Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan tentang arsitektur mesir kuno ini.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan laporan yang menjadi tugas sejarah
dengan judul “arsitektur mesir kuno”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama pembuatan laporan ini berlangsung
sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap laporan ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, laporan yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Kupang, 04 februari 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

1. Kata pengantar................................................................................................. ....... 1


2. Daftar isi............................................................................................................ ..... 2
3. Bab I Pendahuluan : Latar belakang...................................................................... 3
: Tujuan................................................................................ ... 4
4. BAB II Pembahasan............................................................................................... .5-26
5. BAB III Penutup : kesimpulan............................................................................ 27
6. Daftar pustaka.......................................................................................................... 28

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kebudayaan Mesir Kuno merupakan salah satu kebudayaan tertua dan paling maju di
dunia. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil yang merupakan urat nadi kehidupan
Mesir. Kondisi geografis ini sangat menguntungkan masyarakat Mesir Kuno karena dataran Nil
merupakan dataran yang subur dan masyarakat Mesir Kuno pun memiliki pengendalian
keseimbangan yang baik antara sumber daya alam dan manusianya sehingga kegiatan sosial,
ekonomi dan politiknya berjalan dengan sangat baik. Beberapa contoh dari keberhasilan
masyarakat Mesir Kuno adalah teknik pembangunan monumen seperti piramida, kuil, dan
obelisk, pengetahuan matematika, teknik pengobatan, seni dan arsitektur, begitu juga dengan
perkembangan sistem tulisan dan sastranya. Masyarakat Mesir Kuno telah mengenal tulisan sejak
sekitar 4000 SM. Tulisan mereka berupa gambar dan lambang-lambang yang disebut Hierogliph.
Ciri lain yang dari majunya kebudayaan Mesir Kuno adalah tata cara berpakaian mereka.
Masyarakat Mesir Kuno telah mengenal tata cara berpakaian dalam kehidupan mereka.
Masyarakat Mesir Kuno biasanya memakai tunik linen putih, dan pakaian-pakaian yang
panjangnya sampai ke pinggang. Hidup di tengah-tengah suhu yang panas masyarakat Mesir
Kuno menggunakan bahan ringan dalam pembuatan pakaian mereka. Gaya berpakaian
masyarakat Mesir Kuno berbeda untuk setiap kelas masyarakat. Firaun dan para imam
menggunakan pakaian dengan kualitas tertinggi. Orang-orang dari masyarakat tinggi dapat
dikenali dengan 2 perhiasan yang mereka kenakan, sedangkan masyarakat kelas rendah tidak
menggunakan perhiasan apapun.

3
B. Tujuan
1. Mengetahui letak geografis
2. Mengetahui periode perkembangan sejarah
3. Mengetahui asal usul
4. Mengetahui tokoh
5. Mengetahui unsur unsur kebudayaan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. LETAK GEOGRAFIS
Daerah Mesir terletak di bagian utara benua Afrika.
Disebelah utara berbatasan dengan Laut Tengah, di sebelah timur
berbatasan dengan laut Merah, di sebelah selatan berbatasan dengan
Sudan dan di sebelah barat berbatasan dengan Lybia.
Wilayah Mesir yang dilalui oleh Sungai Nil memiliki tanah
yang relative subur. Sungai Nil bersumber dari suatu mata air yang
terletak jauh di tanah tinggi Afrika timur. Banjir yang mengalir ke
utara dan setiap tahun mendatangkan banjir inilah yang mengubah
padang pasir menjadi lembah-lembah yang subur. Lebar lembah itu
antara 15 kilometer sampai 50 kilometer. Oleh karena itu, sector
pertanian berkembang pesat di wilayah Mesir. Banyak sejarawan
diantaranya adalah Herodotus (ahli sejarah Yunani) menjuluki Mesir
sebagai the Give of the Nile dengan melihat potensi alam yang dimiliki Mesir.

B. PERIODE PERKEMBANGAN SEJARAH


Pada akhir masa Paleolitik, iklim Afrika Utara menjadi semakin panas dan kering.
Akibatnya, penduduk di wilayah tersebut terpaksa berpusat di sepanjang sungai Nil.
Sebelumnya, semenjak manusia pemburu-pengumpul mulai tinggal di wilayah tersebut pada
akhir Pleistosen Tengah (sekitar 120 ribu tahun lalu), sungai Nil telah menjadi urat nadi
kehidupan Mesir. Dataran banjir Nil yang subur memberikan kesempatan bagi manusia untuk
mengembangkan pertanian dan masyarakat yang terpusat dan mutakhir, yang menjadi
landasan bagi sejarah peradaban manusia.
 Periode Pradinasti
Pada masa pra dan awal dinasti, iklim Mesir lebih subur daripada saat ini. Sebagian
wilayah Mesir ditutupi oleh sabana berhutan dan dilalui oleh ungulata yang merumput. Flora
dan fauna lebih produktif dan sungai Nil menopang kehidupan unggas-unggas air. Perburuan
merupakan salah satu mata pencaharian utama orang Mesir. Selain itu, pada periode ini,
banyak hewan yang didomestikasi.

Guci pada periode pradinasti.

5
Sekitar tahun 5500 SM, suku-suku kecil yang menetap di lembah sungai Nil telah
berkembang menjadi peradaban yang menguasai pertanian dan peternakan. Peradaban
mereka juga dapat dikenal melalui tembikar dan barang-barang pribadi, seperti sisir, gelang
tangan, dan manik. Peradaban yang terbesar di antara peradaban-peradaban awal adalah
Badari di Mesir Hulu, yang dikenal akan keramik, peralatan batu, dan penggunaan tembaga.
Di Mesir Utara, Badari diikuti oleh peradaban Amratia dan Gerzia, yang
menunjukkan beberapa pengembangan teknologi. Bukti awal menunjukkan adanya hubungan
antara Gerzia dengan Kanaan dan pantai Byblos.
Sementara itu, di Mesir Selatan, peradaban Naqada, mirip dengan Badari, mulai
memperluas kekuasaannya di sepanjang sungai Nil sekitar tahun 4000 SM. Sejak masa
Naqada I, orang Mesir pra dinasti mengimpor obsidian dari Ethiopia, untuk membentuk
pedang dan benda lain yang terbuat dari flake. Setelah sekitar 1000 tahun, peradaban Naqada
berkembang dari masyarakat pertanian yang kecil menjadi peradaban yang kuat. Pemimpin
mereka berkuasa penuh atas rakyat dan sumber daya alam lembah sungai Nil. Setelah
mendirikan pusat kekuatan di Hierakonpolis, dan lalu di Abydos, penguasa-penguasa Naqada
III memperluas kekuasaan mereka ke utara.
Budaya Naqada membuat berbagai macam barang-barang material - yang
menunjukkan peningkatan kekuasaan dan kekayaan dari para penguasanya - seperti tembikar
yang dicat, vas batu dekoratif yang berkualitas tinggi, pelat kosmetik, dan perhiasan yang
terbuat dari emas, lapis, dan gading. Mereka juga mengembangkan glasir keramik yang
dikenal dengan nama tembikar glasir bening. Pada fase akhir masa pra dinasti, peradaban
Naqada mulai menggunakan simbol-simbol tulisan yang akan berkembang menjadi sistem
hieroglif untuk menulis bahasa Mesir kuno.
 Periode Dinasti Awal

Pelat Narmer menggambarkan penyatuan Mesir Hulu dan Hilir.


Pendeta Mesir pada abad ke-3 SM, Manetho mengelompokan garis keturunan firaun
yang panjang dari Menes ke masanya menjadi 30 dinasti. Sistem ini masih digunakan hingga
hari ini. Ia memilih untuk memulai sejarah resminya melalui raja yang bernama "Meni" (atau
Menes dalam bahasa Yunani), yang dipercaya telah menyatukan kerajaan Mesir Hulu dan
Hilir (sekitar 3200 SM). Transisi menuju negara kesatuan sejatinya berlangsung lebih
bertahap, berbeda dengan apa yang ditulis oleh penulis-penulis Mesir Kuno, dan tidak ada
catatan kontemporer mengenai Menes. Beberapa ahli kini meyakini bahwa figur "Menes"
mungkin merupakan Narmer, yang digambarkan mengenakan tanda kebesaran kerajaan pada
pelat Narmer yang merupakan simbol unifikasi.
Pada Periode Dinasti Awal, sekitar 3150 SM, firaun pertama memperkuat kekuasaan
mereka terhadap Mesir hilir dengan mendirikan ibu kota di Memphis. Dengan ini, firaun
dapat mengawasi pekerja, pertanian, dan jalur perdagangan ke Levant yang penting dan
menguntungkan.. Peningkatan kekuasaan dan kekayaan firaun pada periode dinasti awal

6
dilambangkan melalui mastaba (makam) yang rumit dan struktur-struktur kultus kamar mayat
di Abydos, yang digunakan untuk merayakan didewakannya firaun setelah kematiannya.
Institusi kerajaan yang kuat dikembangkan oleh firaun untuk mengesahkan kekuasaan
negara atas tanah, pekerja, dan sumber daya alam, yang penting bagi pertumbuhan peradaban
Mesir kuno.
 Kerajaan Lama
Kemajuan dalam bidang arsitektur, seni, dan teknologi
dibuat pada masa Kerajaan Lama. Kemajuan ini didorong
oleh meningkatnya produktivitas pertanian, yang
dimungkinkan karena pemerintahan pusat dibina dengan
baik. Di bawah pengarahan wazir, pejabat-pejabat negara
mengumpulkan pajak, mengatur proyek irigasi untuk
meningkatkan hasil panen, mengumpulkan petani untuk
bekerja di proyek-proyek pembangunan, dan menetapkan
sistem keadilan untuk menjaga keamanan. Dengan sumber
daya surplus yang ada karena ekonomi yang produktif dan
stabil, negara mampu membiayai pembangunan proyek-
proyek kolosal dan menugaskan pembuatan karya-karya seni
istimewa. Piramida yang dibangun oleh Djoser, Khufu, dan
keturunan mereka, merupakan simbol peradaban Mesir
Kuno yang paling diingat.
Seiring dengan meningkatnya kepentingan pemerintah pusat,
muncul golongan juru tulis (sesh) dan pejabat
berpendidikan, yang diberikan tanah oleh firaun sebagai
bayaran atas jasa mereka. Firaun juga memberikan tanah
kepada struktur-struktur kultus kamar mayat dan kuil-kuil
lokal untuk memastikan bahwa institusi-institusi tersebut
memiliki sumber daya yang cukup untuk memuja firaun
setelah kematiannya. Pada akhir periode Kerajaan Lama,
lima abad berlangsungnya praktik-praktik feudal pelan-pelan
mengikis kekuatan ekonomi firaun. Firaun tak lagi mampu
membiayai pemerintahan terpusat yang besar. Dengan
berkurangnya kekuatan firaun, gubernur regional yang
disebut nomark mulai menantang kekuatan firaun. Hal ini
diperburuk dengan terjadinya kekeringan besar antara tahun
Patung firaun Menkaura di
2200 hingga 2150 SM, sehingga Mesir Kuno memasuki
Boston Museum of Fine Arts.
periode kelaparan dan perselisihan selama 140 tahun yang
dikenal sebagai Periode Menengah Pertama Mesir.
 Periode Menengah Pertama Mesir
Setelah pemerintahan pusat Mesir runtuh pada akhir periode Kerajaan Lama,
pemerintah tidak lagi mampu mendukung atau menstabilkan ekonomi negara. Gubernur-
gubernur regional tidak dapat menggantungkan diri kepada firaun pada masa krisis.
Kekurangan pangan dan sengketa politik meningkat menjadi kelaparan dan perang saudara
berskala kecil. Meskipun berada pada masa yang sulit, pemimpin-pemimpin lokal, yang tidak
berhutang upeti kepada firaun, menggunakan kebebasan baru mereka untuk mengembangkan
budaya di provinsi-provinsi. Setelah menguasai sumber daya mereka sendiri, provinsi-

7
provinsi menjadi lebih kaya. Fakta ini dibuktikan dengan adanya pemakaman yang lebih
besar dan baik di antara kelas-kelas sosial lainnya. Dengan meningkatnya kreativitas,
pengrajin-pengrajin provinsial menerapkan dan mengadaptasi motif-motif budaya yang
sebelumnya dibatasi oleh Kerajaan Lama. Juru-juru tulis mengembangkan gaya yang
melambangkan optimisme dan keaslian periode.
Bebas dari kesetiaan kepada firaun, pemimpin-pemimpin lokal mulai berebut
kekuasaan. Pada 2160 SM, penguasa-penguasa di Herakleopolis menguasai Mesir Hilir,
sementara keluarga Intef di Thebes mengambil alih Mesir Hulu. Dengan berkembangnya
kekuatan Intef, serta perluasan kekuasaan mereka ke utara, maka pertempuran antara kedua
dinasti sudah tak terhindarkan lagi. Sekitar tahun 2055 SM, tentara Thebes di bawah
pimpinan Nebhepetre Mentuhotep II berhasil mengalahkan penguasa Herakleopolis,
menyatukan kembali kedua negeri, dan memulai periode renaisans budaya dan ekonomi yang
dikenal sebagai Kerajaan Pertengahan.
 Kerajaan Pertengahan

Amenemhat III, penguasa terakhir Kerajaan Pertengahan.


Firaun Kerajaan Pertengahan berhasil mengembalikan kesejahteraan dan kestabilan
negara, sehingga mendorong kebangkitan seni, sastra, dan proyek pembangunan monumen.
Mentuhotep II dan sebelas dinasti penerusnya berkuasa dari Thebes, tetapi wazir Amenemhat
I, sebelum memperoleh kekuasaan pada awal dinasti ke-12 (sekitar tahun 1985 SM),
memindahkan ibu kota ke Itjtawy di Oasis Faiyum. Dari Itjtawy, firaun dinasti ke-12
melakukan reklamasi tanah dan irigasi untuk meningkatkan hasil panen. Selain itu, tentara
kerajaan berhasil merebut kembali wilayah yang kaya akan emas di Nubia, sementara
pekerja-pekerja membangun struktur pertahanan di Delta Timur, yang disebut "tembok-
tembok penguasa", sebagai perlindungan dari serangan asing.
Maka populasi, seni, dan agama negara mengalami perkembangan. Berbeda dengan
pandangan elitis Kerajaan Lama terhadap dewa-dewa, Kerajaan Pertengahan mengalami
peningkatan ungkapan kesalehan pribadi. Selain itu, muncul sesuatu yang dapat dikatakan
sebagai demokratisasi setelah akhirat; setiap orang memiliki arwah dan dapat diterima oleh
dewa-dewa di akhirat.Sastra Kerajaan Pertengahan menampilkan tema dan karakter yang
canggih, yang ditulis menggunakan gaya percaya diri dan elok, sementara relief dan pahatan
potret pada periode ini menampilkan ciri-ciri kepribadian yang lembut, yang mencapai
tingkat baru dalam kesempurnaan teknis.
Penguasa terakhir Kerajaan Pertengahan, Amenemhat III, memperbolehkan
pendatang dari Asia tinggal di wilayah delta untuk memenuhi kebutuhan pekerja, terutama
untuk penambangan dan pembangunan. Penambangan dan pembangunan yang ambisius,
ditambah dengan meluapnya sungai Nil, membebani ekonomi dan mempercepat kemunduran

8
selama masa dinasti ke-13 dan ke-14. Semasa kemunduran, pendatang dari Asia mulai
menguasai wilayah delta, yang selanjutnya mulai berkuasa di Mesir sebagai Hyksos.

 Periode Menengah Kedua dan Hyksos


Sekitar tahun 1650 SM, seiring dengan melemahnya kekuatan firaun Kerajaan
Pertengahan, imigran Asia yang tinggal di kota Avaris mengambil alih kekuasaan dan
memaksa pemerintah pusat mundur ke Thebes. Di sana firaun diperlakukan sebagai vasal dan
diminta untuk membayar upeti. Hyksos ("penguasa asing") meniru gaya pemerintahan Mesir
dan menggambarkan diri mereka sebagai firaun. Maka elemen Mesir menyatu dengan budaya
Zaman Perunggu Pertengahan mereka.
Setelah mundur, raja Thebes melihat situasinya yang terperangkap antara Hyksos di
utara dan sekutu Nubia Hyksos, Kerajaan Kush, di selatan. Setelah hampir 100 tahun
mengalami masa stagnansi, pada tahun 1555 SM, Thebes telah mengumpulkan kekuatan
yang cukup untuk melawan Hyksos dalam konflik selama 30 tahun. Firaun Seqenenre Tao II
dan Kamose berhasil mengalahkan orang-orang Nubia. Pengganti Kamose, Ahmose I,
berhasil mengusir Hyksos dari Mesir. Selanjutnya, pada periode Kerajaan Baru, kekuatan
militer menjadi prioritas utama firaun agar dapat memperluas perbatasan Mesir dan
menancapkan kekuasaan atas wilayah Timur Dekat.

Wilayah terluas Mesir Kuno (abad ke-15 SM).

 Kerajaan Baru
Firaun-firaun Kerajaan Baru berhasil membawa kesejahteraan yang tak tertandingi
sebelumnya. Perbatasan diamankan dan hubungan diplomatik dengan tetangga-tetangga
diperkuat. Kampanye militer yang dikobarkan oleh Tuthmosis I dan cucunya Tuthmosis III
memperluas pengaruh firaun ke Suriah dan Nubia, memperkuat kesetiaan, dan membuka
jalur impor komoditas yang penting seperti perunggu dan kayu.
Firaun-firaun Kerajaan juga memulai pembangunan besar untuk
mengangkat dewa Amun, yang kultusnya berbasis di Karnak. Para
firaun juga membangun monumen untuk memuliakan pencapaian
mereka sendiri, baik nyata maupun imajiner. Firaun perempuan
Hatshepsut menggunakan propaganda semacam itu untuk
mengesahkan kekuasaannya. Masa kekuasaannya yang berhasil
dibuktikan oleh ekspedisi perdagangan ke Punt, kuil kamar mayat
yang elegan, pasangan obelisk kolosal, dan kapel di Karnak.

9
Sekitar tahun 1350 SM, stabilitas Kerajaan Baru terancam ketika Amenhotep IV naik
tahta dan melakukan reformasi yang radikal dan kacau. Ia mengubah
Patung Ramses II di namanya menjadi Akhenaten. Akhenaten memuja dewa matahari
pintu masuk kuil Aten sebagai dewa tertinggi. Ia lalu menekan pemujaan dewa-dewa
Abu Simbel. lain. Akhenaten juga memindahkan ibu kota ke kota baru yang
bernama Akhetaten (kini Amarna). Ia tidak memperdulikan masalah
luar negeri dan terlalu asyik dengan gaya religius dan artistiknya yang
baru. Setelah kematiannya, kultus Aten segera ditinggalkan, dan firaun-
firaun selanjutnya, yaitu Tutankhamun, Ay, dan Horemheb, menghapus
semua penyebutan mengenai bidaah Akhenaten.
Ramses II naik tahta pada tahun 1279 SM. Ia membangun lebih
banyak kuil, mendirikan patung-patung dan obelisk, serta dikaruniai anak
yang lebih banyak daripada firaun-firaun lain dalam sejarah. Sebagai
seorang pemimpin militer yang berani, Ramses II memimpin tentaranya
melawan bangsa Het dalam pertempuran Kadesh. Setelah bertempur
hingga mencapai kebuntuan (stalemate), ia menyetujui traktat perdamaian pertama yang
tercatat sekitar 1258 SM.
Kekayaan menjadikan Mesir sebagai target serangan, terutama oleh orang-orang Laut
dan Libya. Tentara Mesir mampu mengusir serangan-serangan itu, namun Mesir akan
Pada tahun 730
kehilangan kekuasaan atas Suriah dan Palestina. Pengaruh dari ancaman
SM, orang-orang luar diperburuk dengan masalah internal seperti korupsi, penjarahan
Libya dari barat makam, dan kerusuhan. Pendeta-pendeta agung di kuil Amun, Thebes,
memecahkan mengumpulkan tanah dan kekayaan yang besar, dan kekuatan mereka
kesatuan politik memecahkan negara pada masa Periode Menengah Ketiga.
Mesir Kuno.

