimpan
dalam batuan itu

pertama dilepaskan, dan merupakan titik di mana

patahan/retakan mulai pecah. Ini terjadi pada kedalaman hiposenter di bawah


pusat gempa.

32

Fault atau patahan ini merupakan sebuah garis dipermukaan, namun


dalam 3 dimensinya patahan ini berupa bidang. Ahli geologi mengatakan ini
sebagai patahan karena ekspresnya terlihat adanya diskontinuitas. Sedangkan
para ahli gempa lebih mentitikberatkan sebagai rupture zone, atau zoba
hancuran akibat gerakannya. Dengan demikian kalau titik pusat gempanya
sangat dalam

maka di lokasi episenternya bisa jadi hanya terkena

goyangannya saja. (Remond, Dominique : 1995

Gambar 2.7. Episenter dan Focus (Hyposenter) (Sumber___, 2013. BmkgInatews.

Diakses

melalui

http://inatews.bmkg.go.id/new/tentang_eq.php, pada tanggal 1

april 2013).
Magnitudo (Magnitude)
Magnitudo (Magnitude) adalah suatu besaran gempa bumi yang

menyatakan besarnya energi yang dilepas suatu gempa dipusatnya. Dalam


proses perhitungan percepatan tanah, magnitudo yang biasa digunakan adalah
magnitudo permukaan.
Hal ini dikarenakan percepatan tanah yang dihasilkan dari rekaman
accelerograph biasanya diakibatkan adanya dominasi dari gelombang
permukaan.
Di Indonesia sendiri, khususnya BMG dalam melakukan perhitungan
magnitudo, biasanya menggunakan perhitungan magnitudo lokal dan body.

33

Sehingga diperlukan adanya konversi magnitudo baik dari magnitudo lokal


ataupun body ke magnitudo permukaan. Hubungan ketiga magnitudo ini telah
di buat oleh Guttenberg, yaitu : ( Fulki, 2011)
Mb = 0.56Ms+2.
Mb = 1.7 + 0.8ML 0.01ML2
Sehingga didapatkan hubungan ML dan Mb untuk mencari Ms yaitu :

Ms =
Ms =

0.8 ML0.01 ML21.2


0.56
Mb2.9
0.56
........................ ( 20 )
( Fulki, 2011 )

Jarak Hiposenter
Jarak hiposenter (kedalaman sumber gempa) merupakan jarak yang
dihitung tegak lurus dari permukaan bumi. Kedalaman sumber gempa bumi
(hiposenter) dinyatakan oleh besaran jarak dalam satuan km. Howell(1969)
telah membagi jenis-jenis gempa bumi berdasarkan hiposentrumnya,yaitu :
1. Gempa bumi dangkal (normal), pusatnya < 70 km ;
2. Gempa bumi sedang (intermedier), pusatnya 70-300 km;
3. Gempa bumi dalam, pusatnya 300-700 km.
Apabila hiposenter terletak didasar laut maka getaran gempa bumi yang
terjadi dapat menimbulkan gelombang air pasang yang sangat besar dengan
ketinggian mencapai puluhan meter. Gelombang air laut yang besar seperti ini
dinamakan tsunami.

2.2. Percepatan Tanah


2.2.1. Percepatan Permukaan Tanah
Percepatan adalah parameter yang menyatakan perubahan kecepatan mulai
dari keadaan diam sampai pada kecepatan tertentu. Percepatan gelombang
34

gempa yang sampai di permukaan bumi disebut percepatan tanah, dan


merupakan gangguan yang perlu dikaji untuk setiap gempa, kemudian dipilih
percepatan tanah yang maksimum untuk dipetakan agar bisa memberikan
pengertian tentang efek paling parah yang pernah dialami suatu lokasi.
Rumus-rumus yang eksak untuk menghitung percepatan permukaan
setempat praktis tidak dapat diturunkan, karena banyak faktor-faktor yang
mempengaruhinya, terutama sifat-sifat dari lapisan deposit setempat. Karena
itu, rumus-rumus yang ditemukan dalam literatur pada umumnya adalah
rumus-rumus empiris atau semi-empiris. Sehingga hal itu dapat memperjelas
bahwa rumus-rumus demikian yang dikembangkan di suatu daerah atau negara
tertentu, belum tentu dapat dipakai begitu saja di daerah dengan sifat-sifat
lapisan deposit yang berlainan ( Hermansah, 2007).
Pada umumnya, model empiris percepatan tanah dapat dibedakan
menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Model Empiris menggunakan data historis gempa bumi, diantaranya
sebagai berikut :

Mc Guirre R.K (1963)


0.278 M
472.3 10
=
(R+25)1.301
........................ ( 21 )
(Hermansah, 2007)

Dengan :
: Percepatan tanah pada permukaan (gal)
M : Magnitudo permukaan (SR)
R : Jarak hiposenter (km)
: Jarak episenter (km)
h : Kedalaman sumber gempa (km)

Kawashumi (1950)

35

Log = M 5,45 0,00084( - 100) + (Log 100/R) ( 1/0,4342)


........................ ( 22 )
(Hermansah, 2007)
Dengan :
: Percepatan tanah pada permukaan (gal)
M : Magnitudo permukaan (SR)
R : Jarak hiposenter (km)
: Jarak episenter (km)
2. Model empiris yang menggunakan data periode dominan tanah yang
merupakan hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan alat
mikrometer.
2.2.2. PGA ( Peak Ground Acceleration )
Peak Ground Acceleration (PGA) atau Percepatan Getaran Tanah
Maksimum akibat gembabumi adalah percepatan getaran tanah maksimum
yang terjadi pada suatu titik pada posisi tertentu dalam suatu kawasan yang
dihitung dari akibat semua gempa bumi yang terjadi pada kurun waktu tertentu
dengan memperhatikan besar magnitudo dan jarak hiposenternya, serta
periode dominan tanah di mana titik tersebut berada.
Hubungan antara Skala Richter dan percepatan tanah maksimum atau
Peak Ground Acceleration (PGA) akibat pengaruh gempa pada suatu wilayah,
dapat dihitung dengan menggunakan rumus Donovan dan Matuschka. Jika M
adalah besarnya gempa menurut Skala Richter, H adalah jarak hiposentrum
(dalam km), maka besarnya percepatan tanah maksimum a (dalam cm/detik2)
adalah: ( Hermansah, 2007)

Rumus Donovan (1973) :


PGA=1080 ( 2,718 )0,5. R ( H+ 25)1,32

36

.......

................... ( 23 )
(Hermansah, 2007)
Rumus Matuschka (1980) :
PGA=119 ( 2,718 )0,81.R ( H +25)1,15
.......................... ( 24 )
(Hermansah, 2007)

Perhitungan PGA dapat juga dilakukan dengan metode empiris . Metode


empiris adalah metode yang dilakukan untuk menghitung percepatan tanah
dengan rumus sederhana. Dimana perhitungan PGA metode empiris ini hanya
dihubungkan dengan magnitudo dan jarak.
Beberapa rumus yang menggunakan metode empiris, diantaranya sebagai
berikut :

Gutterberg Richer :
Log PGA = 1/3 0,5
.......................... ( 25 )
(Edwiza, 2008)

Dengan :
PGA : Percepatan Tanah (gal)
M : Magnitudo gelombang permukaan (SR)
I0 : Intensitas gempa pada sumber MMI

Esteva :
PGA = 5600(exp0.5Ms) / (R+40)2
.......................... ( 26 )
(Fulki, 2011)

37

Dengan :
PGA : Percepatan Tanah Maksimum (PGA)
M : Magnitude atau kekuatan gempa bumi
R : Jarak antara kedudukan stasiun hiposenter

Katayama :
log PGA=2.3061.637log ( R+30 )+ 0.11 Ms
.......................... ( 27 )
(Fulki, 2011)

Kanai (1966) :
PGA = b1[10^9b2Ms-1.66+3.6/R]logR-1.67+1.83/R)]
.......................... ( 28 )
(Kirbani dkk. 2006)

Dengan :
PGA : Peak Ground Acceleration dalam gal
b1 : 5 T
T : Periode dominan tanah
b2 : 0.51
Ms : Magnitudo gelombang permukaan
R : Jarak antara kedudukan stasiun hiposenter

