Kappaphycus alvarezii
Oleh:
RINGKASAN
FERRY HARVEY DEVIS. Bioetanol Berbahan Dasar Ampas Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii. Dibimbing Oleh PIPIH SWTIJAH dan
KOMARIAH TAMPUBOLON.
Berdasarkan catatan Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan
Perikanan, produksi rumput laut nasional pada tahun 2007 adalah 1.343.700 ton,
dengan areal strategis untuk budidaya rumput laut di seluruh Indonesia adalah
21.500 Ha (anonim, 2007).
Besarnya potensi pengolahan rumput laut masih belum diimbangi dengan
penanganan limbah pengolahannya. Kandungan limbah yang dihasilkan oleh
pengolahan rumput laut salah satunya adalah karbohidrat yaitu berupa selulosa
dan sisa karaginan yang tidak terekstrak. Limbah ini dapat diolah secara
fermentasi dengan menggunakan biakan Saccharomyces cerevisiae. Khamir dari
jenis Saccharomyces cerevisiae dapat memfermentasi gula sehingga
menghasilkan etanol (Fardiaz, 1989).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan arnpas rumput laut
Kappaphycus alvrezii sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dan mengetahui
waktu optimum fermentasi dalam menghasilkan bioetanol dalam jumlah
maksimal dengan kadar terbaik.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juli 2008 di Laboratorium
Karakteristik dan Pengolahan Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil
Perairan, Laboratoriurn Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan
Laboratorium Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor.
Penelitian yang dilakukan terdii dari persiapan penelitian yang terdii dari
preparasi ampas rumput laut, uji proksimat ampas nunput laut, pembuatan starter
(regenerasi kultur dan starter pada media cair), pembuatan media fermentasi
(hidrolisis larutan suspensi, uji gula pereduksi, penambahan nutrient, pengaturan
pH dan pasteurisasi). Penelitian utama terdiri dari fermentasi, perlakuan inkubasi,
pengujian (uji pH akhir, uji kadar dan uji rendemen etanol) dan analisis data
dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) tunggal.
Dari hasil uji proksimat ampas rumput laut kering didapatkan persentase
kadar air 11,28 %, abu 36,05 %, lemak 0,42 %, protein 1,86%, serat kasar 8.96 %
dan karbohidrat 36,05 %. Gula pereduksi dari ampas rumput laut adalah 16 %.
Semakin lama fermentasi, maka pH akhir fermentasi cenderung semakin rendah.
pH paling tinggi dari fermentasi 3 hari (XI) yaitu 4,47 dan pH paling rendah pada
waktu fermentasi 7 hari (X5) yaitu 4,lO. Kadar etanol paling tinggi dihasilkan dari
fermentasi dengan waktu 6 hari (X5) yaitu 4.15 %. Kadar etanol yang paling
rendah diiasilkan dari fermentasi dengan waktu fermentasi 3 hari (XI) yaitu
1,05 %. Rendemen etanol paling tinggi dari hasil fermentasi dengan waktu 6 hari
yaitu 10,38 %. Rendemen etanol paling rendah yaitu dari fermentasi dengan
waktu fermentasi 3 hari (XI) yaitu 2,63 %.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NRP
C 34104013
AMPAS
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing 11
RIWAYAT HIDW
Penulis dilahirkan di Majalengka, pada tanggal
dasar di
dari tahun 1998 sampai tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan menengah
atas di SMU Negeri 1 Majalengka dari tahun 2001 sampai tahun 2004. Pada tahun
2004, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Teknologi Hasil
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Bioetanol Berbahan
Dasar Ampas Rurnput Laut Kappaphycus alvarezii" benar-benar hail karya
sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya tulis pada perguruan tinggi atau
lembaga. Saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengandung bahan-bahan
yang pernah diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang telah
dinyatakan dalam naskah dan dicantumkan dalam d a f k pustaka pada bagian
akhir skripsi ini.
Hasil Perairan.
12. Nice with Sapi, Shasha, Pipi, Syifa, Shishi, Fafa, Shashi, Shafa, Chocho
yang selalu setia menemani.
13. Mas Chandra (terima kasih ampas rumput lautnya).
14. Somay, izal, nongky, bay thanks atas bantuan & motivasinya.
15. Teman-teman THP 41, 40, 42, 43, dan 44, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terima kasih telah menjadi kakak dan adik serta teman
selama penulis menempuh studi di IPB. Terirna kasih atas semuanya,
kalian telah megguratkan wama persahabatan dengan cara masing-masing
yang unik.
16. Teman-teman Gopish (Nunu, Teteq, Popeye, Edo, Dzay, Juan, Afi, yudie,
Iwan, Cecep, Haris, Whindika), Wisma ASH, Wisma Anindi, yang telah
bersedia memberikan bantuan selama penyusunan skripsi ini.
17. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, bukan karena
enggan tetapi karena begitu berharga bagi penulis.
Bogor, Desember 2008
No .
Teh
Halaman
...............................................................................
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................
DAFTAR TABEL
iii
iv
v
1 PENDAHULUAN
...........................................................................
1.2. Tujuan ........................................................................................
1.1. Latar Belakang
1
2
2 TINJAUAN PUSTAKA
....................
2.2. Lirnbah Produksi Karaginan ......................................................
2.3. Hidrolisis Asam ...........................................................................
2.4. Fermentasi ..................................................................................
2.5. Khamir (Sacharomycese cerevisiae) ...........................................
2.6. Bioetanol ...................................................................................
2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Kappaphycus alvarezii
3
4
6
7
10
12
3 METODOLOGI
.....................................................................
3.2. Alat dan Bahan ...........................................................................
3.3. Prosedur Kerja ..........................................................................
3.1. Waktu dan Tempat
r;)
$..3
...............................................
16
16
16
.......................................
4.2. Gula Pereduksi ...........................................................................
4.3. pH Akhii Media .........................................................................
4.4. Kadar Bioetanol .........................................................................
4.5. Rendemen Bioetanol ..................................................................
..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
5.2. Saran
No.
Teks
Halaman
1. Komposisi kimia nunput laut Kappaphycus alvarezii .......................... 4
DAFTAR GAMBAR
No .
Teks
Halaman
...................................................................
