Oleh:
PARDIAN
2024
PROSES PENGOLAHAN DIMSUM IKAN BANDENG ( Chanos Chanos)
DI UKM UD SABILY LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG TIMUR,
LAMPUNG
Oleh
PARDIAN
NRP 57213113699
2024
PROPOSAL PRAKTIK
LAPANG I
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Praktik Lapang I yang berjudul “Proses Pengolahan Dimsum Ikan
Bandeng (Chanos Chanos) Di Ukm UD Sabily Labuhan Maringgai, Lampung
Timur, Lampung”. Proposal Praktik Lapang I ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti kuliah semester VI pada Program Studi Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Proposal Praktik Lapang I ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu: Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metode Praktik, dan Rancangan Kegiatan dan Anggaran
Dana. Bimbingan, koreksi, dan saran dari dosen pembimbing dalam mewujudkan
sebuah proposal ini diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi penulis.
Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung proposal ini,
namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
menyempurnakan proposal ini.
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktik Lapang I ini dengan
judul “Proses Pengolahan Dimsum Ikan Bandeng ( Chanos Chanos) Di Ukm UD
Sabily Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Lampung” dengan baik dan lancar.
Proposal Praktik Lapang I ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan perkuliahan semester VI Program Studi Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan (TPH) di Politenik Ahli Usaha Perikanan.
Penyusunan proposal ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami sebagai penyusun menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Ani Leilani, M.Si. Selaku Direktur Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
2. Bapak Mohammad Sayuti, S.ST.Pi., M.P. Selaku Ketua Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.
3. Ibu Heny Budi Purnamasari, S.St.Pi., M.S.T.Pi. Selaku Sekretaris
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikana.
4. Ibu Dr. Niken Dharmayanti, A . P i . , M . S i . Selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama penyusunan
proposal ini.
5. Ibu Aghitia Maulani, S.T.P., M.P. Selaku dosen pendamping yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyusunan proposal
ini.
6. Orang tua dan keluarga atas doa dan bantuan materi selama proses
penyusunan proposal.
7. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan proposal.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna
menjadi acuan bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Bandeng merupakan salah satu produk perikanan yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat. Menurut Saprianto (2007), potensi akuakultur air
payau, yakni dengan sistem tambak di pekirakan mencapai 931.000 ha yang
potensinya hampir telah dimanfaatkan 100% dan sebagian besar digunakan
untuk memelihara ikan bandeng (Chanos chanos) dan udang (Pennaeus sp).
Ikanbandeng merupakan suatu komoditas perikanan yang banyak digemari oleh
masyarakat karena rasanya yang enak dan gurih serta harganya yang cukup
terjangkau oleh segala lapisan masyarakat. Ikan bandeng digolongkan sebagai
ikan berpotensi tinggi dan berkadar lemak rendah. Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) telah mencatat bahwa, Indonesia memproduksi ikan bandeng
sebanyak 784.941,13 ton dengan nilai Rp15,56 triliun pada 2021. Jumlah
tersebut mengalami penurunan 3,97% dibandingkan pada tahun sebelumnya
yang sebanyak 817.366,56 ton dengan nilai Rp15,37 triliun (Sadya, 2022).
Keunggulan ikan bandeng dari segi kandungan gizi dan cita rasa
yang gurih sehingga dikatakan ikan susu (milkfish). Komposisi gizi per 100 gram
daging bandeng adalah energi 129 kkal, protein 20 g, lemak 4,8 g, kalsium 20
mg, fosfor 150 mg, besi 2 mg, vitamin A 150 SI, dan vitamin B1 0,05 mg,
ikan bandeng juga mengandung asam lemak tak jenuh yaitu asam lemak
Omega-3 dan Omega-6. ikan bandeng merupakan salah satu sumber
pangan yang sangat bergizi. Secara kualitatif, protein ikan mengandung
asam amino yang lebih banyak jenisnya dibandingkan dengan protein telur
ayam. Hampir semua jenis asam amino essensial dapat kita peroleh dari ikan,
yaitu; isoleusine, leusine, lysine, methionine, phenyla lamine, threonine,
trytophandan valin (BPPMHP, 2004). Disamping kelebihan ikan bandeng juga
mempunyai kekurangan yaitu ikan bandeng mempunyai tulang dan duri yang
banyak sehingga masyarakat kurang menyukai.
