Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH OSEANOGRAFI

PASANG SURUT AIR LAUT

DISUSUN OLEH:
OCTAVIENA AGNES PASULLE
(H22114304)

PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Permukaan laut dari waktu ke waktu akan terus mengalami pergerakan
secara berkala, baik itu bergerak ke atas, ke bawah, maupun gabungan antara
keduanya (turbulensi). Peristiwa naiknya permukaan laut disebut pasang,
sedangkan proses turunnya air laut disebut surut. Permukaan air laut senantiasa
berubah-ubah disebabkan oleh gerakan pasut yang terjadi tidak hanya pada laut
tetapi juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga
menimbulkan arus pasut (Mihardja et al. 1994).
Gerakan pasut di laut ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda
angkasa, seperti matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Hal ini juga
dipengaruhi oleh rotasi bumi serta letak pulau dan benua. Tinggi rendahnya pasut
di bumi terutama ditentukan oleh jarak atau letak kedua benda angkasa tadi
terhadap bumi. Gaya gravitasi bulan sangat mempengaruhi bumi yang diselubungi
oleh air, sehingga daerah atau wilayah di bumi yang berhadapan dengan bulan
akan mengalami peristiwa pasang, sedangkan daerah yang tegak lurus terhadap
kedudukan bulan tersebut akan mengalami peristiwa surut. Pasang dan surut
terbesar terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Hal ini disebabkan
karena pada saat itu matahari, bulan, dan bumi berada dalam bidang segaris.
Pasang terendah terjadi pada saat bulan perbani yang terjadi karena kedudukan
matahari dan bulan terhadap bumi membentuk sudut 90 derajat, karena gravitasi
matahri dan bulan akan saling memperlemah. Oleh karena itu, makalah ini
disusun untuk mengetahui apa, bagaimana, dan faktor terjadinya pasang surut
serta hal-hal lain yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
I.2 RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian dari pasang surut ?


Faktor yang menyebabkan pasang surut ?
Bagaimana gaya atau tenaga pembangkit pasang surut ?
Apa yang dimaksud dengan ketidaksamaan (inequality) ?
Apa saja tipe-tipe pasang surut ?

6. Apa yang dimaksud dengan titik amphidromik ?


7. Bagaimana pasang surut di marginal seas ?
8. Bagaimana peristiwa pasang surut yang terjadi di Indonesia ?
9. Bagaimana arus pasang surut ?
10. Bagaimana cara mengukur pasang surut ?
I.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari pasang surut
2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan pasang surut
3. Untuk mengetahui gaya atau tenaga pembangkit pasang surut
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan ketidaksamaan (inequality)
5. Untuk mengetahui tipe-tipe pasang surut
6. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan titik amphidromik
7. Untuk mengetahui pasang surut di marginal seas
8. Untuk mengetahui peristiwa pasang surut yang terjadi di Indonesia
9. Untuk mengetahui arus pasang surut
10. Untuk mengetahui cara mengukur pasang surut

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PENGERTIAN PASANG SURUT
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi
dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi
dan bulan. Orang pertama yang mendapatkan hubungan antara pasang naik dan
pasang surut dengan gaya tarik bulan adalah Phytheas. Ia mendapatkan hal ini
setelah melihat adanya tide di pantai Britania yang menampakkan gelombang
pasang yang sangat kuat. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik
gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar
pusat

rotasi.