3. Struktur ideal dari tiga jenis karaginan ...........................................
4. Sacharomycese cerevisiae ..............................................................
5 . Kurva pertumbuhan ........................................................................
6 . Diagram alir pembuatan media fermentasi dari limbah .................
7. Diagram alir kultur starter ...............................................................
8. Diagram alir proses fermentasi alkohol .........................................
8. Diagram batang komposisi kimia ampas rumput laut ....................
10. Diagram batang pH akhir fermentasi ..............................................
11. Diagram batang kadar bioetanol ................................................
12. Diagram batang rendemen bioetanol ..............................................
6
11
12
25
26
27
29
32
33
34
No .
Halaman
41
41
.............................
1.d. Tabel total gula ..............................................................................
2.a. Gambar kurva standar total gula ....................................................
2.b. Tabel glukosa terhadap absorbansi (gula pereduksi) .....................
2.c. Tabel gula pereduksi ...................................................................
2.d. Gambar kurva standar gula pereduksi ..........................................
3.a. Tabel anova analisis sidik ragam ...................................................
3.b. Tabel pH akhir media ..................................................................
3.c. Tabel sidik ragam pH akhir media ...............................................
3.d. Tabel uji lanjut Duncan untuk pH akhir media .............................
4.a. Tabel kadar etanol ....................................................................
4.b. Tabel sidik ragam kadar etanol ....................................................
4.c. Tabel uji lanjut Duncan untuk kadar etanol ...................................
4.d. Contoh perhitungan kadar etanol ...................................................
5.a. Tabel rendemen etanol ...................................................................
5.b. Tabel sidik ragam rendemen etanol ...............................................
5.12. Tabel uji lanjut Duncan untuk rendemen etanol ............................
5.d. Contoh perhitungan rendemen etanol ............................................
6 . Hubungan berat jenis dengan kadar etanol ....................................
7.a. Gambar dokumentasi proses ..........................................................
7.b. Gambar alat dan bahan ..................................................................
41
41
42
42
42
42
43
43
43
43
44
44
44
44
45
45
45
45
46
52
52
1. PENDAHULUAN
2008 produksi karagenan indonesia yaitu 905.986 ton (Istini, 2008). L i b a h dari
pengolahan rumput laut sekitar 65 % (Anonim, 2007). Besarnya potensi dan
prospek pengolahan rumput laut masih belum diimbangi dengan penanganan
limbah pengolahannya, sehingga limbah pengolahan rumput laut cenderung
terbuang d m menjadi sampah organik. Dari data yang ada dapat dihitung jumlah
limbah dari pengolahan rumput laut Kappaphycus alvarezii tahun 2008 yaitu
sekitar 1.682.545 ton. Limbah pengolahan rumput laut masih merupakan masalah
yang perlu dicarikan upaya pemanfaatannya yang lebih baik, padahal kandungan
dalam limbah pengolahan tersebut masih dapat dimanfaatkan, sehingga hal ini
diharapkan bukan saja memberikan nilai tarnbah pada usaha pengolahan rumput
laut, selain itu dapat menanggulangi masalah pencemaran lingkungan yang
ditimbulkan, terutama masalah bau yang dieluarkan serta estetika lingkungan
yang kurang baik.
Kandungan limbah yang dihasilkan oleh pengolahan rumput laut tersebut
salah satunya adalah karbohidrat yaitu berupa selulosa dan sisa karagenan yang
tidak tersaring selama proses ekstraksi. Limbah ini dapat diolah secara fermentasi
dengan menggunakan bantuan biakan Saccharomyces cerevisiae sehingga
menghasilkan etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah nama lain ragi yang
artinya fungi atau khamir yang dapat memfermentasi gula untuk menghasilkan
alkohol (Fardiaz, 1992).
-,
adalah:
Menggunakan pH dan suhu yang normal untnk perawatan dan peningkatan
kandungan nutrisi dan penampakan dari bahan pangan tersebut,
Dapat menghasilkan aroma dan tekstur yang tidak dapat diproduksi
dengan metode lain,
Membutuhkan energi yang rendah,
Membutuhkan biaya operasional yang ringan,
Merupakan teknologi yang sederhana.
Etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan antara lain untuk bahan baku industri, minuman,
desinfektan, pelarut, dan bahan bakar. Etanol diianfaatkan sebagai bahan bakar
yaitu gasohol (E10) yang merupakan campuran 90 % bahan bakar bensin tanpa
timbal dengan 10 % etanol. Produksi etanol yang ada barn 185juta liter per tahun
atau kalanpun dicampurkan ke dalam premium hanya sekitar 1% saja (E-I). Pada
2010 diduga permintaan etanol khususnya untuk memperoleh bahan bakar E-10
kita perlu 3,s milyar liter etanol. Etanol juga ramah liigkungan karena emisi gas
buangannya rendah dan etanol mudah terurai dan aman tidak mencemari perairan
(Toharisman, 2007).
Mengingat besarnya manfaat dari senyawa allcohol serta tersedianya bahan
baku yang banyak dan mudah didapatkan maka perlu pengkajian dan
pengembangan dari limbah pengolahan rumput laut Kappaphycus alvarezii ini
sebagai bahan alternatif peng&asil etanol.
1.2. Tujuan
2. TINJAUAN PUSTAKA
:Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Famili
: Solieriaceae
Genus
: Eucheuma
Spesies
:Kappaphycus alvarezii
B6, B12 dan vitamin C, serta mengandung mineral seperti kalium, kalsium,
fosfor, natrium, zat besi dan iodium (Anggadireja et al. 1993).
Komposisi kimia nunput laut bervariasi antar individu, spesies, habitat,
kematangan dan kondisi lingkungannya. Komposisi kimia rumput laut
Salah satu kandungan karbohidrat yang ada di nunput laut sebagai limbah
dari produksi karaginan adalah selulosa. Selulosa merupakan kerangka struktural
semua tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan bagian utama dinding sel
tumbuh-tumbuhan yang terdiri hingga 10.000 unit glukosa dalam bentuk unit-unit
anhidroglupiranosa dengan rurnus CsHloOs.Selulosa diikat oleh P-1,4 glikosidik
membentuk rantai polimer linier panjang dengan struktur yang seragam. Selulosa
diikat oleh polimer karbohidrat dalam bentuk ikatan beta, sehingga tidak dapat
dicerna oleh enzim pencemaan manusia. Selulosa merupakan struktur kristal yang
sangat stabil. Dua unit glukosa yang berdekatan akan berikatan dengan cara
melepaskan satu molekul air, yang terbentuk dari gugus-gugus hidroksil pada
atom karbon kesatu dan keempat. Posisi beta dari grup -OH pada C1 akan
berhubungan dengan unit glukosa lain pada C,-C4 dari cincin piranosida,
membentuk unit selobiosa (Alrnatsier 2003).