 Periode Menengah Ketiga


Setelah kematian firaun Ramses XI tahun 1078 SM, Smendes mengambil alih
kekuasaan Mesir utara. Ia berkuasa dari kota Tanis. Sementara itu, wilayah selatan dikuasai
oleh pendeta-pendeta agung Amun di Thebes, yang hanya mengakui nama Smendes saja.
Pada masa ini, orang-orang Libya telah menetap di delta barat, dan kepala-kepala suku
penetap tersebut mulai meningkatkan otonomi mereka. Pangeran-pangeran Libya mengambil
alih delta di bawah pimpinan Shoshenq I pada tahun 945 SM. Mereka lalu mendirikan dinasti
Bubastite yang akan berkuasa selama 200 tahun. Shoshenq juga mengambil alih Mesir
selatan dengan menempatkan keluarganya dalam posisi kependetaan yang penting.
Kekuasaan Libya mulai mengikis akibat munculnya dinasti saingan di Leontopolis, dan
ancaman Kush di selatan. Sekitar tahun 727 SM, raja Kush, Piye, menyerbu ke arah utara. Ia
berhasil menguasai Thebes dan delta.
Martabat Mesir terus menurun pada Periode Menengah Ketiga. Sekutu asingnya telah
jatuh kedalam pengaruh Asiria, dan pada 700 SM, perang antara kedua negara sudah tak
terhindarkan lagi. Antara tahun 671 hingga 667 SM, bangsa Asiria mulai menyerang Mesir.
Masa kekuasaan raja Kush, Taharqa, dan penerusnya, Tanutamun, dipenuhi dengan konflik
melawan Asiria. Akhirnya, bangsa Asiria berhasil memukul mundur Kush kembali ke Nubia.
Mereka juga menduduki Memphis dan menjarah kuil-kuil di Thebes.
 Periode Akhir
Dengan tiadanya rencana pendudukan permanen, bangsa Asiria menyerahkan
kekuasaan Mesir kepada vassal-vassal yang dikenal sebagai raja-raja Sais dari dinasti ke-26.

10
Pada tahun 653 SM, raja Sais Psamtik I berhasil mengusir bangsa Asiria dengan bantuan
tentara bayaran Yunani yang direkrut untuk membentuk angkatan laut pertama Mesir.
Selanjutnya, pengaruh Yunani meluas dengan cepat. Kota Naukratis menjadi tempat tinggal
orang-orang Yunani di delta.
Di bawah raja-raja Sais, Mesir mengalami kebangkitan singkat ekonomi dan budaya.
Sayangnya, pada tahun 525 SM, bangsa Persia yang dipimpin oleh Cambyses II memulai
penaklukan terhadap Mesir. Mereka berhasil menangkap firaun Psamtik III dalam
pertempuran di Pelusium. Cambyses II lalu mengambil alih gelar firaun. Ia berkuasa dari kota
Susa, dan menyerahkan Mesir kepada seorang satrapi. Pemberontakan-pemberontakan
meletus pada abad ke-5 SM, tetapi tidak ada satupun yang berhasil mengusir bangsa Persia
secara permanen.
Setelah dikuasai Persia, Mesir digabungkan dengan Siprus dan Fenisia dalam satrapi
ke-6 Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Periode pertama kekuasaan Persia atas Mesir, yang
juga dikenal sebagai dinasti ke-27, berakhir pada tahun 402 SM. Dari 380–343 SM, dinasti
ke-30 berkuasa sebagai dinasti asli terakhir Mesir. Restorasi singkat kekuasaan Persia,
kadang-kadang dikenal sebagai dinasti ke-31, dimulai dari tahun 343 SM. Akan tetapi, pada
332 SM, penguasa Persia, Mazaces, menyerahkan Mesir kepada Alexander yang Agung
tanpa perlawanan.
 Dinasti Ptolemeus
Pada tahun 332 SM, Alexander yang Agung menaklukan Mesir dengan sedikit
perlawanan dari bangsa Persia. Pemerintahan yang didirikan oleh penerus Alexander dibuat
berdasarkan sistem Mesir, dengan ibu kota di Iskandariyah. Kota tersebut menunjukkan
kekuatan dan martabat kekuasaan Yunani, dan menjadi pusat pembelajaran dan budaya yang
berpusat di Perpustakaan Iskandariyah. Mercusuar Iskandariyah membantu navigasi kapal-
kapal yang berdagang di kota tersebut, terutama setelah penguasa dinasti Ptolemeus
memberdayakan perdagangan dan usaha-usaha, seperti produksi papirus.
Budaya Yunani tidak menggantikan budaya asli Mesir. Penguasa dinasti Ptolemeus
mendukung tradisi lokal untuk menjaga kesetiaan rakyat. Mereka membangun kuil-kuil baru
dalam gaya Mesir, mendukung kultus tradisional, dan menggambarkan diri mereka sebagai
firaun. Beberapa tradisi akhirnya bergabung. Dewa-dewa Yunani dan Mesir disinkretkan
sebagai dewa gabungan (contoh: Serapis). Bentuk skulptur Yunani Kuno juga memengaruhi
motif-motif tradisional Mesir. Meskipun telah terus berusaha memenuhi tuntutan warga,
dinasti Ptolemeus tetap menghadapi berbagai tantangan, seperti pemberontakan, persaingan
antar keluarga, dan massa di Iskandariyah yang terbentuk setelah kematian Ptolemeus IV.
Lebih lagi, bangsa Romawi memerlukan gandum dari Mesir, dan mereka tertarik akan situasi
politik di negeri Mesir. Pemberontakan yang terus berlanjut, politikus yang ambisius, serta
musuh yang kuat di Suriah membuat kondisi menjadi tidak stabil, sehingga bangsa Romawi
mengirim tentaranya untuk mengamankan Mesir sebagai bagian dari kekaisarannya.
 Dominasi Romawi
Mesir menjadi provinsi Kekaisaran Romawi pada tahun 30 SM setelah Augustus
berhasil mengalahkan Mark Antony dan Ratu Cleopatra VII dalam Pertempuran Actium.
Romawi sangat memerlukan gandum dari Mesir, dan legiun Romawi, di bawah kekuasaan
praefectus yang ditunjuk oleh kaisar, memadamkan pemberontakan, memungut pajak yang
besar, serta mencegah serangan bandit.

11
Meskipun Romawi berlaku lebih kasar daripada Yunani, beberapa
tradisi, seperti mumifikasi dan pemujaan dewa-dewa, tetap berlanjut. Seni
potret mumi berkembang, dan beberapa kaisar Romawi menggambarkan
diri mereka sebagai firaun (meskipun tidak sejauh penguasa-penguasa
dinasti Ptolemeus). Pemerintahan lokal diurus dengan gaya Romawi dan
tertutup dari gaya Mesir asli.
Pada pertengahan abad pertama, Kekristenan mulai mengakar di
Iskandariyah. Agama tersebut dipandang sebagai kultus lain yang akan
diterima. Akan tetapi, Kekristenan pada akhirnya dianggap sebagai agama
yang ingin menggantikan paganisme dan mengancam tradisi agama lokal,
sehingga muncul penyerangan terhadap orang-orang Kristen. Penyerangan
terhadap orang Kristen memuncak pada masa pembersihan Diokletianus
yang dimulai tahun 303. Akan tetapi, Kristen berhasil menang. Pada tahun 391, kaisar
Kristen Theodosius memperkenalkan undang-undang yang melarang ritus-
Potret-potret ritus pagan dan menutup kuil-kuil. Iskandariyah menjadi latar kerusuhan
mumi Fayum anti-pagan yang besar. Akibatnya, budaya pagan Mesir terus mengalami
melambangk kejatuhan. Meskipun penduduk asli masih mampu menuturkan bahasa
an pertemuan mereka, kemampuan untuk membaca hieroglif terus berkurang karena
budaya Mesir melemahnya peran pendeta kuil Mesir. Sementara itu, kuil-kuil
dengan
dialihfungsikan menjadi gereja, atau ditinggalkan begitu saja.
Romawi.