Diversifikasi produk hasil perikanan diharapkan dapat meningkatkan
pendayagunaan dan usaha pengolahan hasil perikanan untuk diolah menjadi
produk pangan yang bergizi tinggi, enak, murah, dan mudah didapat. Salah satu
produk perikanan adalah ikan bandeng. Diversifikasi olahan produk ikan
bandeng merupakan upaya untuk mencukupi selera masyarakat dalam
mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein. Dengan demikian, pengembangan
produk ikan bandeng akan mendorong minat petambak untuk melakukan
peningkatan produksi dan tentunya akan mendorong peningkatan olahan
ikan bandeng (Istihastuti et al, 1997). Contoh produk diversifikasi yaitu abon nila,
abon tuna, abon lele, otak-otak tuna, otak-otak bandeng dan dimsum ikan
bandeng.
Salah satu UKM di Lampung yang mengolah produk diversifikasi adalah
UKM UD Sabily. UKM UD Sabily merupakan salah satu UKM yang berada di
kelurahan Bandar Negeri Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung
Timur, Provinsi Lampung. UKM ini mengolah ikan bandeng menjadi produk
diversifikasi seperti dimsum ikan bandeng. Dimsum biasanya dikukus dan
disajikan dalam wadah bambu, dengan tujuan agar tetap hangat saat disantap
dan biasanya dimakan sebagai sarapan pagi atau pendamping untuk minum teh.
Dimsum merupakan jenis makanan yang cukup populer di Indonesia dan banyak
sekali ditemukan diberbagai restoran. Dimsum yang dijual biasanya
menggunakan kulit tipis yang terbuat dari tepung terigu atau biasa disebut kulit
pangsit. Penggemar makanan kecil tradisional China ini cukup banyak, karena itu
potensi pasarnya cukup menggiurkan. Dimsum menjadi salah satu santapan
yang dijadikan gaya hidup beberapa tahun belakangan ini, terutama bagi mereka
yang tinggal di kota-kota besar (Chendawati, 2017). Dimsum ikan memiliki
kelebihan yaitu mempunyai cita rasa yang tinggi dan bernilai ekonomis, ikan
bandeng yang dijadikan sebagai bahan bakunya juga mempunyai banyak
kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Berdasarkan hal tesebut,
penulis tertarik untuk mengambil judul ‘’Proses Pengolahan dimsum ikan
Bandeng Di UKM UD Sabily Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Lampung”.
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktik lapang I ini adalah :
1. Mengamati alur proses pengolahan di ukm Ud Sabily.
2. Mengamati Penerapan GMP dan SSOP.
3. Mengetahui penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB).
4. Melakukan evaluasi buku manual penerapan skp
5. Mengetahui proses pengajuan SKP secara online
6. Melakukan analisa usaha
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Subclass : Teleostei
Ordo : Gonorynchiformes
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Ikan bandeng memiliki bentuk tubuh yang panjang, ramping, padat, pipih,
dan oval yang menyerupai torpedo. Seluruh permukaan tubuh ikan bandeng
tertutupi oleh sisik yang berwarna keperakan, dan pada bagian tengah tubuh
terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor. Ukuran
kepala ikan bandeng seimbang dengan ukuran tubuhnya, berbentuk lonjong dan
tidak bersisik. Sirip dada ikan bandeng terbentuk dari lapisan semacam lilin,
berbentuk segitiga, yang terletak di belakang insang di samping perut. Sirip
punggung pada ikan bandeng terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak
jauh dibelakang tutup insang dan berbentuk segiempat. Sirip punggung tersusun
dari tulang sebanyak 14 batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung
dan berfungsi untuk mengendalikan diri pada saat berenang. Sirip perut terletak
pada bagian bawah tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Terdapat
sirip ekor yang ukurannya paling besar dibandingkan sirip-sirip lainnya yang
terletak di bagian paling belakang tubuh ikan bandeng. Bagian depan tubuh ikan
bandeng berbentuk runcing, semakin ke pangkal ekor bagian tubuhnya semakin
lebar dan membentuk sebuah gunting terbuka. Sirip ekor ini berfungsi sebagai
kemudi laju tubuhnya ketika bergerak. Ikan bandeng memiliki dua jenis kelamin
yaitu jantan dan betina, bandeng jantan dapat diiketahui dari lubang anusnya
yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil sedangkan bandeng betina
memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari ikan bandeng.