Tkatan P-1,4glikosidik yang kuat dari selulosa dapat membentuk kristal
rnikrofibril, yang kemudian bersama-sama membentuk serat selulosa yang tidak
larut. Gugus OH pada atom C1 berasal dari hidrat aldehid yang terbentuk pada saat
pembentukan cincin secara intramolekuler oleh ikatan hemiasetal. Hal ini
menyebabkan grup -OH pada ujung C1memilii sifat pereduksi. G u m -OH pada
ujung Cq dari selulosa mempakan gugus hidroksil alkohol, sehingga bersifat
non-reduksi (Achmadi 1989). Pada gambar 2 bawah ini dapat dilihat struktur
kimia dari selulosa.
merupakan salah satu polisakarida liier yang tersusun atas unsur unit-unit
galaktosa pada beberapa atom hidroksil dan 3,6-Anhidrogalaktosa dengan ikatan
glikosidik alfa-1,3 dan beta-1,4 secara bergantian. Pada beberapa atom hidroksil
terikat gugus sulfat dengan ikatan ester (Angka dan Suhartono 2000).
Berdasarkan struktur pengulangan unit polisakarida karaginan dapat dibagi
atas tiga kelompok utama, yaitu kappa, iota dan lambda karaginan. Secara
prinsipil fraksi-fraksi karagiian ini berbeda dalam nomor dan posisi grup ester.
Struktur ideal dari tiga jenis karaginan dapat dilihat pada Gambar 3.
Kappa karaginan terdii dari ikatan 1,3 D-Galaktosa-4-sulfat dan ikatan 1,4
dari unit 3,6-Anhidro-D-Galaktosa.
Kappa karaginan mempunyai lebih dari 34 %
3,6-anhidrogalaktosa dan 25 % ester sulfat. Kappa karaginan terbentuk sebagai
hasil aksi enzim dekinase yang mengkatalis p karaginan menjadi kappa karaginan
dengan
cara
menghilangkan
sulfat
pada
C-6
dari
residu
ikatan
1). Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit 2 pasang
atom hidrogen menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih mudah
teroksidasi dibandingakan glukosa.
2). Senyawa yang teroksidasi akan diieduksi oleh hidrogen yang terlepas pada
tahap pertama dengan membentuk senyawa yang merupakan hasil fermentasi.
Bahan pangan yang difermentasi prosesnya diiontrol oleh aktivitas dari
mikroorganisme yang digunakan untuk mengubah bahan pangan tersebut,
pH 4-6.
Kemajuan yang dicapai dibidang teknologi fermentasi telah memungkinkan
manusia untuk mendapatkan berbagai produk yang sulit atau tidak dapat diperoleh
melalui proses kimia. Teknologi fermentasi yang yang memanfaatkan kemampuan
mikroba dapat mengubah bahan bahan mentah yang murah bahkan tidak berharga
menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi dan berguna bagi kesejahteraan
m a t manusia (Rachman 1989).
Produk-produk yang dapat diasilkan dari suatu proses fermentasi
(Rachman 1989), diantaranya:
a) Biomassa
Biomassa yang telah diproduksi secara komersial sebagai produk dari proses
fermentasi diantarannya adalah ragi roti dan protein sel tunggal.
b) Enzim
Pemanfaatan mikroba dalam proses ferrnentasi sebagai sumber enzim
mempunyai beberapa keuntungan antara lain produktivitas mikroba ddam
menghasilkan enzim dapat ditingkatkan dengan mudah dibandingkan dengan
tanaman dan hewan.
c) Metabolit primer dan sekunder
Metabolik primer adalah senyawa-senyawa kimia yang d i i i k a n oleh
mikroba dan dibutuhkan oleh mikroba tersebut untuk pertumbuhannya yaitu
asam amino, nukleotida, protein, asam nukleat, lemak dan karbohidrat.
Metabolik sekunder adalah senyawa-senyawa kirnia yang diiasilkan oleh
mikroba dalam jumlah sedikit tetapi berperanan penting dalam menjaga tubuh
dari kondisi yang tidak menguntungkan. Metabolit sekunder ini rnisalnya
antibiotika, mycotoxin, clan alkaloida.
d) Biokonversi
Beberapa contoh produk biokonversi yang sudah dikembangkan diantaranya
adalah produksi asam asetat dari etanol, aseton dari iso-propanol dan sorbosa
dari sorbitol.
Fermentasi glukosa menjadi etanol dan CO2 melibatkan enzim Embden
Meyerhof Parnas dan Glikolisis, yang meliputi (Fardiaz 1989):
1). Glukokinase, isomerase, fruktosa fosfokinase
2). Aldolase
6). Enolase
/--
piruvat (EMF') dan piruvat menjadi etanol dalam reaksi (Reed,2. danfH.J,Peppler
L
(1)
Fruktosa -1,6-bifosfat----,
2 Gliseroldehide -3-fosfat
1,3 bipospogliserat
+NADH+H+
Piruvat----b
Piruvat + ATP
CO2 + asetaldehid
Aselaldehid + NADH +
etanol + NAD
c). Kelembaban,
d). Suhu inkubasi,
e). Tahap pertumbuhan mikroorganisme,
f).
(etanol)
2 COz
(karbondioksida)
permulaan
proses,
khamir
memerlukan
oksigen
untuk
'L.
Laju pertumbuhan milcrobial dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu fase
Etanol merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat dari substrat yang
mengandung karbohidrat (gula, pati, atau selulosa). Etanol adalah salah satu
senyawa alkohol dengan rumus kirnia CzHsOH yang berupa cairan yang tidak
berwarna, jernih, mudah menguap, memiliki bau yang sangat halus dan rasa yang
pedas.
