Anda di halaman 1dari 9

Gelombang pasang surut dan morfologi Dasar laut

Disusun oleh kelompok : 3


1. Rama saputi (200405028)
2. Sri Rahayu (200405015)
3. Muna Herliza (200405009)
4. Ela Agustin (200405004)
5. Fadila Rahma Dani (200405047)
6. Siti Maulida (200405038)
7. Nabawiyatul Laily (200405037)
PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
TA/2022
A. Gelombang Pasang Surut
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan
gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matarhari, bumi dan
bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh
atau ukurannya lebih kecil.
Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama non astronomi yang
mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk
garis pantai dan topografi dasar perairan.
Data pasang surut sangat diperlukan untuk beberapa keperluan yaitu :

 Transportasi laut
 Kegiatan di pelabuhan
 Pembangunan di daerah pesisir pantai
 Perikanan,pertanian dan lain-lain.

1. Gaya Pembangkit pasang surut (Pasut)


Gaya tarik menarik antara dua titik massa berbanding langsung dengan
massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Jarak bumi bulan lebih
dekat dibandingkan dengan jarak bumi-matahari, maka gaya tarik menarik yang
diakibatkan oleh bulan akan lebih besar 2,18 kali dari pada gaya yang diakibatkan
oleh matahari, walaupun massa matahari jauh lebih besar. Pada tanggal 10 agustus
2014, terjadi supermoon yaitu bulan penuh (full moon ) dengan jarak terdekat
( perigee)sejauh 356.896km atau 221.765 miles. Posisi terjauh pada 28 juli 2014.jauh
dekatnya jarak bumi dan bulan berpengaruh terhadap pasang surut air laut.

2. Istilah Dalam Pasang surut


Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut
pasang rendah. Perbedaan vertical anatara pasang tinggi dan pasang surut bervariasi
anatar 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Ada 2 jenis pasang surut yaitu :

1. Pasang purnama ( Spring tide )


Pasang purnama terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis
lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang yang sangat tinggi dan surut yang sangat
rendah.pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan pertama.
2. Pasang Perbani (neap tide )
Pasang perbani (neap tide ) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut
tegak lurus, pada saat itu akan dihasilkan pasang yang rendah dan surut yang
tinggi.pasang surut perbani ini terjadi pada saat bulan ¼ dan ¾ .

Tipe pasang surut

Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang surut dengan surut setiap
harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya
pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satau kali
surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian
tunggal. Jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya
disebut tipe harian ganda. Tipe pasang lainnya merupakan peralihan anatara tipe tunggal
dan ganda disebut tipe campuran dan tipe pasang surut ini digolongkan menjadi dua
bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal. Ada
beberapa tipe pasang surut diantara nya yaitu :

1. Tipe pasang surut harian tunggal


Pasang surut harian tunggal, dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut.periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit, setiap hari pasut bergeser 50
menit lebih lambat pasang tertinggi pada pukul, maka esok hari pasang tertinggi
terjadi pukul 6.50.
2. Tipe pasang surut harian ganda
Pasang surut campuran condong ke harian tunggal, dalam satu hari terjadi satu kali
air pasang dan satau kali air surut tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat
berbeda. Tipe ini terjadi di Kalimantan selatan.
3. Tipe pasut campuran condong ke harian ganda
Pasang surut campuran condong ke harian ganda pada tipe ini dalam satu hari
terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut tetapi tinggi dan priode pasutnya
berbeda.

B. ENERGI PASANG SURUT


Energi pasang surut merupakan bentuk energi dengan memanfaatkan beda
ketinggian pada waktu air laut pasang dan air laut surut. Pasang surut akan
bervariasi dengan waktu dan tingginya tergantung pada posisi relatif matahari,
bulan dan bumi. Topografi dan kedalaman laut pada keadaan tertentu dapat
bertindak sebagai resonator atau konsentrator pasang surut dan dapat menyebabkan
tinggi pasang mencapai 15 m. Tidak kurang dari 100 lokasi di dunia yang dinilai
sebagai tempat yang cocok bagi pembangunan pembangkit energi pasang surut.
Saat ini ada 3 jenis teknologi pembangkit listrik tenaga arus pasut yaitu, Tidal
Power, Tidal Fence dan Tidal Turbine. Seluruh wilayah pantai secarateratur
mengalami periode pasang surut dalam sehari dan untuk Tidal Power perbedaan
pasang-surut minimal 5 meter. Teknologi yang diterapkan sebenarnya adalah teknik
tradisional hydroelectric, dengan adanya dam (bendungan) yang melewati suatu
teluk atau daerah estuari. Kemudian dilengkapi pintupintu air dan turbin dipasang
sepanjang dam yang memisahkan kolam dan laut. Teluk yang ujungnya sempit
sangat cocok diterapkan. Ketika air pasang menghasilkan tingkat air yang berbeda
di dalam dan di luar dam, pintupintu air akan terbuka, air yang mengalir melewati
turbin akan menjalankan generator untuk menghasilkan listrik.
Pemanfaatan energi ini memerlukan daerah yang cukup luas untuk
menampung air laut (reservoir area) dan bangunan dam bisa dijadikan jembatan
transportasi. Tidal Power dibedakan menjadi dua yaitu kolam tunggal dan kolam
ganda. Pada sistem pertama, energi dimanfaatkan hanya pada saat periode air surut
atau air naik. Sedangkan sistem kolam ganda memanfaatkan aliran dalam dua arah.
Perbedaan tinggi antara permukaan air di kolam dan permukaan air laut pada
instalasi ini semakin tinggi semakin baik. Di Jepang, sistem ini telah dikembangkan
dengan pembukaan instalasi baru di Laut Ariake, Kyushu. Di Muara Sungai Severn,
Inggris juga telah mulai direncanakan instalasi berskala besar untuk 12 GW
listrik. Teknologi Tidal Fence, skala besar digunakan juga sebagai jembatan
penghubung antar pulau di antara selat. Menggunakan instalasi yang hampir sama
dengan Tidal Power, namun terpisah dengan turbin arus antara 5 sampai 8 knot (5,6
sampai 9 mil/jam) dapat dimanfaatkan energi lebih besar dari pembangkit listrik
tenaga angin karena densitas air 832 kali lebih besar dari udara (5 knot arus =
velositas angin 270 km/jam).
Skala besar pembangkit tenaga arus ini sepanjang 4 km telah mulai dikerjakan
tak jauh dari Sulawesi Utara yakni di Kepulauan Dalupiri dan Samar, Filipina,
sekaligus membuat jembatan penghubung pada empat pulaunya. Proyek ini
disponsori oleh Blue Energy Power SystemCanada yang telah mengkomersialkan
diri dengan berbagai modul turbin dalam berbagai skala. Diestimasi energi yang
nantinya dihasilkan di Filipina ini maksimum adalah sebesar 2.200 MW dengan
minimum rata-rata sebesar 1.100 MW setiap hari. Hal ini didasarkan dengan
kecepatan arus rata-rata sebesar 8 knots pada kedalaman sekitar 40 meter.
Modul turbin Davis yang dipakai dapat mengkonversi listrik pada lokasi
tertentu seperti di sungai sebesar 5 KW sampai 500 KW sedangkan instalasi di laut
bisa menghasilkan 200 MW sampai 8000 MW. Teknologi ketiga adalah Tidal
Turbine seperti turbin angin. Teknologi ini berfungsi sangat baik pada arus pantai
yang bergerak sekitar 3,6 dan 4,9 knots (4 dan 5,5 m/jam). Pada kecepatan ini,
turbin arus berdiameter 15 meter dapat menghasilkan energi sama dengan turbin
angin yang berdiameter 60 meter. Lokasi ideal turbin arus pasut ini tentunya dekat
dengan pantai pada kedalaman antara 20-30 meter. Energi listrik yang dihasilkan
menurut perusahaan Marine Current Turbine - Inggris adalah lebih besar dari 10
MW per 1 km2 , dan 42 lokasi yang berpotensi di Inggris telah teridentifikasi
perusahaan ini. Lokasi ideal lainnya yang dapat dikembangkan terdapat di Filipina,
Cina dan tentunya Indonesia. Penelitian pemanfaatan energi arus pasut sejak tahun
1920 telah dilakukan di beberapa negara seperti, Prancis, Amerika Serikat, Rusia
dan Kanada. Setelah lebih dari 40 tahun, yaitu pada tahun 1966, di Prancis telah
dibangun stasiun France's La Ranee yang merupakan satu-satunya industri
Pembangkit Listrik Tenaga Arus Pasang-Surut dengan skala besar di dunia
(Gambar 1 a dan b).
Pembangkit energi listrik yang digerakkan oleh tenaga pasang surut dengan
tidal range 8-13,5 meter ini memproduksi 240 MW listrik lewat instalasi Tidal
Power melewati daerah Muara Sungai Ranee, dekat Saint Malo (DAUD, 2006).
Instalasi ini mensuplai 90 persen kebutuhan listrik wilayah itu. Pada waktu itu
tenaga pasut telah dapat menghasilkan 500 juta KWH per tahun, sehingga dapat
mencukupi kebutuhan sebuah kota dengan jumlah penduduk 100 ribu orang
menurut standard Eropa (ONGKOSONGO, 1989). Di Murmansk, Rusia,
memanfaatkan 0,4 MW listrik dari jenis yang sama.
Tidak jauh dari Indonesia, ada Australia yang memanfaatkannya di Kimberly
dan Cina sebesar 8 MW. Kemudian pada tahun 1984, dibangun stasiun Annapolis
Royal, proyek energi pasang surut dengan kapasitas 2.176 MW terletak di Teluk
Fundy (Bay of Fundy), yaitu di Muara Sungai Annapolis Provinsi Nova Scotia,
Kanada (Gambar 2), dengan tunggang pasut 8,7 m pada saat pasang purnama dan
4,4 m saat pasang perbani menghasilkan 30-40 juta KWH per tahun (DUXBURY et
al. 2002). Di kota Hammerfest, Norwegia, listrik telah sukses dibangkitkan dengan
memanfaatkan arus pasang di pantai dan mencukupi sebagian kebutuhan listrik kota
dengan modul turbin Blades.

