Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang
surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke
arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya
tarik matahari dalam membangkitkan pasang surutlaut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik airlaut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang
surut gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi
bumi
dan
bidang
orbital
bulan
dan
matahari.
2.
2.1
Teori
Teori
Pasang
Kesetimbangan
(Equilibrium
Surut
Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifatsifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh
kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya
pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan
memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun
muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante
gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan,
dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua
lokasi
(Gross,
1987).
2.2
Teori
Pasut
Dinamik
(Dynamical
Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi
seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang
dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP,
kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali
dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat
diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide
wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat
faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
Kedalaman
Pengaruh
perairan
rotasi
dan
bumi
luas
(gaya
perairan
Coriolis)
Gesekan
dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di
belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri.
Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai
maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhiarus pasut.
Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta
mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar
pengaruh
3.
gesekannya.
Faktor
Penyebab
Terjadinya
Pasang
Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada
sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis
adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga
terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar
selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki,
1961).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke
arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari dalam membangkitkan pasang surutlaut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik airlaut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi
bumi
dan
bidang
orbital
bulan
dan
matahari
(Priyana,1994)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada
besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar
dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih
dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada
sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang
menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara
periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil.
Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam
(Priyana,1994)
4.
Tipe
Pasang
Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut
yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi
di laut sekitar
katulistiwa.
2. pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama
tingginya.
3. pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil),
pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut
1.Pasang
Wyrtki
(1961),
surut
pasang
surut
harian
di
Indonesia
tunggal
dibagi
menjadi
(Diurnal
yaitu
:
Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat
Karimata
2.Pasang
surut
harian
ganda
(Semi
Diurnal
Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini
terdapat
3.Pasang
surut
di
campuran
Selat
condong
harian
Malaka
tunggal
hingga Laut
(Mixed
Tide,
Prevailing
Andaman.
Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali
pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan
dan
4.Pasang
surut
Pantai
campuran
condong
Utara
harian
ganda
(Mixed
Jawa
Tide,
Prevailing
Semi
Barat.
Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan
Indonesia
Bagian
Timur
5. Arus Pasut
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal
yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan
pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga
menimbulkan arus pasut(Tidal current). Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan
mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman (Mihardja et,. al
1994).
Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari permukaan
yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Aruspasang surut adalah arus yang
cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu
gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan
ini
akan
bereaksi
terhadap
aksi
dari
perairan
lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasar lautmenghasilkan
potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada
daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi
(lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan
yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang
ditandai
dalam
kepadatan
air
pada
setiap
sisi
batas.
6.
Alat-alat
Pengukuran
Pasang
Surut
Beberapa
1.Tide Staff.
alat
prngukuran
pasang
surut
diantaranya
adalah
sebagai
berikut
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran
pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya
digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya
terbuat
Syarat
dari
kayu,
alumunium
pemasangan
atau
bahan
papan
lain
yang
pasut
di
cat
anti
adalah
karat.
:
1.Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air
2.Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air).
3.Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak
teratur
4.Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus
5.Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan
6.Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan
terhadap
titik
referensi
7.Tanah
8.Tempat
dan
dasar laut atau
didirikannya
papan
sungai
harus
tempat
dibuat
didirikannya
pengaman
papan
harus
dari arus dan
2.Tide
stabil
sampah
gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor
yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri
dari
Floating
dua
jenis
yaitu
tide
:
registering)
gauge (self
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang
dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun
yang
lebih
banyak
Pressure
dipakai
adalah
dengan
tide
cara
rambu
gauge (self
pasut.
registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya
air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).
Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang
sekali
dipakai
untuk
pengamatan
pasang
surut.
3.Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini
secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan
global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global.
Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima
pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa
oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut
dipantulkan
balik
oleh
permukaan laut dan
diterima
kembali
oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnyasatelit altimetri
bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid
referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai
selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga
fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu
dilakukan
karena
kita
(http://gdl.geoph.itb.ac.id)
akan
melihat
variasi
temporal
periode
panjang
dan
fenomena
sekularnya
7.
Pasang
Surut
di
Perairan
Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera
Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang,
dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayahlaut Indonesia menunjukkan beberapa
wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Gambar 15 memperlihatkan peta
pasang surut wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah lepas laut pesisir Indonesia
yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara
Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di
selatan
pulau
Papua
(muara
sungai
Digul)
(Sumotarto,
2003).
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan
Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung
dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. Di
Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan
pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di
Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol.
Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung
Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan lautJawa pada umumnya
adalah pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6
meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3
meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono, 2007).
Daftar Pustaka
Defant, A. 1958. Ebb And Flow. The Tides of Earth, Air, and Water. The University of Michigan Press, Michigan.
Diposaptono, S. 2007. Karakteristik Laut Pada Kota Pantai. Direktorat Bina Pesisir, Direktorat Jendral Urusan Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North-Holland Publishing Company.
Amsterdam
Gross, M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jersey
King, C. A. M. 1966. An Introduction to Oceanography. McGraw Hill Book Company, Inc. New York. San Francisco.
Mac Millan, C. D. H. 1966. Tides. American Elsevier Publishing Company, Inc., New York
Miharja, D. K., S. Hadi, dan M. Ali, 1994. Pasang Surut Laut. Kursus Intensive Oseanografi bagi perwira TNI AL.
Lembaga Pengabdian masyarakat dan jurusan Geofisika dan Meteorologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. Ed. Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso.
P3O-LIPI. Jakarta. Hal. 13-23
Pickard, G. L. 1993. Descriptive Physical Oceanography. Pergamon Press. Oxford.
Pond dan Pickard, 1978. Introductory to Dynamic Oceanography. Pergamon Press, Oxford
Priyana, 1994. Studi pola Arus Pasang Surut di Teluk Labuhantereng Lombok. Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Skripsi.
Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanandan Kelautan.Institut Pertanian Bogor
Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga Report Vol. 2 Scripps, Institute
Oceanography, California.
www.dishidros.or.id
www.laut.gd.itb.ac.id
www.gdl.geoph.itb.ac.id
Sumber: sbr.gafatar.org/proses-terjadinya-pasang-surut-air-laut/
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada
sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis
adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga
terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar
selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki,
1961). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah
dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar
daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan
(bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut
antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994) Bulan dan matahari keduanya
memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang
saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini
disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya
ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap
ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang
mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi
matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami
dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994)
Pasang naik dan pasang surut pada perairan merupakan fenomena yang terjadi karena
adanya gaya sentrifugal sebagai akibat gravitasi Bulan dan medan magnet Bumi. Air
laut di permukaan Bumi yang dekat dengan Bulan akan terangkat sesuai dengan daya
tarik Bulan. Sedangkan, air laut pada sisi yang berlawanan akan naik karena gaya
sentrifugal. Sambil mengelilingi bumi, ternyata Bulan menyebabkan permukaan laut
yang dekat dan berlawanan dengannya mengalami pasang naik. Selain itu, hal tersebut
menyebabkan permukaan laut yang posisinya 90 derajat dengannya mengalami
pasang surut.
Pasang dan Surut Pernahkah kamu pergi ke pantai? Mengapa air laut naik dan turun?
Bagi kamu yang tinggal di daerah pantai, gejala alam berupa naik turunnya air laut tentu
sudah tidak asing lagi. Peristiwa naiknya permukaan air laut disebut dengan pasang,
sedangkan peristiwa turunnya air laut disebut dengan surut. Dalam sehari, rata-rata
akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Mengapa demikian? Pasang dan surut
air taut dipengaruhi oleh gaya gravitasVgaya tank bulan dan matahari. Bulan yang lebih
dekat dengan bumi mempunyai pengaruh yang lebih besar pada pasang dan surutnya
air laut dibandingkan dengan pengaruh gravitasi matahari. Pasang dan surut terbesar
terjadi pada saat bulan baru dan bulan pumama karena pada saat itu, matahari, bulan,
dan bumi berada dalam bidang segaris. Pasang terendah terjadi pada saat bulan
perbani. Oleh karena itu, pasang terendah disebut juga pasang perbani. Ketika pasang
perbani, pasang terjadi serendah-rendahnya karena kedudukan matahari dan bulan
terhadap bumi membentuk sudut 90 derajat. Oleh karena itu, gravitasi bulan dan
matahari akan sating memperlemah. Perbedaan tinggi air pada saat pasang dan surut
di laut terbuka mencapai 3 m. Tetapi, di tempat-tempat sempit seperti di selat atau di
muara sungai, perbedaan tinggi air ini dapat mencapai 16 m. Bumi yang diselubungi air
laut akan sangat dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan. Akibatnya, daerah yang
berhadapan dengan bulan akan mengalami pasang, sedangkan daerah yang tegak
lurus terhadap kedudukan bulan akan mengalami surut. Pengaruh Pasang dan Surut
Air Laut Di pelabuhan yang dangkal, pada saat air surut, air laut menjadi sangat
dangkal. Akibatnya, kapal nelayan tidak dapat merapat ke dermaga. Kapal besar akan
kandas jika merapat di dermaga. Dengan demikian, kapal besar akan mengalami
kesulitan membawa ikan hasil tangkapannya ke darat. Oleh karena itu, diperlukan
perahu yang lebih kecil yang masih dapat merapat di dermaga. Keadaan ini tidak
menguntungkan karena nelayan harus mengeluarkan biaya tambahan. Adanya pasang
air laut juga dapat mengganggu tanaman di persawahan pasang surut. Jika air laut
sampai masuk ke sawah yang ditanami padi, maka tanaman padi akan mati. Agar air
laut yang asin tidak masuk ke sawah maka dibuatlah saluran-saluran. Di Indonesia
sudah dibangun persawahan pasang surut seperti ini
pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasangsurut ditentukan oleh
deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.Faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teorikesetimbangan
adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadapmatahari, revolusi bumi
terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamisadalah kedalaman dan luas
perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dangesekan dasar. Selain itu juga
terdapat beberapa faktor lokal yang dapatmempengaruhi pasang surut disuatu perairan
seperti, topogafi dasar laut, lebar
2.2 terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama
terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan
mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik
matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis,
perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin ( Gross, 1990).
Menurut Bishop (1984), gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air
adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya
sentrifugal.
Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu
gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida
dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja
dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis,
gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut.
Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan,
sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan,
yang memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan gelombang
sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar
gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar aruspermukaan.
Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan
gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen (Supangat,2003).
Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin
pada permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan
secara periodik, hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan pada fluida. Gaya
viskositas dapat dibedakan menjadi dua gaya yaitu viskositas molecular dan viskositas
eddy. Gesekan dalam pergerakan fluida hasil dari transfer momentum diantara bagianbagian yang berbeda dari fluida. Dalam pergerakan fluida dalam aliran laminer, transfer
momentum terjadi hasil transfer antara batas yang berdekatan yang disebut viskositas
molekular. Di permukaan laut, gerakan air tidak pernah laminer, tetapi turbulen
sehingga kelompok-kelompok air, bukan molekul individu, ditukar antara satu bagian
fluida ke yang lain. Gesekan internal yang dihasilkan lebih besar dari pada yang
disebabkan oleh pertukaran molekul individu dan disebut viskositas eddy.
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokan arah
angin dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada
porosnya. Gaya Coriolis ini yang membelokan arus dibagian bumi utara kekanan dan
dibagian bumi selatan kearah kiri. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat
perubahan arus yang disebabkan gaya Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan
dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan
arah pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin
lambat dan mempunyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul
suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada
lapisan-lapisan perairan akan dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai Spiral
Ekman, Arah arus menyimpang 450 dari arah angin dan sudut penyimpangan.
bertambah dengan bertambahnya kedalaman (Supangat, 2003).