Percepatan tanah efektif yang bekerja pada massa bangunan bergantung


kepada berbagai faktor antara lain kekuatan gempa bumi (magnitudo),

38

kedalaman sumber gempa bumi, jarak sumber gempa bumi ke lokasi, kualitas
bangunan dan sebagainya, Semakin besar magnitudo semakin besar pula
bencana yang ditimbulkan. Kondisi seperti itu juga berpengaruh pada tingkat
kerusakan bangunan. Faktor faktor

yang merupakan sumber kerusakan

dinyatakan dalam parameter percepatan tanah. Sehingga data percepatan tanah


maksimum akibat getaran gempa bumi pada suatu lokasi menjadi penting
untuk menggambarkan tingkat resiko gempa bumi pada suatu lokasi tertentu.
(Edziwa, 2008)
2.3. Kondisi Geologi Sumatera
2.3.1. Letak, Batas, dan Luas Sumatera
Sumatera adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di
Indonesia, dengan luas 443.065,8 km2. Penduduk pulau ini sekitar 52.210.926
(sensus 2010). Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu Pulau Percha,
Andalas, atau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti "pulau emas").
Wilayah Sumatera merupakan bagian dari busur kepulauan Sunda, yang
terbentang dari kepulauan Andaman-Nicobar hingga busur Banda (Timor).
Busur Sunda merupakan busur kepulauan hasil dari interaksi lempeng
samudera (lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 7 cm
pertahun) yang menunjam di bawah lempeng benua (Lempeng Eurasia).
Penunjaman lempeng terjadi di selatan busur Sunda berupa palung (trench).
Disamping itu, Penunjaman lempeng tersebut membentuk jajaran gununggunung api dan perbukitan vulkanik (bukit barisan) sepanjang daratan
Sumatera dan patahan Sumatera (Sumatera Fault) yang membelah daratan
Sumatera (BPSI, 2013).
Topografi Sumatera di bagian timur merupakan dataran rendah dengan
rawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai besar yang ada di hampir setiap

39

provinsi. Sungai Asahan yang mengalir di wilayah Sumatera Utara, Sungai


Kampar, Siak dan Indragiri dari provinsi Riau, sungai Batang Hari di Provinsi
Jambi, Sungai Ketahun yang ada di Bengkulu, sungai Musi , Ogan, dan
Komering yang mengalir di Sumatera Selatan, sungai Lematang yang ada di
Lahat dan di Muara Enim yang dialiri sungai Enim . Semua sungai tersebut
selain bermuara ke laut juga mengaliri rawa-rawa yang terbentang luas di
wilayah bagian timur Sumatera. Di bagian barat Sumatera merupakan dataran
tinggi karena terdapat bukit Barisan yang membujur utara-selatan dan di
sepanjang bukit barisan tersebut terdapat gunung-gunung api yang relative
masih aktif, misalnya gunung Merapi di Sumatera Barat.
Pulau Sumatera membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi
khatulistiwa, seolah membagi pulau Sumatera atas dua bagian, Sumatera
belahan bumi utara dan Sumatera belahan bumi selatan. Pegunungan Bukit
Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan
laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat
pulau dari ujung utara ke arah selatan sehingga membuat dataran di sisi barat
pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra
Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang
landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
Di bagian utara pulau Sumatera berbatasan dengan Laut Andaman dan
di bagian selatan dengan Selat Sunda. Pulau Sumatera ditutupi oleh hutan
tropik primer dan hutan tropik sekunder yang lebat dengan tanah yang subur.
Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan
dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di
Nanggroe Aceh Darussalam dan Gunung Dempo di perbatasan Sumatera

40

Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatera merupakan kawasan episentrum


gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit
Barisan, yang disebut Patahan Sumatera dan patahan kerak bumi di dasar
Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatera. Danau terbesar
di Indonesia, Danau Toba terdapat di pulau Sumatera. ( K Brama, 2012)

Gambar

2.8.

Struktur

Geologi

Sumatera

Sumber___,

wikipedia.org/wiki/Sumatra, diakses pada tangal 31


Oktober 2013 )
2.3.2. Iklim Pulau Sumatera
Iklim Indonesia secara umum dipengaruhi oleh kondisi musim yang
menghasilkan Arus Monsun Indonesia (Armondo). Dan karena letak Indonesia

41

yang berada diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menimbulkan


Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Hal lain yang mempengaruhi kondisi musim
di Indonesia adalah posisi Matahari yang melintasi ekuator dua kali setiap
tahun. Pada saat kedudukan matahari di atas belahan bumi utara menyebabkan
tekanan rendah di belahan bumi utara di Asia dan tekanan tinggi di belahan
bumi selatan di Australia. Hal inilah yang mengakibatkan di Indonesia terjadi
sirkulasi sistem monsun yang ditandai dengan terbentuknya hutan tropika
basah di sebagian besar wilayah Indonesia. Secara umum, Indonesia
mengalami musim hujan pada periode Oktober Maret dan musim kemarau
pada periode April September, dengan masa transisi menjelang awal/akhir
periode tersebut.
Sumatera tergolong daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak
musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari.
Berdasarkan iklim ini, Sumatera memiliki hutan gambut yang umumnya berada
di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera, hutan hujan
tropis, dan hutan muson. Selain itu juga memiliki Hutan hujan tropis yang
umumnya menempati daerah tipe iklim A dan B pula. Jenis hutan ini menutupi
sebagian besar Pulau Sumatera. Hutan Mangrove berada di pantai timur
Sumatera. (Ichi, 2009)
2.3.3.Fisiografi
Tobler (1971), Sumatera dibagi menjadi 7 elemen fisiografi dengan
1.

urutan dari utara ke selatan sebagai : (Wenseslaus, 2011)


Dataran alluvial terbentang di pantai timur;
2. Tanah endapan/ Foreland tersier (peneplain) dengan Pegunungan
Tiga Puluh;
3. Depresi sub Barisan;

42

4. Barisan depan / fore barisan dengan masa lipatan berlebihan (over


thrust masses);
5. Scheifer Barisan dengan lipatan yang hebat dan batuan metamorf;
6. Barisan tinggi/ High Barisan dengan vulkan- vulkan muda;
7. Dataran alluvial terbentang di pantai barat.

2.4. Kondisi Geologi Sumatera Barat


2.4.1. Letak, Batas, dan Luas Sumatera Barat
Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di
pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai dengan namanya,
wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian
tengah dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai.
Dari utara ke selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km ini
berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan
Bengkulu.
Sumatera Barat berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas
beretnis Minangkabau yang seluruhnya beragama Islam. Provinsi ini terdiri
dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah administratif sesudah
kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan Mentawai)
dinamakan sebagai nagari.
Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera
yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik
yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Provinsi ini memiliki daratan seluas
42.297,30 km yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Dari luas tersebut,
lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi hutan lindung.
Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia

43

sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km. Kepulauan


Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.
Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 0 0 54
Lintang Utara sampai dengan 30 30 Lintang Selatan serta 980 36 1010 53
Bujur Timur dengan luas wilayah 42.29730 Km2 atau 4.229.730 Ha. Luas
perairan laut Provinsi Sumatera Barat kurang lebih 186.500 Km2 dengan
jumlah pulau besar dan kecil sekitar 345 pulau.(bkpmp,2014)
Panjang garis pantai Provinsi Sumatera Barat diperkirakan 186.500 Km
yang meliputi 7 (tujuh) Kabupaten Kota dengan rincian panjang pantai sebagai
berikut :

Kabupaten Pesisir Selatan dengan panjang pantai 278,200 Km;


Kota Padang dengan panjang pantai 99,32 Km;
Kabupaten Padang Pariaman dengan panjang pantai 41,712 Km;
Kota Pariaman dengan panjang pantai 20,62 Km;
Kabupaten Agam dengan panjang pantai 38,469 Km;
Kabupaten Pasaman Barat dengan panjang pantai 142,955 Km;
Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan panjang pantai 1.798,800
Km.
Secara wilayah, Provinsi Sumatera Barat terdiri 12 (Dua Belas)

kabupaten yaitu, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten


Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten
Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten
Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten
Kepulauan Mentawai, serta 7 (tujuh) Kota yaitu, Kota Padang, Kota Pariaman,
Kota Padang Panjang, Kota Solok dan Kota Sawahlunto, Kota Bukittinggi dan
Kota Payakumbuh. (bkpmp,2014)
Secara administrasi, Provinsi Sumatera Barat berbatasan langsung dengan:

Provinsi Sumatera Utara di sebelah Utara;

44

Provinsi Bengkulu di sebelah Selatan;


Provinsi Riau dan Jambi di sebelah Timur;
Samudera Hindia di sebelah Barat.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat secara umum

bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6C
sampai 31,5C. Provinsi ini juga dilalui oleh Garis khatulistiwa, tepatnya di
Bonjol, Pasaman. Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai besar yang bermuara
ke pantai timur Sumatera seperti Batang Hari, Siak, Inderagiri (disebut sebagai
Batang Kuantan di bagian hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai
yang bermuara ke pesisir barat adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang
Tarusan.
Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera
Barat, dengan Gunung Kerinci di kabupaten Solok Selatan sebagai gunung
tertinggi, yang mencapai ketinggian 3.085 m. Selain Gunung Kerinci,
Sumatera Barat juga memiliki gunung aktif lainnya, seperti Gunung Marapi,
Gunung Tandikat, dan Gunung Talang. Selain gunung, Sumatera Barat juga
memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di kabupaten Solok
dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam. Dengan luas
mencapai 130,1 km, Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatera
dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu
Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Diatas dan Danau
Dibawah).
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia.
Hal ini disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko,
tepat di antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan IndoAustralia. Oleh karenanya, wilayah ini sering mengalami gempa bumi
(www.wikipedia.com).
45

Gambar 2.9. Wilayah Provinsi Sumatera Barat ( Sumber__, 2014.Badan


Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Diakses melalui
http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/provinsi-sumaterabarat/ , pada tanggal 14 Januari2014).
2.4.2. Stasiun Seismik BMG Sumatera Barat
Stasiun Seismik adalah Pusat penelitian atau pemantauan serta analisis
gelombang seismik untuk mengetahui terjadinya gempa bumi disuatu lokasi
dengan menggunakan alat ukur seismograf. Terdapat beberapa stasiun yang
tersebar di wilayah Sumatera Barat diantaranya adalah GSI dan BKNI.

