SKRIPSI
Oleh:
Nur Hayati
051000056
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
ABSTRAK
Analisis Kadar Arsen (As) pada Kerang (Bivalvia) yang Berasal dari Laut
Belawan Tahun 2009
Kerang (Bivalvia) adalah hewan yang termasuk Phylum Molusca Klass
palecypoda. Kerang darah (Anadara Granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), dan
kerang hijau (Mytilus viridis) merupakan jenis kerang yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat. Salah satu penghasil kerang di Kota Medan adalah Perairan Belawan
yang terletak di kawasan pantai timur Sumatera. Dalam journal Nature Geoscience
disebutkan bahwa kawasan pantai timur Sumatera adalah kawasan yang rawan
tercemar arsen (As). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar arsen (As)
pada kerang yang berasal dari laut Belawan.
Penelitian ini adalah penelitian survai deskriptif yaitu untuk mengetahui kadar
arsen (As) pada kerang yang berasal dari laut Belawan. Sampel diperoleh dari penjual
kerang yang berada disekitar Laut Belawan. Sampel yang diperoleh didestruksi di
Laboratorium Biokimia Fakultas MIPA USU dan untuk mengetahui kadar arsen
maka sampel diperiksa di Laboratorium BTKL-PPM dengan metode ICP (Inductively
Couple Plasma)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar arsen (As) yang terkandung pada
kerang darah (Anadara Granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), dan kerang hijau
(Mytilus viridis) adalah 0,05382 ppm, 0,04259 ppm, dan 0,04522 ppm. Berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan No.
03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan,
batas maksimum Arsen pada ikan dan hasil olahannya maka kadar arsen yang
terkandung pada kerang tersebut masih memenuhi syarat.
Penulis menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melakukan
pengawasan kepada setiap industri agar melakukan pengolahan limbah dengan baik.
Selain itu juga memberikan informasi kepada masyarakat mengenai aceptable daily
intake (asupan harian yang diperbolehkan) karena konsumsi kerang secara berlebihan
dapat mengakumulasi arsen (As) dalam tubuh. Kepada peneliti selanjutnya perlu
melakukan analisis kadar arsen pada air tanah penduduk dan pemeriksaan kadar
logam lain pada kerang.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
ABSTRACT
Analysis Of The Arsenic (As) Level On Shellfish That Got From Belawan Seas On
2009
The shellfish (Bivalvia) is the animal that including Phylum Molusca and
Klass palecypoda. The blood shellfish (Anadara Granosa), the hair shellfish
(Anadara antiquata), and the green shellfish (Mytilus viridis) was the shellfish kind
that often consumed by the community. One of the producen of the shellfish in Medan
was Belawan seas that were located in the East Sumatra coastal region. In journal
Nature Geoscience was talked that the east Sumatran coastal region was the serious
region most contamined of arsenic (As). The goal of this research was to know the
level of arsenic (As) to the shellfish that got from Belawan seas.
This research was the descriptive survey research that is to know the level of
arsenic (As) to the shellfish that got from Belawan sea. The sample was received from
the seller of the shellfish that was around Belawan Sea. The sample that was received
was destroyed in the Biokimia Fakultas MIPA USU Laboratory and to know the level
of arsenic (As) then the sample was checked in the BTKL-PPM Laboratory with the
ICP method (Inductively Coupled Plasma)
Results of the research showed that the level of arsenic (As) that was
contained to the blood shellfish (Anadara Granosa), the hair shellfish (Anadara
antiquata), and the green shellfish (Mytilus viridis) was 0,05382 ppm, 0,04259 ppm,
and 0,04522 ppm. Was based on Director General's Instruction the Supervision of
Medicine And Food of No. 03725/B/SK/VII/1989 about the maximum limit
contamined metal in food, the limit of the arsenic (As) maximum on the fish and
results of his whim then the level of arsenic that was contained to this shellfish was
qualify standard.
The author recommended the Health Institution of the Medan City to carry
out the supervision to each industry in order to carry out the processing of the waste
well. Moreover also sosialisation to the community concerning aceptable daily intake
because consumption of the shellfish could excessively accumulate arsenic (As) in the
body. To next research must analysis the arsenic level on society water drink and the
else heavy methal level on shellfish.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
: Nur Hayati
: Medan, 31 Agustus 1986
: Islam
: Belum kawin
: 4 (empat) orang
: Jl. Tuar III No 27 Medan
Kecamatan Medan Amplas 20229
Riwayat Pendidikan Formal
:
1. SD Negeri 064972 Medan
1993-1999
2. MTs Negeri 1 Medan
1999-2002
3. MA Negeri 2 Model Medan
2002-2005
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2005-2009
Riwayat Pendidikan Non Formal
:
1. Masa Orientasi Pengenalan (MOP) HMI Komisariat FKM USU Tahun 2005
2. Training Mahasiswa Islam (Tamsil) PHBI FKM USU Tahun 2005
3. Training Pendidik Sebaya Tahun 2006
4. Latihan Kader I HMI Komisariat FKM USU Tahun 2006
5. Pelatihan Community Organizer LKMI HMI Cabang Medan Tahun 2007
6. Latihan Khusus KOHATI HMI Cabang Medan Tahun 2007
7. Latihan Kader II HMI Cabang Medan Tahun 2008
8. Training of Trainer HMI Komisariat FKM USU Tahun 2009
Riwayat Organisasi
:
1. Anggota Departemen Bidang Eksternal KOHATI HMI Komisariat FKM USU
Periode 2006-2007
2. Wakil Sekretaris Umum Bidang Eksternal KOHATI HMI Komisariat FKM
USU Periode 2006-2007
3. Ketua Bidang Eksternal KOHATI HMI Komisariat FKM USU Periode 20072008
4. Anggota Departemen Pembinaan Anggota LDK Izzatul Islam Periode 20072008
5. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan ex officio Sekretaris
Umum KOHATI HMI Komisariat FKM USU Periode 2007-2008
6. Ketua Umum KOHATI HMI Komisariat FKM USU Periode 2008-2009
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segenap rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,
karena limpahan karunia-NYa penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut
Belawan Tahun 2009.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat
kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk memperkaya materi skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku Kepala bagian Departemen Kesehatan
Lingkungan Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing I dan
Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan sumbangan
pikiran dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada
penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.
3. Seluruh dosen dan staf pegawai khususnya di peminatan Kesehatan
Lingkungan.
4. Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si dan Kak Syafiah selaku Kepala Laboratorium
dan Laboran di Biokimia FMIPA USU yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian serta para asisten lab yang telah banyak membantu
penulis (Agung, Tetty, dan Bang Arsyad).
5. Kepada Pak Noviandi, S.Si selaku Kepala Instalasi kimia di BTKL-PPM serta
seluruh staff BTKL-PPM yang telah banyak membantu penulis (Pak Darul,
Bu Rumanti, dan Bu Sela)
6. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Albert dan Ibunda
Ertifa Lubis serta adik-adikku tersayang yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan dan doa yang tak terputus kepada penulis
7. Seluruh sanak keluarga, nenek, paman, etek, uwak, serta sepupuku yang telah
mendukung, mengingatkan, dan memotivasiku agar selalu menjadi
kebanggaan keluarga.