Gravitasi

bervariasi secara langsung dengan massa tetapi

berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari

matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi.
II.2 FAKTOR PENYEBAB PASANG SURUT
Gejala pasang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan gaya tarik matahari
serta gaya sentrifugal bumi. Massa matahari sebenarnya lebih besar 27 juta kali
dari massa bulan dan gaya tarik matahari 1.172 kali dari gaya tarik bulan. Tetapi
jarak bumi ke matahari rata-rata 149,6 juta km (390 kali lebih jauh) dari jarak
bumi ke bulan yang rata-ratanya hanya 381.160 km. Oleh karena itu tide yang
dihasilkan oleh tenaga bulan adalah 2,17 kali lebih besar dari pada pengaruh
matahari. Karena gaya tarik bulan lebih kuat dari gaya tarik matahari terhadap
bumi, maka bagian bumi yang terdekat dengan bulan akan tertarik sehingga
permukaan air laut akan naik dan menimbulkan pasang. Pada saat yang sama,
bagian bola bumi dibaliknya akan mengalami keadaan yang sama yakni terjadi
pasang. Sementara itu pada sisi lainnya yang tegak lurus terhadap poros bumibulan, air samudera akan bergerak ke samping hingga menyebabkan terjadinya
permukaan air laut surut.
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya pasang adalah adanya gaya
sentrifugal dari bumi itu sendiri. Gaya sentrifugal adalah suatu tenaga yang
didesak ke arah luar dari pusat bumi yang besarnya kurang lebih sama dengan
tenaga yang ditarik (sentrifetal) ke permukaan bumi. Gaya sentrifugal lebih kuat
terjadi pafa laut-laut yang

letaknya menghadap bulan (letaknya lebih dekat

dengan bulan) dan gaya yang paling lemah terdapat pada bagian yang letaknya
membelakangi bulan (letaknya terjauh dari bulan). Akibat adanya gaya ini akan
dijumpai adanya dua tonjolan (bulges) massa air, satu bagian pada pada
permukaan bumi yang menghadap ke bulan dan tonjolan yang lain pada
permukaan bumi yang membelakangi bulan. Tonjolan ini terbentuk karena adanya
gaya gravitasi bulan yang relative kuat bagi laut-laut yang menghadap ke arah
bulan dan pada bagian lain yang membelakangi bulan tonjolan ini terjadi karena
adanya gaya gravitasi bulan yang paling lemah, maka pengaruh gaya sentrifugal
bumi mendorong massa air ke arah luar permukaan bumi.

Menurut Kurniawan (2000) ) gerakan pasang surut pada tempat-tempat


tertentu tidak hanya tergantung pada gaya tarik bulan dan matahari saja, tetapi
juga ditentukan oleh gaya friksi, rotasi bumi (gaya coriolis), resonansi gelombang
yang disebabkan oleh bentuk, luas, kedalaman, topografi bawah air serta
hubungan perairan tersebut dengan laut di sekitarnya (lautan terbuka/laut bebas
dengan laut tertutup/laut terisolir). Selain itu, terdapat faktor-faktor non-astronomi
yang mempengaruhi pasang surut seperti tekanan atmosfer, angin, densitas air
laut, pennguapan dan curah hujan (Mihardja dan Setiadi,1989).

II.3 TENAGA PEMBANGKIT PASANG SURUT


Secara keseluruhan, resultan gaya pada sistem bulan-bumi sama dengan
nol. Namun demikian, tiap individu partikel yang ada di permukaan bumi
mengalami gaya yang berbeda-beda, karena posisi titik yang berbeda-beda
terhadap bulan; dalam arti bahwa tiap partikel tidak sama jaraknya terhadap titik
pusat bulan. Titik-titik yang berjarak lebih dekat ke pusat bulan, akan mengalami
gaya tarik yang lebih besar. Demikian pula halnya dengan gaya sentrifugal yang di
alami titik-titik pada permukaan bumi, akan berbeda-beda, walaupun tidak sebesar
perbedaan gaya tarik tadi. Akibatnya, resultan gaya-gaya ini berbeda-beda pada
tiap titik di bumi. Gaya ini dikenal sebagai Gaya Pembangkit Pasut (Tide
Generating Force).

Seperti pada gambar di atas, resultan gaya pada sisi bumi yang menghadap
ke bulan, akan mengarah ke bulan; sedangkan gaya pada sisi lainnya, yaitu sisi
menjauhi bulan, akan berarah menjauhi bulan. Selanjutnya gaya pembangkit pasut
tersebut dapat diuraikan dalam dua komponen, yakni:
1. Komponen Horisintal; yang sejajar dengan permukaan bumi (horison)
dan dikenal juga sebagai shear stress terhadap permukaan air
2. Komponen Vertikal; yang tegak lurus (normal) pada permukaan bumi
dan dikenal juga sebagia tensile stress terhadap permukaan air.
Oleh karena permukaan air hanya akan bereaksi terhadap gaya horisontal tadi dan
beebedanya gaya pembangkit pasang pada tiik-titik yang berbeda di permukaan
bumi, maka gaya horisontal tersebut akan berbeda-beda pula pada tiap titik. Gaya
horisontal ini akan berharga nol pada titik di bawah bulan (sublunar) dan anti
sublunar. Sementara gaya horisontal dari titik-titik yang semakin jauh dari
sublunar atau anti sublunar, akan semakin membesar. Pada sisi bumi yang
menghadap ke bulan, gaya horisontal ini mengarah secara terpusat pada sublunar;
sedang pada sisi lainnya gaya-gaya ini mengarah ke anti sublunar.