C. ASAL-USUL
Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai
Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur.
Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke Laut Tengah. Ada empat negara
yang dilewati sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan Mesir
Setiap tahun sungai Nil selalu banjir. Luapan banjir itu menggenangi daerah di kiri
kanan sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai 50 kilometer. Di
sekeliling lembah sungai adalah gurun. Batas timur adalah gurun Arabia di tepi Laut Merah.
Batas selatan terdapat gurun Nubia di Sudan, batas barat adalah gurun Libia. Kemudian batas
utara Mesir adalah Laut Tengah.
Menurut mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air mata Dewi Isis yang
selalu sibuk menangis dan menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah puteranya yang
gugur dalam pertempuran. Namun secara ilmiah, air tersebut berasal dari gletsyer yang
mencair dari pegunungan Kilimanjaro sebagai hulu sungai Nil. Peranan sungai Nil begitu
penting bagi lahirnya kehidupan masyarakat di lembah sungai tersebut. Maka tepatlah jika
Herodotus menyebutkan “Mesir adalah hadiah sungai Nil (Egypt is the gift of the Nile)".
Lembah sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil
dimanfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan waduk. Air
sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk
keperluan irigasi dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah
atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir adalah gandum, sekoi atau jamawut dan jelai
yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung. Untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, maka dijalinlah hubungan
dagang dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan Laut Tengah. Peranan sungai

12
Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan. Banyak perahu-perahu dagang yang
melintasi sungai Nil.
Setelah tahun 1980-an, ketika Egyptology mulai diakui sebagai sains daripada sekadar
perburuan harta karun, saat itulah para penyelidik awal menemukan bukti yang mendahului
piramida. Penggalian oleh Flinders Petrie mengungkap kebudayaan yang jauh lebih tua yang
mendahului Dinasti ke-1 yang diketahui dalam catatan sejarah, dan mulanya material ini
tidak begitu familiar sehingga Petrie mengiranya telah ditinggalkan oleh sebuah “Ras Baru”
penduduk Lembah Nil. Namun, meski secara budaya berbeda dari bangsa Mesir di zaman
Dinasti, setelah studi lebih jauh, dia menetapkan bahwa dirinya telah menemukan puing-
puing dari periode prasejarah. Dia, dan yang lain, terutama terpesona oleh perbedaan jelas
antara kebudayaan Pradinasti baru ini dengan material yang jauh lebih dikenal dari Kerajaan
Lama dan periode kemudian.
Para egyptologist awal abad 20 menyimpulkan bahwa peradaban Mesir kuno klasik
telah dibawa menuju Lembah Nil oleh sebuah “ras dinastik” penyerbu. Mereka yakin bahwa
para penyerbu itu superior secara budaya dan politik dari “Penduduk Mesir Prasejarah” asli,
dan bahwa mereka dengan cepat menetapkan diri sebagai penguasa negeri itu. Pada awal
abad 20, ilmu metrologi tengkorak, yaitu menggunakan pengukuran tengkorak untuk
menentukan karakteristik rasial, sudah lumrah. Ini juga digunakan untuk memperkuat teori
“ras superior” di Mesir tersebut.
Bangsa penyerbu superior ini dipercaya berasal dari sebuah daratan di sebelah timur
Mesir, mencerminkan pandangan yang tersebar luas bahwa Timur adalah sumber pokok
kebudayaan awal. Seni kerajaan Mesir pada masa Dinasti ke-1 dianggap mirip dengan yang
ditemukan di Mesopotamia, dan banyak orang percaya bahwa raja-raja awal Mesir berasal
dari wilayah Irak modern. Pada 1930-an, teori ini diberi kepercayaan lebih jauh oleh Hans
Winkler, seorang Jerman yang menjadi sangat dikenal dalam egyptology berkat
eksplorasinya di Eastern Desert. Di sana dia menemukan banyak seni batu kuno di antara
Lembah Nil dan Laut Merah. Yang signifikan adalah sejumlah citra perahu yang mencolok,
dan juga sangat mirip dengan kapal air yang ditemukan dalam seni Mesopotamia. Namun, di
awal abad 20, kronologi dunia kuno masih sangat kurang diketahui, dan pada saat itu Winkler
juga tidak mengetahui bahwa perahu-perahu Mesir ini mendahului rekan Mesopotamia
mereka selama berabad-abad. Oleh sebab itu, dia menyatakan bahwa Mesopotamia diserbu
oleh Mesir melalui Laut Merah, meninggalkan bekas perjalanan mereka di bebatuan sewaktu
mereka melintas menuju Sungai Nil.
Teori invasi ini merupakan produk zaman itu. Tokoh-tokoh seperti Hitler mendukung
pendekatan ini, tapi kenyataannya teori-teori difusi (penyebaran) bahwa kelompok-kelompok
ras superior membawa peradaban kepada penduduk asli sangat populer di kalangan kekuatan
kolonial Eropa barat. Pada waktu itu Afrika dikenal sebagai “jantung kegelapan”, dan
dianggap tak mampu menghasilkan kebudayaan maju tanpa pengaruh luar. Ternyata
kekalahan Nazisme-lah, dan pemberian kemerdekaan kepada banyak bekas koloni Eropa di
Afrika, yang pada akhirnya mendorong popularitas teori-teori semacam itu.
Meski teori invasi bertahan di kalangan segelintir egyptologist untuk beberapa waktu,
dan meski melihat kebangkitan karya-karya populer di akhir 1990-an, sebagian besar
akademisi menghentikan penyelidikan asal-usul asing peradaban Mesir. Hari ini kita justru
mencari perkembangan pribumi dan akar kebudayaan dinasti Mesir di Lembah Nil dan
wilayah dekat sekitar tempat lahir peradaban ini.
Riset arkeologis intensif telah, setelah bertahun-tahun, membuka banyak rahasia
tentang Mesir prasejarah. Pemahaman kita atas peradaban Mesir kini bisa ditelusuri melewati

13
sekuens perkembangan yang panjang hingga tahun 5000 SM dan lebih awal, hampir 2000
tahun sebelum Dinasti ke-1 Mesir. Kita telah menemukan, bahkan sebelum 5000 SM, bukti
tentang komunitas awal kaum pemburu-pengumpul di sepanjang Lembah Nil dan di pesisir
Danau Qarun di Fayoum, serta tentang penduduk palaeolithic yang hidup sekitar 300.000
tahun lalu.
Kini pengetahuan kita mengenai kebudayaan dinasti Mesir awal juga telah mengubah
pandangan kita tentang bagaimana peradaban Mesir klasik muncul. Sedikitnya sejak enam
puluh tahun lalu, dan bahkan hingga hari ini di kalangan beberapa teoris populer, dianggap
bahwa dinasti Mesir yang kita kenal itu tampaknya muncul secara tiba-tiba dari kevakuman
budaya. Namun, seperti piramida sendiri yang berkembang melalui eksperimen selama
bertahun-tahun, yang terkadang mengakibatkan kerusakan, hari ini kita dapat menikmati
kebudayaan Mesir yang telah melewati masa kehamilan panjang, dan [menikmati] fakta
bahwa akarnya sungguh-sungguh terdapat di Mesir sendiri.
Namun, kita harus akui, sebagaimana terhadap kebanyakan kebudayaan lainnya,
bahwa Mesir tidak kebal dari pengaruh asing. Kenyataannya, kebudayaan yang paling sukses
harus meminjam kemajuan teknologi dari kebudayaan lain, meskipun mereka menghasilkan
beberapanya sendiri. Karena itu jelaslah bahwa kebudayaan Mesir Pradinasti mau menerima
ide-ide dari daratan tetangga. Motif arsitektur dan artistik asing, dan bahkan mungkin ide
penulisan, diadopsi oleh bangsa Mesir di permulaan sejarah. Bagaimanapun, seperti kereta
perang Kerajaan Baru yang diadaptasi dari sumber asing lalu dimodifikasi menjadi lebih
ringan agar lebih mudah dikendalikan di daratan Mesir dan dalam taktik pertempuran Mesir,
semua peminjaman dari zaman paling awal tersebut segera cocok ke dalam konteks Mesir.
Karena itu, sudah pasti tidak ada bukti apapun mengenai invasi dinasti penakluk, meski di
zaman kuno, sebagaimana sekarang, Mesir merupakan tempat percampuran budaya di mana
Afrika, Asia, dan Mediterania bertemu. Peradaban yang muncul di Lembah Nil dapat
menyerap pengaruh dari semua area tersebut.
Namun, meski peradaban Nil tidak muncul dari pengaruh asing, bukti terbaru
menyiratkan bahwa pendorong di balik perkembangan ini mungkin bukan pengadopsian cara
hidup agrikultur yang menetap sebagaimana anggapan arkeolog suatu kali. Justru, sepertinya
ketegangan eksistensi tak menentu di lingkungan safana kering pihak musuh hingga timur
dan barat, di mana sekarang hanya tersisa sedikit di antara gurun pasir, mengakibatkan
migrasi sekawanan penduduk semi-nomaden secara bertahap menuju Lembah Nil. Hampir
seperti daerah kosong, Lembah Nil mulai menyerap nomad-nomad ini setelah padang rumput
mereka mengering, dan ini juga bisa jadi merupakan stimulus penting bagi perkembangan
pesat peradaban Mesir, memaksa populasi besar memasuki area yang jauh lebih kecil.
Sebagai catatan pinggir, kita mesti menyebutkan bahwa bukti yang sama yang
mengesampingkan penyerbu asing normal juga jelas menunjukkan fakta bahwa peradaban
Mesir kuno tidak berhutang eksistensi kepada bangsa Atlantis atau extraterrestrial. Teori-teori
populer semacam itu telah ada selama bertahun-tahun, terutama sejak 1960-an. Para penulis
mendapatkan audiens yang berhasrat pada ide-ide menggelikan demikian, sekalipun teori
mereka cacat. Biasanya mereka menghadirkan bukti yang sangat selektif, bukan konteks luas
materi mengenai evolusi peradaban Mesir.
Ringkasnya, selama beberapa ribu tahun, perubahan lingkungan dan pengaruh asing
membentuk perkembangan gradual sebuah peradaban, yaitu, menurut analisis final, Mesir
yang khas dan unik. Di Mesir kuno, telur dianggap sebagai simbol kelahiran dan kebangkitan,
dan memang Mesir, sebagaimana telur sendiri, memberi makan penduduknya dari dalam,
sambil menyediakan cangkang keras untuk melindungi mereka dari bahaya luar. Ketika

