PEMBAHASAN
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat
(tide of the solid earth).Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi
dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar
pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding
terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari
tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan
bidang orbital bulan dan matahari.
Gambar 2.1.Pengaruh posisi Bulan dan Matahari terhadap pasang surut di
Bumi.Keterangan Gambar : Posisi Bumi, Bulan dan Matahari yang berbeda
menyebabkan perbedaan ketinggian pasang surut pada saat posisi konfigurasi
tertentu. Sumber: Duxbury et al. (2002).
Gambar 2.2.Distribusi gaya penyebab terjadinya fenomena pasang surut.
Keterangan Gambar :Pada separuh bagian Bumi yang menghadap ke arah Bulan
terbentuk gaya yang mengarah ke Bulan karena gaya gravitasi Bulan.Sebaliknya,
pada arah yang berlawanan terbentuk gaya yang berlawanan arah karena gaya
sentrifugal. Sumber: Duxbury et al. (2002).
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Disuatu daerah pada
dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut.Menurut Wyrtki
(1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
Dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut secara berurutan.
Periode pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini
terdapat di selat malaka sampai laut andaman.
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode pasang
surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat
karimata.
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi
periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat perairan
indonesia timur.
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air
surut, tetapi kadang –kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang
surut jenis in biasa terdapat di daerah selat kalimantan dan pantai utara jawa
barat.
5. Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang
sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama
ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
6. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi
yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi
pasa saat bulan 1/4 dan ¾ revolusi bulan terhadap bumi.
Posisi Bumi, Bulan dan Matahari Saat Terjadi Pasang Purnama (Spring
Tide) dan Pasang Perbani (Neap Tide).
Pasang-surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal, yakni dorongan ke arah luar pusat rotasi. Hukum gravitasi Newton
menyatakan, bahwa semua massa benda tarik menarik satu sama lain dan gaya ini
tergantung pada besar massanya, serta jarak di antara massa tersebut. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa, tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Sejalan dengan hukum di atas, dapat dipahami bahwa meskipun massa bulan lebih
kecil dari massa matahari tetapi jarak bulan ke bumi jauh lebih kecil, sehingga gaya
tarik bulan terhadap bumi pengaruhnya lebih besar dibanding matahari terhadap
bumi. Kejadian yang sebenarnya dari gerakan pasang air laut sangat berbelit-
belit,sebab gerakan tersebut tergantung pula pada rotasi bumi, angin, arus laut dan
keadaan-keadaan lain yang bersifat setempat. Gaya tarik gravitasi menarik air laut
ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi,
yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari
(WARDIYATMOKO & BINTARTO,1994).
Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya dan
pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar.
Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Oleh karena waktu
siklus bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplai listriknya pun
relatif lebih dapat diandalkan daripada pembangkit listrik bertenaga ombak. Namun
demikian, hanya terdapat sekitar 20 tempat di dunia yang telah diidentifikasi
sebagai tempat yang cocok untuk pembangunan pembangkit listrik bertenaga
pasang surut. Pada dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi
pasang surut:
E=HxV
V = Volume waduk
P=fQH
dengan: P = daya listrik dalam kW
Aplikasi
Turbin lepas pantai ini lebih menyerupai pembangkit listrik tenaga angin
versi bawah laut. Bentuk dari tidal turbine sangat beragam seperti halnya wind
turbine. Tidal turbine terbesar dipasang Scotlandia berbobot 1300 ton dengan tinggi
sekitar 22 m, dengan kecepatan aliran laut 2.65 m/s mampu menghasilkan daya
sampai dengan 4000 Twh setiap tahun, diharapkan turbin ini mampu digunakan
lebih dari 1000 rumah tangga.
Gambar 2 Tidal Turbine di Dalam Laut
Aplikasi
Beberapa perusahaan yang mengembangkan teknologi turbin lepas pantai adalah:
Blue Energy dari Kanada, Swan Turbines (ST) dari Inggris, dan Marine Current
Turbines (MCT) dari Inggris.
Gambar 3 Macam-Macam Jenis Turbin Lepas Pantai yang Digerakkan oleh Arus Pasang
Surut. (a) Seagen Tidal Turbines Buatan MCT. (b) Tidal Stream Turbines Buatan Swan
Turbines. (c) Davis Hydro Turbines dari Blue Energy. (d) Skema Komponen Davis
Hydro Turbines Milik Blue Energy.
Prinsip Kerja
Dibandingkan dengan MCT dan jenis turbin lainnya, desain Swan Turbines
memiliki beberapa perbedaan, yaitu: baling-balingnya langsung terhubung dengan
generator listrik tanpa melalui kotak gir. Ini lebih efisien dan mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan teknis pada alat. Perbedaan kedua yaitu,
daripada melakukan pemboran turbin ke dasar laut ST menggunakan pemberat
secara gravitasi (berupa balok beton) untuk menahan turbin tetap di dasar laut.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tidal energy (energi pasang surut),
diantaranya adalah:
Kelebihan:
Kekurangan:
PENUTUP
1. Ksimpulan
https://www.academia.edu/7023746/PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_PASAN
G_SURUT
https://www.academia.edu/7023746/PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_PASAN
G_SURUT