Situs : http://rustadinet.blogspot.com/2013/10/terjadinya-pasang-surut.html
Bagi mereka yang tinggal di daerah pantai tidak merasa asing terhadap istilah pasang dan surut. Air laut
mengalami pasang surut sebagai akibat adanya gaya gravitasi. Fenomena alam pasang surut ini
memang sangat indah, menarik, dan menantang untuk dinikmati sebagai obyek wisata.
Mengapa air laut terjadi pasang surut? Berikut ini penjelasannya.
Peristiwa naik atau turunnya air laut dari keadaan normal (garis pantai) disebut dengan pasang atau
surut. Air laut mengalami pasang surut sebanyak dua kali dalam satu hari. Peristiwa ini terjadi akibat
adanya pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari.
Karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi, maka gaya gravitasi bulan memiliki
pengaruh yang lebih besar daripada gravitasi matahari terhadap peristiwa pasang surut ini.
Menurut wikipedia, pasang laut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairan atau samudera
yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari. Ada tiga sumber gaya yang saling
berinteraksi: laut, Matahari, dan bulan. Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan
mengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang
sangat diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan
terpapar sewaktu pasang surut, disebut mintakat pasangs.
Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam
50 menit.
Terdapat tiga tipe dasar pasang laut:
1.
harian (diurnal)
2.
3.
campuran (mixed tides).
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena
perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami
satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut
harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka
tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan
antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan
menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.
http://tugassekolah123.blogspot.com/2014/01/penyebab-pasang-surut-air-laut.html
pasang surut
March 9, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin. Kata
laut sudah dikenal sejak dulu kala oleh kita dan bahkan oleh
bangsa-bangsa di beberapa Negara di Asia Tenggara seperti
Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura dan mungkin beberapa suku
bangsa lain di kawasan ini. Laut lepas yang dibatasi oleh benuabenua kita kenal sebagai samudera.
Lautan telah lama dikenal sebagai salah satu ekosistem yang paling
besar, paling kompleks dan paling dinamis di dunia. Terdapat
berbagai macam interaksi antara faktor-faktor penyusun komponen
lingkungan laut yang berlangsung sangat cepat dan terus menerus
sehingga sangat menentukan kondisi ekosistem yang ada di
lingkungan perairan tersebut. Lebih dari 80% air yang yang berada
di alam merupakan air laut. Air laut menentukan iklim dan
kehidupan di bumi. Sifat dari lingkungan kelautan adalah selalu
berubah dan dinamik. Kadang-kadang perubahan ini berlangsung
dalam waktu yang relatif cepat maupun lambat. Cepat atau
lambatnya perubahan ini sama-sama mempunyai pengaruh, yakni
kedua sifat perubahan tersebut akan mengubah intensitas faktorfaktor lingkungan. Perubahan apapun yang terjadi ada yang akan
berdampak positif baik bagi suatu kehidupan dan negatif bagi
kehidupan yang lain. Karena terus berubahnya lingkungan, maka
organisme yang menempati kemungkinan juga akan berubah dan
dapat merusak ekosistem tersebut. Faktor-faktor lingkungan fisik
yang mempengaruhi perairan laut adalah gerakan air, salinitas suhu
dan cahaya. Salah satu gerakan air laut yang membawa pengaruh
besar bagi ekosistem laut adalah pasang surut.
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar
pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut, khususnya di wilayah
pantai. Pasut adalah gerakan naik turunnya permukaan laut secara
beriramayang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Bumi
pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah
Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
D. Pengaruh Pasang Surut Terhadap Organisme
Terjadinya pasang surut memberikan pengaruh terhadap kondisi
lingkungan perairan. Misalnya Gerakan air vertikal yang
berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh
gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut.
Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena
gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit
seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut(Tidal
current). Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke
perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang
mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman
(Mihardja et,. al 1994).
Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna
adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi
ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus
pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk
yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada
waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal,
seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan
bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan
gesekan pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan
resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah
secara vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih
lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi
(lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi.
Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang
bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan,
sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam
kepadatan air pada setiap sisi batas.
Zona intertidal adalah zona littoral yang secara reguler terkena
pasang surut air laut, tingginya adalah dari pasang tertinggi hingga
pasang terendah. Didalam wilayah intertidal terbentuk banyak
Pasang dan Surut Pernahkah kamu pergi ke pantai? Mengapa air laut naik dan turun? Bagi kamu yang
tinggal di daerah pantai, gejala alam berupa naik turunnya air laut tentu sudah tidak asing lagi. Peristiwa
naiknya permukaan air laut disebut dengan pasang, sedangkan peristiwa turunnya air laut disebut
dengan surut. Dalam sehari, rata-rata akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Mengapa
demikian? Pasang dan surut air taut dipengaruhi oleh gaya gravitasVgaya tank bulan dan matahari.
Bulan yang lebih dekat dengan bumi mempunyai pengaruh yang lebih besar pada pasang dan surutnya
air laut dibandingkan dengan pengaruh gravitasi matahari. Pasang dan surut terbesar terjadi pada saat
bulan baru dan bulan pumama karena pada saat itu, matahari, bulan, dan bumi berada dalam bidang
segaris. Pasang terendah terjadi pada saat bulan perbani. Oleh karena itu, pasang terendah disebut juga
pasang perbani. Ketika pasang perbani, pasang terjadi serendah-rendahnya karena kedudukan matahari
dan bulan terhadap bumi membentuk sudut 90 derajat. Oleh karena itu, gravitasi bulan dan matahari
akan sating memperlemah. Perbedaan tinggi air pada saat pasang dan surut di laut terbuka mencapai 3
m. Tetapi, di tempat-tempat sempit seperti di selat atau di muara sungai, perbedaan tinggi air ini dapat
mencapai 16 m. Bumi yang diselubungi air laut akan sangat dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan.