(Purnomowati, dkk., 2007).
Ikan bandeng termasuk jenis ikan eurihalin, sehingga ikan bandeng dapat
dijumpai di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama masa
perkembangannya, ikan bandeng menyukai hidup di air payau atau daerah
muara sungai. Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut
untuk berkembang biak (Purnomowati, dkk., 2007). Pertumbuhan ikan bandeng
relatif cepat, yaitu 1,1-1,7% bobot badan/hari (Sudrajat, 2008). Ikan bandeng
bisa mencapai berat rata-rata 0,60 kg pada usia 5-6 bulan jika dipelihara dalam
tambak (Murtidjo, 2002). Enam Ikan bandeng mempunyai kebiasaan makan
pada siang hari. Di habitat aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan
mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis
seperti plankton, udang renik, jasad renik, dan tanaman multiseluler lainnya.
Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya. (Purnomowati,
dkk., 2007) Pada waktu larva, ikan bandeng tergolong karnivora, kemudian pada
ukuran fry menjadi omnivore. Pada ukuran juvenil termasuk ke dalam golongan
herbivore, dimana pada fase ini juga ikan bandeng sudah bisa makan pakan
buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng kembali berubah menjadi
omnivora lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton, bentos lunak, dan
pakan buatan berbentuk pellet (Aslamyah, 2008).
Vitamin A, IU Iu 100
Lemak
Asam lemak, totalsaturated Gr 1.660
Asam lemak, total Gr 2.580
Monounsaturated Gr 1.840
Asam lemak, total Mg 52
Poliyunsaturated
Kolestrol
Asam amino
Tryptophan Gr 0.230
Threonin Gr 0.900
Isoleousin Gr 0.946
Leusin Gr 1.669
Lisin Gr 1.886
Metionin Gr 0.608
Sistin Gr 0.220
Phenylalanin Gr 0.802
Tyrosin Gr 0.693
Valin Gr 1.058
Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Refrence (2009)
e. Residu kimia*
2) Kloramdenikol - Tidak boleh
3) Malachite green dan - Tidak boleh
leuchomalachite green****
4) Nitrofuran - Tiak boleh
(SEM,AHD,AOZ,AMOZ)*****
f. Racun Hayati*
Ciguatoksin - Tidak boleh
Catatan
* Bila diperlukan
** Bila ikan predator
*** Untuk ikan scombroudae
(scombroid), clupeidae,
pomatomidae coryphaenedae
**** untuk ikan hasil budidaya
***** untuk ikan karang
Sumber: (BSN, 2013)
Pencucian Pengemasan
Penyiangan Pendinginan
Pencucian Pengukusan
Pelumatan/Pencacahan pengadonan
d. Cemaran mikroba
Merkuri (Hg) Mg/kg Maksimum 0,5
Maksimum 1,02
Mg/kg Maksimum 0,2
Timbal (Pb)
Maksimum0,42
Mg/kg Maksimum0,1
Kadmium(Cd) Maksimum 0,32
e. Cemaran fisik
5) Filth Potongan 0
e. Histamin Mg/g Maksimum 100
Catatan
1) Keamanan air
Air merupakan komponen penting dlm industri pangan yaitu sebagai bagian
dari komposisi; untuk mencuci produk; membuat es/glazing; mencuci
peralatan/sarana lain; untuk minum dan sebagainya, karena itu dijaga agar tidak
ada hubungan silang antara air bersih dan air tidak bersih (pipa saluran air hrs
teridentifikasi dengan jelas) (Susiwi, 2009). Sumber air yang digunakan dalam
industri pangan :
1) Air PAM, biasanya memenuhi standar mutu ;
2) Air sumur, peluang kontaminasinya sangat besar, karena adanya banjir,
septictank, air pertanian dan sebagainya;
3) Air laut (digunakan industri perikanan) harus sesuai dengan standar air
minum, kecuali kadar garam.
2) Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan
Semua peralatan dan perlengkapan yang kontak dengan bahan pangan
harusdidesain dan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan 2 Peralatan
dan perlengkapan harus dibersihkan dengan metode yang efektif (Triharjono
dkk, 2013).
3) Pencegahan kontaminasi silang
Kontaminasi silang sering terjadi pada industri pangan akibat kurang
dipahaminya masalah ini. Beberapa hal untuk pencegahan kontaminasi silang
adalah : tindakan karyawan untuk pencegahan, pemisahan bahan dengan
produk siap konsumsi, disain sarana prasarana (Susiwi, 2009). Pekerja tidak
boleh menggunakan perhiasaan selama proses produksi. Pekerja dilarang
berbicara selama proses berlangsung. Pekerja wajib menggunakan masker,
penutup kepala dan sarung tangan (Triharjono dkk, 2013).
4) Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet
Kondisi fasilitas cuci tangan, toilet dan sanitasi tangan sangat penting untuk
mencegah terjadinya kontaminasi terhadap proses produksi pangan.
Kontaminasi akibat kondisi fasilitas tersebut akan bersifat fatal, karena
diakibatkan oleh bakteri patogen (Susiwi, 2009). Fasilitas sanitasi dan cuci
tangan harus mudah dijangkau pekerja. Penyediaan mesin alat pengering
tangan. Penyediaan toilet harus cukup untuk pekerja, 50-100 minimal 3 toilet,
dan harus dijaga kebersihannya (Triharjono dkk, 2013).
5) Proteksi dari bahan-bahan kontaminan
Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa produk pangan, bahan pengemas,
dan permukaan kontak langsung dengan pangan terlindung dari kontaminasi
mikrobial, kimia dan fisik (Susiwi, 2009). Bahan pangan dan non pangan masing
– masing harus terlindungi dari cemaran fisik, kimia dan biologi. Tempat dapat
menampung dan jauh dari lokasi produksi. Penggunaan bahan kimia harus
mengikuti aturan penggunaan (Triharjono dkk, 2013).
6) Pelabelan, penyimpanan dan penggunaan bahan toksin yang benar
Tujuan monitoring ini adalah untuk menjamin bahwa pelabelan, penyimpanan
dan penggunaan bahan toksin adalah benar untuk proteksi produk dari
kontaminasi (Susiwi, 2009). Bahan pangan dan non pangan harus disimpan
terpisah untuk menghindari kontaminan. Pengemasan harus dapat
meminimumkan dari cemaran fisik, kimia dan biologis (Triharjono dkk, 2013).
7) Pengawasan kondisi kesehatan personil yang dapat mengakibatkan
kontaminasi
Tujuan dari kunci ini adalah untuk mengelola personil yang mempunyai
tandatanda penyakit, luka atau kondisi lain yang dapat menjadi sumber
kontaminasi mikrobiologi (Susiwi, 2009). Pengawas dan pengecekan kesehatan
karyawan harus dilakukan secara rutin. Pekerja yang dalam kondisi sakit, luka
dapat menjadi sumber kontaminan pada proses pengolahan, kemasan dan
produk akhir tidak boleh masuk sampai kondisinya normal (Triharjono dkk, 2013).