14
safana-safana mengering menjadi gurun tandus, memaksa penghuninya menjadi populasi
sesak, safana itu juga mengasuh dan melindungi orang-orang ini, memungkinkan mereka
berkembang di sepanjang Nil yang subur nan kaya, menjadi kerajaan besar yang kita temukan
di masa berikutnya.
Sejarah politik di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di desa-desa
sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu disebut nomen. Dari
desa-desa kecil berkembanglah menjadi kota yang kemudian disatukan menjadi kerajaan
Mesir Hilir dan Mesir Hulu. Proses tersebut berawal dari tahun 4000 SM namun pada tahun
3400 SM seorang penguasa bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi
satu kerajaan Mesir yang besar. Mesir merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja
yang bergelar Firaun. Ia berkuasa secara mutlak. Firaun dianggap dewa dan dipercaya
sebagai putera Dewa Osiris. Seluruh kekuasaan berada ditangannya baik sipil, militer
maupun agama.
Sebagai penguasa, Firaun mengklaim atas seluruh tanah kerajaan. Rakyat yang tinggal
di wilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk keperluan tersebut Firaun memerintahkan
untuk sensus penduduk, tanah dan binatang ternak. Ia membuat undang-undang dan karena
itu menguasai pengadilan. Sebagai penguasa militer Firaun berperan sebagai panglima
perang, sedangkan pada waktu damai ia memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-
kanal dan jalan raya.
Untuk menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para pejabat yang pada
umumnya berasal dari golongan bangsawan. Ada pejabat gubernur yang memerintah
propinsi, panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta untuk melaksanakan
upacara keagamaan. Salah satu jabatan penting adalah Wazir atau Perdana Menteri yang
umumnya dijabat oleh putra mahkota. Sejak tahun 3400 SM sejarah Mesir diperintah oleh 30
dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga jaman yaitu Kerajaan Mesir Tua yang berpusat di
Memphis, Kerajaan Tengah di Awaris dan Mesir Baru di Thebe.
D. TOKOH

Imhotep adalah seorang kepala arsitek pada masa pemerintahan Firaun Djoser
(memerintah pada rentang tahun 2630 hingga 2611 sebelum masehi).

Imhotep juga adalah otak dibalik desain bangunan bersejarah paling populer di Mesir, “the
step pyramid” atau piramid berundak di Saqqara.

E. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

1) Bahasa
 Perkembangan historis
Bahasa Mesir adalah bahasa Afro-Asiatik yang berhubungan dekat dengan bahasa
Berber dan Semit.[95] Bahasa ini memiliki sejarah bahasa terpanjang kedua (setelah
Sumeria). Bahasa Mesir telah ditulis sejak 3200 SM dan sudah dituturkan sejak waktu yang
lebih lama. Fase-fase pada bahasa Mesir Kuno adalah bahasa Mesir Lama, Pertengahan,
Akhir, Demotik, dan Koptik.[96] Tulisan Mesir tidak menunjukkan perbedaan dialek
sebelum Koptik, tetapi mungkin dituturkan dalam dilek-dialek regional di sekitar Memphis
dan nantinya Thebes.

15
Papirus Edwin Smith (sekitar abad ke-16 SM) yang menggambarkan
anatomi dan perawatan medis.
Tulisan pertama kali ditemukan di lingkungan kerajaan, terutama pada barang-barang
di makam keluarga kerajaan. Pekerjaan menulis biasanya hanya diberikan kepada orang-
orang tertentu yang juga menjalankan institusi Per Ankh atau Rumah Kehidupan, serta
perpustakaan (disebut Rumah Buku), laboratorium, dan observatorium. Karya-karya literatur
yang terkenal sebagian ditulis dalam bahasa Mesir Klasik, yang terus digunakan secara
bahasa tertulis hingga sekitar tahun 1300 SM. Bahasa Mesir Akhir mulai digunakan mulai
masa Kerajaan Baru sebagaimana direpresentasikan dalam dokumen administratif Ramses,
puisi dan kisah cinta, serta teks-teks Demotik dan Koptik. Selama periode ini, berkembang
tradisi menulis autografi di makam. Genre ini dikenal sebagai Sebayt (instruksi) dan
dikembangkan sebagai usaha untuk menurunkan ajaran dan tuntunan bangsawan terkenal.
Kisah Sinuhe yang ditulis dalam bahasa Mesir Pertengahan juga dapat dikategorikan
sebagai literatur Mesir klasik. Contoh lainnya adalah Instruksi Amenemope yang dianggap
sebagai mahakarya dalam dunia literatur timur tengah. Pada masa akhir Kerajaan Baru,
Bahasa Mesir Akhir lebih banyak digunakan untuk menulis seperti yang terlihat pada Cerita
Wenamun dan Instruksi Any. Cerita Wenamun menceritakan kisah tentang bangsawan yang
dirampok dalam perjalanannya untuk membeli cedar dari Lebanon dan perjuangannya
kembali ke Mesir. Sejak 700 SM, cerita naratif dan instruksi, seperti misalnya Instruksi
Onchshesonqy, dan dokumen-dokumen bisnis ditulis dalam bahasa Demotik). Banyak cerita
pada masa Yunani-Romawi juga dalam bahasa Demotik, dan biasanya memiliki setting pada
masa-masa ketika Mesir merdeka di bawah kekuasaan Firaun agung seperti Ramses II.
 Tulisan
Tulisan hieroglif terdiri dari sekitar 500 simbol. Sebuah hieroglif dapat mewakili kata
atau suara. Simbol yang sama dapat menyajikan tujuan yang berbeda dalam konteks yang
berbeda pula. Hieroglif adalah aksara resmi, digunakan pada monumen batu dan kuburan.
Pada penulisan sehari hari, juru tulis membuat tulisan kursif, yang disebut keramat. Tulisan
kursif ini lebih cepat dan mudah. Sementara hieroglif formal dapat dibaca dalam baris atau
kolom di kedua arah (walaupun biasanya ditulis dari kanan ke kiri), aksara keramat selalu
ditulis dari kanan ke kiri, biasanya pada baris horisontal. Sebuah bentuk baru penulisan,
demotik, menjadi gaya penulisan umum, dan inilah bentuk tulisan -bersama dengan hieroglif
formal - yang menyertai teks Yunani di Batu Rosetta.
Sekitar abad ke-1 Masehi, aksara Koptik mulai digunakan bersama aksara demotik.
Koptik adalah modifikasi abjad Yunani dengan penambahan beberapa tanda-tanda demotik.
Meskipun hieroglif formal digunakan dalam acara seremonial hingga abad ke-4, menjelang
akhir abad hanya segelintir kecil imam yang masih bisa membacanya. Akibat institusi
keagamaan tradisional dibubarkan, pengetahuan tulisan hieroglif semakin menghilang. Usaha
untuk mengartikannya muncul pada masa Bizantium dan Islam di Mesir, tetapi baru pada

16
tahun 1822, setelah penemuan batu Rosetta dan penelitian oleh Thomas Young dan Jean-
François Champollion, hieroglif baru dapat diartikan.
2) Sistem pengetahuan dan teknologi
Mereka sudah dapat mempelajari dan mengenal tata alam lingkungan dan tempat
tinggalnya. Masyarakat Mesir kuno yang hidup dari hasil bercocok tanam memiliki banyak
waktu luang untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan yang bersifat kehidupan baik
yang bersifat material maupun spiritual. Masyarakat Mesir kuno percaya bahwa roh orang
yang meninggal akan tetap hidup dan menghuni jasanya, apabila jasadnya tidak rusak. Oleh
karena itu, pada tubuh orang yang meninggal dimasukkan macam-macam obat dan rempah-
rempah agar tidak membusuk dan kemudian dibalut dengan bermacam-macam kain yang
dipoles dengan kapur, garam dan perekat, sehingga terbentuk mummi yang tidak dapat rusak
atau membusuk.
Mummi orang kaya disimpan dalam kubur dibatu-batu karang yang dihiasi dengan
lukisan-lukisan pahat, sedangkan mummni raja-raja disimpan dalam bangunan kubur
pengawet yang sangat megah (piramida). Sistem dalam bangunan kubur pengawetan dan
penguburan jenazah itu menunjukan bahwa masyarakat Mesir kuno sudah mengenal ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
1. Pembuatan irigasi Lahan-lahan di sekitar sungai Nil selalu mendapat kiriman banjir
setiap tahun yang berasal dari Sungai Nil sendiri, hal ini membawa akibat suburnya
tanah-tanah di sekitar Sungai Nil. Namun, suburnya daerah sepanjang Sungai Nil
tidaklah sama, penduduk lembah Nil yang terisolasi memiliki lahan yang tidak kena
luapan banjir Sungai Nil, maka sebagai pemecahnnya dibuatlah Irigasi. Dengan
adanya Irigasi bertambahlah persediaan pangan bagi penduduk.
2. Aksara Bangsa Mesir Kuno sudah mengenal aksara yang merupakan aksara lambang
bunyi berupa aksara gambar (pictograph) yang disebut aksara hieroglyph
(gambar/ukiran suci). Aksara tersebut ditemukan pada dinding kuburan para penguasa
di Mesir Kuno. Mungkin abjad merupakan sumbangan masyarakat Mesir yang tidak
ternilai harganya bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Jenis aksara hieroglyph
merupakan bentuk tertua, kemudian berkembang menjadi bentuk hieratis dan demotis,
yang bentuknya lebih sederhana. Bentuk hieratis digunakan oleh kaum pendeta
sedangkan demotis digunakan oleh rakyat.
3. Astronomi dan Penanggalan Pada tahun 2776 SM, masyarakat Mesir Kuno sudah
mengenal penanggalan berdasarkan sistem peredaran matahari. Perlunya sistem
penanggalan dikarenakan orang Mesir Kuno yang hidup dari pertanian, yang pada
setiap tahun harus menanggulangi banjir. Mereka membagi setahun menjadi 12 bulan
dan setiap bulan terdiri dari 30 hari. Mereka juga sudah mengenal adanya tahun
kabisat. Orang-orang Mesir juga mengenal ilmu astronomi atau ilmu perbintangan
yang berkaitan erat dengan kehidupan pertanian. Misalnya, mereka menggunakan
bintang sebagai patokan untuk menentukan musim atau saat-saat bercocok tanam dan
sebagainya.
4. Ilmu Hitung Pada awalnya masyarakat Mesir menggunakan ilmu hitung yang sangat
sederhana, khususnya penambahan dan pengurangan. Selanjutnya, dikembangkan
perkalian dan pembagian. Pengetahuan ilmu ukur (geometri) mereka telah mencapai
tingkat keahlian yang cukup mengagumkan.mereka mampu mengukur dan
menghitung luas segi tiga, segi empat, segi lima dan seterusnya. Bahkan mampu
membuat rumusan mencari diameter lingkaran. Kepandaian mereka dapat digunakan
unutk menghitung isi piramida, silinder, bahkan isi dunia.