Sifat fisika dari etanol adalah bersifat polar disebabkan karena gugw
hidroksilnya @-OH). Seperti air, etanol dapat membentuk ikatan hidrogen.
Karena adanya ikatan hidrogen ini maka etanol mempunyai titik didih yang lebih
tinggi dari senyawa lain yang mempunyai berat formula yang sama. Etanol juga
mempunyai nilai pH sebagai asam lemah. Mudah menguap meskipun pada suhu
rendah, mudah terbakar dan mendidih pada suhu 78 OC. Syarat mutu etanol
berdasarkan SNI 06-3565-1994 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat mutu etanol berdasarkan SNI 06-3565-1994
Kualitas
Spesifhi
Prima Super
I
Kadar etanol
Prima I
Prima U
min 95 % (vlv)
Min 20 menit
Min 8 menit
Mhyak Fuse1
Maks 4 r n d
Maks 15 mgfl
Maks 4 mgll
Maks 15 mg/i
Maks 15 mgn
Maks 30 m a
Maks 60 mgll
(Uji Barbet)
Logam berat
Keasaman (sebagai asam asctat)
Sisa penguapan
Maks 50 mgn
I
Metanol
Maks 50 mg/l
Maks 50 mgfl
I
bereaksi dengan gugus karbonil aldehid clan keton membentuk asetal serta dapat
dioksidasi menjadi asetaldehid dan asam asetat dengan bantuan katalis (Kirk dan
Othmer 1985). Dalarn dunia industri, etanol umumnya digunakan sebagai bahan
baku industri turunan alkohol, campuran minuman keras (seperti sake dan gin)
serta bahan baku farmasi, kosmetik, campuran bahan bakar kendaraan dan bensin
alkohol (Gasohol). Etanol sebagai campuran bahan bakar berfhgsi untuk
menambah volume BBM (Bahan Bakar Minyak), sebagai peningkat angka oktan
dan sumber oksigen untuk pembakaran yang lebih bersih pengganti Methyl Tetra
Buthyl Ether (MTBE).
Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol terbagi menjadi tiga grade,
diantaranya:
1). Grade industri dengan kadar alkohol90-94 %.
industri untuk bahan bakar, bahan pelarut organik, bahan baku spirtus, dan
bahan produk lain.
3). Etanol absolut
Etanol absolut adalah etanol dengan kadar yang sangat tinggi (795,5 % (vlv))
dan digunakan untuk obat-obatan, bahan pelarut, d m bahan antara produksi
senyawa lain.
Sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Sifat fisika dan kimia etanol absolut d m etanol teknis
Parameter
Etanol absolut
-112,3
78,4
Spesifik graviti
0,7851
Indek bias
1,3651
1,3633
I
Etanol telcnis
0,0122
0,0141
22,3
22,s
Panas spesifik
0,581
0,618
24,9
204
1,35 x
3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei
Penelitian yang dilakukan terdiri dari persiapan penelitian ymg terdiri dari
,pembuatan starter
alkohol, perlakuan inkubasi, pengujian (uji pH akhir, uji kadar etanol dan
- - -uji,
_-_
.
- - --- rendemen etanol) dan analisis data.
I
_
* 30 mesh,
sehingga
tun& pengabuan turun menjadi sekitar 200- -OC, cawan abu porselin didinginkan
selama 30 menit dan kemudian ditimbang beratnya.
Perhitungan kadar abu pada ampas rumput laut :
%KadarAbu = C - Axloo%
B-A
Keterangan : A = Berat cawan abu porselen kosong (gram)
B = Berat cawan abu porselen dengan ampas rumput laut (gram)
C = Berat cawan abu porselen dengan ampas rumput laut setelah
dikeringkan (gram).
(3). Kadar protein (AOAC 1995)
Sebanyak 0,5 g contoh dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl50 ml, kemudian
ditambahkan kjeltab dan 2,5 ml HzS04 pekat. Contoh didestruksi sampai cairan
benvanla hijau bening. Dibiarkan sampai dingin, kemudian dipindahkan ke
alat destilasi. Labu Kjeldahl dicuci dengan menggunakan akuades, kemudian air
tersebut dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 10 ml NaOH pekat
sampai berwarna coklat kehitaman, kemudian didestilasi. Hasil destilasi kemudian
ditampung dalam Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml H3B03 dan indikator
%N=
00 %
W1
(gram)
c. Pembuatan starter
Pembuatan
starter
untuk
fermentasi
diantaranya
melalui
proses
sampai larut,
digunakan untuk
adalah
jam dengan kondisi aerobi pada suhu 30 OC. Hasil biakan ini akan
suspensi, uji
gula pereduksi,
penambahan
nutrient
-3L$$vq13
Tepung ampas rumput laut sebanyak 100 gr dibuat larutan suspensi dengan
cara
tepung
dicampurkan
dengan
HC1
(v/v)
dengan
Dalam
suasana
akali
gula
pereduksi
&an
mereduksi
(I). Sample seharusnya dalam bentuk cairan jernih, jika tidak jernih atau banyak
mengandung komponen lain maka harus diperlakukan dulu seperti pada
prosedur periapan sample.
(4). Diencerkan sample bila diperlukan sampai dapat terukur pada kisaran
20 %-80 % T pada panjang gelombang 550 nrn. Digunakan air sebagai
blanko.
(5). Dibuat kurva standar dengan menggunakan larutan glukosa standar dengan
kisaran 0,2-5 mg/ml.
(6). Untuk sample yang sedikit mengandung glukosa, ditambahkan 10 mg
(7). Tiga ml pereaksi DNS akan bereaksi dengan lebih kurang 10 mg glukosa.
Oleh karena itu sample harus diencerkan dulu sampai kira-kira mengandung
< 5 mg glukosa.
Catatan:
(1). Reaksi pembentukan warna terjadi pada suasana basa, oleh karena itu.
sample yang bersifat asarn hams dinetralkan terlebih dulu dengan
penambahan NaOH.
(2). Metode ini tidak spesifik dan akan mengukur seluruh senyawa pereduksi.
Jika glukosa digunakan sebagai standar, maka untuk menentukan selobiosa,
nilai yang diperoleh 15 % lebih rendah dari yang sebenamya, sedangkan
untuk silosa 15 % lebih tinggi.
3). Penambahan nutrient
Cairan hasil hidrolisis ditambahkan nutrient berupa 0,5 % NPK (bh),
1 % ZA (bh), dan 2 % gula pasir (bh), diaduk hingga rata.
4). Pengaturan pH
pH larutan diatur antara 4-5, diambil nilai tengahnya rt 4,6 dengan cara
ditambahkanNaOH sedikit demi sedikit.
5). Pasteurisasi
Langkah selanjutnya adalah pasteurisasi pada suhu 80 OC selarna 5 menit,
lalu didinginkan hingga 30 menit.
Fermentasi utama dilakukan pada toples kaca 300 ml. Substrat berupa
cairan glukosa hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam 5 toples kaca 300 ml
masing-masing 200 ml. Starter ditambahkan sebanyak 10 %. Fermentasi
dilakukan pada kondisi anaerobii. Pipa kecil dipasang pada kepala toples kaca
yang sebelumnya ditutup, ujung pipa tersebut dibenamkan ke dalam air untuk
menangkap COzdan menghambat adanya sirkulasi udara bebas.
b. Perlakuan inkubasi
Perlakuan yang diberikan pada saat inkubasi atau waktu fermentasi (X)
adalah:
Pengujian yang
dilakukan
diantaranya uji pH
akhir fermentasi,
uji kadar etanol (penetapan berat jenis) dan uji rendemen etanol.
hasil
destilasi.
Hasil
fermentasi
dimasukkan ke
dalarn
tabung penyuling. Lalu panas diset pada 78 OC dan dibiarkan sampai tidak ada lagi
hasil destilasi yang menetes pada botol penampung. Setelah tertampung, hasil
destilasi dimasukkan ke dalam piknometer 50 ml tepat sampai tanda tera.
Dinding piknometer dikeringkan, lalu ditimbang. Piknometer dicuci dengan
aseton, dikeringkan dan dibiarkan pada suhu kamar, lalu ditimbang. Dengan
piknometer ini juga ditentukan juga berat 50 ml air suliig. Berat destilat diukur
dengan nunus:
A=- D - P
W-P
Keterangan:
A
= Berat jenis
destilat
Kadar etanol ditentukan dengan bantuan tabel hubungan berat jenis dengan
kadar etanol pada berbagai temperatur (A.O.A.C., 1995) (Lampiran 6).
3). Uji rendemen etanol
imbah pengolahan
I
+
Penyaringan (Nilon mesh 150)
Gula 2%,
NPK 0,596
Pasteurisasi
80C, 5 menit
d3
Media
Gambar 6 . Diagram alir pembuatan media fermentasi dari ampas rumput laut
Kappaphycus alvarezii
(Rinaldy, 1987 dimodifikasi)
Ragi 5gr
Air 100 ml
Homogenisasi
Ditumbuhkan di PDA
Mcubasi 48 jam
Suhu 25 - 30 OC
L---7-J+
1
Inkubasi 48 jam
suhu 25 - 30 OC
1
G
C
Diambil 10% dari media,
dimasukan ke dalam 200 ml media
Kultur starter
d m Media
c
3
Alkohol
Destilasi
I
Pengujian volume
rendemen etanol
Komposisi kimia dari suatu bahan merupakan kandungan zat yang terdapat
pada bahan dan mempunyai fungsi tertentu di dalam suatu proses yang melibatkan
bahan tersebut. Komposisi kimia dari suatu bahan dipengaruhi oleh proses
penanganan bahan tersebut (Fellows 2000). Komposisi kimia ampas rumput laut
sebagai hasil dari uji proksimat pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9.
(Lampiran 1.a).
b. Kadar abu
Kadar abu adalah sisa yang tertinggal bila suatu sampel bahan dibakar
sempurna di dalam suatu tungku. Kadar abu menggambarkan banyaknya mineral
yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat menguap (Winamo 1997). Kadar abu
ampas rumput laut kering yang diperoleh dari penelitian ini adalah 36,05 %
(Lampiran 1 .a).
c. Kadar lemak
Protein merupakan suatu zat yang terdapat pada makan yang sangat penting
untuk tubuh manusia, karena protein berfungsi sebagai bahan pengatur dan bahan
pembangun. Apabila protein terdenaturasi, maka lapisan molekul protein pada
bagian dalam yang bersifat hidrofilik cendemng keluar, sedangkan bagian luar
yang bersifat hidrofilik cenderung ke dalam (Winamo 1997). Kadar protein ampas
rumput laut kering yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1,86 % (Lampiran
1.a).
80% untuk hemisellulosa, 50-90 % untuk lignin dan 20-50 % untuk selulosa
(Glicksman 1983). Kadar serat kasar ampas rumput laut kering yang diperoleh
dari penelitian ini adalah 8.96 % (Lampiran 1.a).
f. Kadar karbohidrat
molekulnya,
polihidroksialdehid
karbohidrat
atau
suatu
lebih
tepat
polihidroksiketon.
didefinisikan
Berdasarkan
sebagai
reaksi
3 hari (Xl) yaitu pada pH 4,47 dan pH paling rendah pada waktu fermentasi 7 hari
(X5) yaitu pada pH 4,10 (Lampiran 3.b). Proses terjadinya penurunan pH
diakibatkan terbentuknya metabolit-metabolit selama proses
fermentasi
X4, X5 dan tidak berbeda nyata dengan hasil XI. X3 berbeda nyata dengan
dengan h a i l XI, X5 dan tidak berbeda nyata dengan hasil X2 dan X4. X4 berbeda
nyata dengan dengan h a i l X1, X5 dan tidak berbeda nyata dengan hasil X2 dan
X3. X5 berbeda nyata dengan dengan hasil XI, X2, X3, X4 (Lampiran 3.d).
4.4.Kadar Bioetanol
Kadar etanol merupakan perbandingan antara jumlah etanol dengan jumlah
total lamtan dan dinyatakan dalam (bh) atau (vlv). Kadar etanol adalah parameter
yang dapat menunjukkan kualitas dari etanol. Kadar alkohol yang dihasilkan dari
fermentasi tergantung dari jenis khamir yang digunakan, kadar gula, dan efisiensi
fermentasi. Kadar etanol sebagai hasil dari beberapa perlakuan waktu fermentasi
dapat dilihat pada Gambar l f .