8. Terkhusus untuk saudara-saudaraku di PT Compil yang telah memberikan
kasih sayang persaudaraan dan pelajaran kemanusiaan. Semoga kita
bersaudara selamanya dalam membangun mimpi kita.
9. Sahabat-sahabat terbaikku Gita, Rina, Welly dan Tania serta Ratna dan Evi
yang selalu memberikan perhatian, dukungan, saran dan motivasi dalam
menyelesaikan perjuangan ini.
10. Kakanda senioren yang telah banyak memberikan pengalaman berharganya
serta bantuan, dukungan, dan sumbangan ide-ide cemerlang dalam
mengahadapi dinamika perkuliahan.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
Medan,
Juni 2009
Penulis
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan .........................................................................................
Abstrak ..............................................................................................................
Riwayat Hidup Penulis.......................................................................................
Kata Pengantar...................................................................................................
Daftar Isi
...................................................................................................
Daftar Tabel ...................................................................................................
Daftar Lampiran.................................................................................................
i
ii
iv
vi
viii
x
xi
1
1
6
6
6
7
7
8
8
9
10
10
12
12
13
14
17
19
20
21
21
24
26
27
29
30
30
30
30
30
30
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
3.4
31
31
31
31
31
32
32
32
33
33
33
34
35
36
36
3.5.
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
37
38
38
39
41
BAB V
PEMBAHASAN ............................................................................. 43
5.1
Arsen (As) pada Kerang ......................................................................... 43
5.2
Risiko Konsumsi Kerang Mengandung Arsen (As)
Melalui Perhitungan Acceptable Daily Intake ......................................... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 47
6.1
Kesimpulan ............................................................................................ 47
6.2
Saran
............................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jenis jenis senyawa arsen yang terdapat di lingkungan kerja ............ 11
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Kerang
yang Berasal dari Laut Belawan Tahun 2009 ................................... 37
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan
Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Peninjauan Riset/wawancara/The job training
dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lampiran 3 : Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Laboratorium Biokimia
Fakultas MIPA USU
Lampiran 4 : Surat Hasil Pemeriksaan Sampel Kerang dari Laboratorium Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Lampiran 5 : Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Kerang
Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Wilayah Republik Indonesia wilayah kelautan yang letaknya sangat strategis.
11
Berbagai usaha penggalian sumber daya alam dan pembangunan industriindustri untuk memproduksi barang-barang konsumsi tanpa adanya usaha
perlindungan terhadap pencemaran lingkungan oleh buangan merupakan racun bagi
lingkungan di sekitarnya, baik untuk kehidupan masa kini maupun kehidupan yang
akan datang dan tidak mustahil dapat membawa kematian (Supardi, 2003).
Akhir-akhir ini pencemaran laut telah menjadi suatu masalah yang perlu
ditangani secara sungguh-sungguh. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya
kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Di samping
menghasilkan produk-produk yang diperlukan bagi kehidupannya, kegiatan manusia
menghasilkan pula produk sisa (limbah) yang dapat menjadi bahan pencemar
(polutan). Cepat atau lambat polutan itu sebagian akan sampai ke laut karena laut
menerima zat-zat pencemar baik yang berupa zat padat maupun cair terutama yang
dibawa oleh sungai sebagai tempat yang paling mudah membuang limbah yang
akhirnya bermuara ke laut. Hal ini perlu dicegah atau setidaknya dibatasi hingga
sekecil mungkin.
Unsur percemar yang paling berbahaya baik bagi manusia maupun bagi
organisme lain adalah logam berat. Dampak pencemaran akibat logam-logam berat
dikarenakan sifatnya yang tak dapat terurai dan mudah diabsorpsi oleh biota laut
sehingga terakumulasi dalam tubuh. Unsur logam berat dapat masuk ke dalam tubuh
biota laut melalui 3 cara yaitu melalui permukaan tubuh, terserap insang, dan rantai
makanan. Selain mengganggu ekosistem, unsur logam berat secara tidak langsung
juga merusak perikanan dan kesehatan manusia (Supriharyono, 2000).
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
12
Diantara beberapa jenis logam ternyata hanya beberapa logam yang sangat
berbahaya dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan keracunan fatal. Menurut
Darmono (2001) yang mengutip pendapat Gossel dan Bricker, ada 5 logam yang
berbahaya pada manusia yaitu arsen (As), cadmium (Cd), timbal (Pb), mercuri (Hg),
dan besi (Fe).
Absorbsi logam berat secara tidak langsung biasanya terjadi melalui rantai
makanan.
Mikroorganisme
dan
mikroflora
mempunyai
kemampuan
untuk
mengakumulasi logam berat kedalam sel-sel hidup. Logam berat tersebut cenderung
terakumulasi di dalam jaringan tertentu pada organisme, seperti di dalam hati, ginjal,
limpa, dan sebagainya.
Unsur logam berat tersebut masuk ke lingkungan laut melalui sungai dan
udara; umumnya sebagian besar masuk melalui aliran sungai, hanya unsur-unsur yang
menguap saja yang banyak dibawa oleh udara seperti merkuri dan selenium
(Supriharyono, 2000).
Kasus keracunan besar-besaran akibat arsen pada air pernah terjadi di
Bangladesh pada tahun 2000. Kasus ini menyerang sekitar 97 persen penduduk
Bangladesh. Penduduk tersebut menderita penyakit kanker paru-paru, kanker perut
serta kanker kulit. Menurut penelitian Jones (2000), lebih dari 90 persen air tanah di
Bangladesh mengandung hampir 50 ppb arsen. Hal ini berarti kandungan arsen dalam
air tanah di Bangladesh lima kali lipat di atas ambang batas amannya.
Kasus terbaru yang memiliki gejala keracunan serupa arsen adalah kasus
Teluk Buyat di Minahasa tahun 2004. Banyak warga menderita benjolan di sekujur
tubuh, kram, mual, sakit kepala, panas di dada dan penyakit kulit yang parah. Pada
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
13
awalnya kasus ini diberitakan di media sebagai kasus Minamata disease. Namun
penelitian National Minamata Institute, Jepang, meyatakan penyakit Minamata tidak
terjadi di Buyat. Tim Terpadu Penanganan Kasus Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup di Desa Buyat juga menyampaikan laporan hasil penelitiannya.
Bahwa Teluk Buyat tercemar logam berat, paling dominan berperan dalam masalah
lingkungan dan kesehatan di wilayah tersebut adalah logam arsen (Siregar, 2006).
Pada pertengahan Juli 2008 dalam Journal Nature Geoscience, seorang
peneliti dari Swiss mengungkap bahwa kawasan pantai Timur Sumatera ternyata
tergolong sebagai titik panas berbahaya: hotspots daerah dengan kualitas sumber
air tanahnya rawan tercemar arsen (Iptek, 2008). Jika arsen telah mencemari perairan
di Pantai Timur Sumatera, maka akan berdampak pada kelangsungan biota laut yang
ada (Arifin, 2008).