Akibatnya, daerah yang berhadapan dengan bulan akan mengalami pasang, sedangkan daerah yang
tegak lurus terhadap kedudukan bulan akan mengalami surut. Pengaruh Pasang dan Surut Air Laut Di
pelabuhan yang dangkal, pada saat air surut, air laut menjadi sangat dangkal. Akibatnya, kapal nelayan
tidak dapat merapat ke dermaga. Kapal besar akan kandas jika merapat di dermaga. Dengan demikian,
kapal besar akan mengalami kesulitan membawa ikan hasil tangkapannya ke darat. Oleh karena itu,
diperlukan perahu yang lebih kecil yang masih dapat merapat di dermaga. Keadaan ini tidak
menguntungkan karena nelayan harus mengeluarkan biaya tambahan. Adanya pasang air laut juga
dapat mengganggu tanaman di persawahan pasang surut. Jika air laut sampai masuk ke sawah yang
ditanami padi, maka tanaman padi akan mati. Agar air laut yang asin tidak masuk ke sawah maka
dibuatlah saluran-saluran. Di Indonesia sudah dibangun persawahan pasang surut seperti ini
pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasangsurut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu
rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut
berdasarkan teorikesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadapmatahari, revolusi bumi
terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamisadalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi
(gaya coriolis), dangesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapatmempengaruhi pasang
surut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar
2.2 terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama
terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air.
Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar
laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin ( Gross, 1990).
Menurut Bishop (1984), gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien
tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal.
Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal,
gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif
terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan
angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut.
Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan, sebagian energi
ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air
dari yang kecil kearah perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat
kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar
aruspermukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan
gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen (Supangat,2003).
Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada permukaan
laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik, hal ini disebabkan
karena perbedaan tekanan pada fluida. Gaya viskositas dapat dibedakan menjadi dua gaya yaitu
viskositas molecular dan viskositas eddy. Gesekan dalam pergerakan fluida hasil dari transfer momentum
diantara bagian-bagian yang berbeda dari fluida. Dalam pergerakan fluida dalam aliran laminer, transfer
momentum terjadi hasil transfer antara batas yang berdekatan yang disebut viskositas molekular. Di
permukaan laut, gerakan air tidak pernah laminer, tetapi turbulen sehingga kelompok-kelompok air,
bukan molekul individu, ditukar antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang dihasilkan
lebih besar dari pada yang disebabkan oleh pertukaran molekul individu dan disebut viskositas eddy.
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokan arah angin dari arah
yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya. Gaya Coriolis ini yang
membelokan arus dibagian bumi utara kekanan dan dibagian bumi selatan kearah kiri. Pada saat
kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arus yang disebabkan gaya Coriolis akan meningkat.
Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan
arah pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan
mempunyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran arusdimana makin
dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan dibelokan arahnya.
Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman, Arah arus menyimpang 450 dari arah angin dan sudut
penyimpangan. bertambah dengan bertambahnya kedalaman (Supangat, 2003).
http://haslinda16.blogspot.com/2012/02/pasang-surut-air-laut-penyebab.html
PASANG SURUT
PENGERTIAN UMUM
Pasang surut adalah perubahan atau perbedaan permukaan laut yang terjadi secara berulang dengan
periode tertentu karena adanya gerakan dari benda-benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya,
peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Bulan dan matahari
keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi, dimana gaya tarik bulan yang
mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari. Secara statistik,
Bulan menyebabkan hampir 70% efek pasang surut. Sedangkan matahari memiliki pengaruh sebesar
30%.
PEMBANGKIT PASANG SURUT
Gaya-gaya pembangkit pasang surut disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan
matahari. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibandingkan matahari dikarena kan
posisi bulan lebih dekat ke bumi, walaupun massa bulan jauh lebih kecil dari pada matahari. Gaya tarik
gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang
surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari . Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan
pasang
rendah
disebut
rentang
pasang
surut
(tidal
range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau
lembah gelombang berikutnya. Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang
ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25
menit hingga 24 jam 50 menit.
TIPE-TIPE PASANG SURUT
Secara umum terdapat empat tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan
keteraturannya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yakni pasang-surut harian
tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide) dan dua jenis campuran.
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hamper sama dan
pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24
menit. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara Sumatra dan
Kalimantan.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam
50 menit. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai ke Laut
Andaman.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.
Pada pasang-surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya
terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang
untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang
sangat berbeda. Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal)
contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus
bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
tipe pasang surut juga dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam
bentuk:
F = [A(O1) + A(K1)]/[A(M2) + A(S2)]
dengan ketentuan :
F 0.25
F
AK1
AO1
AM2
AS2
: bilangan Formzal
amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik
:
bulan dan matahari
amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik
:
bulan
: amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik
:
matahari
Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut,
diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut.
Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun
demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang
pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru.
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis
lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat
rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak
lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang
surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah
harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi
antar komponen pasang surut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya
komponen-komponen pasang surut yang baru.
Pasang-surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan seluiruh massa air.
Energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai, terutama di teluk-teluk atau selat-selat yang
sempit, gerakan naik-turunnya muka air akan menimbulkan terjadinya arus pasang-surut. Di tempattempat tertentu arus pasang-surut ini cukup kuat. Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia
adalah di Selat Capalulu, antara P. Taliabu dan P. Mangole (Kepulauan Sula), yang kekuatannya bisa
mencapai 5 m/detik. Di selat-selat di antara pulau-pulau Nusa Tenggara kekuatannya bisa mencapai 2,53 m/detik pada saat pasang purnama. Di daerah-daerah lainnya kekuatan arus pasang-surut biasanya
kurang dari 1,5 m/detik, sedangkan di laut terbuka di atas paparan kekuatannya malah biasanya kurang
dari 0,5 m/detik.
Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh angin yang hanya terjadi pada air lapisan tipis di
permukaan, arus pasang-surut bisa mencapai lapisan yang lebih dalam. Ekspedisi Snellius I (1929-1930)
di perairan Indonesia bagian Timur dapat menunjukkan bahwa arus pasang-surut masih dapat diukur
pada kedalaman lebih dari 600 m (Nontji, 1987).