Kadar etanol naik dari waktu fermentasi hari ke-3 (XI) sampai hari ke-6 (X4),
kemudian kadar etanol menjadi rendah pada hari ke-7 (35) &iran 4.a).
Kadar etanol paling tinggi terdapat pada hasil fermentasi media dengan waktu
6 hari (X5) yaitu 4.15 % (Lampiran 4.a). Hal ini diduga karena pada hari ke-6
fermentasi berjalan dengan optimum sehingga kadar etanol yang dihasilkan paling
tinggi.
Pada
hari
ke-6
(35)
diduga
pertumbuhan
dan
aktivitas
Kadar etanol yang paling rendah dihasilkan dari fermentasi media dengan
waktu fermentasi 3 hari (XI) yaitu 1,05 % (Lampiran 4.a). Hal ini diduga pada
hari ke-3 Saccharomyces cerevisiae belum bekerja secara optimal karena masih
dalam tahap beradaptasi, tumbuh dan memperbanyak d i i sehingga kadar etanol
yang
terbentuk
masih
sedikit.
Pada
awal
proses
fermentasi,
memanfaatkan
glukosa
untuk
tumbuh
dan
memperbanyak
diri
Pada hari ke-7 (X5) kadar etanol 3,3 % (Lampiran 4.a), ada beberapa
kemungkinan yang menyebabkan hal ini, diantamnya diduga proses fermentasi
pada hari ke-7 merupakan fase statis dan hampir menuju fase kametian sudah
berjalan lambat karena kandungan gula dan nutrien di dalam media semakin
sediit dan kemudian habis, sehingga Saccharomyces cerevisiae mengkonsumsi
hasil metabolitnya, sehingga kandungan etanol menjadi rendah.
Fase statis merupakan fase dimana kharnir populasi selnya tetap karena
jumlah sel yang mati sama dengan jumlah sel yang tumbuh. Ukuran sel pada fase
ini lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat nutrisi sudah mulai habis.
Fase kematian merupakan fase dimana sebagian populasi khamir mulai
mengalami kematian yang disebabkan karena nutrien sudah habis dan energi
cadangan dalam sel juga habis (Fardiaz 1992).
Aktivitas Saccharomyces cerevisiae dapat terhambat oleh etanol yang
terbentuk. Clark dan Mackie (1984) diacu dalam Subekti (2006) menyatakan
bahwa khamir sangat peka terhadap sifat penghambatan etanol, konsentrasi 1-2 %
(b/v) cukup menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi etanol 10 % (blv)
laju pertumbuhan khamir hampir berhenti.
Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan waktu fermentasi berpengaruh
nyata (p<0,05) terhadap kadar etanol (Lampiran 4.b). Uji lanjut Duncan
menunjukkan hasil X1 berbeda nyata dengan dengan hasil X3, X4, X5 dan tidak
berbeda nyata dengan hasil X2, Hasil X2 berbeda nyata dengan dengan hasil X3,
X4, X5 dan tidak berbeda nyata dengan hasil XI. X3 berbeda nyata dengan
dengan hasil X1, X2 dan tidak berbeda nyata dengan hasil X4 dan X5. X4 berbeda
nyata dengan dengan hasil XI, X2 dan tidak berbeda nyata dengan hasil X3 dan
X5. X5 berbeda nyata dengan hasil X1, X2, dan tidak berbeda nyata dengan X3
dan X4 (Lampiran 4.c).
4.5.Rendernen Bioetanol
Rendemen etanol adalah parameter yang dapat menunjukkan keberhasilan
dari proses fermentasi etanol. Semakin banyak rendemen etanol yang didapat
maka proses fermentasi berhasil dengan baik. Rendemen etanol sebagai hasil dari
beberapa perlakuan waktu fermentasi dapat dilihat pada Gambar 11.
XI
)a
x3
)V,
Pada
hari
ke-6
(X5)
diduga
pertutnbuhan
dan
aktivitas
Rendemen etanol yang paling rendah yaitu dari fermentasi media dengan
waktu fermentasi 3 hari (XI) yaitu 2,63 % (Lampiran 5.a). Hal ini diduga karena
pada hari ke-3 (XI) Saccharomyces cerevisiae belurn bekerja secara optimal
karena masih dalam tahap beradaptasi, tumbuh dan memperbanyak diri sehingga
rendemen etanol yang terbentuk masih sedikit. Pada awal proses fermentasi
Saccharomyces cerevisiae masih beradaptasi dengan lingkungannya dan
memanfaatkan
glukosa
untuk
tumbuh
dan
memperbanyak
diri
berjalan lambat karena kandungan gula dan nutrien di dalam media semakin
sedikit dan keadaan ini juga diduga disebabkan karena etanol sudah mengalami
oksidasi sehingga berubah menjadi asam asetat, sehingga pH media jadi turun
sehingga aktivitas Saccharomyces cerevisiae jadi terhambat.
Fase statis mernpakan fase dimana khamir populasi selnya tetap karena
jumlah sel yang mati sama dengan jumlah sel yang tumbuh. Ukuran sel pada fase
ini lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat nutrisi sudah mulai habis.
Fase kematian merupakan fase dimana sebagian popnlasi khamir mnlai
mengalami kematian yang disebabkan karena nutrien sudah habis dan energi
cadangan dalam sel juga habis (Fardiaz 1992).
khamir sangat peka terhadap sifat penghambatan etanol, konsentrasi 1-2 % (b/v)
cukup menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi etanol 10 % (blv)
laju pertumbuhan khamir hampir berhenti.
Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan waktu fermentasi berpengaruh
nyata (p<0,05) terhadap rendemen etanol (Lampiran 5.b). Uji lanjut Duncan
menunjukkan hasil X1 berbeda nyata dengan dengan hasil X3, X4, X5 dan tidak
berbeda nyata dengan hasil X2.Hasil X2 berbeda nyata dengan dengan hasil X3,
X4, X5 dan tidak berbeda nyata dengan hasil X1. X3 berbeda nyata dengan
dengan hasil XI, X2 dan tidak berbeda nyata dengan hasil X4 dan X5. X4 berbeda
nyata dengan dengan hasil XI, X2 dan tidak berbeda nyata dengan hasil X3 dan
X4. X5 berbeda nyata dengan dengan hasil XI, X2, dan tidak berbeda nyata X3,
X4 (Lampiran 5.c).