GSI

PSI
MNSI

PBSI

BKNI
PPI

46

Gambar 2.10. Peta Stasiun seismik yang tersebar di Sumatera Barat


( Sumber___, http://www.geofon .gfzpostdam.de/Sumatra, diakses pada
tangal 31 Oktober 2013 )
2.5. SEED ( Standard for The Exchange of The Earthquake Data )
Format standar untuk pertukaran data gempa bumi (Standard for the
Exchange of Earthquake Data atau SEED) di kembangkan sebagai standar
dalam federasi jaringan seismograph digital ( Federation of Digital
Seismographic Network atau FDSN) pada tahun 1987. IRIS juga mengadopsi
SEED dan menggunakannya sebagai format utama untuk himpunan-himpunan
datanya. SEED menggunakan empat jenis header kendali, antara lain yaitu :
Header pengidentifikasi volume;
Header kamus singkatan;
Header stasiun;
Header rentang waktu.
Masing-masing header dapat menggunakan beberapa blockettes
informasi dengan porsi individu yang spesifik untuk header yang sesuai dengan
cara pengaturan jenis volumenya. Beberapa blockettes bervariasi panjangnya
dan dapat lebih panjang dari pada panjangnya rekaman logis. Medan data
dalam header kendali diformat ASCII, tetapi medan data(dalam rekaman data)
utamanya diformat dalam biner. Perlu dikemukakan bahwa format-format
(seperti halnya SEED) yang dirancang untuk menangani kebutuhan pertukaran
data internasional, jarang sesuai dengan kebutuhan individual peneliti. Jadi
ketersediaan secara meluas perangkat lunak untuk konversi antara SEED dan
suatu rangkaian penuh format data adalah penting agar dapat menjadi lebih
baik untuk peneliti. (Chotimah Khusnul, 2012)
2.6. Penelitian yang Relevan
Pada tahun 2008, Dad Edziwa meneliti PGA akibat gempa bumi di
Sumatera Barat dan di dapatkan hasil bahwa dalam kurun waktu tahun
47

1975 hingga tahun 2005 telah terjadi 5 kali gempa bumi dengan rata-rata

PGAnya 417,88 gal dan nilai skala MMI 9,3.


Santi Pailoplee melakukan studi untuk menemukan hubungan antara
Skala MMI dengan PGA di Myanmar (Relationship between Modified
Mercalli Intensity and Peak Ground Acceleration in Myanmar) dan
didapatkan hasil bahwa dalam kurun waktu tahun 1912 hingga tahun
2006 telah terjadi 10 kali gempa bumi dengan range source MMI level

mencapai X.
Pada tahun 2011, Ahmad Fulki meneliti parameter gempa bumi, b value
dan PGA di daerah Papua dan di dapatkan hasil bahwa nilai b value dan

PGA berkisar antara 0,000029 s/d 0,0000454.


Pada tahun 2010, Kurnia Anzhar, Fepriadi dan Ajat Sudrajat meneliti
nilai percepatan tanah maksimum di daerah interes tapak pembangkit
listrik tenaga nuklir (PLTN) provinsi Kalimantan Timur dan didapatkan
hasil bahwa aktivitas kegempaan di wilayah Provinsi Kalimantan Timur
cukup rendah dan Nilai percepatan tanah maksimum secara probabilistik
dengan periode ulang 500 tahun di wilayah Provinsi Kalimantan Timur

berkisar antara 0,25 - 0,30 g.


Pada 2011, Edy Santoso dkk meneliti tentang seismic hazard studies and
its correlation with seismic intencity in sumatera and its surronding
Hasil hubungan empiris yang dapat digunakan untuk mengestimasi
dengan cepat atenuasi intensitas seismik (MMI) di lokasi wilayah
Sumatera yaitu: I (MMI) = 0,008 * PGA (gal) + 3,159.

BAB III
48

METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen

berbasis

komputasi

menggunakan

software

SeisGram2K

Seismogram Viewer v6.0.0X02. Data yang didapatkan dari suatu observasi atau
eksperimen kemudian di ekstrak ke dalam parameter fisis dengan
menggunakan model matematika ( Supriyanto, 2007). Pada penelitian ini data
yang didapat merupakan data displacement seismogram gempa bumi yang di
unduh dari katalog website www.webdc.eu, . Setelah mendapat data
displacement

tersebut,

data

itu

harus

diubah

dalam

bentuk

data

kecepatan/velocity dengan cara didefensialkan. Setelah mendapatkan hasil data


kecepatan dari hasil defensial, maka harus diubah lagi dalam bentuk data
percepatan/acceleration yang dapat diperoleh dengan cara mendeferensialkan
data kecepatan tersebut. Sehingga dari data displacement untuk mendapatkan
data dalam bentuk percepatan/ acceleration perlu dideferensialkan sebanyak
dua kali untuk mendapatkan hasil dari nilai percepatan maksimum tanah atau
PGA. Kemudian di analisis di laboratorium komputasi.

3.2. Pelaksanaan Penelitian


3.2.1. Obyek Penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah PGA gempa bumi Sumateran Barat 11
April 2012 dengan M = 8,6 skala richter.

49

3.2.2. Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian tentang analisis PGA di daerah Sumatera Barat akibat gempa
bumi tektonik 11 April 2012 ( M = 8,6 skala richter ) berlokasi di wilayah
Provinsi Sumatera Barat. Letak pulau Sumatera secara geografis 0 0 54 Lintang
Utara sampai dengan 30 30 Lintang Selatan serta 980 36 sampai dengan 1010
53 Bujur Timur.
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia.
Hal ini disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko,
tepat di antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan IndoAustralia. Oleh karenanya, wilayah ini sering mengalami gempa bumi
(www.wikipedia.com).

Panjang garis pantai Provinsi Sumatera Barat diperkirakan 186.500 Km


yang meliputi 7 (tujuh) Kabupaten Kota dengan rincian panjang pantai sebagai
berikut :

Kabupaten Pesisir Selatan dengan panjang pantai 278,200 Km;


Kota Padang dengan panjang pantai 99,32 Km;
Kabupaten Padang Pariaman dengan panjang pantai 41,712 Km;
Kota Pariaman dengan panjang pantai 20,62 Km;
Kabupaten Agam dengan panjang pantai 38,469 Km;
Kabupaten Pasaman Barat dengan panjang pantai 142,955 Km;
Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan panjang pantai 1.798,800 Km.
Secara wilayah, Provinsi Sumatera Barat terdiri 12 (Dua Belas)

kabupaten yaitu, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten


Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten
Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten
50

Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten


Kepulauan Mentawai, serta 7 (tujuh) Kota yaitu, Kota Padang, Kota Pariaman,
Kota Padang Panjang, Kota Solok dan Kota Sawahlunto, Kota Bukittinggi dan
Kota Payakumbuh. (bkpmp,2014)
Secara administrasi, Provinsi Sumatera Barat berbatasan langsung dengan:

Provinsi Sumatera Utara di sebelah Utara;


Provinsi Bengkulu di sebelah Selatan;
Provinsi Riau dan Jambi di sebelah Timur;
Samudera Hindia di sebelah Barat.

Gambar 3.1. Wilayah Provinsi Sumatera Barat ( Sumber__, 2014.Badan


Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Diakses melalui
http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/provinsi-sumaterabarat/ , pada tanggal 14 Januari2014).
51

3.2.2.2. Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dari pengambilan data, pengolahan data, serta
analisis data mulai pada bulan Januari 2014.

3.3. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen
laboratorium berbasis komputasi dan pengolahan data dengan rincian prosedur
penelitian sebagai berikut:
3.3.1. Instrumen Penelitian
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) Software mseed2sac-1.7 yang digunakan untuk membuka kunci data
openssl yang berfungsi merubah data dari file mseed menjadi file
format.sac;
2) Software Seisgram2K Seismogram Viewer yang digunakan untuk
memetakan data gempa bumi data file format.sac dengan proses picking
data.
3.3.2. Parameter Penelitian
Pada penelitian menentukan PGA akibat gempa bumi disekitar pulau
Sumatera

parameter yang digunakan adalah seismogram / pergeseran

displacement dari setiap stasiun seismik di wilayah Sumatera Barat yang perlu
dideferensialkan sebanyak dua kali untuk mendapatkan hasil dari nilai
percepatan maksimum tanah atau PGA.