Belawan yang merupakan salah satu kawasan pantai di Sumatera adalah
Kecamatan yang berada di bagian utara kota Medan. Perairan Belawan merupakan
tempat bermuaranya Sungai Deli yang disinyalir telah tercemar oleh logam berat
berbahaya dan beracun. Hal ini disebabkan di daerah aliran sungai ini, mulai daerah
kecamatan Medan Timur sampai Kecamatan Medan Belawan terdapat beberapa
industri yang merupakan konstributor pencemar utama logam berat pada aliran
Sungai Deli.
Kawasan Belawan dikenal sebagai kawasan pelabuhan bertaraf Internasional
dan di daerah tersebut tersebar industri dan terdapat pemukiman dan tempat-tempat
fasilitas umum. Muara sungai ini paling dekat dengan muara di kelurahan Bagan Deli
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
14
yang dikenal sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Ikan-ikan dan kerang yang
dilelang ditempat ini berasal dari hasil tangkapan diperairan Belawan (Azhar, 2004).
Penelitian yang pernah dilakukan di Kelurahan Bagan Deli mengungkapkan
bahwa beberapa biota laut seperti udang, kerang bulu, ikan gulamah, ikan kepa-kepe,
kerang darah dan ikan dencis sudah tercemar Pb. Biota laut yang tercemar Cd dan Cr
antara lain: cumi-cumi dan ikan gulamah dan kerang darah (Siagian, 2008).
Pada penelitian Alfian (2005) diungkapkan bahwa hasil pemeriksaan kadar
kadmium dalam kerang hijau, kerang bulu, dan kerang batu dari daerah Belawan
telah melebihi ambang batas SNI (Standar Nasional Indonesia).
Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar dari pada hewan air lainnya
karena sifatnya yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh
polusi, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu.
Karena itu jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu
pencemaran linkungan (Darmono, 2001).
Beberapa jenis kerang yang populer dan sering dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia adalah kerang darah (Anadara granosa), kerang bulu (Anadara antiquata),
dan kerang hijau (Mytilus viridis). Secara umum, kerang bersifat filter feeder non
selective (menyaring makanannya) dan sessile (menetap) maka kandungan logam
berat yang relatif cukup tinggi ditemukan dalam tubuhnya karena adanya akumulasi
logam berat tersebut (Buwono, 2005).
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa unsur pencemar paling
berbahaya adalah logam berat, termasuk arsen. Berdasarkan Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
15
batas maksimum cemaran logam dalam makanan, batas maksimum arsen pada ikan
dan hasil olahannya (termasuk kerang), adalah 1,0 ppm. Jika air laut telah
mengandung arsen maka akan mempengaruhi kesehatan manusia yang mengonsumsi
hasil laut. Pengaruh paparan arsen bisa secara akut maupun kronik. Dampak secara
akut misalnya mual, muntah, hingga diare, sedangkan secara kronik dapat
menyebabkan kanker paru-paru, kanker hati, dan kanker kulit.
Karena adanya bahaya tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui kadar arsen pada kerang yang berasal dari Laut Belawan. Jenis kerang
yang akan diteliti adalah kerang darah (Anadara granosa), kerang bulu (Anadara
antiquata), dan kerang hijau (Mytilus viridis).
1.2.
Perumusan Masalah
Mengingat telah adanya penelitian dari Nature geosciences bahwa perairan
Timur Sumatera tercemar oleh arsen maka diduga Belawan adalah salah satu daerah
yang ikut tercemar. Dengan adanya pencemaran tersebut kemungkinan besar biota
laut, seperti kerang, akan turut terkontaminasi oleh arsen. Maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui kadar arsen pada kerang dan bagaimana kesesuainnya
dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan No.
03725/B/SK/VII/1989 .
1.3.
Tujuan Penelitian
16
Manfaat Penelitian
1. Sebagai
Informasi
bagi
konsumen untuk
mengetahui
keamanan
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pencemaran Laut
Menurut hasil yang dicapai dalam seminar laut nasional menyebutkan fungsi
kelangsungan
18
19
Karakteristik Arsen
Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki simbol As dan nomor atom 33. Arsen (As) adalah metal yang mudah patah,
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
20
berwarna keperakan dan sangat toksik. Arsen (As) elemental didapat di alam dalam
jumlah yang sangat terbatas, terdapat bersama-sama Cu (Slamet, 1994).
Arsenik secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan
sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga
beracun. Arsen memiliki titik didih 614 oC dan titik lebur 817oC. Ketika dipanaskan,
arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik, yang berbau seperti bau bawang
putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga dapat langsung tersublimasi,
berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar
arsenik ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik,
dengan berat jenis 1,97 dan 5,73 (Wikipedia, 2008). Jika dilihat dari sifat
kelarutannya, terdapat perbedaan diantara beberapa persenyawaan arsen. Hal ini
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.1: Jenis jenis senyawa arsen yang terdapat di lingkungan kerja
Nama
Rumus Kimia
Sifat fisik kimia
Arsen trioksida
As2O3 atau As4O6
Larut dalam air dingin,
hangat, basa dan HCL.
Arsen Pentoksida
As2O5
Sangat mudah larut dalam
air, basa dan asam.
Arsen trisulfida
As2S3
Sulit larut dalam air,
mudah larut dalam asam
dan basa.
Gallium arsenida
GaAs
Sedikit larut dalam air,
larut dalam buffer fosfat
pH 7.
Arsine atau hidrogen
AsH3
Gas yang tidak berwarna,
arsenida
tidak flamable, berbau
seperti bawang putih
(garlic odour).
Sumber: industrial-hygiene, 2007
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
21
2.3.
22
ppm, merupakan konsentrasi yang paling tinggi dari semua binatang yang ada (WHO,
2002).
2.3.2 Kegunaan Arsen
Karena arsen dapat berikatan dengan Cu membentuk CuAs sehingga didapat
sebagai produk sampingan pabrik peleburan Cu. Arsen sering digunakan untuk racun
tikus, pestisida, herbisida, insektisida; dan keracunan arsen pada manusia sudah
sangat dikenal baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Senyawa arsen terutama digunakan di dalam pertanian dan kehutanan.
Sejumlah kecil digunakan dalam industri keramik, gelas, dan sebagai aditif. Contoh
penggunaan arsen trioksida pada tahun 1975-1978 adalah sebagai berikut: pembuatan
zat kimia untuk pertanian (pestisida) 82%, gelas dan peralatan dari gelas (pecah
belah) 8%, industri kimia seperti amalgam dari tembaga, timah hitam, dan farmasi
10%.
Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium
arsenit, kalsium arsenat, dan senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida.