17
5. Mummi Mummi adalah jenazah yang diawetkan. Pembuatan mummi ini didasarkan
pada kepercayaan masyarakat Mesir bahwa jiwa orang yang telah meninggal akan
tetap hidup terus dan berada pada badan jasmaninya apabila badan jasmaninya tidak
rusak.
6. Masyarakat Mesir mula-mula membuat kalender bulan berdasarkan siklus (peredaran)
bulan selama 291/2 hari. Karena dianggap kurang tetap kemudian mereka menetapkan
kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap tahun.
Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari dan lamanya
setahun adalah 365 hari yaitu 12 x 30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga
mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan
sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem Solar). Penghitungan kalender Mesir
dengan sistem Solar kemudian diadopsi (diambil alih) oleh bangsa Romawi menjadi
kalender Romawi dengan sistem Gregorian. Sedangkan bangsa Arab kuno mengambil
alih penghitungan sistem lunar (peredaran bulan) menjadi tarik Hijriah.

18
 Teknologi
Dalam bidang tekonologi, pengobatan, dan matematika, Mesir kuno telah mencapai
standar yang relatif tinggi dan canggih pada masanya. Empirisme tradisional, sebagaimana
dibuktikan oleh Papirus Edwin Smith dan Ebers (c. 1600 SM), ditemukan oleh bangsa Mesir.
Bangsa Mesir kuno juga diketahui menciptakan alfabet dan sistem desimal mereka sendiri.

Salah satu peninggalan Mesir kuno yang bernilai seni tinggi.


 Tembikar glasir bening dan kaca
Bahkan sebelum masa keemasan di bawah kekuasaan Kerajaan Lama, bangsa Mesir
kuno telah mampu mengembangkan sebuah material kilap yang dikenal sebagai tembikar
glasir bening, yang dianggap sebagai bahan artifisial yang cukup berharga. Tembikar glasir
bening adalah keramik yang terbuat dari silika, sedikit kapur dan soda, serta bahan pewarna,
biasanya tembaga. Tembikar glasir bening digunakan untuk membuat manik-manik, ubin,
arca, dan lainnya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menciptakan tembikar
glasir bening, namun yang sering digunakan adalah menaruh bahan baku yang telah diolah
menjadi pasta di atas tanah liat, kemudian membakarnya. Dengan teknik yang sama, bangsa
Mesir kuno juga dapat memproduksi sebuah pigmen yang dikenal sebagai Egyptian Blue,
yang diproduksi dengan menggabungkan silika, tembaga, kapur dan sebuah alkali seperti
natron.
Bangsa mesir kuno juga mampu membuat berbagai macam objek dari kaca, namun
tidak jelas apakah mereka mengembangkan teknik itu sendiri atau bukan. Tidak diketahui
pula apakah mereka membuat bahan dasar kaca sendiri atau mengimpornya, untuk kemudian
dilelehkan dan dibentuk, namun mereka dipastikan memiliki kemampuan teknis untuk
membuat objek dan menambahkan elemen mikro untuk mengontrol warna dari kaca tersebut.
Banyak warna yang dapat mereka ciptakan, termasuk di antaranya kuning, merah, hijau, biru,
ungu, putih, dan transparan.
 Pengobatan

19
Prasasti yang menggambarkan alat-alat pengobatan Mesir kuno.
Permasalahan medis di Mesir kuno kebanyakan berasal dari kondisi lingkungan di
sana. Hidup dan bekerja di dekat sungai Nil mengakibatkan mereka terancam penyakit seperti
malaria dan parasit schistosomiasis, yang dapat mengakibatkan kerusakan hati dan dan
pencernaan. Binatang berbahaya seperti buaya dan kuda nil juga menjadi ancaman. Cedera
akibat pekerjaan yang sangat berat, terutama dalam bidang konstruksi dan militer, juga sering
terjadi. Kerikil dan pasir di tepung (muncul akibat proses pembuatan tepung yang belum
canggih) merusak gigi, sehingga menyebabkan mereka mudah terserang abses.
Hidangan yang dimakan orang kaya di Mesir kuno biasanya mengandung banyak
gula, yang mengakibatkan banyaknya penyakit periodontitis. Meskipun di dinding-dinding
makam kebanyakan orang kaya digambarkan memiliki tubuh yang kurus, berat badan mumi
mereka menunjukkan bahwa mereka hidup secara berlebihan. Harapan hidup orang dewasa
berkisar antara 35 tahun untuk laki-laki dan 30 tahun untuk wanita.
Tabib-tabib Mesir Kuno termasyhur dengan kemampuan pengobatan mereka dan
beberapa, seperti Imhotep, tetap dikenang meskipun telah lama meninggal. Herodotus
mengatakan bahwa terdapat pembagian spesialisasi yang tinggi di antara tabib-tabib Mesir;
misalnya beberapa tabib hanya mengobati permasalahan pada kepala atau perut, sementara
yang lain hanya mengobati masalah mata atau gigi. Pelatihan untuk tabib terletak di Per Ankh
atau institusi "Rumah Kehidupan," yang paling terkenal terletak di Per-Bastet semasa
Kerajaan Baru dan di Abydos serta Saïs di Periode Akhir. Sebuah papirus medis
menunjukkan bahwa bangsa Mesir memiliki pengetahuan empiris soal anatomi, luka, dan
perawatannya.
Luka-luka dirawat dengan cara membungkusnya dengan daging mentah, linen putih,
jahitan, jaring, blok, dan kain yang dilumuri madu untuk mencegah infeksi. Mereka juga
menggunakan opium untuk mengurangi rasa sakit. Bawang putih maupun merah dikonsumsi
secara rutin untuk menjaga kesehatan dan dipercaya dapat mengurangi gejala asma. Ahli
bedah mesir mampu menjahit luka, memperbaiki tulang yang patah, dan melakukan
amputasi. Mereka juga mengetahui bahwa ada beberapa luka yang sangat serius sehingga
yang dapat mereka lakukan hanyalah mebuat pasien merasa nyaman menjelang ajalnya.
 Pembuatan kapal
Bangsa Mesir kuno telah tahu bagaimana merakit papan kayu menjadi lambung kapal
sejak tahun 3000 SM. Archaeological Institute of America melaporkan bahwa beberapa kapal
tertua yang pernah ditemukan berjenis kapal Abydos. Kapal-kapal yang ditemukan di Abydos
ini dibuat dari papan kayu yang "dijahit" menggunakan tali pengikat. Awalnya kapal-kapal
tersebut diperkirakan sebagai milik Firaun Khasekhemwy karena ditemukan dikubur bersama
dan berada di dekat kamar mayat Firaun Khasekhemwy, namun penelitian menunjukkan
bawa kapal-kapal itu lebih tua dari usia sang firaun, sehingga kini diperkirakan sebagai kapal
milik firaun yang lebih terdahulu. Menurut profesor David O'Connor dari New York
University, kapal-kapal itu kemungkinan merupakan kapal milik Firaun Aha.
Namun meskipun bangsa Mesir Kuno memiliki kemampuan untuk membuat kapal
yang sangat besar dan mudah dikendalikan di atas sungai Nil, mereka tidak dikenal sebagai
pelaut yang handal.
 Matematika
Perhitungan matematika tertua yang ditemukan berasal dari periode Naqada, yang
juga menunjukkan bahwa bangsa Mesir ketika itu telah mengembangkan sistem bilangan.

20
Nilai penting matematika bagi seorang intelektual kala itu digambarkan dalam sebuah surat
fiksi dari zaman Kerajaan Baru. Pada surat itu, penulisnya mengusulkan untuk mengadakan
kompetisi antara dirinya dan ilmuwan lain berkenaan masalah penghitungan sehari-hari
seperti penghitungan tanah, tenaga kerja, dan padi. Teks seperti Papirus Matematika Rhind
dan Papirus Matematika Moskwa menunjukkan bahwa bangsa Mesir Kuno dapat menghitung
empat operasi matematika dasar — penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian —
menggunakan pecahan, menghitung volume kubus dan piramid, serta menghitung luas kotak,
segitiga, lingkaran, dan bola. Mereka memahami konsep dasar aljabar dan geometri, serta
mampu memecahkan persamaan simultan.

