Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RESUME PASANG SURUT

FENOMENA PASANG SURUT

OLEH :

M.HANIF RASYDA
26020210141001

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pasang surut merupakan outputgaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal (dorongan ke arah

luar pusat rotasi). Pasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara
laut, matahari, dan bulan.Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut
pasang rendah.Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak
atau lembah gelombang berikutnya.Gravitasi berbanding terbalik terhadap jarak. Sehingga meskipun
ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya
tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan ke bumi lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi (sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari)
Pengetahuan mengenai pasang surut tentunya sangat diperlukan dalam transportasi, laut,
pembangunan di daerah pesisir pantai, kegiatan di pelabuhan, dan sebagainya.Pasang surut
mempunyai sifat periodik (berulang-ulang).Oleh karena itu pasang surut menjadi dapat diramalkan
terlebih dahulu. Untuk dapat meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fase dari
masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Seperti yang telah disebutkan di atas,
komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun
demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang
surut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen
pasang surut yang baru.

1.2

Tujuan

a.

Melengkapi tugas akhir mata kuliah pasang surut

b.

Menambah wawasan kita tentang beragam masalah tentang fenomena pasang surut

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Pasang Surut


Air laut di bumi sentiasa begerak. Paras air di laut turun naik seharian mengikut
keadaan tarikan graviti matahari dan bulan pada bumi. Sementara bulan mengelilingi bumi
(28 hari) and seterusnya kedua dua ini mengelilingi matahari (365 hari) satu tarikan graviti
menekan paras air lautan di bumi untuk naik dan turun.
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya
muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Gambar. 1. Fenomena Air Laut Yang Sedang

Surut

Jika dilakukan pengukuran pasang surut selama satu bulan dan coba dihubungkan
dengan pergerakan bulan, maka akan diperoleh range (jangkauan) terbesar. Jangkauan tersebut
merupakan nilai dari beda air tertinggi dan air terendah yang terjadi ketika bulan purnama

penuh, ini disebut pasang surut perbani (spring tide), sedangkan jangkauan terkecil disebut
pasang surut anak (neap tide).

Gambar Proses terjadinya pasang surut akibat pengaruh pergerakan bulan


mengelilingi bumi
Selain keadaan di atas pada Gambar 2.2, jika dianggap bulan berada pada deklinasi 20
utara dan keterlambatan waktu antara tinggi air pada saat bulan mencapai zenit diabaikan,
perhitungan hanya pada bumi bagian utara, ketika air tertinggi, saat itu akan terjadi pada titik X
dan Y, air terendah akan terjadi di titik A dan A. Dengan demikian, titik-titik yang berada pada
garis sejajar latitud 20 utara berturut-turut C air pasang maksimum, D air surut dan E air
pasang tetapi pada waktu ini air tidak lagi setinggi permukaan air di titik C. Sedangkan pada
titik A dan A yang berada pada latitud 90 air paling rendah. Pada titik D mengambil masa
yang lebih panjang untuk surut dibandingkan sewaktu air naik, hal ini karena titik D lebih dekat
dengan titik E.

Di Khatulistiwa, pasang surut harian harian ganda adalah tetap, pada titik I adalah air
pasang dan pada J meridian 90 adalah air surut. Pada titik K, dengan meridian 180 jauh
daripada titik I, ialah pasang sekali lagi dan ketinggian adalah hampir sama seperti di titik I.
Jangkauan untuk pasang surut ini tidak sebesar jangkauan sewaktu bulan berada pada deklinasi

0. Pasang surut harian akan selalu lewat kebelakang karena pasang surut menghasilkan gaya
akibat pergeseran dan inersial bagi air.
Gambar. Pengaruh bulan pada deklinasi 20
Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup
seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.
Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.
Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut
(tidal range).
Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak
atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25
menit hingga 24 jam 50 menit.

2.2

Macam-Macam Pasang Surut

Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam
suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan
pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan
baru dan bulan purnama.

Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut
tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang
rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.

Pasang surut campuran (mixed tides) yang bentuk pasangnya berdasar pada pola
pasang semi diurnal terjadi di daerah Sandakan di Laut Sulu,sedangkan

yang bentuk

pasangnya berdasarkan pada pola pasang diurnal terdapat di Hon nieu di. Vietnam

Pasang surut air

laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek

sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya
tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut

laut karena jarak bulan lebih dekat

daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan
matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di

laut. Lintang

dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan
bidang orbital bulan dan matahari.

2.3. Teori Pasang Surut


2.3.1

Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)


Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh

Sir Isaac Newton

(1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada
bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman
(Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit
passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2
yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan
densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut
atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori
ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya
pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua
lokasi (Gross, 1987).

2.3.2 Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)


Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen
masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya
tarik

periodik

dapat

membangkitkan

gelombang

dengan

periode

sesuai

dengan

konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman


dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali
dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga
sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit
pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya
pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu
diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
Kedalaman perairan dan luas perairan
Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah
(Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan
bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin
meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya
juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis
mempengaruhiarus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan
menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang
pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya

2.4

Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan

teori

kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi
bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas
perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat
beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi
dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri
pasang surut

yang berlainan (Wyrtki, 1961).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil
dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari
dalam membangkitkan pasang surutlaut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari
ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik airlaut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang surut
ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari (Priyana,1994)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang
besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan
memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan
karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi.
Gaya-gaya

ini

mengakibatkan

air laut,

yang

menyusun

71%

permukaan

bumi,

menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi
bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan
dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi
matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah

pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam
(Priyana,1994)

2.5

Tipe Pasang Surut


Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang

surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964),
ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1.

Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali
surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.

2.

Pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut yang hampir sama tingginya.

3.

Pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan
mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :


1 Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari,
ini terdapat di Selat Karimata
2 Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir
sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3 Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi
terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan
waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

4 Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi
terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu
yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur

2.6

Arus Pasang Surut


Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi

oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut.

Permukaan

air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada
tempat-tempat
current).

sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut (Tidal

Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan

mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya


kedalaman (Mihardja et,. al 1994).
Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air
mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan
oleh pasut. Aruspasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang
memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut
merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air
kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada
dasar lautmenghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan
bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut
lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air
dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan
yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat
perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas.

2.7

Alat-alat Pengukuran Pasang Surut


Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut :

1.

Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya
digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan
alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati
ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya
terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1 Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang
oleh air
2 Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran
sungai (aliran debit air).
3 Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan
air bergerak secara tidak teratur
4 Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati
dan dipasang tegak lurus
5 Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan
mudah dikaitkan
6 Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang
surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
7 Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
8 Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah

2.

Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan
otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan
air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis
yaitu :

Floating tide gauge (self registering)


Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat
diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak
dipakai adalah dengan cara rambu pasut.

Pressure tide gauge (self registering)


Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun
perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada
dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang
sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun
alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.

3.

Satelit.
Sistem satelit altimetri

berkembang

sejak

tahun

1975

saat

diluncurkannya

sistem satelit Geos-Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga
objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume
dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global.
Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa
radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi

tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa
gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan
balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada
dasarnyasatelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut.
Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi
muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai
selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus
dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret
waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat
variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (http://gdl.geoph.itb.ac.id)

2.8.

Kegunaan Pasang Surut


Pengetahuan pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di

pelabuhana, pembangunan di daerah pesisir panati, dll. Karena sifat pasang surut yang
periodik maka ia dapat diramalkan.
Pasang surut juga bisa sangat mempengaruhi kehidupan organisme laut. Dengan
adanya pasang surut, organisme-organisme memiliki strategi ekologi sendiri-sendiri untuk
bisa bertahan hidup. Disamping itu, pasang surut sangat mempengaruhi ekosistem mangrove
yang merupakan pilar pertahanan alam utama pada daerah pesisir dari ancaman badai, erosi,
dan lain lain.
Adanya energi yang dihasilkan oleh pasang surut air laut yang dapat dimanfaatkan
bagi kehidupan manusia , energi dari fenomena pasang-surut ini diambil dengan memanfatkan
perbedaan ketinggian permukaan air laut ketika pasang dan ketika surut, dan arus yang terjadi

ketika air laut bergerak naik pada waktu pasang dan arus yang terjadi ketika air laut bergerak
turun pada waktu surut. Perbedaan ketinggian permukaan air laut dapat dimanfaatkan dengan
cara membuat bendungan di mulut terul atau estuari.
2.9.

Pasang Surut di Perairan Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu

Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa
sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar.

Hasil

pengukuran tinggi pasang surut di wilayahlaut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah


lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Gambar 15
memperlihatkan peta pasang surut wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak
beberapa wilayah lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara
lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan
Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di
selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003)
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut
dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks
dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan
tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah
harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan
pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang
surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan
tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata
dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal
sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan lautJawa pada umumnya adalah pasut
bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai

dengan 6 meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 1,5 m kecuali di
Selat madura yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua
(Diposaptono, 2007).

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Pasang surut air laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya air laut

secara berkala yang diakbiatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik-menarik antara
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan terhadap massa air laut di
bumi. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau
ukurannya lebih kecil. Puncak gelombang diesbut pasang tinggi dan lembah gelombang
disebut pasang rendah.
Faktor yang menyebabkan pasang surut astronomi terbagi dua, factor astronomi dan
factor non astronomi. Faktor astronomi ialah gravitasi matahari dan grvaitasi bulan serta
revolusi bulan dan revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan factor non astronomi nya
ialah perairan semi tertutup, lebar selat, bentuk teluk, garis pantai dan topografi dasar perairan.
Pasang surut terdiri atas 3 macam, yaitu pasang purnama, pasang perbani, dan pasang
campuran.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil
dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari .
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang
besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan
memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari.

DAFTAR PUSTAKA

Diposaptono, S. 2007. Karakteristik Laut Pada Kota Pantai. Direktorat Bina Pesisir,.
Miharja,

D.

K.,

S.

Hadi,

dan

M.

Ali,

1994.

Pasang

Surut Laut.

Kursus

Intensive Oseanografi bagi perwira TNI AL. Lembaga Pengabdian masyarakat


dan jurusan Geofisika dan Meteorologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. Ed. Ongkosongo,
O.S.R. dan Suyarso. P3O-LIPI. Jakarta. Hal. 13-23
Priyana, 1994. Studi pola Arus Pasang Surut di Teluk Labuhantereng Lombok. Nusa Tenggara
Barat. Skripsi. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanandan Kelautan.Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai