) DALAM
PRODUK KALENG DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES
PEKALONGAN, JAWA TENGAH
OLEH :
KHAIRANITA KURNIAWATI
JOMBANG JAWA TIMUR
Praktek Kerja Lapang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
KHAIRANITA KURNIAWATI
NIM : 141111060
Mengetahui;
Menyetujui;
Dosen Pembimbing,
Oleh :
KHAIRANITA KURNIAWATI
NIM : 141111060
KOMISI PENGUJI
Ketua
Anggota
RINGKASAN
Ikan sarden merupakan salah satu ikan komoditas penting dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk olahan. Salah satu
jenis ikan sarden yaitu ikan lemuru. Ikan ini sangat mudah mengalami kerusakan
(perishable food) dan cepat membusuk, sehingga perlu adanya pengolahan
terhadap ikan jenis ini. Jenis pengolahan yang dapat mengawetkan ikan dalam
jangka waktu yang lama yaitu dengan cara pengalengan. Tujuan dari Praktek
Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan kerja serta mengetahui hambatan dalam usaha pengalengan ikan
sarden dan manajemen perusahaan.
Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di Jalan Jlamprang, Desa Krapyak
Lor, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah pada
tanggal 20 Januari-15 Februari 2014. Metode kerja yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder.
Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, partisipasi aktif
dan studi pustaka.
PT. Maya Food Industries merupakan perusahaan swasta nasional dan
berbentuk badan hukum perseroan terbatas. Perusahaan ini selain bergerak
dibidang pengalengan ikan juga mampu memproduksi produk perikanan lain
seperti surimi, bakso ikan, fish stick dan sebagainya. Dalam menjalankan
usahanya dipimpin oleh seorang Managing Director yang dibantu oleh manajer
pada 10 departemen. Pengalengan ikan terdiri dari tahap persiapan bahan baku,
thawing udara, pemotongan dan pengeluaran isi perut, pencucian pertama,
pengisian ikan ke dalam kaleng, cek pengisian dan cek kebersihan, pre cooking
selama 20 menit pada suhu 90C, penirisan produk dari air pre cooking, pengisian
medium saus tomat kekentalan 28-30 Brix dengan menyisakan head space
SUMMARY
temperature of 117C and the pressure around 0.70-0.80 kg/cm2 during 80-90
minutes, cooling, incubating for 7 days, labelling and packaging, and storage.
Barriers encountered these company is the availability of fish lemuru does not
always exist so that the production process does not always run regularly, the
machine is disturbed amid production activities and floods that caused the can
easily corroded.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang (PKL) tentang
teknik pengalengan ikan sarden ini dapat terselesaikan. Karya ilmiah ini disusun
berdasarkan hasil praktek kerja lapang yang telah dilaksanakan pada perusahaan
pengalengan ikan sarden yaitu PT. Maya Food Industries yang terletak di Jalan
Jlamprang, Desa Krapyak Lor, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan
pada tanggal 20 Januari hingga 15 Februari 2014. Tidak lupa, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT karena telah memberikan limpahan rahmatNya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini
dengan tepat waktu.
2. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moril dan
materil kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya praktek kerja lapang
ini dengan baik.
3. Ibu Prof.Dr.Drh.Hj. Sri Subekti, B.S.,DEA. selaku Dekan Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga yang memberikan kesempatan kepada
penulis dalam melaksanakan praktek kerja lapang.
4. Bapak Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak
penyusunan proposal hingga terselesaikannya penyusunan laporan Praktek
Kerja Lapang (PKL) ini dengan tepat waktu.
5. Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes dan Bapak Agustono, Ir., M.Kes sebagai
Dosen Penguji pada sidang Praktek Kerja Lapang (PKL) dan memberikan
masukan yang membangun kepada penulis.
6. Bapak Eka Setyadi S.T sebagai Pembimbing Lapangan kerja praktek yang
memberikan ilmu, pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama penulis
melakukan praktek kerja lapang di PT. Maya Food Industries.
7. Bapak Jones H. Simbolon S.H sebagai Kepala HRD yang telah mengizinkan
penulis dalam melaksanakan praktek kerja lapang di PT. Maya Food
Industries dan telah memberikan masukan dan ilmunya kepada penulis.
8. Bapak Sugeng, Mas Riski Hermawan, Ibu Titik, Ibu Win dan seluruh
karyawan PT. Maya Food Industries yang memberikan ilmu dan informasi
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................
iv
SUMMARY ...................................................................................
vi
viii
xiii
xiv
xv
PENDAHULUAN ....................................................................
4
4
6
8
8
9
10
10
11
13
14
17
17
18
27
27
27
27
27
29
30
30
30
31
32
33
33
33
34
40
43
47
47
54
59
61
62
62
64
64
65
66
67
68
68
70
71
72
73
74
75
77
78
80
80
81
82
82
83
85
LAMPIRAN ...................................................................................
88
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
10
23
41
49
51
60
61
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
45
45
62
63
64
65
.......................................................
66
67
68
68
70
71
......................................................................
71
73
74
...............................
75
76
76
77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
88
89
90
94
98
99
101
102
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini yaitu :
1. Mengetahui teknik pengolahan ikan sarden untuk dijadikan produk kaleng
hingga dapat dipasarkan di PT. Maya Food Industries Pekalongan, Jawa
Tengah
2. Mengetahui manajemen perusahaan yang diterapkan di PT. Maya Food
Industries Pekalongan, Jawa Tengah
3. Mengetahui permasalahan yang timbul baik dalam proses pengalengan ikan
sarden maupun dalam kegiatan manajemen perusahaan di PT. Maya Food
Industries Pekalongan, Jawa Tengah
1.3 Manfaat
Dengan adanya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, mahasiswa diharapkan
mampu untuk meningkatkan wawasan, keterampilan, serta mendapatkan
pengalaman baru dalam teknik pengalengan ikan sarden. Selain itu mahasiswa
mendapat gambaran secara langsung kondisi di lapangan mengenai pengalengan
ikan yang dilakukan oleh perusahaan pengolahan ikan serta mengetahui kendala
yang sering ditemui oleh perusahaan pengolahan ikan dalam kegiatan
pengalengan ikan setiap bulannya.
II
TINJAUAN PUSTAKA
: Animalia
: Chordata
: Actinopterygii
: Clupeiformes
: Clupeidae
: Sardinella
: Sardinella sp.
Sardinella lemuru
Sardinella fimbriata
Sarden memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang, posisi
sudut mulut ikan tersebut satu garis lurus dengan sisi bawah bola mata, tubuh
berbentuk torpedo, sirip punggung berbentuk sempurna dan terletak di
pertengahan dengan permulaan dasar di depan sirip perut, sirip dada di bawah
linea lateralis, sirip perut sub abdominal, sirip ekor berbentuk bulan sabit (Saanin,
1986 dalam Swagger, 2012).
Beberapa dari jenis Sardinella ada yang hampir menyerupai satu sama
lainnya, beberapa ada yang mempunyai perbedaan morfologis, yang menandakan
bahwa ikan itu berbeda spesiesnya (Dwiponggo, 1982 dalam Syakila, 2009).
Perbedaan morfologis ini dapat berupa perbedaan warna tubuh seperti yang
terlihat pada S. fimbriata dengan warna hijau kebiruan pada bagian badan atas,
sedangkan warna biru gelap di bagian yang sama pada S. lemuru Bleeker (Syakila,
2009).
menyebar dan akan muncul ke permukaan apabila cuaca mendung disertai hujan
gerimis. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya temperatur permukaan
(Adianto, 1993 dalam Aprilia, 2011).
Ikan sarden ini menghuni perairan tropis yang ada di daerah Indo Pasifik,
dari teluk Aden sampai dengan perairan Filipina (Sujastani dan Nurhakim, 1982
dalam Aprilia, 2011). Ikan ini tersebar di Lautan India bagian timur yaitu Phuket,
Thailand, di pantai-pantai sebelah selatan Jawa Timur dan Bali, Australia sebelah
barat dan Lautan Pasifik sebelah barat (Laut Jawa ke utara sampai Filipina, Hong
Kong, Taiwan sampai selatan Jepang). Di Indonesia, selain di perairan Selat Bali
dan sekitarnya, ikan ini terdapat juga di sebelah selatan Ternate dan Teluk Jakarta
(Whitehead, 1985 dalam Nababan 2009).
Lemuru Bali (S. lemuru) dapat ditangkap secara musiman yakni mulai
awal musim penghujan di sekitar Selat Bali (bulan September-Oktober) hingga
akhir musim dibulan Februari-Maret. Puncak penangkapan berlangsung sekitar
bulan Desember-Januari. Diluar musim tersebut, ikan S. lemuru ini sulit
ditemukan, diduga ikan-ikan ini berpindah ke lapisan perairan yang lebih dalam
(IFT Fishing, 2013).
2.1.3 Reproduksi
Menurut Merta (1992) dalam Nababan (2009), ikan-ikan sarden yang
tertangkap di perairan Selat Bali diperkirakan memijah pada bulan Juni-Juli.
Tempat pemijahan diperkirakan tidak jauh dari pantai Selat Bali, ditandai dengan
tertangkapnya ikan-ikan sarden kecil oleh bagan-bagan tancap di Teluk Pangpang
pada Bulan Juni. Diperkirakan ada kelompok ikan yang memijah pada bulan
Oktober sampai November. Ikan cenderung datang ke pantai untuk bertelur
karena salinitasnya rendah. Kemungkinan ikan lemuru di Selat Bali memijah pada
akhir musim hujan setiap tahun, tetapi proses pemijahan ikan ini masih belum
diketahui. Pemijahan dan migrasi ikan ini dapat terjadi secara tiba-tiba dalam
jumlah yang besar seperti pada spesies S. aurita dan S. longiceps, hal ini
berkaitan dengan kondisi hidrologi (terutama suhu).
2.1.4 Makanan
Penelitian yang dilakukan Merta (1992) dalam Nababan (2009)
menunjukkan bahwa lemuru (S. longiceps) adalah pemakan zooplankton dan
fitoplankton terutama copepoda. Zooplankton merupakan makanan utama,
menduduki presentase sekitar 90,52%-95,54%, sedangkan fitoplankton berjumlah
sekitar 4,46%-9,48%. Copepoda dan decapoda merupakan komponen zooplankton
tertinggi
yang
masing-masing
menduduki
tempat
pertama
dan
kedua
Dalam kaitan ini Merta (1992) dalam Nababan (2009) berpendapat bahwa
pada musim barat (November-Pebruari) lemuru didapatkan di tepi Selat Bali
dimana jenis plankton didapatkan dalam jumlah yang besar. Pada musim timur
(Juni-Agustus) terjadi upwelling di Selatan Jawa dan di Selat Bali. Hal ini
menyebabkan produktivitas primer meningkat tinggi dan memungkinkan
makanan utama ikan sarden berubah menjadi fitoplankton.
10
Menurut FAO, komposisi ikan lemuru dalam keadaan segar dan kering
sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi kimia ikan sarden menurut FAO
Komposisi Kimia dalam 100 gram Daging Ikan Sarden
Segar
Kering
Satuan
Energi
112
170
Kalori
Lemak
3.2
1.1
Gram
Protein
19.4
37.4
Gram
Karbohidrat
Gram
Air
76
45.5
Persen
Serat
Gram
Abu
1.4
16
Gram
Kalsium
96
228
Miligram
Fosfor
220
315
Miligram
Besi
1.4
3.6
Miligram
Natrium
61
Miligram
Kalium
420
Miligram
Thiamine
0.01
0.01
Miligram
Riboflavin
0.07
0.1
Miligram
Niacin
7.6
14.5
Miligram
11
Keberadaan
A. Formulasi Strategi
Meliputi kegiatan untuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi
peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan
12
memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Karena tidak ada organisasi
yang memiliki sumber daya tidak terbatas, penyusun strategi harus memutuskan
alternatif strategi mana yang akan memberikan keuntungan terbanyak. Keputusan
formulasi strategi mengikat organisasi terhadap produk, pasar, sumber daya dan
teknologi yang spesifik untuk periode waktu yang panjang (David, 2004).
B. Implementasi Strategi
Mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat
kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga
strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Pelaksanaan strategis
mencakup mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan
struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan
anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, serta
menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi (David, 2004).
Implementasi strategi disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen
strategis. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk
menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan. Kemampuan
interpersonal
sangatlah
penting
dalam
implementasi
strategi.
Aktivitas
C. Evaluasi Strategi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari manajemen strategis. Evaluasi
strategi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi kapan strategi tidak dapat
13
14
tingkat perusahaan dan kemudian pada dua tingkat bawah adalah orang dalam
tingkat yang sama dengan staf di perusahaan besar (David, 2006).
A. Strategi Integrasi
Strategi integrasi ini terdiri dari integrasi kedepan (Forward Integration
Strategy), integrasi kebelakang (Backward Integration Strategy) dan integrasi
horisontal (Horizontal Integration Strategy). Integrasi kedepan merupakan strategi
yang menghendaki agar perusahaan mempunyai kemampuan yang besar terhadap
pengendalian para distributor atau pengecer, bila perlu dengan memilikinya. Hal
ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah dengan
pendistribusian barang atau jasanya, sehingga mengganggu pendistribusian
tersebut dengan sumber daya yang dimiliki. Alasan lain, karena distribusi tersebut
memiliki prospek yang baik untuk dimasuki (David, 2006).
Integrasi kebelakang merupakan strategi untuk mencari kepemilikan atau
meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok ketika
pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Seperti keterlambatan dalam pengadaan
bahan, kualitas bahan yang menurun, biaya yang meningkat, sehingga tidak lagi
dapat diandalkan (David, 2006).
15
B. Strategi Intensif
Penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk
kadang-kadang disebut sebagai strategi intensif karena ketiganya membutuhkan
usaha intensif jika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini
akan membaik. Penetrasi pasar merupakan strategi yang berusaha untuk
meningkatkan
pemasaran yang lebih besar. Tujuan dari strategi ini untuk meningkatkan pangsa
pasar dengan usaha pemasaran yang maksimal (David, 2006).
Pengembangan pasar bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan
penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk atau jasa yang
ada sekarang atau dengan kata lain memperbaiki dan atau mengembangkan
produk yang sudah ada (David, 2006).
Pengembangan
produk
yaitu
strategi
yang
bertujuan
untuk
16
C. Strategi Diversifikasi
Strategi diversifikasi ini dapat terdiri atas tiga bentuk kegiatan antara lain
diversifikasi konsentrik (Concentric Difersification Strategy), diversifikasi
konglomerat (Conglomerate Diversification Strategy) dan diversifikasi horisontal
(Horizontal Diversification Strategy). Diversifikasi konsentrik
ini dapat
dilaksanakan dengan cara menambah produk atau jasa yang baru tetapi masih
berhubungan. Tujuan strategi ini untuk membuat produk baru yang berhubungan
untuk pasar yang sama (David, 2006).
Diversifikasi konglomerat merupakan strategi dengan menambahkan
produk atau jasa yang tidak saling berhubungan. Tujuan strategi ini untuk
menambah produk baru yang tidak saling berkaitan untuk pasar yang berbeda.
Sedangkan diversifikasi horisontal merupakan strategi yang dilakukan dengan
menambahkan produk dan jasa yang baru, tetapi tidak saling berhubungan untuk
ditawarkan kepada konsumen yang ada sekarang (David, 2006).
D. Strategi Defensif
Sebagai tambahan atas strategi integratif, intensif dan diversifikasi,
organisasi juga dapat menjalankan retrenchment, divestasi, atau likuidasi.
Retrenchment merupakan strategi yang dapat dilaksanakan ketika suatu organisasi
mengelompokkan ulang melalui pengurangan asset dan biaya untuk membalikkan
penjualan dan laba yang menurun. Retrenchment disebut juga berputar
(turnaround) yang dirancang agar perusahaan mampu bertahan pada pasar
persaingannya. Retrenchment dapat melibatkan penjualan tanah dan gedung untuk
meningkatkan kas, memotong lini produk, menutup bisnis yang labanya sangat
17
tipis, menutup pabrik yang tua dan kuno, mengotomatisasi proses, mengurangi
jumlah karyawan dan menetapkan sistem kontrol pengeluaran (David, 2006).
Strategi divestasi merupakan strategi menjual satu divisi atau bagian dari
perusahaan. Strategi ini sering digunakan dalam rangka penambahan modal dari
suatu rencana investasi atau untuk menindaklanjuti strategi akuisisi yang telah
diputuskan untuk proses selanjutnya. Strategi ini dapat dilaksanakan melalui
reduksi biaya dan aset perusahaan (David, 2006).
Strategi likuidasi merupakan strategi menjual seluruh asset perusahaan
yang dapat dihitung nilainya. Strategi ini bertujuan untuk menghentikan operasi
perusahaan atau menutup perusahaan daripada meneruskan akan tetapi rugi
(David, 2006).
2.3 Pengalengan
2.3.1 Pengertian Pengalengan
Pengalengan merupakan salah satu bentuk pengolahan dan pengawetan
ikan modern yang dikemas secara hermatis dan kemudian disterilkan. Bahan
pangan dikemas secara hermetis dalam suatu wadah baik kaleng, gelas, atau
alumunium. Pengemasan secara hermetis dapat diartikan bahwa penutupannya
sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan oksidasi
maupun perubahan cita rasa (Adawyah, 2008).
Pengalengan merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bahan
makanan, terutama ikan dan hasil perikanan lainnya dari pembusukan. Dalam
pengalengan ini daya tahan ikan yang diawetkan jauh lebih bagus dibandingkan
pengawetan cara lain. Namun dalam hal ini dibutuhkan penanganan yang lebih
18
intensif serta ditunjang dengan peralatan yang serba otomatis. Sebab dalam proses
pengalengan, ikan atau hasil perikanan lain dimasukkan dalam suatu wadah yang
ditutup rapat agar udara maupun mikroorganisme perusak yang datang dari luar
tidak dapat masuk. Selanjutnya wadah dipanasi pada suhu tertentu dalam jangka
waktu tertentu pula untuk mematikan mikroorganisme yang ikut terbawa pada
produk yang dikalengkan (Murniyati dan Sunarman, 2004). Pada pengalengan,
yang perlu diwaspadai adalah bakteri anaerob seperti Clostridium botulinum yang
tahan terhadap suhu tinggi. Bakteri menyukai suhu diatas 55C (Adawyah, 2008).
19
A. Persiapan Bahan
Penyiapan wadah terdiri dari proses pembersihan wadah sebelum dipakai
dan pemberian kode. Untuk pembersihan wadah dapat dilakukan dengan wadah
dicuci terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari sisa-sisa air pencuci.
Sedangkan untuk pemberian kode pada wadah perlu diberikan kode tentang
tingkat kualitas bahan yang diisikan, tanggal, tempat dan nomor dari batch
pengolahan. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan jika ada
suatu kerusakan atau kelainan yang terjadi pada produk akhir yang dihasilkan
(Hudaya, 2008).
Penyiapan bahan mentah dapat terdiri dari sortasi dan grading, pencucian,
pengupasan atau pemotongan bahan mentah. Sortasi dilakukan untuk memilih
bahan yang masak optimal untuk buah-buahan dan bahan yang berkualitas untuk
sayuran, daging atau ikan. Sortasi dan grading dapat dilakukan berdasarkan
ukuran atau diameter, berat jenis atau warna. Selanjutnya proses pembersihan,
proses ini dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari bahan baku
dapat dilakukan dengan cara pencucian dengan air dingin untuk sayur-sayuran dan
buah-buahan, dan menghilangkan bagian-bagian yang tidak diinginkan untuk
daging dan ikan. Pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam atau
menyemprot bahan dengan air (Hudaya, 2008).
Pengupasan dilakukan untuk membuang bagian-bagian yang tidak dapat
dimakan dan tidak diinginkan, seperti kulit, tangkai, bagian-bagian yang cacat
atau busuk, dan lain sebagainya. Blansing dilakukan pada sayur-sayuran dan
buah-buahan. Blansing dapat dilakukan dengan merendamnya sebentar dalam air
20
mendidih atau dengan uap air panas, kemudian diikuti dengan pendinginan dalam
air (Hudaya, 2008).
Untuk bahan yang dibekukan dilakukan dengan uap air panas, sedangkan
pada bahan yang akan dikalengkan digunakan blansing dengan cara perendaman
dalam air panas. Dan proses terakhir dengan penambahan bahan tertentu, dapat
diberikan larutan garam dengan konsentrasi 1-3 % sebagai media untuk sayursayuran, daging dan ikan, minyak dipakai untuk pengalengan ikan, larutan sirup
(sukrosa atau glukosa) untuk pengalengan buah-buahan (Hudaya, 2008).
21
udara (head space), memperoleh produk yang konsisten dan menjaga berat bahan
secara tetap (Utami, 2012).
C. Pengisian Medium
Medium pengalengan adalah larutan atau bahan lainnya yang ditambahkan
kedalam produk waktu proses pengisian. Jenis-jenis medium yang biasa
digunakan adalah larutan garam, sirup, kaldu dan minyak. Larutan garam
digunakan untuk bahan pangan yang tidak asam, sirup digunakan untuk buahbuahan, kaldu untuk daging dan minyak digunakan untuk ikan dan hasil perikanan
lainnya. Medium pengalengan tersebut dapat memberikan cita rasa pada produk
kalengan, dan juga berfungsi untuk mengurangi waktu sterilisasi, dengan cara
meningkatkan proses perambatan panas serta dapat mengurangi korosi kaleng
dengan cara menghilangkan udara (Adawyah, 2008).
D. Penghampaan Udara
Menurut Muchtadi (1994) dalam Utami (2012), penghampaan udara
(exhausting) adalah proses pengeluaran sebagian besar oksigen dan gas-gas lain
dari dalam wadah agar tidak bereaksi dengan produk sehingga tidak
mempengaruhi mutu, nilai gizi dan umur simpan produk kalengan. Exhausting
juga dilakukan untuk memberikan ruang bagi pengembangan produk selama
proses sterilisasi sehingga kerusakan wadah akibat tekanan dapat dihindari dan
untuk meningkatkan suhu produk didalam wadah sampai mencapai suhu awal
(initial temperature). Penutupan wadah dilakukan setelah proses penghampaan
udara (exhausting) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pembusukan.
22
F. Sterilisasi
Menurut Muchtadi (1994) dalam Utami (2012), sterilisasi adalah operasi
yang paling penting dalam pengalengan makanan. Sterilisasi tidak hanya
bertujuan untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan patogen, tetapi juga
berguna untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari
penampilannya, teksturnya dan cita rasa sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu,
proses pemanasan ini harus dilakukan pada suhu yang cukup tinggi untuk
23
24
25
G. Pendinginan (Cooling)
Pendinginan dilakukan sampai suhunya sedikit diatas suhu kamar (3540C) dengan maksud agar air yang menempel pada dinding wadah cepat
menguap sehingga terjadinya karat dapat dicegah. Tujuan pendinginan adalah
untuk mencegah lewat pemasakan (over cooking) dari bahan pangan serta
mencegah tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum
mati (Hudaya, 2008).
Adawyah (2008) menambahkan bahwa apabila pendinginan terlalu lambat
dilakukan maka produk akan cenderung terlalu masak sehingga akan merusak
tekstur dan cita rasa. Selain itu, selama produk berada pada antara suhu ruang dan
proses, pertumbuhan spora dan bakteri tahan panas akan distimulir. Pendinginan
juga mengakibatkan bakteri yang masih bertahan hidup akan shock dan kemudian
akan mati.
H. Penyimpanan
Suhu penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu makanan kaleng.
Suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan cita rasa, warna, tekstur
26
dan vitamin yang dikandung oleh bahan, akibatnya akan menyebabkan terjadinya
reaksi kimia. Selain itu, juga memacu pertumbuhan bakteri yang pada saat proses
sterilisasi sporanya masih dapat bertahan (Adawyah, 2008).
Hudaya (2008), menambahkan bahwa suhu penyimpanan yang dapat
mempertahankan kualitas bahan yang disimpan adalah 15C. Suhu penyimpanan
yang tinggi dapat mempercepat terjadinya korosi dan perubahan tekstur, warna,
rasa serta aroma makanan kaleng. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut
maka penyimpanan harus memenuhi syarat yaitu suhu rendah, RH (kelembaban
udara) rendah dan ventilasi atau pertukaran udara didalam ruangan penyimpanan
harus baik. Penyimpanan bertujuan agar makanan yang dikalengkan tidak berubah
kualitasnya maupun kenampakannya sampai saat akan diangkut atau dipasarkan.