II.4 KETIDAKSAMAAN

Tinggi pasang dari hari ke hari dari suatu perairan, tidak selalu sama.
Ketidaksamaan ini disebut inequality. Jika bulan tidak berada di atas equator
bumi, maka pasang tertinggi tidak terdapat di daerah equator tetapi pada lintang
yang sama dengan deklinasi bulan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
perubahan fase bulan menyebabkan perubahan pasang. Ketidaksamaan akibat
perubahan fase bulan disebut ketidaksamaan semi-bulanan (fornightly or semimonthly inequality), karena periodenya sekitar setengah bulan. Jarak dari bulan,
disamping fasenya, juga mempengaruhi pasut. Jika bulan berada di Perigee,
pasang akan besar dan jika berada di Apogee, pasang akan kecil. Periode
ketidaksamaan ini adalah sekitar 27.55 hari, yang disebut satu bulan anomalistik.
Hal ini disebut ketidaksamaan bulanan (monthly inequality). Perubahan
deklinasi bulan juga menyebabkan ketidaksamaan, disebut ketidaksamaan
deklinasi (declinational inequality), dengan periode 13.66 hari (seperdua dari satu
bulan tropis atau tropical month).
II.5 TIPE-TIPE PASANG SURUT
Pada hakekatnya, pasang surut di laut lebih komplrks dibanding dengan
model pasang yang ideal. Di laut, pengaruh dasar, letak pulau dan benua sesrta
efek coriolis mempunyai peranan penting terhadap pasang surut. Ada empat tipe
pasang surut yaitu:
a. Pasang surut ganda (semidiurnal) yakni dua kali pasang sehari dengan
tinggi pasang dan surut yang relatif sama.
b. Pasang surut campuran ganda (mixed tide prevalling semidiurnal) yakni
dua kali pasang sehari dengan perbedaan tinggi dan interval yang berbeda.
c. Pasang surut campuran tunggal (mixed tide prevalling diurnal) yakni satu
atau dua kali pasang sehari dengan interval yang berbeda.
d. Pasang surut tunggal (diurnal) yakni satu kali pasang sehari saat spring
dapat terjadi dua kali pasang sehari.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata.
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)

Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
yang tingginya

hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat

Malaka hingga Laut Andam.


3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide,
Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu
kali surut terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat
berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan
dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide,
Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai
Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur

II.6 TITIK AMPHIDROMIK


Tempat-tempat di permukaan bumi ini ada yang mengalami pasang pada
waktu yang sama. Garis yang menghubungkan tempat-tempat tersebut disebut
Garis Co-Phase. Tempat-tempat yang terletak pada garis ini tidak selamanya
mengalami tinggi pasang (tidal range) yang sama. Ada tempat yang mempunyai
tidal range yang sama tetapi tidak mengalami pasang pada waktu yang sama.
Garis yang menghubungkan tempat yang mempunyai tidal range yang sama
disebut Co-Range.
Oleh karena adanya pengaruh distribusi pantai dan gaya coriolis, ada
tempat di laut yang tidak mengalami osilasi pasang. Tempat-tempat tersebut
disebut Titik Amphidromik. Garis yang memencar dari titik amphidromik adalah
garis go-phase sedangkan garis yang melingkari titik amphidromik adalah garis
co-range.
II.7 PASANG SURUT DI MARGINAL SEAS
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pasang terjadi karena ada grdien
gaya horisontal dari Tenaga Pembangkit Pasut (Tide Generating Force, TGF).

Pada perairan yang sempit, seperti pada marginal seas, gaya horisontal TGF
hampir sama. Oleh karenanya, gradien gaya horisontal dapat dikatakan
menghampiri nol; akibatnya pasut tidak akan terjadi pada marginal seas. Tapi
kenyataannya, semua perairan di bumi ini yang berhubungan dengan lautan bebas,
pasti mengalami pasang surut. Pasut-pasut tersebut adalah hasil perambatan
gelombang pasut dari perairan bebas melalui mulut perairan (selat); dengan kata
lain,, marginal seas turut bersosialisasi sesuai gelombang pasut di laut bebas.
Pasang surut seperti itu disebut Co-Oscillating Tides. Sebagai contoh, pasut di
Indonesia adalah hasil perambatan gelombang pasang dari Samudera Hindia dan
Pasifik.
II.8 PASANG SURUT DI INDONESIA
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan
yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di
garis

katulistiwa

dan arus laut cukup

sehingga
besar.

kondisi
Hasil

pasang

pengukuran

surut,

angin,

tinggi

pasang

gelombang,
surut

di

wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah
Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Keadaan pasang surut di perairan
Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan
Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana
terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan
perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam.

II.9 ARUS PASANG SURUT


Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang
surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut.
Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut,
keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat,
sehingga

menimbulkan arus pasut(Tidal

current).

Gerakan

arus

pasut

dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan,
faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya.
Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal,
seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi
terhadap aksi dari perairan lepas. Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut
cukup kuat, tarikan gesekan pada dasarlaut menghasilkan potongan arus vertikal,
dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara
vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran
sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan
berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang
bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga
terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi
batas.
II.10 CARA MENGUKUR PASANG SURUT
Untuk mengukur pasang surut maka dibutuhkan beberapa alat seperti:
a. Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi
meter.

Biasanya

digunakan

pada

pengukuran

pasang

surut

di

lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling


sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian
muka lautatau tinggi gelombang air laut.
b. Tide Gauge
c. Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara
mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur
ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam
komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
d. 1.

Floating tide gauge (self registering)

e.

Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan


air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan
dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini
banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara
rambu pasut.

f. 2.

Pressure tide gauge (self registering)

g.

Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide
gauge,

namun

perubahan

naik-turunnya

air laut direkam

melalui

perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada
di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai
untuk pengamatan pasang surut.
h.
c. Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya
sistem satelitGeos-3.

Pada

saat

ini

secara

umum

sistem satelit altimetri

mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan
global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan
muka laut rata-rata (MSL) global.
Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan
pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver),
serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa
oleh satelit memancarkan

pulsa-pulsa

gelombang

elektromagnetik

(radar)

kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan
diterima kembali oleh satelit.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan.

Penyebab terjadinya pasang surut yaitu karena adanya gaya tarik dari
benda-benda angkasa seperti bulan dan matahari, gaya sentrifugal bumi, tekanan
atmosfer, angin, densitas air laut, pennguapan dan curah hujan. Gaya-gaya yang
juga mempengaruhi pasang surut yakni gaya sentrifugal bumi dan gaya tarik
bulan. Resultan gaya tersebut berbeda-beda di titik bumi dan dikenal sebagai
Gaya Pembangkit Pasang Surut.
Tipe-tipe pasang surut ada 4 yaitu: pasang surut ganda (semidiurnal),
pasang surut campuran ganda (mixed tide prevalling semidiurnal), pasang surut
campuran tunggal (mixed tide prevalling diurnal), dan pasang surut tunggal
(diurnal). Cara mengukur pasang surut dapat dilakukan dengan beberapa alat
seperti: Tide staff, Tide gauge, dan Satelit.

DAFTAR PUSTAKA

https://core.ac.uk/download/files/379/11705116.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/194902051978031DJAKARIA_M_NUR/GERAKAN__AIR__LAUT.pdf
http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik/article/download/113/106
http://karyatulisilmiah.com/pasang-surut-dan-arus-pasang-surut-air-laut/
https://surbakti77.files.wordpress.com/2007/09/pasang-surut.pdf
Yasir Baeda, Achmad. Pengantar Fisika Oseanografi Edisi Pertama. H & Ks
Production.

Anda mungkin juga menyukai