5.2. Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan kadar dan
rendemen etanol dengan perlakuan f a k b ~yang lain, diantaranya
hidrolisis enzinl, konsentrasi kamir, pemurnian, dan lain-lain.
b. Hasil penelitian diaplikasikan di masyarakat luas, contohnya untuk bahan
bakar alternatif pengganti minyak.
DAF'TAR PUSTAKA
Achmadi, S. S. 1989. Kimia Kayu. Bogor: Diktat Pusat Antar Universitas dan
Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor.
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Rmu Gigi Jakarta: P.T Gramedia Pustaka
Utama.
Amerine, M. A., R.E. Kunkee, C.S. Ough, V.C. Singleton dan A.D. Webb. 1980.
The Technologi of Wine Making, 4 4 ed. The AVI Publishing, Co.,
Westpotr, Connecticut.
Anggadireja, J., A. Zatnika, W. Syatrniko, S.I., dan Z. Moor. 1993. Teknologi
Produk Perikanan dalam Industri Farmasi; Potensi dan Pemanfaatan
Makro Alga Laut. Makalah Studium General Teknologi dan Altematif
Produk Perikanan dalam Industri Farmasi. Bogor: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Angka SL dan Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Pesisu
Lautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
20081.
. 2007.
Frazier, W.C. dan D.C. Westhoff. 1978. Food Microbiologi. New Delhi:
Mc. Graw - Hill Publising, Co. Ltd.
Glicksman, M. 1983. Food HydrocoNoids. Vol. 111. Boca Raton: CRC Press,
Florida.
Grethlein. 1978. Chemical Breakdown of Cellulosic Material. J: Appl. Chem.
Bioethanol. Reinhold Publ., Corporation, New York.
Hambali E, Mujdalipah S, Tambunan AH, Pattiwiri AW, Hendroko R. 2007.
Tehnologi Bioenergi. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Irham. 2002. Ekstraksi Karaginan.www. ivtek.com. [ 17 Maret 20081.
Irianto, H.E. 2006. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas
Terbuka Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Istini. 2008. Produksi Karagenan Nasional. www. bi.~o.id. [diakses tanggal
20 November 20081.
Junkz W.R. dan Pancoast. 1973. Hand Book of Sugar. The Avi Publishing
Company. Inc, Westport-Connecticut.
,7
P
21 lczarUniversitas
MJ, Jr. dan Chan ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi edisi 2. Jakark
Indonesia.
1
I
1
\
_J
Lampiran 1.
Lampiran 1.a. Tabel analisis proksirnat ampas rumput laut Kappaphycus alvarezii
Jenis Uji
Berat Basah %
Berat Kering %
Kadar Air
11.28
Kadar Abu
36.05
40.63
Lemak
0.35
0.37
Protein
1.86
2.10
Serat kasar
8.96
10.10
Karbohidrat
41.43
46.70
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata - rata
15 %
17 %
16 %
smpl 1
smpl2
Rataan
total sula
Pengenceran
riil mglml
1.5880
1.909
1.7485
11.016
0.0796
0.15149782
100
18.150
1.6920
1.860
1.776
11.016
0.0796
0.15399419
100
17.399
Lampiran 2.
Lampiran 2.a Gambar kurva standar total gula
K U N ~standartotal gula
Kons mg
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
Absorbansi 550 nm
0
0.0025
7
0.0965
0.152
0.208
0.26
0.311
0.3645
0.43
0.4895
Absorbansi
550 nm
Rataan
Blank01
Blanko
2
Rataan
Pereduksi
K u w a standar glukosa
Pengenceran
riil
pereduks
mglml
Lampiran 3
Lampiran 3.a. Tabel anova analisis ragam
ANOVA
pH
3
4
5
6
7
Ulangan 2 (%)
4.44
4.4
4.38
4.35
4.05
Db
Jk
F hit
Kt
Perlakuan
0.167
0.042
Galat
0.007
0.001
Total
0.173
j
Han Perlakuan
Hari ke 7
hari ke 6
hari ke 5
had
Harike
ke43
1.000
Sig.
Means for groups in homogeneoussubsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
,119
,189
31.859
Sig
0.001
Lampiran 4
Lampiran 4.a. Tabel kadar etanol
Uji kadar alkohol
XI
X2
X3
X4
X5
Ulangan I(%)
1.2
1.8
3.4
3.8
2.9
Ulangan 2 (%)
0.9
2.3
3
4.5
3.7
Jk
Db
Sumber Keragaman
Kt
Perlakuan
11.690
2.923
Galat
0.815
0.163
Total
12.505
F hit
17.929
Sig
0.004
HariPerlakusn
He" k e 3
ha" ke 4
hari ke 5
Hari ka 7
had ke 6
Sig.
N
2
2
2
2
2
,058
3.2000
3.3000
4.1500
371
A (beratjenis destilat)
D (berat piknometer yang berisi destilat) = 77,55 gr
P (Berat piknometer kosong) = 24,34 gr
Berat tersebut dibandingkan dengan d&ar bobot jenis dan kadar etanol pada
berbagai temperatur 20 OC (A.O.A.C., 1995). Sehingga kadar etanol yang didapat
Lampiran 5
Lampiran 5.a. Tabel rendemen etanol
Rendernen
Ulangan 1 (%)
Ulanaan 2 (%)
XI
X2
X3
X4
X5
3
4.5
8.5
9.5
7.25
2.25
5.75
7.5
11.25
9.25
2.63
5.13
8.00
10.38
8.25
Db
Jk
Kt
F hit
17.929
Perlakuan
73.063
18.266
Galat
5.094
1.019
Total
78.156
Duncan
Sig
0.004
Bobot jenis
'.
0,7905.
0,7910
0,7920
0,7930
0;7940
0,7950
0,7960
0,7970
0,7980
0,7990
0,SOOO
0,8010
0,8020
0,8030.