Sejumlah kecil methylarsenik acid dan dimethyl arsenik acid secara selektif
digunakan sebagai herbisida. Herbisida ini terutama penting untuk pembasmian
sorghum halepense dalam perkebunan kapas. Bahan-bahan tersebut juga digunakan
untuk pembasmian terhadap rerumputan sebagaimana "sandbur" (cenchrus sp),
cocklebur (xanthium sp), dan rumput ketam dalam petak rumput. Dimethylarsinic
acid digunakan sebagai silvisida dalam perlindungan hutan. Oleh karena itu
pekerjanya akan terpapar senyawa ini, yang merupakan penguapan saat pemakaian.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
23
di tempat kontak, suatu zat toksik akan menyebabkan kerusakan bila ia diserap oleh
organisme. Absorbsi dapat terjadi melalui kulit, saluran cerna, dan saluran nafas.
Selain itu sifat dan hebatnya zat kimia terhadap organisme tergantung dari kadarnya
di organ sasaran. Kadar ini tidak hanya tergantung pada konsentrasi dosis yang
diterima, tetapi juga pada faktor lain misalnya derajat absorbsi, distribusi, dan
ekskresi (Sari, 2002).
Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara
sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
24
tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui efek
toksik ganda, yaitu :
1. Arsen mempengaruhi respirasi sel dengan cara mengikat gugus sulfhidril (SH)
pada dihidrolipoat sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan
transfer energi, terutama pada piruvate dan succinate oxidative pathway,
sehingga menimbulkan efek patologis yang reversibel. Efek toksik ini
dikatakan reversible karena dapat dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3,
dimerkaptopropanol (dimercaprol, BritishAnti-Lewisite atau BAL) yang akan
berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus sulfhidril (2,3). Selain itu
sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan
oksidasi fosforilasi dalam tubuh
2. Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah,
khususnya di dearah splanknik dan menyebabkan paralisis kapiler, dilatasi dan
peningkatan permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang
terkena menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial
yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler
menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta trombosis
sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan
3.
Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah.
Dalam waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam
konsentrasi tinggi di berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paruparu serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus sulfhidril dalam
protein jaringan. Sebagian kecil dari arsen yang menembus blood brain
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
25
26
Untuk eliminasi satu dosis terapeutik arsen dari semua jaringan (kecuali
rambut dan kuku) diperlukan waktu 2 minggu. Setelah itu sejumlah kecil arsen tetap
akan dijumpai dalam urin dan feses selama berbulan-bulan kemudian setelah paparan
arsen jangka panjang dihentikan. Ekskresi arsen lewat urin mencapai puncaknya
dalam beberapa hari setelah intake oral dosis tunggal atau setelah penghentian
paparan kronis. Eliminasi melalui urin ini tidak berlangsung seragam, sehingga
kadarnya dalam urin bervariasi dari hari ke hari. Dengan demikian untuk
mendapatkan data akurat mengenai keadaan pasien dan respons terhadap terapi,
maka pemeriksaan urin harus dilakukan pemeriksaan serial pada beberapa sampel
urin 24 jam (Atmadja, 2008).
2.5.
mata, kulit, darah, dan liver. Efek arsen terhadap mata adalah gangguan penglihatan
dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual
fields) mata.
Pada kulit menyebabkan berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit
(hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis)
dan
27
(jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam
ruang perut).
SGOT dan SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan
terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel hati rusak, biasanya kadar kedua enzim ini
meningkat sedangkan Gamma GT adalah enzim yang berhubungan dengan penanda
adanya sumbatan pada kantung empedu.
Pada ginjal akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi
ischemia dan kerusakan jaringan). Pada saluran pernafasan, akan menyebabkan
timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula
menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, logam berat arsen (As) dapat
menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan penyakit
arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh
karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah
perifer (varises, penyakit burger).
Pada sistem reproduksi, efek arsen (As) terhadap fungsi reproduksi biasanya
fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut efek
malformasi. Pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh /penurunan
kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi
virus. Pada sistem sel, efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitochondria dalam
inti sel menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati. Pada gastrointestinal
(saluran pencernaan), arsen (As) akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta
nyeri perut, mual (nausea) dan muntah (vomiting) (Sudarmaji, dkk; 2006).
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
28
29
Volume cairan yang meningkat dalam usus, akan menyebabkan diare campur darah.
Perdarahan saluran pencernaan dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
darah dengan cepat sehingga sisitem sirkulasi darah menjadi kolaps.
Kerusakan ginjal terjadi pada pembuluh darah kapiler dalam tubulus dan
glomeroulus. Glomeroulus ginjal rusak dan terisi dengan plasma protein di dalam
kapiler yang dilatasi. Tubulus ginjal menjadi nekrosis sehingga penurunan volume
urine yang keluar meyebabkan annuria (tidak dapat kencing).
Hasil pemeriksaan darah memperlihatkan adanya perubahan bentuk sel darah,
dan jumlah sel darah merah dan putih sangat menurun. Hati menunjukkan adanya
degenerasi lemak, diikuti dengan nekrosis centralis disertai dengan sirosis hepatis.
Tanda-tanda toksitas arsen yang akut juga terlihat jelas dengan ditemukannya gejala
rambut rontok (kebotakan/alopsea), tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai
dengan kelumpuhan anggota gerak bagian bawah, kaki lemas, persendian tangan
lumpuh, dan daya refleks menurun.
2.5.2. Secara Kronis
Toksisitas kronis terjadi bila preparat arsen (As) sebagai obat, yang paling
populer ialah obat penyakit kulit tertentu. Bila kulit diolesi obat yang mengandung
arsen (As) dosis rendah, akan terlihat warna kemerahan pada kulit tersebut, hal ini
disebabkan oleh adanya pelebaran pembuluh darah kapiler kulit (fase dilator). Bila
pemberian dilakukan terus menerus akan terjadi hyperkeratosis, keratosis telapak
tangan dan kaki serta dermatitis, terutama di daerah yang mengeluarkan keringat
seperti ketiak dan persendian. Dermatitis disebabkan oleh pengaruh iritasi dan
sensitifitas terhadap arsen (As).
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
30
Keracunan kronis juga terjadi dari dalam tubuh (per oral dosis rendah) yang
terlihat dari gejala kelemahan, kelelahan, kurang nafsu makan, berat badan menurun
dan iritabilitas. Gejala tersebut merupakan gejala umum yang tidak menimbulkan
gejala khas keracunan arsen. Gejala yang khas dari keracunan arsen ini ialah warna
coklat gelap pada kulit dan perubahan kulit. Kuku menebal, terciri dengan garis putih
diatas persambungan kuku.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut. Saraf kaki akan
lebih parah daripada saraf tangan, menyebabkan kelumpuhan pada saraf motorik dan
sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan,
hepatitis kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pancytopenia (sel darah
berkurang), terutama neutropenia (sel darah putih menurun). Produksi sel darah
merah terhenti dan adanya gambaran basofilik stippling. Anemia yang ada
hubungannya dengan defesiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungannya antara toksisitas kronis dari
arsentrivalen dan arsenpentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru, kanker
limfa dan kanker kulit (Darmono, 2001).
2.6.
Kerang
31
lapisan luar tipis, hampir berupa kulit dan disebut periostracum, yang
melindungi
b)
c)
lapisan dalam terdiri dari mother of pearl, dibentuk oleh selaput mantel dalam
bentuk lapisan tipis. Lapisan tipis ini yang membuat cangkang menebal saat
hewannya bertambah tua.
