Oleh :
Mei Ernawati
64114130
6411413078
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan cara untuk menunjang kesehatan masyarat
karena tempat umum merupakan tempat bertemunya semua orang dengan segala penyakit yang
menyertainya. Oleh sebab itu, tempat umum dapat menjadi tempat menyebarnya segala penyakit,
terutama penyakit yang media penularannya melalui makanan, minuman, air, dan udara.
Salah satu tempat umum yang dapat menjadi persebaran penyakit adalah tempat rekreasi.
Sam Poo Kong merupakan salah satu tempat ibadah berupa klenteng, yang kini menjadi salah
satu objek wisata menarik di Semarang. Ia merupakan klenteng jelmaan dari sebuah masjid kuno
yang pernah didirikan oleh penjelajah laksamana Tiongkok beragama Islam bernama Zheng He
atau yang lebih dikenal dengan nama Cheng Ho.
Bangunan kelenteng Sam Poo Kong mempunyai nilai arsitektur yang tinggi dan indah,
perpaduan arsitektur Cina, beragam kepercayaan seperti fengshui, ajaran Islam, Budha, Hindu,
serta penyesuaiannya dengan iklim budaya Jawa Tengah. Selain itu, Klenteng ini juga
mempunyai nilai sejarah yang mendalam, didalamnya terdapat interaksi antara berbagai budaya
dan bangsa. Klenteng sekaligus tempat wisata yang terletak di daerah Simongan, Semarang ini,
hingga sampai saat ini masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan agama Kong Hu Cu.
Untuk dapat memasuki tempat wisata ini, pengunjung yang datang cukup membayar tiket masuk
seharga Rp 4.000,-/orang dan karcis parkir Rp 1.000,-/kendaraan.
1.2
a)
b)
c)
1.3
Tujuan
Mengimplementasikan pembelajaran SPTTU pada kondisi lapangan, yakni di tempat
wisata Sam Poo Kong
Menemukan hal-hal penting yang belum sesuai dengan sanitasi tempat wisata.
Berlatih memberikan rekomendasi pada suatu instansi terkait sanitasi tempat wisata.
Sasaran
Sasaran kegiatan survey tempat rekreasi ini mencakup pengelola dan pengurus Klenteng
Sam Poo Kong.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
2.1
Lokasi
Klenteng Sam Poo Kong/ Gedung Batu terletak di Jalan Simongan 129, Semarang - Jawa
Tengah, kurang lebih sekitar 3 km dari Simpang Lima ke arah barat daya. Jika menggunakan
kendaraan umum dari pusat kota akan memakan waktu sekitar 20 menit, Tempat ini dibuka untuk
umum setiap hari selama 24 jam dengan tarif biaya masuk Rp 4.000-/orang.
2.2
Kondisi Bangunan
Bangunan Kelenteng Sam Poo Kong ini telah ada sejak 600 tahun yang lalu, namun
dahulu bangunan ini tidak seperti sekarang keadaannya. Berawal dari sebuah gua alami tempat
pemujaan, kemudian berkembang menjadi kelenteng pemujaan dewa lainnya yang dipuja oleh
masyarakat sekitar. Perkembangan tersebut berlangsung terus menerus, sampai pada tahun 2002
terjadi revitalisasi kawasan Kelenteng Sam Poo Kong. Berikut ini merupakan gambar siteplan
kawasan Kelenteng Sam Poo Kong secara keseluruhan. Kawasan ini memiliki luas 3,2 hektar.
Bangunan
Kondisi
.
Ukuran bangunan besar, pencahayaan cukup, lantai bersih, pilar dan
1.
2.
Klenteng besar
Gerbang belakang
3.
Mushola
4.
Toilet
5.
Kantin
6.
Pendopo
7.
Ruang penyimpanan
Tempat sampah
9.
10
Kondisi lantai
11.
12.
2.2
Loket
Tempat Parkir
Aspek Teknis
Aspek Sosial
Secara sosial, water blaster memang didirikan untuk area rekreasi di perumahan Grand Candi,
sehingga tarifnya pun memang mahal. Konsep yang diutamakan bagi kalangan menengah ke
atas, sehingga bagi kalangan menengah ke bawah harus berupaya keras untuk menyiapkan dana
lebih.
Sistem pengelolaan limbah yang dikerjakan secara mandiri dengan IPAL yang berada di
lingkungan kolam renang, tidak menimbulkan pencemaran bagi sumber air bersih sekitar. Oleh
sebab itu, dengan berdirinya WB, dapat diterima masyarakat sekitar, terutama yang tinggal di
perumahan, secara baik.