52

3.3.3. Pengumpulan Data Penelitian


Pada penelitian menentukan PGA akibat gempa bumi disekitar provinsi
Sumatera Barat

digunakan data sekunder dari stasiun

geofisika disekitar

provinsi Sumatera Barat berupa parameter-parameter gempa bumi yaitu


magnitudo, lokasi episenter, dan kedalaman gempa. Data sekunder gempa bumi
di unduh dari website http://webdc.eu/arclink daerah di provinsi Sumatra Barat
dengan titik koordinat geografis diambil yaitu 980 36 - 1010 53 Bujur Timur
dan 00 54 Lintang Utara 30 30 Lintang Selatan. Rentang waktu yang di teliti
antara 11 April hingga 12 April 2013 dan mendapatkan 1 data gempa bumi
(Mw = 8,6 ). Data yang diperoleh dari website geofon adalah data berupa file
dengan format .sac, maka perlu menggunakan openssl untuk membuka kunci
data dan menggunakan software mseed2sac-1.7 untuk merubahnya ke file
format .sac. Kemudian data SAC ini diolah secara komputasi menggunakan
software SeisGram2K Seismogram Viewer dan diperoleh output data berupa
data PGA yang dicari.
3.3.3.1. Daftar Stasiun Seismik Sumatera Barat
Di Sumatera Barat terdapat 6 stasiun seismik, diantaranya BKNI,
MNSI, GSI, PBSI, PPI, dan PSI.

53

PSI

GSI

MNSI
PBSI

BKNI
PPI

Gambar 3.2. Peta Stasiun seismik yang tersebar di Sumatera Barat


( Sumber___,

http://www.geofon .gfzpostdam.de/Sumatra,

diakses pada tangal 31 Oktober 2013)


3.4. Pengolahan / Teknik Analisis Data Penelitian
3.4.1. Flowcart / Diagram Alir Analisis Data Penelitian
Untuk memudahkan penelitian tentang analisis PGA di daerah Sumatera
Barat akibat gempa bumi tektonik 11 April 2012 ( M = 8,6 skala richter ) maka
langkah-langkah pengolahan seperti yang dijelaskan pada diagram alir dibawah
ini:

54

Pengolahan data mseed menggunakan software Openssl dan mseedsac-1,7

Pengolahan data format .sac menggunakan software Sisgram2K


Pengambilan data dari web

Hasil nilai PGA

Selesai

Flowchart alur kerja penelitian

Mulai

Mengubah data SEED menjadi data SAC

55

Gambar 3.3. Flowchart Rancangan Penelitian

Flowchart mengubah data SEED menjadi data SAC

Start
Untuk mengecek
Open Command Prompt on Start windows

data

dalam cd c

Typing on dashboard cd c:\

Typing on dashboard cd folder name

Typing on dashboard dir

ganti nama file data yg


ada mssed.openssl
dengan nama file nya
saja.

Changing name data file mseed.openssl on dashbord

Gambar 3.4. Flowchart Proses Mengubah data SEED menjadi dataKeluar


SAC hasil ex: 1
Setelah di dapat hasil analisis dari perhitungan secara komputasi, maka
Typing
dashboard
dir stasiun di pulau Sumatera
diperoleh hasil analisis PGA
darionsetiap
rekaman

dengan satuan nm/s2 dan dilakukan perhitungan manual untuk mengubah


satuan ke cm/s2 makaTyping
akan didapatkan
PGA nya. 1
on dashboardnilai
mseed2sac-1.7.exe
3.4.2. Akses Data pada situs Webdc
Dalam penelitian ini data yang digunakan didapat melalui situs
http://www.webdc.eu dengan waktu yang digunakan pada tanggal 11 April
SAC Data

2012.
3.4.3. Pemilihan Data pada Situs Webdc
Data yang dipilih pada Webdc ini dengan batasan magnitudo, distance,
Finish

lintang dan bujur koordinat Provinsi Sumatera Barat, yaitu 980 36 - 1010 53

56

Bujur Timur dan 00 54 Lintang Utara 30 30 Lintang Selatan dengan nilai


amplitudo > 5. Selanjutnya pilih 1 event gempa untuk melakukan proses
download data. Setelah itu mengisi data pada kolom select station dan
mengisikan pada menu distance 00 100

agar memperoleh data lokal.

Kemudian muncul daftar stasiun seismik yang sudah terseleksi. Proses


berikutnya adalah klik pada button yang bertuliskan verify request untuk proses
download data. Setelah itu akan muncul tanda centang vertical (BHZ),
kemudian pilih mseed dan none. Kemudian isi email yang sudah terdaftar
untuk melakukan proses download data selanjutnya dan klik submit request.
3.4.4. Perubahan Format Data
Data yang diperoleh adalah data dengan format seed dan untuk
pengolahan menggunakan software SeisGram2K diperlukan data dengan
format ,sac maka harus dilakukan proses ekstrak data dengan menggunakan
Command Prompt (cmd) pada windows dengan perintah openssl des cbc
pass: Isikan password in (nama file yang akan diubah) out (nama file
outputnya) d. Setelah itu ada file dengan format .file dan diekstrak
menggunakan Command Prompt (cmd) pada windows dengan perintah
cdmseed2sac-1.7.exe (nama file).
3.4.5. Proses Picking Data Menggunakan Software Seisgram2k
Membuka software Seisgram2K Seismogram Viewer dan membuka
file format .sac data yang akan diolah, picking data dilakukan pada setiap
stasiun seisgram dan outputnya hasil PGA nm/s2

57

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Download Data


Hasil download data melalui situs http://webdc.eu/arclink mendapatkan
data gempa bumi yang terjadi pada tahun 2000 2012 dengan kekuatan
magnitudo 7 SR terbesar di Propinsi Sumatera Barat yang terletak titik yaitu
980 36 - 1010 53 Bujur Timur dan 00 54 Lintang Utara 30 30 Lintang
Selatan.

Gambar 4.1.Hasil gempabumi 7 magnitude melalui http://webdc.eu/arclink

58

Gempabumi yang terjadi pada 10 Januari 2014 terekam oleh beberapa


stasiun seismik di Sumatera, tetapi perlu dilakukan pemilihan hanya stasiun
seismik di Sumatera Barat karena lokasi penelitian di Sumatera Barat. Ada 5
Stasiun seismik yang merekam gempabumi yang terjadi di 10 Januari 2014,
yaitu BKNI, MNSI, GSI, PBSI, PPI, dan PSI.

PSI

GSI

MNSI
BKNI

PBSI

PPI

Gambar 4.2. Lokasi stasiun seismik di Sumatera Barat http://webdc.eu/arclink


Letak koordinat stasiun seismik berada di garis lintang dan garis bujur
sebagai berikut :
GSI

: 1.3036 LS - 97.5754 BT

BKNI : 0.3264167 LS - 101.039638 BT


PSI

: 2.6952 LS - 98.9240 BT

PBSI : -0.0547 LS - 98.28 BT


MNSI : 0.795498 LS - 99.579627 BT
PPI

: -0.45503 LS - 100.3968 BT

59

PSI
GSI
PBSI

MNSI
BKNI
PPI

Gambar 4.3. Lokasi stasiun seismik di Sumatera Barat dengan pusat gempa
bumi http://webdc.eu/arclink
4.3 Hasil Picking Data .Sac

Hasil picking data menampilkan hasil pengolahan data dari setiap stasiun
seismik Sumatera Barat berdasarkan magnitudo 7 yang merekam gempabumi
10 Januari 2014 menggunakan software komputer SeisGram2K Seismogram
Viewer v6.0.0X02. Data yang diolah adalah data dengan format .sac.
4.3.1. Gempa dengan Magnitudo 7.1 SR pada 10 Januari 2012

60

Gambar 4.4. Hasil data dengan magnitudo 7.1 SR pada 10 Januari 2012
Dari hasil picking data Gambar 4.4. terdapat beberapa stasiun yang
merekam gempa 7.1 SR di Sumatera Barat. Diantaranya adalah PBSI, BKNI,
GSI dan PSI. Hasil PGA yang di peroleh adalah :
GSI ? Y ? PGA ? 20120110 1839 17.220 GAU 0.0 0.0 -1.1357421E7 0.0
BKNI ? Y ? PGA ? 20120110 1841 26.970 GAU 0.0 0.0 -3494160.0 0.0
PSI ? Z ? PGA ? 20120110 1838 46.188 GAU 0.0 0.0 -7699880.0 0.0
PBSI ? Z ? PGA ? 20120110 1839 49.263 GAU 0.0 0.0 5506820.0 0.0

4.3.2. Gempa dengan Magnitudo 7.2 SR pada 20 Februari 2008

Gambar 4.5. Hasil data dengan magnitudo 7.2 SR pada 20 Februari 2008

61

Dari hasil picking data Gambar 4.5. terdapat beberapa stasiun yang
merekam gempa 7.2 SR di Sumatera Barat. Diantaranya adalah PBSI, BKNI,
GSI ,PSI dan PPI. Hasil PGA yang di peroleh adalah :
GSI ? Z ? PGA ? 20080220 0810 18.450 GAU 0.0 0.0 -8648360.0 0.0
PPI ? Z ? PGA ? 20080220 0811 14.050 GAU 0.0 0.0 676320.0 0.0
PSI ? Z ? PGA ? 20080220 1838 46.188 GAU 0.0 0.0 -7699880.0 0.0
PBSI ? Z ? PGA ? 20080220 1843 18.737 GAU 0.0 0.0 -1195440.0 0.0
BKNI ? Z ? PGA ? 20080220 1841 08.820 GAU 0.0 0.0 1317200.0 0.0