C. MANFAAT PASANG SURUT AIR LAUT

1. Terjadinya pasang naik maupun pasang surut bisa dimanfaatkan untuk memetakan
lokasi ikan. Misalnya, saat air pasang banyak ikan yang ikut terbawa arus sampai
dekat dengan pesisir. Saat air surut, ikan-ikan akan terdampar di pinggir pantai.
2. Pasang surut air laut bisa dimanfaatkan untuk budidaya perikanan sistem tambak.
3. Perbedaan ketinggian air laut saat pasang naik dan pasang surut bisa dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik.
4. Pasang surut bisa dimanfaatkan oleh nelayan dalam menentukan kapan harus berlayar
dan bersandar. Saat terjadi pasang naik, kapal bisa pergi dan berlabuh. Sementara
saat surut, kapal bisa bersandar.
5. Bisa dimanfaatkan dalam pembuatan garam. Saat air pasang, para petani garam bisa
6. mengumpulkan air laut sebanyak-banyaknya untuk kemudian dikeringkan sampai
membentuk kristal.
7. Pasang surut air laut juga bisa dimanfaatkan sebagai wahana wisata air.

D. MORFOLOGI DASAR LAUT


Panorama permukaan dasar laut atau morfologi merupakan gambaran dasar
laut sebagaimana yang ada di daratan, seperti kenampakkan dari: pegunungan,
gunung api, lereng, dataran, lembah, parit dan channel. Bentuk morfologi tersebut,
umumnya berkaitan dengan proses-proses geologi dari pembentukan dan
perkembangannya baik secara sendiri-sendiri maupun secara kelompok. Berdasarkan
peta batimetri Indonesia, pola batimetri yang berkembang memperlihatkan morfologi
dasar lautnya mengikuti garis pantai dan pola hasil tektonik.
Morfologi laut adalah bentuk kenampakan dasar laut atau bentuk dari muka air
laut yang bermacam-macam seperti halnya morfologi daratan. Berikut merupakan
morfologi berdasarkan bentuknya:
1. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya
muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau. Contoh: gunung
Krakatau.
2. Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak
runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak
sampai kepermukaan laut. Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut Atlantik.
3. Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi
bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik
4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di dasar laut. Contoh:
punggung laut Sibolga.
5. Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua
laut dalam. Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
6. Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena
ingresi. Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
7. Palung laut, yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena
ingresi. Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.
DAFTAR PUSTAKA

Surianti,Dewi.2007.Pasang surut dan energinya.Oseana.XXXII. 15-22

ONGKOSONGO, O. S. R. 1989. Penerapan Pengetahuan dan Data Pasang-Surut


Dalam Pasang-Surut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-
LIPI. Jakarta : 241-254.

SOEPARDJO, A. H. 2005. Potensi dan Teknologi Energi Samudera Dalam


Eksplorasi Sumber daya Budaya Maritim. Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP)-Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya,
Universitas Indonesia, Jakarta: 125- 132.

Satriadi,Alfi dan Sugianto,Denny Nugroho. 2015.Studi Batimetri dan morfologi dasar


laut dalam penentuan jalur peletakkan pipa bawah laut. Jurnal
Oseanografi. 3-1.

Sarmili,lili dan satriadi,Alfi. 2014.studi morfologi dasar laut berdasarkan interpretasi


refleksi seismic di perairan komba, laut flores, Nusa Tenggara
Timur.Jurnal Oseanografi (3).375-383.

Anda mungkin juga menyukai