Mantel dilekatkan ke cangkang oleh sederetan otot yang meninggalkan bekas
melengkung yang disebut garis mantel. Fungsi dari permukaan luar mantel adalah
mensekresi zat orgnik cangkang dan menimbun kristal-kristal kalsit atau kapur.
Mulut kerang terdiri dari palpus-palpus atau cuping-cuping bibir yang
merupakan dua daun daun telinga terlipat dua, akar insang melekat pada tempat yang
terletak diantara dua daun telinga tersebut.
Dalam mengalirkan makanan ke mulut, cilia memegang peranan penting.
Sebagai filter feeder, sebagian besar kerang menyaring makanannya menggunakan
insang yang berlubang-lubang. Makanan utamanya adalah plankton terutama
fitoplankton (Suwignyo, 2005).
Plankton yang dibawa oleh arus insang (pernafasan) mengalami seleksi lagi.
Beberapa jasad yang tidak dikehendaki, misal karena mereka berduri, diarahkan
keakhir cuping. Di tempat ini mereka jatuh ke dalam rongga mantel dan secara
berkala dikeluarkan sebagai kumpulan benda kecil, atau benda seperti feces, ke dalam
air laut. Zat hara yang diterima diteruskan ke mulut dan ke kerongkongan berbulu
getar yang berakhir ke perut. Partikel-partikel yang besar diteruskan ke usus,
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
32
sedangkan zat hara lainnya dikirim ke kantung atau tabung pencernaan yang
mengelilingi perut. Usus memanjang membentuk lingkaran di dalam kelenjar genital,
melewati atas jantung, melilit sekeliling otot pengikat, dan berlanjut sebagai rektum.
Anus berbentuk corong, yang membuang feses ke luar dari mantel (Romimohtarto,
2001).
Peredaran darah bivalvia adalah peredaran darah terbuka yaitu darah dari
jantung ke sinus organ, ginjal, insang dan kembali ke jantung. Darah bivalvia
biasanya tidak berwarna, namun kerang jenis Anadara, famili Arcidae mempunyai sel
darah yang mengandung hemoglobin.
Hasil ekskresi bivalvia dibuang ke rongga suprabranchia melalui nephrostome
dalam rongga perikardium. Hasil buangan utama adalah amonia, dan urea, keluar dari
tubuh melalui sifon ekshalant.
Pembuahan bivalvia umumnya eksternal, gamet dikeluarkan melalui sifon
ekshalant. Faktor yang mempengaruhi pemijahan adalah suhu air, pasang surut dan
zat yang dihasilkan oleh gamet dari lawan jenisnya. Pembuahan eksternal, merupakan
kekhasan bivalvia laut, mengahasilkan larva trochopore, kemudian menjadi veliger
yang berenang bebas sebagai meroplankton. Veligernya mempunyai dua keping
cangkang.
Masa hidup larva veliger sebagai plankton bervariasi dari beberapa hari
sampai beberapa bulan, sebelum akhirnya turun ke substrat. Metamorfosa dicirikan
oleh lepasnya velum dengan tiba-tiba, untuk kemudian tumbuh menjadi kerang muda
(Suwignyo, 2005).
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
33
34
Perbedaan dari kedua kerang ini adalah morfologi cangkangnya. Kerang bulu
(Anadara antiquata) memiliki cangkang yang ditutupi oleh rambut-rambut serta
cangkang tersebut lebih tipis daripada kerang darah (Anadara granosa). Kerang darah
memiliki cangkang yang lebih tebal, lebih kasar, lebih bulat, dan bergerigi dibagian
puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut. Kerang Anadara biasanya
hidup di pantai laut pada substrat lumpur berpasir yang kaya organik dengan
kedalaman 10 m sampai 30 m (Suwignyo, dkk, 2005).
Adapun klasifikasi kerang-kerang tersebut adalah (Ramadhan, 2008):
1.
Kerang Darah
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Bivalvia
Ordo
: Arcioda
Family
: Arcidae
Genus
: Anadara
Spesies
: Anadara granosa
2.
Kerang Bulu
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Bivalvia
Ordo
: Arcioda
Family
: Arcidae
Genus
: Anadara
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
35
Spesies
3.
: Anadara antiquata
Kerang Hijau
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Bivalvia
Ordo
: Mytilioda
Family
: Mytilidae
Genus
: Mytilus
Spesies
: Mytilus viridis
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
36
2.7.
risiko keracunan tetapi mungkin juga tidak, bergantung pada tingkat pajanan dan
faktor lain. Karena pajanan zat kimia tidak dapat dihindari, harus dilakukan evaluasi
toksikologik terhadap banyak zat kimia untuk menentukan tingkat pajanan yang
kiranya tidak akan menimbulkan risiko.
Beberapa badan ahli memakai istilah Acceptable Daily Intake (asupan harian
yang dapat diterima) untuk evaluasi toksikologik zat kimia dalam makanan, air, dan
lain-lain sebagai dasar untuk menentukan standar. Acceptable Daily Intake (ADI)
dibuat oleh Komite Ahli Gabungan FAO/WHO mengenai Zat Tambahan Makanan
pada tahun 1961. ADI dinyatakan dalam miligram zat kimia perkilogram berat badan
(mg/kg) atau biasa juga disebut dengan ppm (part per million).
Dari nilai Acceptable Daily Intake dapat diestimasikan suatu dosis aman
dengan menggunakan pendekatan matematis untuk memperkirakan dosis yang
tampaknya aman pada tingkat pajanan tertentu (Lu, 1995).
Menurut Rahman untuk melakukan analisis pajanan perlu diketahui jalur-jalur
pajanan risk agent ( inhalasi, ingesti, dan absorbsi) dan menghitung asupan risk agent
dengan rumus persamaan intake :
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
37
C x R x fE x Dt
I=
Wb x tAvg
Keterangan :
I
= Intake (asupan) (mg/kg/hari)
C
= Konsentrasi risk agent (mg/kg)
R
= Laju (rate) asupan (kg/hari)
fE
= Frekuensi pajanan tahunan (350 hari/thn)
Dt = Durasi pajanan, 30 tahun proyeksi
Wb = Berat badan (kg)
tAvg = Periode waktu rata-rata, 70 tahun x 365 hari
Menurut Sediaoetama (2008) berat badan rata r ata untuk laki-laki dewasa
adalah 55 kg sedangkan berat badan untuk perempuan dewasa adalah 47 kg.
Setelah diperoleh nilai I maka diuji apakah nilai tersebut masih aman untuk
dikonsumsi dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan rumus :
ECR
ECR = I x CSF
I =
CSF
Keterangan :
ECR = Excess Canser Risk
CSF = Cancer Sloped factor (1,5 x10-5)
ECR (Excess Canser Risk) adalah penghitungan risiko kasus kanker yang akan
terjadi dalam setiap 100.000 penduduk jika nilai asupan sebesar I.