4.3.3. Gempa dengan Magnitudo 7.6 SR pada 06 April 2010

Gambar 4.6. Hasil data dengan magnitudo 7.6 SR pada 06 April 2010

Dari hasil picking data Gambar 4.7. terdapat beberapa stasiun yang
merekam gempa 7.6 SR di Sumatera Barat. Diantaranya adalah BKNI dan GSI.
Hasil PGA yang di peroleh adalah :

62

GSI ? Z ? PGA ? 20100406 2216 06.020 GAU 0.0 0.0 9.7319096E7 0.0
BKNI ? Y ? PGA ? 20100406 2218 12.920 GAU 0.0 0.0 -2.682988E7 0.0

4.3.4. Gempa dengan Magnitudo 8.2 SR pada 11 April 2012

Gambar 4.7. Hasil data dengan magnitudo 8.2 SR pada 11 April 2012
Dari hasil picking data Gambar 4.7. terdapat beberapa stasiun yang
merekam gempa 8.2 SR di Sumatera Barat. Diantaranya adalah PBSI, BKNI,
GSI ,PSI dan MNSI. Hasil PGA yang di peroleh adalah :
MNSI ? X ? PGA ? 20120411 1046 21.388 GAU 0.0 0.0 2.50039584E8 0.0
GSI ? Z ? PGA ? 20120411 1045 56.970 GAU 0.0 0.0 -2.366368E7 0.0
PBSI ? Y ? PGA ? 20120411 1051 30.337 GAU 0.0 0.0 -2.0884848E8 0.0
PSI ? Z ? PGA ? 20120411 1051 13.663 GAU 0.0 0.0 -1.53235616E8 0.0
BKNI ? Z ? PGA ? 20120411 1047 34.270 GAU 0.0 0.0 4680540.0 0

63

4.3.5. Gempa dengan Magnitudo 8.6 SR pada 11 April 2012

Gambar 4.8. Hasil data dengan magnitudo 8.6 SR pada 11 April 2012

Dari hasil picking data Gambar 4.8. terdapat beberapa stasiun yang
merekam gempa 8.6 SR di Sumatera Barat. Diantaranya adalah PBSI, BKNI,
GSI ,PSI dan MNSI. Hasil PGA yang di peroleh adalah :

MNSI ? X ? PGA ? 20120411 0842 12.288 GAU 0.0 0.0 2.93825216E8 0.0
GSI ? Z ? PGA ? 20120411 1045 56.970 GAU 0.0 0.0 -2.366368E7 0.0
PBSI ? Z ? PGA ? 20120411 0841 53.613 GAU 0.0 0.0 2.8111168E8 0.0

64

PSI ? Z ? PGA ? 20120411 0849 33.163 GAU 0.0 0.0 -2.66000224E8 0.0
BKNI ? Z ? PGA ? 20120411 0843 20.720 GAU 0.0 0.0 -1.706902E7 0.0

Dari hasil pengolahan data gempabumi yang telah di download melalui


situs http://webdc.eu/arclink didapatkan hasil ouput berupa nilai PGA dari
setiap stasiun seismik yang merekam gempabumi 10 Januari 2014 di Sumatera
Barat. Dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini:

65

66

67

4.3.6. Perhitungan PGA Dalam Bentuk gal Pada Skala MMI


Hasil output data perhitungan menggunakan seisgram2k seperti pada
tabel 4.1. menunjukkan tanda negatif yang berarti nilai puncak dibawah sumbu
horizontal, sehingga tanda negatif bisa diambil nilai mutlaknya.
Dari tabel 4.1. diperoleh hasil PGA (peak ground acceleration)
pengolahan menggunakan software komputer SeisGram2K Seismogram
Viewer v6.0.0X02. Hasil output software berupa hasil nilai PGA dengan satuan
nm/s2 dan dikonversi secara perhitungan manual ke cm/s2 dengan rumus: Hasil
output x 10-7, karena percepatan permukaan tanah dinyatakan dalam g
(percepatan akibat gravitasi bumi, setara dengan gaya gravitasi bumi) sebagai
desimal atau persentase. Dalam cm/s2 (1 g = 981 cm/s2); atau dalam gal ,
dimana 1 gal sama dengan 1 cm/s2 (1g=981 gal).
Pada tabel 4.1. terlihat bahwa percepatan tanah yang terekam oleh 6
stasiun di Sumatera Barat tergolong tinggi, jadi tingkat resiko gempabumi
tersebar di kota-kota lain juga beresiko sangat tinggi. Faktor gempabumi yang
berkekuatan tinggi dan berada di laut sangat berbahaya dan dapat menimbulkan
bencana tsunami.
Hasil analisis data dari setiap stasiun seismik di Sumatera Barat
menunjukkan nilai PGA tertinggi berdasarkan pengolahan data menggunakan
SeisGram2K Seismogram Viewer v6.0.0X02 adalah 288.2428366 gal yang
terekam oleh stasiun seismik MNSI dan menurut Brotopuspito. K. S (2012)

68

dapat digolongkan kedalam tingkat resiko tinggi yaitu skala XII MMI 100
gal.
4.3.7. Perhitungan Jarak Episenter Gempa
Dalam studi ini untuk menghitung jarak episenter gempa digunakan
perumusan Haversine yang diusulkan oleh Sinnott dengan permodelan bola
sederhana. Rumus Haversine merupakan persamaan yang memberikan
pengertian tentang jarak lingkaran antara dua titik pada permukaan bola(bumi)
berdasarkan bujur dan lintang.(R.W. Sinnott, "Virtues of the Haversine", Sky
and Telescope, vol. 68, no. 2, 1984, hal.159) Penggunaan rumus ini
mengabaikan efek ellipsoidal. Rumus Haversine dapat diketahui sebagai
berikut:
D = arcos (sin(lat1) . sin(lat2) + cos(lat1) . cos(lat2) .cos(long2long1)) . R
.......................... ( 29 )
(Yulia, 2011)

Dimana :
Lat dan long dalam radian
Titik 1 ialah kota yang ditinjau
Titik 2 ialah letak sumber gempa
R = Diameter Bumi = 6371 km.

Pada tabel 4.1. terlihat bahwa jarak episenter gempa dari stasiun seismik
yang terekam oleh 6 stasiun di Sumatera Barat, Hasil perhitungan jarak
69

episenter untuk setiap atenuasi memiliki perbedaan, tergantung pada jarak site
(tempat) stasiun seismik dari pusat gempa. Jadi semakin dekat jarak episenter
dari pusat gempa semakin tinggi percepatan permukaan tanah (PGA) yang
terjadi.
4.3.8. Hubungan Percepatan Permukaan Tanah (PGA) dengan Jarak
Episenter Gempa Bumi
Jarak episenter gempa merupakan jarak antara event gempa dengan
stasiun seismik yang merekam event gempa. Semakin panjang jarak episenter
gempa maka semakin jauh jarak stasiun seismik yang merekam event gempa.
Semakin pendek jarak episenter gempa semakin dekat jarak stasiun seismik
yang merekam event gempa.
Pada perhitungan percepatan permukaan tanah (PGA) dengan jarak
episenter gempa bumi terdapat hubungan ( korelasi ) antara besar percepatan
permukaan tanah (PGA) dengan jarak episenter gempa. Semakin pendek jarak
episenter gempa dengan stasiun seismik (pengamat) maka semakin besar nilai
percepatan permukaan tanah (PGA). Semakin panjang atau jauh jarak episenter
gempa dengan lokasi stasiun seismik (pengamat) maka semakin kecil nilai
PGA yang ditemukan. Maka hubungan atau korelasi antara jarak episenter
dengan percepatan permukaan tanah dapat dilihat pada grafik 4.2. di bawah ini:

70

Korelasi Jarak Episenter dengan PGA


pada Gempa Bumi Sumatera Barat
10 Januari 2012 dengan M = 7,1 SR
1500.00
1000.00
f(x) = - 1.72x + 1858.02
500.00

Pek Ground Acceleration (PGA) gal

0.00

Epicenter (D) km
Grafik 4.1. Grafik Korelasi Jarak Episenter dengan PGA di Sumatera Barat
pada 10 Januari 2012 dengan M = 7,1 SR

Korelasi Jarak Episenter dengan PGA


pada Gempa Bumi Sumatera Barat
20 Februari 2008 dengan M = 7,2 SR
1000.00
f(x) = - 1.29x500.00
+ 1047.09

Pek Ground Acceleration (PGA) gal

0.00

Epicenter (D) km
Grafik 4.2. Grafik Korelasi Jarak Episenter dengan PGA di Sumatera Barat
pada 20 Februari 200812 dengan M = 7,2 SR

71

Korelasi Jarak Episenter dengan PGA


pada Gempa Bumi Sumatera Barat
6 April 2010 dengan M = 7,6 SR
15000.00

Pek Ground Acceleration

10000.00
f(x) = - 19.1x + 11869.59
(PGA) gal 5000.00
0.00

Epicenter (D) km
Grafik 4.3. Grafik Korelasi Jarak Episenter dengan PGA di Sumatera Barat
pada 6 April dengan M = 7,6 SR

Korelasi Jarak Episenter dengan PGA


pada Gempa Bumi Sumatera Barat
11 April 2012 dengan M = 8,2 SR
30000
f(x) = - 58.71x +20000
62191.17