1). Pasang tertinggi yang terjadi setiap 18,6 tahun sekali pada 17 mei terjadi bulan baru sehingga
bumi segaris lurus dengan bulan dan matahari pada jarak terdekat (perigeum), sehingga
kombinasi gravitasi keduanya mampu mengangkat air hingga mencapai pasang maksimal.
2). Gelombang Kelvin yakni gelombang di samudra atau atmosfir yang mengimbangi gaya
Conolis (gaya akibat rotasi bumi). Gaya ini mengarah dari masing-masing kutub ke equator
dengan tendensi ke timur dengan kecepatan tetap, hingga membentur pantai atau saling
berbenturan dengan gelombang Kelvin dari arah yang berlawanan di equator.
3). Gelombang Swell, yaitu gelombang akibat tiupan angin dengan skala yang lebih besar dari
pada riak (ripples). Angin terjadi karena perbedaan pemanasan. Perbedaan pemanasan ini
antara lain diakibatkan oleh perbedaan liputan awan yang berbeda.
Sinergi tiga kekuatan ini (pasang surut, rotasi bumi, dan angin) yang masing-masing pada kondisi
maksimum, mengahsilkan gelombang yang maksimum pula. Ketika gelombang ini bertemu topografi
dasar laut yang melandai didekat pantai, puncak gelombang ini akan tampak membesar, sehingga ketika
menghantam pantai menimbulkan bencana yang mengerikan.
http://mydipblog.blogspot.com/2009/04/pasang-surut.html
Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik menarik bendabenda dilangit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut dibumi. Gaya tarik bulan
yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2, kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari
(Triatmodjo, 1999).
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut yang disertai gerakan
horisontal air lauut secara periodik. Gerakan horisontal air laut yng diakibatkan pasut yaitu
dikenal dengan arus pasang surut atau arus pasut. Pasut laut terjadi diakibatkan adanya gaya tarik
benda benda luar angkasa, terutama bulan dan matahari (Nining, 2002).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan
oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan
oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari
(www.oseanografi.blogspot.com).
Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan terjadinya beberapa
macam gaya pada setiap titik di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing
masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan disebut komponen pasang surut,
dan gaya tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya
(www.digilib.itb.ac.id).
Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut
(tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke
puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam
25 menit hingga 24 jam 50 menit (surbakti77.wordpress.com).
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. (WordPress.com.)
Pasang Surut Purnama dan Perbani
Proses terjadinya pasang surut purnama dan perbani ini dapat dijelaskan sebagai berikut
ini. Seperti telah dijelaskan didepan, dengan adanya gaya terikbulan dan matahari maka lapisan
air yang semula berbentuk bola berubah menjadi ellips. Karena peredaran bumi dan bulan pada
orbitnya, maka posisi bumi-bulan-matahari selalu berubah setiap saat. Revolusi bulan terhadap
bumi ditempuh dalam waktu 29,5 hari (jumlah hari dalam satu bulan menurut kalender tahun
kamariyah, yaitu tahun yang didasarkan pada peredaran bulan) (Triatmodjo, 1999).
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam
suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang
rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan
purnama. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut
tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang
tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan .
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan
pasang rendah yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan
baru dan bulan purnama. Pasang laut perbani (nead tide) terjadi ketika bumi, bulan dan
matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah
dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tiga
perempat (www.wikipedia.co.id).
Mekanisme terjadinya pasang surut
Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa bumi
benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang sama tebalnya
sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik dimuka bumi
akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai
amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya. Pada keadaan
sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air laut melainkan sebagian merupakan daratan
dan juga kedalaman laut berbeda beda. Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka
pasang surut akan terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan
kecepatan sudut tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan
(www.digilib.itb.ac.id).
pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena
jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang
dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari (www.wikipedia.co.id).
Pembangkitan Pasang Surut
Gaya gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi,
bulan dan matahari. Penjelasan terjadinya pasang surut dilakukan hanya dengan memandang
suatu sistem bumi-bulan, sedang untuk sistem bumi-matahari penjelasannya adalah identik.
Dalam penjelasan ini dianggap bahwa permukaan bumi yang apabila tanpa pengaruh gaya tarik
bulan, tertutup secara merata oleh laut (bentuk permukaan air adalah bundar) (Triatmodjo, 1999).
Rotasi bumi menyebabkan elevasi muka air laut di khatulistiwa lebih tinggi dari pada di
garis lintang yang lebih tinggi. Tetapi karena pengaruhnya yang seragam disepanjang garis
lintang yang sama, sehingga tidak bisa diamati sebagai suatu variasi pasang surut. Oleh karena
itu, rotasi bumi tidak menimbulkan pasang surut. Di dalam pasang surut ini bahwa bumi tidak
berrotasi (Triatmodjo, 1999).
a.
b.
c.
d.
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika
suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan
tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal
tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe
campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran
dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal (surbakti77.wordpress.com).
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu daerah dalam satu hari dapat
terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat
dibedakan dalam 4 tipe yaitu :
Pasang Surut Harian Ganda (Semi Diurnal Tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir
sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata
adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat diselat Malaka sampai laut Andaman.
Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut
adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat Karimata.
pasang surut campuran condong keharian ganda(Mixed Tide Prevalling Semidiurnal)
Dalam satu hari terjad dua kali pasang san dua kali surut tetapi tinggi dan periodanya
berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat diperairan indonesia timur.
pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed Tide Prevalling Diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi kadangkadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan
perioda yang berbeda.pasang surut ini terdapat di selat Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat
(Triatmodjo, 1999).
Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya,
yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan campuran (mixed tides).
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus
bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai
samudera (www.wikipedia.org).
Dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat
jenis yakni pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide) dan dua
jenis campuran. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara
Sumatra dan Kalimantan. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat Malaka
sampai ke Laut Andaman. Di samping itu dikenal pula campuran antara keduanya, meskipun
jenis tunggal maupun gandanya masih menonjol. Pada pasang-surut campuran condong ke harian
ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar perairan Indonesia
bagian timur. Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing
diurnal) contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. Pola gerak
muka air pada keempat jenis pasang-surut yang terdapat di Indonesia diberikan (Nontji, 1987).
Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari
komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk
(morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang surut utama, dan faktor-faktor lainnya
akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang surut yang baru
(www.oseanografi.blogspot.com).
Definisi Elevasi Muka Air
Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada suatu periode
pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu periode waktu.
Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang tinggi.
Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut rendah.
Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang tertinggi dari dua air tinggi
harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari,
maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.
Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air tinggi harian
pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasut harian (diurnal).
Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari dua air rendah harian
pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terdapat pada pasut diurnal.
Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air rendah harian
pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka
harga air rendah tersebut diambil sebagai air rendah terendah.
Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama
periode pasang purnama, yaitu jika tunggang (range) pasut itu tertinggi.
Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua air rendah
berturut-turut selama periode pasang purnama.
Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama
periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika tunggang (range) pasut paling kecil.
Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air berturut-turut
selama periode pasut perbani.
Highest Astronomical Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide (LAT) adalah permukaan laut
tertinggi/terendah yang dapat diramalkan terjadi di bawah pengaruh keadaan meteorologis ratarata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT
dan LAT bukan permukaan laut yang ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja
dapat menyebabkan muka laut yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan
(level) di atas dapat dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data
beberapa tahun.
Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata antara MHW dan MLW.
Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.
Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.
(surbakti77.wordpress.com)
Perhitungan Pasang Surut
Adanya gaya tarik bumi dan benda langit (bulan dan matahari), gaya gravitasi bumi,
perputaran bumi pada sumbunya dan perputaran bumi mengelilingi matahari menimbulkan
pergeseran air laut, salah satu akibatnya adalah terjadinya pasang surut laut. Fenomena alam
tersebut merupakan gerakan periodik, maka pasang surut yang ditimbulkan dapat dihitung dan
diprediksikan (www.bakosurtanal.go.id).Untuk menghitung tetapan pasang surut tersebut diatas,
ada beberapa metoda yang sudah biasa dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan
pada data pengamatan selama 15 hari atau 29 hari. Pada metoda ini dilakukan perhitungan yang
dibantu dengan tabel, akan menghasilkan tetapan pasang surut untuk 9 komponen. Dengan
adanya kemajuan teknologi di bidang elektronika yang sangat pesat, penggunaan komputer
mikro untuk menghitung tetapan pasang surut serta peramalannya akan sangat memungkinkan.
Sehubungan dengan itu akan dicari suatu cara untuk memproses data pengamatan pasang surut
sehingga dapat dicari tetapan pasang surut serta peramalannya dengan cara kerja yang mudah.
Proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung dari data pengamatan
dengan metoda kuadrat terkecil, dengan menggunakan beberapa komponen yang dianggap
mempunyai faktor yang paling menentukan. Untuk ini dibahas penurunan matematiknya serta
pembuatan program untuk kamputernya. Program komputer dibuat sedemikian rupa sehingga
untuk proses perhitungan tersebut diatas hanya tinggal memesukkan data,sedang seluruh proses
selanjutnya akan dikerjakan oleh komputer. Program untuk komputer dibahas secara terperinci
mulai dari dasar perhitungan, isi program sertabagan alirnya. Kebenaran dan ketelitian hasil
perhitungan dibuktikan dengan memberikan contoh perhitungan dan penyajian berupa grafik.
Perhitungan dilakukan untuk beberapa lokasi pengamatan pasang surut serta waktu pengamatan
yang berlainan(www.digilib.itb.ac.id).
Di Indonesia, pengamatan pasut laut bekerjasama dengan pihak otoritas pelabuhan,
Bakosurtanal memasang alat rekam data pasut otomatis di dermaga pelabuhan yang disebut
stasiun pasut. Alat rekam data pasut (AWLR = Automatically Water Level Recorder) mencatat
tinggi muka laut secara otomatis dan terus menerus. Rekaman data berupa grafik, lubang-lubang
kertas data pada stasiun pasut online, data pasut dicatat dan, setiap saat dapat dilakukan
download lewat saluran telepon dan menggunakan modem (www.indonesiaflyrodders.com)
.
Energi Pasang Surut Air Laut
Cadangan minyak bumi, gas alam dan batu bara akan habis dalam waktu dekat karena
eksploitasi dilakukan tanpa perhitungan dan kontrol yang jelas. Lalu, energi alternatif apa yang
bisa digunakan? Sejumlah pihak muncul dengan ide tenaga pasang surut air laut. Memang bukan
teknologi baru, bahkan tergolong teknik paling tua yang pernah dipikirkan manusia. Namun,
jenis teknologi ini ramah lingkungan dan tidak mempunyai ekses negatif. Dan yang terpenting,
alam memberikannya secara gratis (www.sinarharapan.co.id).
Indonesia dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar 1.929.317
km2, Indonesia seharusnya bisa menerapkan teknologi alternatif ini. Apalagi dengan bentangan
Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan Utara ke Selatan 1.930 km telah
mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Pada musim
hujan, angin umumnya bergerak dari Utara Barat Laut dengan kandungan uap air dari Laut Cina
Selatan dan Teluk Benggala. Di musim Barat, gelombang air laut naik dari biasanya di sekitar
Pulau Jawa. Fenomena alamiah ini mempermudah pembuatan teknik pasang surut tersebut
(www.sinarharapan.co.id).
Penerapannya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mustahil. Tapi perlu ada master plan
yang jelas untuk mewujudkannya. Karena ini dapat menjadi sumber energi alternatif potensial.