ECR 1 x 10 -5 artinya dalam 100.000 penduduk terdapat tambahan kasus
kanker, maka kadar arsen (As) yang terkandung dalam setiap 1 kg kerang tidak aman
bila dikonsumsi dengan jumlah tertentu dan sampai waktu tertentu
ECR < 1 x 10-5 artinya dalam 100.000 penduduk tidak terdapat tambahan kasus,
maka kadar arsen (As) yang terkandung dalam setiap 1 kg kerang masih aman bila
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
38
dikonsumsi dengan jumlah tertentu dan sampai waktu tertentu. Untuk memperoleh
banyaknya kerang yang aman dikonsumsi perhari maka harus diketahui nilai I jika
nilai ECR < 1 x 10-5.
Setelah diperoleh nilai I maka dapat diperoleh niai Laju Konsumsi Aman (R)
dengan rumus :
RfD x Wb x tAvg
R=
C x fE x Dt
Keterangan :
R
= Laju konsumsi aman (kg/hari)
RfD = Reference Dosis, sama dengan I yang diperoleh jika ECR (Excess Cancer
Risk) < 1
2.8.
Kerangka Konsep
SK Dirjen POM
No. 03725/B/SK/VII/1989
1. Kerang darah
(Anadara
granosa)
2. Kerang bulu
(Anadara
antiquata)
3. Kerang hijau
(Mytilus viridis)
Memenuhi
Syarat
Kadar Arsen (As)
Tidak
Memenuhi
Syarat
Pemeriksaan
Laboratorium
Laju Konsumsi
Aman
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah survai bersifat deskriptif sederhana yaitu mengetahui
gambaran kadar kandungan arsen (As) pada kerang (bivalvia) yang berasal dari Laut
Belawan tahun 2009.
3.2.
Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kerang yang berasal dari laut
Belawan. Diambil tiga ekor kerang dengan jenis kerang yang berbeda yaitu kerang
darah (Anadara granosa), keramg bulu (Anadara antiquata), dan kerang hijau
(Mitylus viridis)
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
40
3.4.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium disajikan dalam
bentuk tabel distribusi menurut jenis kerang dan pembahasan dilakukan secara
deskriptif. Berdasarkan Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan
Obat Dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran
logam dalam makanan, batas maksimum arsen pada ikan dan hasil olahannya
(termasuk kerang ), adalah 1,0 ppm
3.6.
sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang tidak terambil
mempunyai mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2002)
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
41
3.7.
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapkan segala sesuatu untuk pengambilan sampel, misalnya catatan
tentang jenis dan kondisi kerang.
2. Kumpulkan tiga sampel dengan masing-masing jenis yang berbeda dan
berasal dari Laut Belawan dan dimasukkan kedalam kantung plastik untuk
menghindari penambahan pencemaran.
3. Membawa sampel kerang ke laboratorium dengan tujuan preparasi dan
pemeriksaan kadar arsen pada kerang
4. Preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan
Pemeriksaan kadar Arsen (As) dilakukan di Balai Teknologi Kesehatan
Lingkungan-Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) pada Juni
2009
3.8.
3.8.1. Alat
1. Kjehdal Aparatus
2. ICP (Inductively Coupled Plasma)
3. Neraca analitik kapasitas 200 g, ketelitian 0,1
4. Beaker glass
5. Gelas ukur
6. Labu kjehdal
7. Labu ukur 50 ml
8. Pipet tetes
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
42
9. Spatula
3.8.2. Bahan
1.
2.
3.
4.
Air suling
3.9.
Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu destruksi kerang dengan
43
44
maka kadar arsen yang terkandung pada larutan destruksi kerang akan terbaca
pada layar komputer
15. Setelah selesai mengukur standar dan sampel, celupkan blanko selama 3 menit
16. Matikan plasma, tutup worksheet, tutup ICP software
17. Matikan water chiller
18. Matikan ICP instrument
19. Matikan komputer
20. Matikan exhaust sistem, tutup gas
3.10. Definisi Operasional
1. Kerang adalah binatang laut yang merupakan salah satu jenis Mollusca
dengan ciri-ciri mempunyai tubuh yang pipih, mempunyai cangkang, adanya
mantel yang melekat di bawah cangkang.
2. Kadar arsen (As) dalam kerang adalah banyaknya arsen yang ditemukan
dalam sample melalui pemeriksaan laboratorium dalam satuan ppm.
3. Memenuhi syarat adalah jika kadar arsen (As) dalam kerang belum melebihi
Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan
Makanan, Depkes RI yaitu 1,0 ppm
4. Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar Arsen (As) dalam kerang melebihi
Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan
Makanan, Depkes RI yaitu 1,0 ppm
5. Laju konsumsi aman adalah estimasi jumlah maksimal pengonsumsian kerang
yang diperbolehkan dalam setiap hari untuk menghindari akumulasi arsen
(As) dalam tubuh
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu wilayah yang terletak di
Kota Medan. Luas wilayahnya adalah 2.192 Ha yang terdiri dari enam kelurahan.
Batas-batas wilayah Belawan :
a. Sebelah Utara
: Selat Malaka
b. Sebelah Timur
c. Sebelah Selatan
d. Sebelah Barat
: Hamparan Perak
46
kerang baik ke pasar tradisional setempat ataupun ke daerah lain hingga akhirnya
kerang sampai kepada konsumen.
4.2.
Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Kerang yang Berasal dari
Laut Belawan dengan Metode Inductively Coupled Plasma (ICP)
Hasil pemeriksaan kandungan arsen (As) pada seluruh sampel yang berasal
dari perairan Belawan menunjukkan bahwa kandungan arsen (As) tersebut masih
berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM No.
03725/B/SK/VII/1989 Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam pada Makanan
yaitu sebesar 1,0 ppm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Kerang yang Berasal dari Perairan
Belawan Tahun 2009
No
Jenis
Kerang
Hasil
Pengukuran
(ppm)
0,05382
1,0 ppm
Standar
Kerang Darah
Kerang bulu
0,04259
1,0 ppm
Kerang Hijau
0,04522
1,0 ppm
Metode
ICP
Keterangan:
ppm : part per million
ICP : Inductively Coupled Plasma
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kandungan arsen (As) tertinggi terdapat pada
kerang darah sebesar 0,05382 ppm sedangkan terendah pada kerang bulu
yaitu sebesar 0,04259 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui
bahwa kandungan arsen pada seluruh sampel masih berada di bawah nilai ambang
batas yang telah ditetapkan.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
47
4.3.
batas, namun karena sifat arsen (As) yang dapat terakumulasi dalam tubuh maka jika
dikonsumsi dalam jangka waktu dan jumlah tertentu akan menimbulkan dampak bagi
kesehatan.
Oleh karena itu harus diketahui jumlah konsumsi maksimum kerang perhari
agar kadar arsen (As) tidak sampai terakumulasi dalam tubuh. Untuk mengetahuinya
dengan menggunakan rumus Intake (I), Excess Cancer Risk (ECR), dan Laju
Konsumsi aman (Rate) (Rahman, 2008).