Peak Ground Acceleration (PGA) gal 10000


0

Epicenter (D) km
Grafik 4.4. Grafik Korelasi Jarak Episenter dengan PGA di Sumatera Barat
pada 11 April 2012 dengan M = 8,2 SR

72

Korelasi Jarak Episenter dengan PGA


pada Gempa Bumi Sumatera Barat
11 April 2012 dengan M = 8,6 SR
40000.00
f(x) = - 90.85x20000.00
+ 87381.92

Peak Ground Acceleration (PGA) gal

0.00
1000.00
600.00

Epicenter (D) km
Grafik 4.5. Grafik Korelasi Jarak Episenter dengan PGA di Sumatera Barat
pada 11 April 2012 dengan M = 8,6 SR

Jika di analisis beberapa grafik diatas, mulai dari event gempa dengan
M = 7, 1 8,6 SR grafik tersebut menggambarkan kondisi PGA terhadap jarak
episenter gempa . Karena grafik diatas menggambarkan kondisi PGA dalam
event gempa yang berbeda-beda, maka terdapat fluktuasi di beberapa titik yang
menghubungkan antara jarak episenter dengan PGA. Pada saat gelombang
gempa mencapai lokasi stasiun, maka perekaman PGA di setiap stasiun tidak
sama. Hal itu dikarenakan koordinat setiap stasiun perekam (seismik) berbedabeda. Bergantung jauh dekatnya stasiun perekam terhadap sumber gempa. Dan
struktur dataran permukaan tanah setiap stasiun berbeda. Oleh karena itulah
besar nilai PGA yang di rekam tidak sama dan terdapat fluktuasi di beberapa
titik pengamatan

73

BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan hasil analisis data dari setiap
stasiun seismik di Sumatera Barat menunjukkan bahwa :

Nilai PGA tertinggi di rekam oleh stasiun seismik MNSI dengan nilai
PGA 28824,25 gal dengan koordinat stasiun seismiknya adalah 0.795498
LS - 99.579627 BT dan nilai PGA terendah di rekam oleh stasiun seismik
PBSI dengan nilai PGA 117,27 gal dan koordinat stasiun seismik adalah
-0,0547 LS - 98,28 BT. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
nilai PGA untuk stasiun seismik di wilayah Sumatera Barat antara 117,27
gal - 28824,25 gal. Sehingga gempabumi tersebut dapat berpotensi
tsunami dan dapat menimbulkan dampak kerusakan di daerah Sumatera

Barat.
Ditemukan hubungan/korelasi antara PGA dengan jarak episenter gempa
(D) yaitu bahwa semakin dekat jarak episenter gempa semakin besar nilai

PGA yang di temukan.


Besar kecil nilai PGA bergantung pada jarak episenter gempa terhadap
lokasi dan kondisi atau struktur permukaan tanah dari lokasi yang di
tinjau.

74

5.2. Saran
1.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang gempabumi terbaru dengan


kekuatan > 7 magnitudo di Sumatera Barat dan dengan lebih dari 5 sumber
gempabumi yang diteliti.

2.

Perlu dilakukan penelitian PGA untuk stasiun yang lebih merata di Seluruh
daerah Sumatera, khususnya Propinsi Sumatera Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Aldimar, Fahmi., Matrizal, Koko., Edziwa Daz.,. 2010. Analysis Evaluation of


Peak Ground Acceleration Amplification Factor on Ground Surface.
Journal of Puslitbang , Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Annaka, T., Takeda , T., Soraoka , H., Yanagisawa, K.,. 2006. Development of a
Probalistic Tsunami Hazard Analysis in Japan. International Confeence
on Nuclear Engineering. July 17-20, Miami, Florida, USA

75

Arif. 2010. Rongga bumi di dalam. ( online) ( Diakses melalui


http://www.arieffanfitrov.blogspot.com pada tanggal 12 maret 2013)
Arienaga.2013. files.wordpress.com/2011/01/gempa bumi.doc
Badan Pusat Statistik Indonesia ,.2013. Geologi

Sumatera

http://www.badanpusatstatistikindonesia.co.id.
Berryman, K. 2006. Review of Tsunami Hazard and Risk in New
Zealand.Confidential. . Journal of The School of Institute of Geological
& Nuclear Sciences, New Zealand.
BMKG.2013.Geofisika. (online) (diakses melalui http://www.bmkg.go.id/ pada
tanggal 6 Februari 2013).
Brama.2012.
Struktur
Geologi

Pulau

Sumatera.

Surabaya

http://pendekarbramakumbara.blogspot.com/2012/04/vbehaviorurldefault
vmlo.html.
Brotopuspito, K, S, 2012. Percepatan Getaran Tanah Maksimum Akibat
Gempa Bumi. FMIPA. UGM.
Carlson, Plumer, Megeary.2006. Physical Geology Earth Revealed, sixth
edition. New York: MC.Graw Hill.
Dobrin,M.B.,1976. Introduction to Geophysical Prospecting, McGraw Hill
Co.,3th,edition : Sidney.
Edziwa, Daz, 2008. Analisis Terhadap Intensitas dan Percepatan Tanah
Maksimum Gempa Sumbar. Vol.1. No.29.
Fulki, Ahmad,. 2011, Analisis parameter gempa bumi, b value dan PGA di
daerah Papua. Journal of school of Islam Negeri Hodayatullah University
. Jakarta.
Geist, E.L. and Parsons, T. (2006). Probabilistic Analysis of Tsunami Hazards.
Natural Hazards. Journal of Geoscience Education , 37, 277314.

76

Hidayat, Edi; Yugo Kumoro; Puguh Dwi Raharjo; Eko Puswanto. 2012. Kajian
Tektonik Aktif Pada Patahan Grindulu Untuk Mendukung Mitigasi
Bencana Gempa bumi dan Gerakan Tanah Di Wilayah Pacitan.
http://daerah.sindonews.com/read/2013/07/09/2.
Huluq 4. 2009. Analisis Kekuatan Gempa (online) (Diakses melalui
www.akudanduniakusajatitik.blogspot.com.
http://webdc.eu/arclink
Ismail, S. 1989, Pendahuluan Seismologi jilid IA, Balai Diktat Meteorologi dan
Geofisika, Jakarta.
Ismail, S. 1989, Pendahuluan Seismologi jilid IIA, Balai Diktat Meteorologi
dan Geofisika, Jakarta.
Ismail,Sulaiman. 1989 Pendahuluan Seismologi. Balai Pendidikan dan Latihan
BMG. Jakarta
K. Kanai. (Earthquake Research Institute University of Tokyo).
Kompasiana.2012.Mengenal Struktur Lapisan Bumi. (online) (Diakses melalui
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/28/mengenal-struktur-lapisanbumi-460480.html .
Khusara. 1981. Earthquake Mechanical. Cambridge University . London.
Kirbani Sri B, Nanang E.S,. 2007. Pemetaan percepatan getaran tanah
maksimum (PGA) akibat Gempa utama Yogyakarta 27 Mei 2006 dengan
metode kanai pendekatan sumber garis. Journal Physics of Indonesia.
Indonesia
Matsumura, Shozo.2009. Seismicity Change preceding the 2004(M9.0),
2005(M8.6), and 2007(M8.5) Sumatra Giant Earthquake Series. Journal
of The School of National Research Institute for Earth Science and
Disaster Prevention, Tennodai 3-1, Tsukuba, Ibaraki, 305-0006, Japan

77

Pasaribu,Roberto. 1998. Metode Pengamatan dan Pengukuran Tsunami


Dengan Menggunakan Seismik Moment (Tremors). Buletin BMG.
Jakarta.
Prancis Tjia,M.O.1994. Gelombang . Dabore Publisers. Solo.
Putra, R.P, 2011. Studi Percepatan Gempa MaksimumPeta Gempa Indonesia di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Surabaya. ITS.
Remond, Dominique. 1995. Tremors. Laboratrien de Geophysique. Department
of Geological Sciences, Northwestern University Evanston , IL 60208 ,
Tahiti, USA.
Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Tekhnik Geofisika. Bandung: ITB.
Supriyanto, Eng.2007. Analisis Data Geofisika : Memahami Teori Inversi.
Diktat Jurusan Fisika Komputasi Universitas Indonesia.
USGS .2013. Data Gempa Sumatra USGS. (online) ( Diakses melalui
http://www.usgs.gov/. 20 Februari 2013)
Winardi, A,. 2006. Gempa Jogja, Indonesia dan Dunia. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Waluyo. 2002. Diktat Kuliah Seismologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada(UGM).
Wenseslaus, Wedon Nuhan,.2011. Fisiografi 5 Pulau besar di Indonesi.
Surabaya.

http://daerah.sindonews.com/read/2013/07/09/2,

(Online,

diakses pada 31 Oktober 2013)

78

LAMPIRAN
A. Proses Pengambilan Data Gempa Bumi
1.

Pemilhan waktu gempa bumi melalui http://webdc.eu/arclink,

memasukkan rentang waktu gempa bumi yang dicari:

2.

Penetuan titik koordinat, kekuatan gempa bumi, dalam maksimum

kedalaman gempa bumi yang dicari:

79

3.