8) Menghilangkan hama pengganggu dari unit pengolahan
Tujuan dari kunci ini menurut Susiwi (2009) adalah menjamin tidak adanya
pest (hama) dalam bangunan pengolahan pangan. Beberapa pest yang mungkin
membawa penyakit yaitu:
1) Lalat dan kecoa : mentransfer Salmonella, Streptococcus,
C.botulinum, Staphyllococcus, C.perfringens, Shigella
2) Binatang pengerat : sumber Salmonella dan parasit
3) Burung : pembawa variasi bakteri patogen Salmonella dan Listeri
3 METODE PRAKTIK
3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan pada pengolahan dimsum adalah ikan
bandeng dalam keadaan segar. Bahan tambahan yang digunakan adalah
bawang merah, bawang putih, jahe, tepung tapioka, telur, garam, gula, es,
minyak goreng, penyedap rasa.
S = √s
Keterangan :
n = Banyaknya panelis
2
S = Keragaman nilai mutu
1,96 = Koefisien standar deviasi pada taraf 95%
X = Nilai mutu dari panelis ke-1, dimana i=1
sampai n S = Simpangan baku nilai mutu
2) Pengujian sensori
Pengujian sensori dilakukan pada tahap akhir proses sesuai SNI dimsum
ikan. Pengujian sensori ini dilakukan sebanyak 10 kali pengamatan oleh 6 orang
panelis agak terlatih terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur produk dimsum
ikan. Untuk menghitung interval nilai mutu rata-rata dari setiap panelis digunakan
rumus sebagai berikut:
∑𝑛 𝑋𝑖
𝑋̅ 𝑖=1
𝑛
=
𝑛 −
𝑖 ∑𝑖=1( 𝑥1− 𝑋)2
2 =
S 𝑛
S = √s
Berat Akhir
Rendemen = x 100%
Berat Awal
Jadwal
Penyusunan
Kegiatan Minggu Penyusunan Penyelesain Pelaksanan Studi
laporan
Rancana ke proposal administrasi praktik Pustaka
akhir
Kegiatan
1
2
Februari
3
4
1
2
maret
3
4
1
2
april
3
4
1
2
mei
3
4
1
2
juni
3
4
1
2
juli
3
4
1
2
agustus
3
4
Total 7.400.000
DAFTAR PUSTAKA
Kode
Spesifikasi Nilai
1 2 3 4 5 6 7
1. Kenampakan
a. Mata
- Bola mata cembung, kornea dan
9
pupiljernih, mengkilap spesifik jenis
ikan
- Bola mata rata, kornea dan pupil
8
jernih,agak mengkilap spesifik
jenis ikan
- Bola mata rata, kornea agak keruh,
pupil agak keabu-abuan, agak 7
mengkilap spesifik jenis ikan
- Bola mata agak cekung, kornea
agak keruh, pupil agak keabu- 6
abuan, agak mengkilap spesifik
jenis ikan
- Bola mata agak cekung, kornea
keruh.pupil agak keabu- 5
abuan, tidak mengkilap
- Bola mata cekung, kornea keruh,
3
pupilkeabu-abuan, tidak mengkilap
- Bola mata sangat cekung,
korneasangat keruh, pupil abu- 1
abu, tidak mengkilap
b. Insang
- Warna insang merah tua atau
coklat kemerahan, cemerlang 9
dengan sedikit sekali lendir
transparan
- Warna insang merah tua atau
coklat kemerahan, kurang 8
cemerlang dengan sedikit lendir
transparan
- Warna insang merah muda atau
7
coklat muda dengan sedikit lendir
agak keruh
- Warna insang merah muda atau
6
coklat muda dengan lendir agak
keruh
- Warna insang merah muda atau
5
coklat muda pucat dengan lendir
keruh
- Warna insang abu-abu atau coklat
keabu-abuan dengan lendir putih
susu bergumpa 3
- Warna insang abu-abu, atau coklat
keabu-abuan dengan lendir coklat
bergumpal 1
c. Lendir Permukaan Badan
2. Daging
3. Bau
- Netral
6
4. Tekstur