4.3.1 Kerang Darah (Anadara granosa)
Nilai Asupan (I), jika diasumsikan laju asupan kerang darah perhari sebanyak
0,25 kg, selama 350 hari pertahun dalam jangka waktu 30 tahun dan berat badan 55
kg.
C x R x fE x Dt
I=
Wb x tAvg
0,05382 mg/kg x 0,25 kg/hari x 350 hari/thn x 30 thn
I=
55kg x 365 hari x 70
I = 1,01 x10-4 mg/kg/hari
Artinya terdapat 0,0000101 mg arsen (As) dalam setiap 1 kilogram kerang
yang dimakan setiap hari. Untuk menguji apakah nilai asupan (I) ini masih aman jika
dikonsumsi dalam jumlah dan waktu teretentu, maka dicari nilai Excess Cancer Risk
(ECR).
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
48
ECR = I x CSF
= 1,0 1x10-4 mg/kg/hari x 1,5 x 10-5
= 1,51x10-5 mg/kg/hari
Nilai ECR ini menunjukkan bahwa ada kasus tambahan kanker setiap 100.000
penduduk. Karena nilai ECR 1 maka kerang darah tidak
sebanyak 0,25 kg selama 350 hari/tahun dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang
dengan berat badan 55 kg atau kurang.
Jika diasumsikan nilai ECR sebesar 0,4 x 10-5 maka dapat diketahui nilai I
(RfD).
0,4 x 10-5
I=
=
1,5 x 10
0,000027 mg/kg/hri
-5
Dengan asumsi nilai 0,000027 mg/kg/hari, dapat diperoleh nilai laju konsumsi
aman kerang perhari yaitu :
RfD x Wb x tAvg
0,000027 x 55 x 70 x365
R=
=
C x fE x Dt
0,05382 x 350 x 30
=
0,067 kg/hari
Maka banyak kerang darah yang aman dikonsumsi adalah 0,067 kg/hari.
4.3.2 Kerang Bulu (Anadara antiquata)
Nilai Asupan (I), jika diasumsikan laju asupan kerang bulu perhari sebanyak
0,25 kg, selama 350 hari pertahun dalam jangka waktu 30 tahun dan berat badan 55
kg.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
49
C x R x fE x Dt
I=
Wb x tAvg
0,04259 mg/kg x 0,25 kg/hari x 350 hari/thn x 30 thn
I=
55kg x 365 hari x 70
I = 0,795 x10-4 mg/kg/hari
Artinya terdapat 0,0000795 mg arsen (As) dalam setiap 1 kilogram kerang
yang dimakan setiap hari. Untuk menguji apakah asupan (I) masih aman jika
dikonsumsi dalam jumlah dan waktu teretentu, maka dicari nilai Excess Cancer Risk
(ECR).
ECR = I x CSF
= 0,795 x 10-4 mg/kg/hari x 1,5 x 10-5
= 1,2x10-5 mg/kg/hari
Nilai ECR ini menunjukkan bahwa ada kasus tambahan kanker setiap 100.000
penduduk. Karena nilai ECR 1 maka kerang bulu tidak aman bila dikonsumsi
sebanyak 0,25 kg selama 350 hari/tahun dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang
dengan berat badan 55 kg atau kurang.
Jika diasumsikan nilai ECR sebesar 0,4 x 10-5 maka dapat diketahui nilai I (RfD).
0,4 x 10-5
I=
=
1,5 x 10
0,000027 mg/kg/hri
-5
Selanjutnya dapat diperoleh nilai laju konsumsi aman kerang perhari yaitu :
RfD x Wb x tAvg
0,000027 x 55 x 70 x365
R=
=
C x fE x Dt
0,04259 x 350 x 30
=
0,085 kg/hari
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
50
Maka banyak kerang bulu yang aman dikonsumsi adalah 0,085 kg/hari.
sebanyak 0,25 kg selama 350 hari/tahun dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang
dengan berat badan 55 kg atau kurang.
Jika diasumsikan nilai ECR sebesar 0,4 x 10-5 maka dapat diketahui nilai I (RfD).
0,4 x 10-5
I=
=
1,5 x 10
0,000027 mg/kg/hri
-5
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
51
Selanjutnya dapat diperoleh nilai laju konsumsi aman kerang perhari yaitu :
RfD x Wb x tAvg
0,000027 x 55 x 70 x365
R=
=
C x fE x Dt
0,04522 x 350 x 30
=
0,077 kg/hari
Maka banyak kerang hijau yang aman dikonsumsi adalah 0,077 kg/hari
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
52
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
satu zat kimia yang tidak diinginkan terdapat dalam makanan. Namun kandungan
arsen (As) pada bahan makanan masih memiliki batas maksimum.
Pemeriksaan kadar arsen (As) dalam beberapa jenis kerang pada penelitian ini
menggunakan metode Inductively Coupled Plasma (ICP). Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini ternyata kadar arsen (As) masih memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Depkes RI yaitu 1,0 ppm. Hal
ini menunjukkan bahwa kerang yang berasal dari laut Belawan masih aman untuk
dikonsumsi oleh masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerang darah memiliki kandungan
arsen (As) lebih tinggi daripada kerang bulu dan kerang hijau. Hal ini menunjukkan
bahwa jika orang yang memiliki berat badan 55 kg ingin mengonsumsi kerang setiap
hari selama 30 tahun maka estimasi jumlah yang paling sedikit untuk dimakan adalah
kerang darah.
Berdasarkan rumus yang ada dapat dianalisa bahwa semakin tinggi berat
badan seseorang maka akan semakit tinggi laju konsumsi amannya. Artinya orang
yang memiliki berat badan 60 kg akan lebih aman mengonsumsi kerang jika
dibandingkan dengan orang dengan berat badan 55 kg.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
53
54
tersebut dimakan oleh manusia, akan terjadi penumpukan arsen (As) dalam tubuh
manusia dan hal ini akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan
manusia Hasil penelitian sebelumnya yang mengambil sampel kerang dari Teluk
Jakarta diperoleh bahwa kandungan kadmium pada kerang darah juga relatif lebih
tinggi daripada kerang lainnya (1,06 ppm) oleh karena itu kerang darah lebih baik
dipakai sebagai bioindikator dibanding jenis kerang lainnya (Inswiasri, 1995).
5.2.
jenis makanan misalnya kerang rebus, sate kerang, dan lain sebagainya. Berbagai
jenis makanan hasil olahan kerang digemari oleh masyarkat.
Menurut Siregar (2004), untuk mengevaluasi terjadinya pencemaran melalui
rantai makanan, perlu diketahui pola makan, meliputi air yang diminum, makanan
(ikan dan jenis makanan lain) dan udara serta kadar pencemar logam berat yang
terkait dengan pemaparan terhadap manusia. Kandungan zat pencemar tersebut
dievaluasi dengan membandingkan terhadap baku mutu.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata terdapat kandungan arsen di dalam
kerang dan kandungan tersebut masih sesuai dengan baku mutu. Walaupun demikian,
perlu dilakukan manajemen risiko arsen dengan mengestimasikan laju konsumsi
aman terhadap kerang.