Tampilan history gempabumi yang terjadi berdasarkan titik koordinat yang

dicari:

80

4.

5.

Penentuan stasiun seismik gempa bumi yang dicari:

Hasil stasiun seismik gempa bumi yang mencatat gempa bumi yang dicari,
dalam tahap ini tidak semua stasiun seismik yang merekam di download
semua datanya tetapi hanya stasiun daerah Sumatera Barat saja yang
datanya diambil untuk proses penelitian:

81

6.

Proses Verify untuk melanjutkan ke tahap download data berikutnya:

7.

Hasil verify proses download data, pada tahap ini ada beberapa proses
yang dilakukan untuk pengambilan data:

Penetuan data yang akan diambil, yaitu data rekaman BHE,BHN

dan BHZ;
Penetuan type data yang akan didownload, yaitu mseed (mini

seed);
Memasukkan

email

yang

sudah

teregistrasi

oleh

http://webdc.eu/arclink.

82

8.

Proses download data, pada tahap ini hanya klik tanda yang sudah ada dan
mencatat nomer ID data agar proses pencarian data sesuai ID dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat.

83

9.

Proses download data tahap akhir, data yang kita cari sesuai ID pada
tahap sebelumnya. Setelah menemukan data dengan ID yang benar,
hanya klik download volume maka data sudah dapat di download:

B. Proses Perubahan Format Data


1. Data yang diperoleh berupa data dengan format mseed (mini seed). Agar
dapat diolah menggunakan SeisGram2K Seismogram Viewer v6.0.0X02
format data harus dirubah ke bentuk .sac. Data mseed hasil download

84

harus diletakkan pada 1 folder tersendiri dan penulis memberi nama


foldernya contoh, seperti pada gambar berikut:

2. Tahap selanjutnya adalah proses membuka key dengan openssl lewat


CMD agar data tadi dapat dirubah menjadi format .sac. Pada perintah
tinggal dimasukkan lokasi folder, nama file input, kode key, dan nama
file output agar file mseed dapat dibuka, perintah seperti gambar berikut
ini:

85

3. Setelah proses membuak key sukses, maka di folder yang sudah kita
tentukan akan muncul data output dari proses membuka key dengan
format .file, lalu merubahnya ke format.sac menggunakan software
mseed2sac-1.7 dan melakukan perintah seperti gambar berikut ini:

86

4. Setelah semua selesai dan melakukan perintah dengan benar, maka


proses perubahan format data ke .sac akan terjadi proses seperti gambar
dibawah ini:

5. Hasil perubahan data yang terletak pada folder.

6. Melakukan proses picking data

Setelah melakukan proses pemanggilan data sac pada cmd kolom


melalui software SeisGram2K Seismogram Viewer v6.0.0X02,
maka akan keluar hasil data sac berupa gelombang seismik
87

Melakukan proses picking data dengan meng klik button PICK yang

pada software SeisGram2K Seismogram Viewer v6.0.0X02 .


Menyeleksi gelombang dengan amplitudo yang paling besar dengan meng

klik button 0-P_max


Karena data yang diperoleh merupakan data kecepatan maka hanya perlu
dilakukan proses deferensial 1 kali. Untuk melakukan proses defensial
maka harus meng klik button Differentiate

88

7. Hasil picking data

89

C. Proses Perhitungan Data PGA Dalam Satuan gal


1. Gempa Dengan M = 7,1 SR ( 10 Januari 2012 )
PBSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

nm
s2
g (%) = Hasil output x 10-7
nm

= 5506820
x 10-7
s2
cm
= 0,5506820
2
s
PGA = g x 981
cm
= 0,5506820
x 981
s2
v6.0.0X02. = 5506820

= 540,22 gal

BKNI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

nm
s2
-7
g (%) = Hasil output x 10
nm
= 3494160
x 10-7
s2
cm
= 0,349416 2
s
PGA = g x 981
cm
= 0,349416 2 x 981
s
= -342,78 gal
v6.0.0X02. = 3494160

GSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 11357421

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7

90

nm
x 10-7
2
s
cm
= 1,135742 2
s
PGA = g x 981
cm
= 1,135742 2 x 981
s
= 1114,16 gal
= 11357421

PSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

nm
2
s
g (%) = Hasil output x 10-7
nm
= 7699880
x 10-7
2
s
cm
= 0,769988
s2
PGA = g x 981
cm
= 0,769988
x 981
s2
= 755,36 gal
v6.0.0X02. = 7699880

2. Gempa Dengan M = 7,2 SR ( 20 Februari 2008 )


PBSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

nm
2
s
g (%) = Hasil output x 10-7
nm

= 1195440
x 10-7
2
s
v6.0.0X02. = 1195440

91

= 0,119544

cm
s2

PGA = g x 981
= 0,119544

cm
s2

x 981

= 117,27 gal

BKNI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

nm
s2
g (%) = Hasil output x 10-7
nm
= 1317200
x 10-7
2
s
cm
= 0,131720
s2
PGA = g x 981
cm
= 0,131720
x 981
2
s
= 129,22 gal
v6.0.0X02. = 1317200

PPI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

nm
s2
g (%) = Hasil output x 10-7
nm
= 6763210
x 10-7
2
s
cm
= 0,676321
s2
PGA = g x 981
cm
= 0,676321
x 981
s2
= 663,47 gal
v6.0.0X02. = 6763210

GSI :

92

Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

nm
s2
g (%) = Hasil output x 10-7
nm
= 8648360
x 10-7
s2
cm
= 0,864836
2
s
PGA = g x 981
cm
= 0,864836
x 981
2
s
= 848,40 gal
v6.0.0X02. 8648360

PSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

nm
s2
g (%) = Hasil output x 10-7
nm
= 7699880
x 10-7
2
s
cm
= 0,769988
s2
PGA = g x 981
cm
= 0,769988
x 981
s2
= 755,36 gal
v6.0.0X02. = 7699880

3. Gempa Dengan M = 7,6 SR ( 06 April 2010 )


BKNI :

93

Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 26829880

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 26829880
x 10-7
s2
cm
= 2,682988
2
s
PGA = g x 981
nm
= 2,682988
x 981
2
s
= 2632,01 gal

GSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 97319096

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 97319096
x10-7
s2
cm
= 9,731910
s2
PGA = g x 981
cm
= 9,731910
x 981
s2
= 9547,00 gal
4. Gempa Dengan M = 8,2 SR ( 11 April 2012 )
PBSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 208848480

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7


nm

= 208848480
x 10-7
s2
cm
= 20,884848
2
s
PGA = g x 981
94

= 20,884848

cm
s2

x 981

= 20488,04 gal

BKNI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 24680540

nm
2
s

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 24680540
x 10-7
2
s
cm
= 2,468054
s2
PGA = g x 981
cm
= 2,468054
x 981
2
s
= 2421,16 gal

MNSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 250039584

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 250039584
x 10-7
s2
cm
= 25,003958
2
s
PGA = g x 981
cm
= 25,003958
x 981
s2
= 24528,88 gal

95

GSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 23663680

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 23663680
x 10-7
s2
cm
= 2,366368
2
s
PGA = g x 981
cm
= 2,366368
x 981
s2
= 2321,41 gal

PSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 153235616

nm
2
s

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 153235616
x 10-7
s2
cm
= 15,323562
2
s
PGA = g x 981
cm
= 15,323562
x 981
s2
= 15032,41 gal

5. Gempa Dengan M = 8,6 SR ( 11 April 2012 )


PBSI :

96

Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 281111680

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7


nm

= 281111680
x 10-7
s2
cm
= 28,111168
2
s
PGA = g x 981
cm
= 28,111168
x 981
2
s
= 27577,06 gal

BKNI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 17069020

nm
2
s

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 17069020
x 10-7
2
s
cm
= 1,706902
2
s
PGA = g x 981
cm
= 1,706902
x 981
2
s
= 1674,47gal

MNSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 293825216

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 293825216
x 10-7
2
s

97

= 29,382522

cm
s2

PGA = g x 981
= 29,382522

cm
s2

x 981

= 28824,25 gal

GSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 23663680

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 23663680
x 10-7
2
s
cm
= 2,366368
s2
PGA = g x 981
cm
= 2,366368
x 981
s2
= 2321,41 gal

PSI :
Hasil Output dari software Seismogram2K Seismogram Viewer

v6.0.0X02. = 266000224

nm
s2

g (%) = Hasil output x 10-7


nm
= 266000224
x 10-7
2
s
cm
= 26,600022
s2
98

PGA = g x 981
= 26,600022

cm
2
s

x 981

= 26094,62 gal

D. Proses Perhitungan Jarak Episenter (D)


1. Gempa M =7,1 SR (10 Januari 2012)
PBSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,0547
3,14 = 0,000954 rad
Lat1 =
180
2,43
3,14 = 0,042390 rad
Lat2 =
180
98,28
3,14 = 1,714440 rad
Long1 =
180
93,07
3,14 = 1,623554 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,000954).sin(0,042390) +
cos(0,000954).cos(0,042390).cos(1,623554-1,714440)).6371km
= 636,21 km

BKNI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :

99

a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,3264167
3,14 = 0,005694 rad
Lat1 =
180
2,43
3,14
Lat2 =
= 0,042390 rad
180
101,039638
3,14 = 1,762580 rad
Long1 =
180
93,07
3,14 = 1,623554 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,005694).sin(0,042390) +
cos(0,005694).cos(0,042390).cos(1,623554-1,762580)).6371km
= 915,77 km

GSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
1,3036
3,14 = 0,022741 rad
Lat1 =
180

100

2,43
3,14
= 0,042390 rad
180
97,5754
3,14 = 1,702149 rad
Long1 =
180
93,07
3,14 = 1,623554 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
Lat2 =

D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,022741).sin(0,042390) +
cos(0,022741).cos(0,042390).cos(1,623554-1,702149)).6371km
= 515,87 km

PSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
2,6952
3,14 = 0,047016 rad
Lat1 =
180
2,43
3,14
Lat2 =
= 0,042390 rad
180
98,9240
3,14 = 1,725674 rad
Long1 =
180
93,07
3,14 = 1,623554 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km

101

Jadi :
D = arcos( sin(0,047016).sin(0,042390) +
cos(0,047016).cos(0,042390).cos(1,623554-1,725674)).6371km
= 650,62 km

2. Gempa M =7,2 SR (20 Februari 2008)


PBSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,0547
3,14 = 0,000954 rad
Lat1 =
180
2,70
3,14 = 0,047100 rad
Lat2 =
180
98,28
3,14 = 1,714440 rad
Long1 =
180
96,00
3,14 = 1,674667 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,000954).sin(0,047100) +
cos(0,000954).cos(0,047100).cos(1,674667-1,714440)).6371km
= 388,06km

BKNI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
102

a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)


= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,3264167
3,14 = 0,005694 rad
Lat1 =
180
2,70
3,14 = 0,047100 rad
Lat2 =
180
101,039638
3,14 = 1,762580 rad
Long1 =
180
96,00
3,14 = 1,674667 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,005694).sin(0,047100) +
cos(0,005694).cos(0,047100).cos(1,674667-1,762580)).6371km
= 618,90 km

PPI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,45503
3,14 = 0,007938 rad
Lat1 =
180
2,70
3,14 = 0,047100 rad
Lat2 =
180
100,3968
3,14 = 1,751366 rad
Long1 =
180
103

96,00
3,14 = 1,674667 rad
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
Long2 =

D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,007938).sin(0,047100) +
cos(0,007938).cos(0,047100).cos(1,674667-1,751366)).6371km
= 548,47 km

GSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
1,3036
3,14 = 0,022741 rad
Lat1 =
180
2,70
3,14 = 0,047100 rad
Lat2 =
180
97,5754
3,14 = 1,702149 rad
Long1 =
180
96,00
3,14 = 1,674667 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,022741).sin(0,047100) +
cos(0,022741).cos(0,047100).cos(1,674667-1,702149)).6371km
= 233,88 km

PSI :

104

Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event


gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
2,6952
3,14 = 0,047016 rad
Lat1 =
180
2,70
3,14 = 0,047100 rad
Lat2 =
180
98,9240
3,14 = 1,725674 rad
Long1 =
180
96,00
3,14 = 1,674667 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,047016).sin(0,047100) +
cos(0,047016).cos(0,047100).cos(1,674667-1,725674)).6371km
= 324,61 km

3. Gempa M =7,6 SR (06 April 2008)


BKNI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
105

Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik


Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,3264167
3,14 = 0,005694 rad
Lat1 =
180
2,32
3,14 = 0,040471 rad
Lat2 =
180
101,039638
3,14 = 1,762580 rad
Long1 =
180
92,4
3,14 = 1,695077 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,005694).sin(0,040471) +
cos(0,005694).cos(0,040471).cos(1,695077-1,762580)).6371km
= 483,66 km

GSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
1,3036
3,14 = 0,022741 rad
Lat1 =
180
2,32
3,14 = 0,040471 rad
Lat2 =
180
97,5754
3,14 = 1,702149 rad
Long1 =
180
92,4
3,14 = 1,695077 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
106

R = Diameter bumi = 6371 km


Jadi :
D = arcos( sin(0,022741).sin(0,040471) +
cos(0,022741).cos(0,040471).cos(1,695077-1,702149)).6371km
= 121,61km

4. Gempa M = 8,2 SR (11 April 2012)


PBSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :

0,0547
3,14 = 0,000954 rad
180
0,76
3,14 = 0,013258 rad
Lat2 =
180
101,039638
3,14 = 1,714440 rad
Long1 =
180
96,00
3,14 = 1,674667 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
Lat1 =

D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,000954).sin(0,013258) +
cos(0,000954).cos(0,013258).cos(1,674667-1,714440)).6371km
= 658,16 km

BKNI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
107

Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,3264167
3,14 = 0,005694 rad
Lat1 =
180
0,76
3,14 = 0,013258 rad
Lat2 =
180
101,039638
3,14 = 1,762580 rad
Long1 =
180
92,4
3,14 = 1,611867 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,005694).sin(0,013258) +
cos(0,005694).cos(0,013258).cos(1,611867-1,762580)).6371km
= 961,36 km

MNSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,795498
3,14 = 0,013877 rad
Lat1 =
180

108

0,76
3,14 = 0,013258 rad
180
99,579627
3,14 = 1,737111 rad
Long1 =
180
92,4
3,14 = 1,611867 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
Lat2 =

D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,013877).sin(0,013258) +
cos(0,013877).cos(0,013258).cos(1,611867-1,737111)).6371km
= 797,87 km

GSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
1,3036
3,14 = 0,022741 rad
Lat1 =
180
0,76
3,14 = 0,013258 rad
Lat2 =
180
97,5754
3,14 = 1,702149 rad
Long1 =
180
92,4
3,14 = 1,611867 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
109

D = arcos( sin(0,022741).sin(0,013258) +
cos(0,022741).cos(0,013258).cos(1,611867-1,702149)).6371km
= 578,26 km

PSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
2,6952
3,14 = 0,047016 rad
Lat1 =
180
0,76
3,14 = 0,013258 rad
Lat2 =
180
98,9240
3,14 = 1,725674 rad
Long1 =
180
92,4
3,14 = 1,611867 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,047016).sin(0,013258) +
cos(0,047016).cos(0,013258).cos(1,611867-1,725674)).6371km
= 755,95 km

5. Gempa M = 8,6 SR (11 April 2012)


PBSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
110

= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :

0,0547
3,14 = 0,000954 rad
180
2,27
3,14 = 0,039599 rad
Lat2 =
180
101,039638
3,14 = 1,714440 rad
Long1 =
180
93,1
3,14 = 1,624078 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
Lat1 =

D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,000954).sin(0,039599) +
cos(0,000954).cos(0,039599).cos(1,624078-1,714440)).6371km
= 625,99 km

BKNI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,3264167
3,14 = 0,005694 rad
Lat1 =
180
2,27
3,14 = 0,039599 rad
Lat2 =
180
111

101,039638
3,14 = 1,762580 rad
180
93,1
3,14 = 1,624078 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
Long1 =

D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,005694).sin(0,039599) +
cos(0,005694).cos(0,039599).cos(1,624078-1,762580)).6371km
= 908,19 km

MNSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
0,795498
3,14 = 0,013877 rad
Lat1 =
180
2,27
3,14 = 0,039599 rad
Lat2 =
180
99,579627
3,14 = 1,737111 rad
Long1 =
180
93,1
3,14 = 1,624078 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,013877).sin(0,039599) +
cos(0,013877).cos(0,039599).cos(1,624078-1,737111)).6371km
= 738,28 km

112

GSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik
Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
1,3036
3,14 = 0,022741 rad
Lat1 =
180
2,27
3,14 = 0,039599 rad
Lat2 =
180
97,5754
3,14 = 1,702149 rad
Long1 =
180
93,1
3,14 = 1,624078 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,022741).sin(0,039599) +
cos(0,022741).cos(0,039599).cos(1,624078-1,702149)).6371km
= 508,61 km

PSI :
Mengkonversi latitude/longitude stasiun seismik dan event
gempa dalam bentuk radian :
a
= rad
180
Keterangan :
a = Koordinat latitude/ longitude (derajat)
= Jari-jari (3,14)
maka :
Lat 1 = Koordinat latitude stasiun seismik
Lat 2 = Koordinat latitude event gempa
113

Long1 = Koordinat longitude stasiun seismik


Long2 = Koordinat longitude event gempa
Jadi :
2,6952
3,14 = 0,047016 rad
Lat1 =
180
2,27
3,14 = 0,039599 rad
Lat2 =
180
98,9240
3,14 = 1,725674 rad
Long1 =
180
93,1
3,14 = 1,624078 rad
Long2 =
180
Mencari Jarak Episenter ( D )
D = arcos( sin(Lat1).sin(Lat2) + cos(Lat1).cos(Lat2).cos(Long)).R

Ket :
R = Diameter bumi = 6371 km
Jadi :
D = arcos( sin(0,047016).sin(0,039599) +
cos(0,047016).cos(0,039599).cos(1,624078-1,725674)).6371km
= 648,39 km

114

Anda mungkin juga menyukai