0,8040
0,8050
0,8060
0,8070
0,8080
0,8090
0,8100
0,8110
0,8120
0,8130
0,8140
0,8150
0,8160
0,8170
0,8180
0,8190
0,8200
0,8210
0,8220
0,8230
0,8240
0,8250
0,8260.
0,8270
%b/b
%v/v
100,O
99,8
995
992
98,9
98,6
98,2
97,9
97,5
97,2
96,9
100,O
99,9
99,s
99,5
99,3
99,l
98,9
98,7
98,s
98,3
98,l
973
97,7
97,4
972
969
96,7
96,4
962
95,9
95,7
95,4
95,l
94,9
94,6
94,4
94,l
93,8
93,6
93,3
93,O
92,7
92,4
92,l
91,s
91,6
91,3
91,O
96,s
962
95,s
953
95,l
94,8
94,4
94,l
93,7
93,4
93,O
92,6
923
91,9
91,5
912
90,8
90,s
90.1
89,7
89,3
88,9
88,6
88,2
87,s
87,4
87,l
Kadx etanol
Bobot jenis
0,8280
0,8290
0,8300
0,83 10
0,8320
0,8330
0,8340
0,8350
0,8360
0,8370
0,8380
0,8390
0,8400
0,8410
0,8420
0,8430
0.8440
0,8450
0,8460
0,8470
0,8480
0,8490
0,8500
0,8510
0,8520
0,8530
0,8540
0,8550
0,8560
0,8570
0,8580
0,8590
0,8600
0,8610
0,8620
0,8630
0,8640
0,8650
0,8660
0,8670
0,8680
%b/b
%vlv
86,7
86,3
86,O
85,6
852
84,8
84,3
83,9
83,5
83,l
82,7
823
81,9
81,s
81,l
80,7
80,3
79,9
79,s
79,1
78,7
78,2
77,s
77,4
77,O
76,6
76,2
75,8
75,4
75,O
74,6
74,l
73,7
73,3
72,9
72,s
72,O
71,7
71,3
70,9
70,4
90,s
90,s
90,2
89,9
89,6
893
89,O
88,8
88,5
88,2
87,8
87,s
872
86,s
86,4
86,l
85,7
85,4
85,I
8497
84,3
84,O
83,s
83,4
83,I
82,7
82,4
82,O
81,7
8lJ
81,O
80,6
843
79,9
79,s
79,2
78,8
78,4
78,O
77,7
773
Kadar etanol
Bobot jenis
0,8690
0,8700
0,8710
0,8720
0,8730
0,8740
0,8750
0,8760
0,8770
0,8780
0,8790
0,8800
0,8810
0,8820
0,8830
0,8840
0,8850
0,8860
0,8870
0,8880
0,8890
0,8900
0,8910
0,8920
0,8930
0,8940
0,8950
0,8960
0,8970
0,8980
0,8990
0,9000
09010
0,!3020
0,9030
OQO40
0,!9050
0,9060
0,9070
0,9080
0,9090
'
%b/b
%V/V
70,O
69,9
69,2
68,8
68,4
67,9
67,s
67,l
66,7
662
65,8
65,4
64,9
64,5
64,l
63,7
63,2
62,s
62,4
61,9
61,5
61,l
60,7
609
59,8
59,4
59,O
58,5
58,l
57,7
57,2
56,s
56,3
55,9
55,4
55,O
54,5
54,l
53,7
532
52,s
76,9
76,s
762
75,8
75,4
75,1
74,7
74,3
73,9
73,5
732
72,s
n,4
728
72,6
712
70,s
70,4
70,O
695
692
683
68,4
68,O
67,6
672
663
66,3
65,9
65,5
65,l
64,7
642
63,s
63,3
62,9
62,5
62,O
61,6
61,l
647
Kadar etanoi
B o b t jenis
0,9100
0,9110
0,9120
0,9130
0,9140
0,s 1SO
0,9160
0,9170
0,9180
0,9190
0,9200
0,92 10
0,9220
0,9230
0,9240
0,9250
0,9260
0,9270
0,9280
0,9290
0,9300
O,F3iG
0,9320
0,9330
0,9340
0,9350
0,9360
0,9370
0,9380
0,9390
0,9400
0,94 10
0,9420
0,9430
0,9440
0,9450
0,9460
0,9470
0,9480
0,9490
0,9500
'
%bh
%vlv
52,4
51,9
51,s
51,O
50,6
' 50,l
49,7
49,2
48,s
48,3
47,9
47.4
47,O
463
46,O
45,6
45,l
446
442
43,7
43,3
42,8
42,3
419
41,4
449
40,4
39,9
39,4
38,9
38,4
37,9
37,4
36,s
36,3
35,8
352
34,7
342
33,6
33,l
60,3
59,s
59,4
58,9
58,s
58,O
57,6
57,l
56,7
56J
55,7
552
54,8
54,4
53,8
53,3
52,s
52,3
51,s
51,3
50,s
50,3
49,s
49,3
483
48,8
47,8
47,3
46,7
462
45,6
45,l
44,5
440
43,4
42,s
422
41,6
41,O
40,4
39,s
Bobot jenis
0,9510
0,9520
0,9530
0,9540
0,9550
0,9560
0,9570
0,9580
0,9590
0,9600
0,9610
0,9620
0,9630
0,9640
09650
0,9660
0,9670
0,9680
0,9690
0,9700
0,9710
0,9720
0,9730
0,9740
0,9750
0,9760
0,9770
0,9780
0,9790
49800
0,9810
0,9820
0,9830
0,9840
0,!%50
0,9860
0,9870
0,9880
0,9890
0,9900
0,9910
'
Bobot jenis
0,9920
0,9930
0,9940
0,9950
0,9960
0,9970
0,9980
0,9990
1,0000
Kadar etano1
%b/b
%vlv
4,4
33
32
2,7
2,1
56
43
4,1
3,4
15
1,6
03
0,o
2,7
2,o
1,3
0,7
90
Lampiran 7.
Lampiran 7.a. Gambar dokumentasi proses
Rotavapor
Incubator
Spektrofotometr
Autoclave
Timbangan analitik
Kompor listrik
Erlenmeyer
Soxhlet
Aseton
HC1
NaOH
PDB
NPK
ZA
Fermipan