2
⁄3
dalam Hieroglif

Notasi matematika Mesir Kuno bersifat desimal (berbasis 10) dan didasarkan pada
simbol-simbol hieroglif untuk tiap nilai perpangkatan 10 (1, 10, 100, 1000, 10000, 100000,
1000000) sampai dengan sejuta. Tiap-tiap simbol ini dapat ditulis sebanyak apapun sesuai
dengan bilangan yang diinginkan; sehingga untuk menuliskan bilangan delapan puluh atau
delapan ratus, simbol 10 atau 100 ditulis sebanyak delapan kali. Karena metode perhitungan
mereka tidak dapat menghitung pecahan dengan pembilang lebih besar daripada satu,
pecahan Mesir Kuno ditulis sebagai jumlah dari beberapa pecahan. Sebagai contohnya,
pecahan dua per tiga (2/3) dibagi menjadi jumlah dari 1/3 + 1/15; proses ini dibantu oleh
tabel nilai [pecahan] standar. Beberapa pecahan ditulis menggunakan glif khusus; nilai yang
setara dengan 2/3 ditunjukkan oleh gambar di samping.
Matematikawan Mesir Kuno telah mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari
teorema Pythagoras. Mereka juga dapat memperkirakan luas lingkaran dengan mengurangi
satu per sembilan diameternya dan memangkatkan hasilnya: yang hasilnya mendekati rumus
πr2.
3) Sistem organisasi
Berdasarkan berbagai temuan arkeologis yang ada, kerajaan Mesir Kuno telah ada
sejak 4000 SM. Namun keberadaan tentang perkembangan pemerintahnnya belum
sepenuhnya terungkap. Satu hal yang sampai saat ini diyakini bahwa raja-raja Mesir
memerintah secara mutlak (absolute). Secara umum perkembangan sistim pemerintahan
kerajaan Mesir Kuno terbagi menjadi 3 masa, yaitu: 1. Zaman Kerajaan Mesir Tua (2660-
2180 SM) 2. Kerajaan Mesir Tengah (1640-1570 SM) 3. Zaman Kerajaan Mesir Baru (1570
– 1075 SM).
1. Zaman Kerajaan Mesir Tua (2660-2180 SM) Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah
Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu ia
digelari Nesutbiti (Raja Mesir Hulu dan Mesir Hilir) dan digambarkan memakai
mahkota kembar. Kerajaan Mesir Tua disebut zaman piramida karena pada masa
inilah dibangun piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun
Joser. Piramida di Gizeh adalah makam Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa.
Kerajaan Mesir ini berpusat di Memphis. Raja- raja yang terkenal dari zaman
Kerajaan Mesir Tua antara tahun 2800-2700 SM adalah Raja Chufu (Cheops),
Chefren, dan Menkaure. Runtuhnya Kerajaan Mesir Tua disebabkan karena pada
masa pemerintahan Firaun Pepi I (±2500 SM), kerajaan Mesir memperluas daerahnya

21
sampai ke Nubia Selatan dan Abessynia. Setelah masa pemerintahan Firaun Pepi II,
Kerajaan Mesir semakin lemah dan musuh- musuh dari luar mendapat kesempatan
memecah belahnya menjadi kerajaan–kerajaan kecil.
2. Kerajaan Mesir Tengah (1640-1570 SM) Firaun Sesotris III (±1880 SM) yang berasal
dari Kerajaan Thebe berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir
yang terpecah-belah akibat adanya persaingan dan pertentangan antara kaum
bangsawan feodal. Ia berhasil memperluas wilayah Mesir sampai daerah Nubia (kini
Ethiopia). Ia juga melakukan serangan dan pendudukan terhadap daerah Palestina
bahkan sampai ke daerah Sichem. Firaun Sesotris III juga berhasil meningkatkan
pertanian dan mengembangkan perdagangan masyarakat Mesir dengan daerah-daerah
di sekitar Laut Merah. Raja-raja yang terkenal setelah Firaun Sesitris III adalah Firaun
Amenemhet III (±1800 SM). Runtuhnya Kerajaan Mesir Tengah terjadi setelah Firaun
Amenemhet III meninggal. Muncul bangsa-bangsa Asia yang disebut bangsa Hyksos
menyerang dan menguasai Mesir.
3. Zaman Kerajaan Mesir Baru (1570 – 1075 SM) Zaman kerajaan Mesir Baru diawali
dengan pendudukan bangsa Hyksos dari Asia. Raja yang berhasil mengusir orang-
orang Hyksos adalah Fir’aun Atmosis I dari kerajaan Thebe. Beberapa raja penting
pada masa Mesir Baru yaitu:
a) Fir’aun Ahmosis I, mampu mengusir bangsa Hyksos dari Mesir.
b) Fir’aun Thutmosis III (1500 – 1447 SM), memperluas wilayah kerajaan Mesir.
c) Fir’aun Amonhotep II (1447 – 1442 SM).
d) Fir’aun Thutmosis IV, terlibat peperangan dengan bangsa lain.
e) Fir’aun Amonhoyep IV, menerapkan sistim monotheis dalam kepercayaan
sehingga timbul pertentangan dengan kaum pendeta.
f) Fir’aun Tut Ank Amon (1350 M), tunduk di bawah kendali golongan pendeta.
g) Fir’aun Ramses II, berhasil memperluas wilayah Mesir
4) Sistem peralatan

5) Mata pencaharian
Mesir kaya akan batu bangunan dan dekoratif, bijih tembaga dan timah, emas, dan batu-
batu semimulia. Kekayaan itu memungkinkan orang Mesir Kuno untuk membangun
monumen, memahat patung, membuat alat-alat, dan perhiasan. Pembalsem menggunakan
garam dari Wadi Natrun untuk mumifikasi, yang juga menjadi sumber gypsum yang
diperlukan untuk membuat plester. Batuan yang mengandung bijih besi dapat ditemukan di
wadi-wadi gurun timur dan Sinai yang kondisi alam yang tidak ramah. Membutuhkan
ekspedisi besar (biasanya dikontrol negara) untuk mendapatkan sumber daya alam di sana.
Terdapat sebuah tambang emas luas di Nubia, dan salah satu peta pertama yang ditemukan
adalah peta sebuah tambang emas di wilayah ini. Wadi Hammamat adalah sumber penting
granit, greywacke, dan emas. Rijang adalah mineral yang pertama kali dikumpulkan dan
digunakan untuk membuat alat-alat, dan kapak Rijang adalah potongan awal yang
membuktikan adanya habitat manusia di lembah Sungai Nil. Nodul-nodul mineral secara
hati-hati dipipihkan untuk membuat bilah dan kepala panah dengan tingkat kekerasan dan
daya tahan yang sedang, dan ini tetap bertahan bahkan setelah tembaga digunakan untuk
tujuan tersebut.

22
 Bertani

Relief yang menggambarkan pertanian di Mesir.


Kondisi geografi yang mendukung dan tanah di tepi sungai Nil yang subur membuat
bangsa Mesir mampu memproduksi banyak makanan, dan menghabiskan lebih banyak waktu
dan sumber daya dalam pencapaian budaya, teknologi, dan artistik. Pengaturan tanah sangat
penting di Mesir Kuno karena pajak dinilai berdasarkan jumlah tanah yang dimiliki
seseorang.
Pertanian di Mesir sangat bergantung kepada siklus sungai Nil. Bangsa Mesir
mengenal tiga musim: Akhet (banjir), Peret (tanam), dan Shemu (panen). Musim banjir
berlangsung dari Juni hingga September, menumpuk lanau kaya mineral yang ideal untuk
pertanian di tepi sungai. Setelah banjir surut, musim tanam berlangsung dari Oktober hingga
Februari. Petani membajak dan menanam bibit di ladang. Irigasi dibuat dengan parit dan
kanal. Mesir hanya mendapat sedikit hujan, sehingga petani sangat bergantung dengan sungai
Nil dalam pengairan tanaman. Dari Maret hingga Mei, petani menggunakan sabit untuk
memanen. Selanjutnya, hasil panen dirontokan untuk memisahkan jerami dari gandum.
Proses penampian menghilangkan sekam dari gandum, lalu gandum ditumbuk menjadi
tepung, diseduh untuk membuat bir, atau disimpian untuk kegunaan lain.
Bangsa Mesir menanam gandum emmer dan jelai, serta beberama gandum sereal lain,
sebagai bahan roti dan bir. Tanaman-tanaman Flax ditanam dan diambil batangnya sebagai
serat. Serat-serat tersebut dipisahkan dan dipintal menjadi benang, yang selanjutnya
digunakan untuk menenun linen dan membuat pakaian. Papirus ditanam untuk pembuatan
kertas. Sayur-sayuran dan buah-buahan dikembangkan di petak-petak perkebunan, dekat
dengan permukiman, dan berada di permukaan tinggi. Tanaman sayur dan buah tersebut
harus diairi dengan tangan. Sayur-sayuran meliputi bawang perai, bawang putih, melon,
squash, kacang, selada, dan tanaman-tanaman lain. Anggur juga ditanam untuk diolah
menjadi wine.