Apalagi proses pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah lingkungan. Tetapi
sebelumnya, harus dilakukan sebuah riset yang berguna untuk mengukur kedalaman sepanjang
garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di daerah mana saja yang layak. Bangsa
Indonesia seharusnya menyadari bahwa alam menyediakan semua yang dibutuhkan. Hanya perlu
kerja keras dan kebijakan yang memperhatikan sumber daya alam yang terbatas. Sehingga
Indonesia tidak perlu risau akan cadangan energi (www.sinarharapan.co.id).
Filter
samping itu, secara teknis rekaman sensor pasang surut tidak representatif lagi karena medan
tekanan atmosfer lebih dominan daripada perubahan muka laut itu sendiri (Diposaptono, 2007).
Demikian juga apabila stasiun pasang surut tersebut berada pada pinggiran laut setengah
tertutup (semi-enclosed marginal seas), misalnya di stasiun Kupang yang menghadap Selat
Ombai. Perubahan muka laut tidak memberikan respons pada perubahan tekanan atmosfer yang
diharapkan karena posisi selat membatasi pertukaran massa berfrekuensi tinggi, seperti halnya
tsunami (Diposaptono, 2007).
Oleh karena itu, posisi stasiun pasang surut sebaiknya mendekati lokasi rawan gempa di
laut lepas. Posisi ini dilakukan agar terdapat rentang waktu yang cukup untuk upaya peringatan
dini. Yang terpenting, sensor pasang surut harus diletakkan pada sebuah pulau kecil dengan
kedalaman laut di sekitarnya tidak kurang dari 1.000 meter agar rekaman perubahan muka laut
tidak dipengaruhi perubahan tekanan atmosfer secara signifikan (Diposaptono, 2007).
Dengan demikian, sinyal gelombang tsunami dapat dilacak dengan membuang (filtering)
sinyal gangguan berasal dari angin yang membentuk gelombang laut, pasang surut, dan lain-lain
dengan teknik analisis spektral: metode FFT (Fast Fourier Transform) atau teknik pemisahan
sinyal lainnya yang relatif mudah dilakukan (Diposaptono, 2007).
Teori Kesetimbangan Pasang Surut (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727).
Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang
seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini
menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang
surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan
memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan
sistem bumi matahari (ilmukelautan.com).
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas
yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP
(Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini
berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya
pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua
lokasi (Gross, 1987) (ilmukelautan.com).
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727).
Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang
seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini
menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang
surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan
memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan
sistem bumi matahari (Gross, 1990).
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas
yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP
(Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini
berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya
pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua
lokasi (Gross, 1990).
Komponen Harmonik Pasang Surut
Secara kuantitatif, tipe pasang surut suatu perairan dapat ditentukan oleh nisbah
(perbandingan) antara amplitudo unsur-unsur pasang surut tunggal utama dengan amplitudo
unsur-unsur pasang surut ganda utama. Nisbah ini dikenal sebagai bilangan Formhazl yang
mempunyai formula sebagai berikut :
O1 + K1
F =
-----------M2 + S2
Dimana :
F
= Bilangan Formhazl.
O1
= Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik bulan.
K1
= Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik surya.
M2
= Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik bulan.
S2
= Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik surya.
Dengan demikian jika nilai F berada antara :
< 0,025
: Pasut bertipe ganda
0,26 - 1,50
: Pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol
1,50 - 3,00
: Pasut bertipe campuran dengan tipe tunggal yang menonjol
> 3,00
: Pasut bertipe tunggal
Keadaan pasang surut (pasut) di wilayah perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang
surut dari Samudra Pasifik dan India serta morfologi pantai dan Batimeri perairan yang
kompleks, dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal sampai sangat dalam
(Wyrtki, 1961).
Metode Admiralty
Metode Admiralty yang berdasarkan pada data pengamatan selama 15 hari atau 29 hari.
Pada metoda ini dilakukan perhitungan yang dibantu dengan tabel, akan menghasilkan tetapan
pasang surut untuk 9 komponen. Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang elektronika yang
sangat pesat, penggunaan komputer mikro untuk menghitung tetapan pasang surut serta
peramalannya akan sangat memungkinkan. Sehubungan dengan itu akan dicari suatu cara untuk
memproses data pengamatan pasang surut sehingga dapat dicari tetapan pasang surut serta
peramalannya dengan cara kerja yang mudah (www.indonesiaflyrodders.com).
Proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung dari data
pengamatan dengan metoda kuadrat terkecil, dengan menggunakan beberapa komponen yang
dianggap mempunyai faktor yang paling menentukan. Untuk ini dibahas penurunan
matematiknya serta pembuatan program untuk kamputernya. Program komputer dibuat
sedemikian rupa sehingga untuk proses perhitungan tersebut diatas hanya tinggal memesukkan
data,sedang seluruh proses selanjutnya akan dikerjakan oleh komputer. Program untuk komputer
dibahas secara terperinci mulai dari dasar perhitungan, isi program serta bagan alirnya.
Kebenaran dan ketelitian hasil perhitungan dibuktikan dengan memberikan contoh perhitungan
dan penyajian berupa grafik. Perhitungan dilakukan untuk beberapa lokasi pengamatan pasang
surut serta waktu pengamatan yang berlainan (www.indonesiaflyrodders.com).
Analisa harmonik metode Admiralty adalah analisa pasang surut yang digunakan untuk
menghitung dua konstanta harmonik yaitu amplitudo dan keterlambatan phasa. Proses
perhitungan metode Admiralty dihitung dengan bantuan tabel, dimana untuk waktu pengamatan
yang tidak ditabelkan harus dilakukan pendekatan dan interpolasi, serta tabel yang tersedia hanya
sampai tahun 2000. Untuk memudahkan proses perhitungan analisa harmonik metode Admiralty
dilakukan pengembangan perhitungan sistem formula dengan bantuan perangkat lunak Lotus /
Excel, yang akan menghasilkan harga beberapa parameter yang ditabelkan sehingga perhitungan
pada metode ini akan menjadi efisien dan memiliki keakuratan yang tinggi serta fleksibel untuk
waktu kapanpun (oseanografi.wordpress.com)
Metode perhitungan pasang surut laut dengan menggunakan metode admiralty adalah
perhitungan untuk menentukan Muka Laut Rata-rata (MLR). Tahap-Tahap Perhitungan untuk
menentukan MLR, Pada tahap ini akan diperoleh nilai bacaan tertinggi yang menunjukkan
kedudukan air tertinggi dan nilai bacaan terendah yang menunjukkan kedudukan air terendah
yang disusun pada Tabel 1 yang disusun berdasarkan tanggal pengamatan dan tanggal standar
GMT (www.dishidros.or.id).
http://oceocean.blogspot.com/2012/04/pasang-surut.html
WORLD TIDES
WORLD TIDES adalah sebuah program komputer desktop
untuk analisis dan prediksi tingkat air di perairan pasang surut.