Kadar arsen pada kerang darah adalah 0,05382 ppm, dari kadar arsen dengan
jumlah ini ternyata kerang darah sebanyak 0,25 kg belum aman dikonsumsi oleh
orang dengan berat badan 55 kg atau kurang selama 350 hari pertahun dalam jangka
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
55
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
56
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Kandungan arsen (As) pada kerang darah (Anadara granosa) adalah
0,05382 ppm
2. Kandungan arsen (As) pada kerang bulu (Anadara antiquata) adalah
0,04259 ppm
3. Kandungan arsen (As) pada kerang hijau (Mytilus viridis) adalah 0,04522
ppm
4. Kadar arsen (As) yang terdapat pada kerang darah, kerang bulu, dan kerang
hijau masih berada di bawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh
Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran
logam didalam makanan, dan batas maksimum untuk arsen (As) yaitu 1,0
ppm
5. Laju konsumsi aman kerang darah jika dikonsumsi selama 350 hari dalam
jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 55 kg adalah 0,067
kg/hari atau sekitar 6 ekor kerang
6. Laju konsumsi aman kerang bulu jika dikonsumsi selama 350 hari dalam
jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 55 kg adalah 0,085
kg/hari atau sekitar 8 ekor kerang
7. Laju konsumsi aman kerang hijau jika dikonsumsi selama 350 hari dalam
jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 55 kg adalah 0,077
kg/hari atau sekitar 8 ekor kerang
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
57
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan pengawasan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap
setiap industri agar melakukan pengolahan limbah sebelum limbah tersebut
dibuang ke badan air.
2. Mengingat bahaya arsen (As) terhadap kesehatan maka perlu dilakukan upaya
sosialisasi kepada masyarakat mengenai batas maksimum konsumsi kerang
yang berasal dari laut Belawan.
3. Balai Pengawas Obat dan Makanan perlu menginformasikan kepada
masyarakat bahwa kerang yang berasal dari laut Belawan mengandung arsen
dan kandungan arsen masih berada di bawah ambang batas yang telah
ditetapkan
4. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan analisis kadar arsen pada air tanah
penduduk dan pemeriksaan kadar logam berat lainnya pada kerang
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous,
2008.
Arsen.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keracunan_arsenik. Diakses
September 2008.
(online).
tanggal 15
Anonimous,
2008.
Budi
Daya
Kerang
Hijau.
(online).
http:///www.Filepesisir_Budidaya_Kerang_Hijau.pdf. Diakses tanggal 9
Desember 2008.
Acmad, Rukaesih, 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Alfian, Zul, 2005. Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd) Dari Kerang yang
diperoleh dari daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom.
Jurnal Sains Kimia. Vol 9 No 2.Universitas Sumatera Utara.
Arifin, Syamsul, 2008. Racun Arsenik Cemari Air Tanah di Pantai Timur
Sumut. (online). http://www.SumutCyber.com. Diakses Tanggal 14
September 2008 .
Astrie,
Atmadja, Djaja Surya, 2008. Deteksi Dini dan Tatalaksana Intoksikasi Arsen.
(online). http://www.freeweb.com/arsenpapdi/distribusarsen.html. Diakses
Tanggal 17 September 2008.
, 2008. Deteksi Dini dan Tatalaksana Intoksikasi Arsen.
(online). http://www.freewebs.com/arsenpapdi/ekskresiarsen.html. Diakses
Tanggal 17 September 2008.
Azhar, Chairul, 2004. Kandungan Logam Berat Cd (Cadmium), Pb (Timah
Hitam), Dan Zn (Seng) dalam Daging Ikan Bandeng, Ikan Baronang, dan
Ikan Kakap Putih Yang Diperoleh dari Perairan Belawan. Jurnal
Komunikasi Penelitian. Jakarta: USU Press.
Buwono, Ibnu Dwi, dkk, 2005. Upaya Penurunan Kandungan Logam Hg
(Merkuri) Dan Pb (timbal) pada kerang hijau (Mytilus viridis) Dengan
Konsentrasi dan waktu perendaman Na2CaEDTA yang berbeda. Jurnal
Bionatura, Vol 7 No 3.
Chahaya, Indra, 2003. Ikan sebagai alat Monitor Pencemaran. http://id.USU
digitallibrary/fkm-indra c2.pdf. Diakses tanggal 2 Desember 2008.
Dahuri, Rokhmin, dkk, 2004. Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara
Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
59
Arsen.
Diakses
(online).
tanggal 30
Inswiasri, dkk, 1995. Kandungan Logam Cadmium Dalam Biota Laut Jenis
Kerang-Kerang
Dari
Teluk
Jakarta.
http://cdk_103_makanan_dan_kesehatan.pdf. Diakses tanggal 18 November
2008.
Lu, Frank, 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko.
Edisi II. Jakarta: UIP
Medan
Dalam
Angka,
2007.
Medan
Belawan.
(online).
http://pemkomedan.go.id/mdnbel.php. Diakses Tanggal 26 April 2009.
60
Romimohtarto, Kasijan, 2001. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Jakarta: Djambatan
Sari, Halinda, 2002. Deteksi dan Pengendalian Keracunan Arsen pada Pekerja.
Majalah Kesehatan Masyarakat, Vol. VI N0 1. Penerbit : FKM USU
Sediaoetama, Daeni Ahmad, 2008. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat
Siagian, Lestina, 2008. Pengaruh Pencemaran Logam Berat Pb, Cd, Cr Terhadap
Biota Laut Dan Konsumennya Di Kelurahan Bagan Deli Belawan.
http//www.USU Library: Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.ac.id.
Diakses tanggal 11 November 2008
Siregar, P. Raja, 2006. Singkap Buyat. (online).http:///www. Isi Buyat Out
Put.pmd. Diakses tanggal 27 November 2008.
Slamet, Juli Soemirat, 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gajah Mada
University Press.
Standar Nasional Indonesia 01-4866-1998. Penetapan Kadar Arsen.
Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3. Jurnal
Kesehatan Lingkungan.
Sudradjat, Ahmad, 2008. Budi Daya 23 Komunitas Laut yang Menguntungkan.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sukar. 2003. Sumber dan Terjadinya Arsen di Lingkungan. Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol 2 No 2.
Supardi, Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: Alumni.
Edisi 2 Cetakan 2.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suwignyo, Sugiarti, dkk. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.
WHO. 2002. Bahaya Bahan Kimia Pada Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: Gramedia
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
61
Lampiran-lampiran
Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian
62
Gambar lampiran 6.4. Ketiga jenis kerang diletakkan pada beaker glass
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
63
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
64
Gambar lampiran 6.6. Kerang yang sudah ditetesi latutan, didestruksi menggunakan
Kjehdal apparatus
Gambar lampiran 6.8. Jenis kerang darah dan kerang bulu setelah didestruksi,
dianalisa menggunakan ICP
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
65
Gambar lampiran 6.9. Jenis kerang hijau setelah didestruksi, dianalisa menggunakan
ICP
Gambar lampiran 6.10. Hasil pengukuran kadar arsen dibaca menggunakan sistem
komputer
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
66
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
67