23
Sennedjem membajak ladangnya dengan sepasang lembu, yang dimanfaatkan sebagai hewan pekerja
dan sumber makanan.

 Beternak
Bangsa Mesir percaya bahwa hubungan yang seimbang antara manusia dengan hewan
merupakan elemen yang penting dalam susunan kosmos; maka manusia, hewan, dan
tumbuhan diyakini sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Hewan, baik yang didomestikasi
maupun liar, merupakan sumber spiritualitas, persahabatan, dan rezeki bagi bangsa Mesir
Kuno. Sapi adalah hewan ternak yang paling penting; pemerintah mengumpulkan pajak
terhadap hewan ternak dalam sensus-sensus reguler, dan ukuran ternak melambangkan
martabat dan kepentingan pemiliknya. Selain sapi, bangsa Mesir Kuno menyimpan domba,
kambing, dan babi. Unggas seperti bebek, angsa, dan merpati ditangkap dengan jaring dan
dibesarkan di peternakan. Di peternakan, unggas-unggas tersebut dipaksa makan adonan agar
semakin gemuk. Sementara itu, di sungai Nil terdapat sumber daya ikan. Lebah-lebah juga
didomestikasi dari masa Kerajaan Lama, dan hewan tersebut menghasilkan madu dan lilin.
Keledai dan lembu digunakan sebagai hewan pekerja. Hewan-hewan tersebut bertugas
membajak ladang dan menginjak-injak bibit ke dalam tanah. Lembu-lembu yang gemuk
dikorbankan dalam ritual persembahan. Kuda-kuda dibawa oleh Hyksos pada Periode
Menengah Kedua, sementara unta, meskipun sudah ada sejak periode Kerajaan Baru, tidak
digunakan sebagai hewan pekerja hingga Periode Akhir. Selain itu, terdapat bukti yang
menunjukkan bahwa gajah sempat dimanfaatkan pada Periode Akhir, tetapi akhirnya dibuang
karena kurangnya tanah untuk merumput. Anjing, kucing, dan monyet menjadi hewan
peliharaan, sementara hewan-hewan seperti singa yang diimpor dari jantung Afrika
merupakan milik kerajaan. Herodotus mengamati bahwa bangsa Mesir adalah satu-satunya
bangsa yang menyimpan hewan di rumah mereka. Selama periode pradinasti dan akhir,
pemujaan dewa dalam bentuk hewan menjadi sangat populer, seperti dewi kucing Bastet dan
dewa ibis Thoth, sehingga hewan-hewan tersebut dibesarkan dalam jumlah besar untuk
dikorbankan dalam ritual.
 Berdagang
Orang Mesir kuno berdagang dengan negeri-negeri tetangga untuk memperoleh
barang yang tidak ada di Mesir. Pada masa pra dinasti, mereka berdagang dengan Nubia
untuk memperoleh emas dan dupa. Orang Mesir kuno juga berdagang dengan Palestina,
dengan bukti adanya kendi minyak bergaya Palestina di pemakaman firaun Dinasti Pertama.
Koloni Mesir di Kanaan selatan juga berusia sedikit lebih tua dari dinasti pertama. Firaun
Narmer memproduksi tembikar Mesir di Kanaan, dan mengekspornya kembali ke Mesir.
Paling lambat dari masa Dinasti Kedua, Mesir kuno mendapatkan kayu berkualitas
tinggi (yang tak dapat ditemui di Mesir) dari Byblos. Pada masa Dinasti Kelima, Mesir kuno
dan Punt memperdagangkan emas, damar, eboni, gading, dan binatang liar seperti
monyet.Mesir bergantung pada Anatolia untuk memasok persediaan timah dan tembaga
(keduanya merupakan bahan baku untuk membuat perunggu). Orang Mesir kuno juga
menghargai batu biru lazuardi, yang harus diimpor dari Afganistan. Partner dagang Mesir di
Laut Tengah meliputi Yunani dan Kreta, yang menyediakan minyak zaitun (selain barang-
barang lainnya). Sebagai ganti impor bahan baku dan barang mewah, Mesir mengekspor
gandum, emas, linen, papirus, dan barang-barang jadi seperti kaca dan benda-benda batu.

24
6) Agama
Masyarakat Mesir mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat
nasional yaitu Ra (Dewa Matahari), Amon (Dewa Bulan) kemudian menjadi Amon Ra.
Sebagai lambang pemujaan kepada Ra didirikan obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya
runcing. Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian. Untuk pemujaan
terhadap dewa Amon Ra dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja
Thutmosis III.
Selain dewa nasional maka ada dewa-dewa lokal yang dipuja pada daerah-daerah
tertentu seperti Dewa Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi Isis yaitu dewi kecantikan isteri
Osiris, Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan dewa Anubis yaitu dewa kematian. Wujud
kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan pemahaman sebagai berikut:
Penyembahan terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam
menaklukkan alam. Yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti dewa Anubis
atau yang memberi sumber kehidupan. Jadi dengan taat menyembah pada dewa masyarakat
lembah sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi.
Dasarnya membuat mummi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindari dari kehendak
dewa maut. Manusia ingin tetap hidup abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai
lambang roh harus tetap utuh.
7) Kesenian

Patung dada Nefertiti, karya Thutmose, adalah salah satu


mahakarya terkenal bangsa Mesir Kuno.
Bangsa Mesir Kuno memproduksi seni untuk berbagai tujuan. Selama 3500 tahun,
seniman mengikuti bentuk artistik dan ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan
Lama. Aliran ini memiliki prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti, mengakibatkan bentuk
aliran ini tidak mudah berubah dan terpengaruh aliran lain. Standar artistik—garis-garis
sederhana, bentuk, dan area warna yang datar dikombinasikan dengan karakteristik figure
yang tidak memiliki kedalaman spasial—menciptakan rasa keteraturan dan keseimbangan
dalam komposisinya. Perpaduan antara teks dan gambar terjalin dengan indah baik di tembok
makam dan kuil, peti mati, maupun patung.

25
Seniman Mesir Kuno dapat menggunakan batu dan kayu sebagai bahan dasar untuk
memahat. Cat didapatkan dari mineral seperti bijih besi (merah dan kuning), bijih perunggu
(biru dan hijau), jelaga atau arang (hitam), dan batu kapur (putih). Cat dapat dicampur dengan
gum arab sebagai pengikat dan ditekan (press), disimpan untuk kemudian diberi air ketika
hendak digunakan. Firaun menggunakan relief untuk mencatat kemenangan di pertempuran,
dekret kerajaan, atau peristiwa religius. Pada masa Kerajaan Pertengahan, model kayu atau
tanah liat yang menggambarkan kehidupan sehari-hari menjadi populer untuk ditambahkan di
makam. Sebagai usaha menduplikasi aktivitas hidup di kehidupan setelah kematian, model
ini diberi bentuk buruh, rumah, perahu, bahkan formasi militer.
Meskipun bentuknya hampir homogen, pada waktu tertentu gaya karya seni Mesir
Kuno terkadang mengikuti perubahan kultural atau perilaku politik. Setelah invasi Hykos di
Periode Pertengahan Kedua, seni dengan gaya Minoa ditemukan di Avaris. Salah satu contoh
perubahan gaya akibat adanya perubahan politik yang menonjol adalah bentuk artistik yang
dibuat pada masa Amarna: patung-patung disesuaikan dengan gaya pemikiran religius
Akhenaten. Gaya ini, yang dikenal sebagai seni Amarna, langsung diganti dan dibuah ke
bentuk tradisional setelah kematian Akhenaten.
Seni Mesir mencerminkan setiap aspek kehidupan mereka. Digambarkan dalam
gambar makam dan kuil adalah adegan-adegan kehidupan sehari-hari, model orang dan
hewan, angka dan wadah kaca, dan perhiasan yang terbuat dari emas dan batu semi mulia.
Dinding dan pilar gambar mungkin adalah yang paling terkenal. Dalam gambar ini,
dapat dilihat bahwa orang-orang akan tentang bisnis sehari-hari baking, memancing,
berperahu, pemasaran, dan bertemu bersama dalam kelompok-kelompok keluarga. Seperti
gambar-gambar tersebut juga digunakan untuk membantu almarhum untuk hidup selamanya
dengan memberi mereka semua petunjuk yang mereka butuhkan saat mereka bertemu dengan
para dewa dalam perjalanan mereka menuju kehidupan kekal. Perbuatan baik dicatat dan seni
yang mengelilingi tubuh mumi mereka adalah untuk membantu diri rohani mereka dalam
menyelesaikan masalah yang terkait dengan kehidupan setelah kematian. Foto makanan,
pakaian, pelayan, dan budak bisa digunakan oleh orang yang meninggal sama seperti hal-hal
yang sebenarnya digunakan oleh orang ketika hidup.
Berbagai perspektif sering digabungkan dalam seni Mesir, namun pandangan samping
yang paling sering dilihat. Seniman menggunakan warna-warna cerah biru dan merah, oranye
dan putih untuk mengembangkan foto-foto yang bercerita tentang kehidupan individu
almarhum. Artis pertama akan sketsa desain pada sepotong tembikar, dan jika desain cukup
memuaskan, hal itu akan membuat sketsa di dinding dengan arang. Warna kemudian dapat
digunakan untuk mengisi gambar selesai. Cat itu terbuat dari mineral alami dan buatan
disiapkan zat mineral. Kuas cat itu tongkat dengan kayu berserat dengan berjumbai berakhir.

26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Setelah membahas isilaporan ini dapat di simpulokan bahwa letak geografis Mesir di Afrika
Utara, walaupun Semenanjung Sinai adalah dalam Asia Barat daya. Negara ini mempunyai pesisir
pantai yaitu Laut Mediterranean dan Laut Merah; berbatasan dengan Libya bagian barat, Sudan
dibagian selatan, Semenanjung Gaza, Palestin dan Israel bagian timur. Mesir Kuno terbagi atas dua
kerajaan, yang dikenal sebagai Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Berlainan dengan kebiasaan, Mesir Hulu
(Upper Egypt) terletak di selatan dan Mesir Hilir (Lower Egypt) di utara, dinamakan sungai Nil.

Pembagian kerajaan Mesir dibagi menjadi tiga bagian yaitu Kerajaan Mesir Tua (2660 – 2180
SM), Kerajaan Mesir Baru (1570 - 1075 SM), Kerajaan Mesir Tengah (1640 – 1570 SM).

Kerajaan Mesir Tua disebut jaman piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-
piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser. Piramida di Gheza adalah makam
Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa. Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III.
Ia berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir.  Sesudah diduduki bangsa Hyksos,
Mesir memasuki jaman kerajaan baru atau jaman imperium. Disebut jaman imperium karena para
Firaun Mesir berhasil merebut wilayah/daerah di Asia barat termasuk Palestina, Funisia dan Syria.

Raja-raja yang memerintah jaman Mesir Baru antara lain: Ahmosis I, Thutmosis I, Thutmosis
III, Amen Hotep IV Ramses II. Ada beberapa jenis peninggalan pada jaman Mesir Kuno seperti
tulisan, kalender, Seni Bangunan (Arsitektur).

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Google, wikipedia indonesia.

28

Anda mungkin juga menyukai