Dirancang untuk sangat mudah digunakan, yang Graphical User
Interface (GUI) memungkinkan pemisahan cepat dari
serangkaian waktu pengukuran kadar air menjadi komponen
pasang surut dan non-pasang surut menggunakan pengurangan
kuadrat terkecil selektif harmonik mempekerjakan hingga 35
komponen pasut. Setelah menyimpan konstanta pasang surut
untuk konstituen yang dipilih selama analisis, pengguna dapat
menghasilkan prediksi pasang astronomi, ketinggian air yang
bervariasi pada frekuensi pasang surut dikenal timbul interaksi
gravitasi
antara
bulan,
bumi
dan
matahari.
Banyak paket perangkat lunak yang tersedia saat ini yang
memungkinkan prediksi pasang surut harus dibuat di perairan
pasang surut di seluruh dunia. Dengan sedikit pengecualian,
program ini menggunakan konstanta pasang surut ditentukan
oleh lembaga pemerintah dan pengguna biasa dari perangkat
lunak ini umumnya tidak mengetahui setiap rincian yang
terlibat dalam analisis lembaga tersebut, tidak sedikit rincian
variasi muka air diamati ke yang pasang dan non-pasang surut
bagian.
Jika Anda bertanya-tanya mengapa ada orang yang peduli
tentang perbedaan ini, mempertimbangkan alasan berikut.
Sangat mudah untuk kesalahan rumus prediksi astronomi
umum,
kesulitan yang disebabkan oleh serangkaian panjang pendek
muncul dalam resolusi konstituen tertentu yang dekat dengan
orang lain dalam frekuensi (berkonsultasi listbox di bagian atas
halaman Analisis untuk daftar konstituen yang tersedia dan
frekuensi mereka). Para S2 unsur utama surya
semidiurnal,misalnya, memiliki frekuensi tepat 2 siklus per
mean hari matahari, yang semidiurnal konstituen T2 (1,9973
CPD), R2 (2,0027 CPD) dan K2 (2,0055 CPD) semua sangat dekat
denganini frekuensi dan dapat sulit untuk menyelesaikan dari
seri pendek.
Ini bukan bahwa konstituen tidak memiliki amplitudo dan
fase yang benar - hanya saja Anda tidak bisa belajar apa mereka
adalah jika anda tidak memiliki data. Anda bisa mencoba untuk
menganalisis rekor 29 hari setelah memeriksa semua 35 kotak
di pasang DUNIA tetapi Anda mungkin akan mendapatkan
beberapa hasil yang aneh jika Anda melakukannya. Konstituen
meningkat dengan faktor 100 atau lebih dibandingkan dengan
analisis dasar dengan lima konstituen. Meskipun pilihan ini
dapat menjelaskan sebagian besar varians dalam menyajikan
data, jauh dari realistis seperti yang Anda akan cepat melihat
apakah Anda sudah diselamatkan konstanta ini dan mencoba
untuk membuat prediksi masa depan dengan mereka.
Plot 3-hari - Selama analisis, fitur plot 3-hari dalam bingkai
abu-abu di kiri atas sisi halaman bisa sangat membantu. Seperti
plot utama yang muncul setelah menekan tombol ANALISA,
plot 3-hari menggunakan hari Julian untuk menampilkan waktu
dan memilih waktu interval untuk merencanakan (tanggal
kalender
yang
terkait
juga
ditampilkan
untuk
kenyamanan). Plot 3-hari diamati (merah), diperkirakan (biru)
dan sisa (hijau) tingkat air memberikan gelombang-oleh
pandangan-gelombang yang menunjukkan seberapa baik model
harmonik pasang surut cocok dengan data. Jelas, cocok dengan
sangat baik jika sisa garis yang hampir datar. Namun, bila tidak
dan biru kurva mulai menunjukkan puncak ganda ketika kurva
merah hanya puncak tunggal, ini mungkin lebih lanjut indikasi
masalah mencoba terlalu banyak komponen pasut dengan data
terlalu sedikit. Tentu saja alasan lain untuk menggunakan plot
3-hari untuk menyelidiki kesalahan, misalnya, menjatuhkan
datapoin, pergeseran datum vertikal, atau pergeseran untuk
kali salah. Kotak sedikit Algoritma yang digunakan di pasang
WORLD tidak terpengaruh oleh kesenjangan data kecil,
menyediakan waktu yang tetap benar.
Inilah salah satu alasan data yang dimasukkan dalam
spreadsheet multi-kolom - Anda dapat memeriksa bahwa setiap
membaca tingkat air dikaitkan dengan tanggal serial yang benar
dan waktu (lihat Bagian 8. MEMASUKI DATA DENGAN EXCEL).
Meskipun kesenjangan pendek dapat diterima,program masih
akan mengeluarkan peringatan jika jumlah pengamatan yang
ditemukan adalah kurang dari jumlah yang diharapkan
berdasarkan panjang seri tertentu dan sampling rate
dihitung. Pasang DUNIA menentukan sampling rate dari dua
kali sampel pertama tercatat dalam data seri (setiap saat harus
benar tetapi terutama kedua.
Beberapa alat yang disediakan untuk membantu pengguna
dalam memilih konstituen untuk dimasukkan dalam model