28
peneliti dapat mengumpulkan data sesuai dengan yang diinginkan karena data
yang tidak relevan dapat dieliminasi atau setidaknya dikurangi (Nazir, 2011).
A. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan
pertanyaan secara lisan kepada sumber. Teknik wawancara dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu melalui tatap muka atau melalui telepon (Sangadji dan
Sopiah, 2010). Wawancara pada praktek kerja lapang ini dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang sejarah pendirian perusahaan, struktur organisasi,
ketenagakerjaan perusahaan, pemasaran, teknik pengalengan ikan sarden dan
hambatan yang dihadapi dalam proses pengalengan ikan di PT. Maya Food
Industries.
B. Observasi
Observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek, obyek atau
kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan yang
diteliti (Sangadji dan Sopiah, 2010). Pada kegiatan praktek kerja lapang ini,
observasi dilakukan pada proses kedatangan bahan baku, penyimpanan ikan di
dalam cold storage, pemotongan ikan, pencucian, pengisian dalam kaleng,
penimbangan, pemasakan awal ikan, pengisian saus tomat, penutupan kaleng,
sterilisasi kaleng, pemberian label pada kaleng dan karton, pengemasan,
penyimpanan, pengelolaan water treatment serta sarana prasarana perusahaan.
29
C. Partisipasi Aktif
Partispasi aktif dilakukan dengan berpartisipasi didalam berbagai situasi
dan berperan aktif didalamnya (Nazir, 2011). Partisipasi aktif yang dilakukan
pada kegiatan pengalengan ikan sarden ini meliputi kegiatan pemotongan ikan,
pencucian, pengisian dalam kaleng, penimbangan, pemberian label pada kaleng
dan karton, sortasi kaleng penyok dan pengemasan.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara. Data sekunder yang didapatkan pada praktek
kerja lapang ini berupa dokumentasi, majalah, koran, buku catatan atau laporan
yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Data sekunder yang didapatkan berupa struktur organisasi perusahaan, tata letak
bangunan, dokumentasi peralatan dan proses pengalengan, sertifikat ISO,
HACCP, GMP dan MUI.
31
resmi berdiri pada tahun 1995 dengan Akte Pendirian No: 236 tanggal 16
November dihadapan Notaris Misahardi Wilamarta S.H berkedudukan di Jakarta
dan Akte Cabang No: 36 tanggal 10 April 1996 dihadapan Notaris Issudariyah
Andi Mualim S.H berkedudukan di Pekalongan.
PT. Maya Food Industries Pekalongan awalnya merupakan cabang
perusahaan produksi terutama untuk merek Botan yang mendapatkan lisensi dari
Mitsui Co. Ltd Jepang. Pemasaran produk dilakukan oleh PT. Indo Maya Mas
Jakarta sebagai distributor untuk pasar dalam negeri dan Wayan SDN BHD yang
terletak di Malaysia sebagai distributor untuk pasar luar negeri. Namun,
perusahaan ini akhirnya diberikan kuasa sebagai perusahaan yang juga melakukan
pemasaran untuk merek asli dari PT. Maya Food Industries seperti Ranesa dan
Sesibon. PT. Maya Food Industries bekerjasama dengan supplier yang membantu
dalam penyediaan bahan baku, baik dari dalam maupun luar negeri. Perusahaan
ini juga bekerjasama dengan buyers atau pemesan dalam hal penjualan, dimana
kegiatan produksi suatu jenis merek tertentu ditentukan oleh permintaan buyers
atau pemesan seperti merek Polo Star, Alam Indo, Janus dan sebagainya.
32
PT. Maya Food Industries pada bagian utara berhadapan langsung dengan Pantai
Utara Laut Jawa, bagian timur terdapat Sungai Banger, bagian Selatan
bersebelahan dengan Desa Klego, dan di bagian Barat di batasi oleh Sungai
Pekalongan yang mengalir menuju ke Pantai Utara. Selain perusahaan berada di
dekat pusat kota, perusahaan ini juga terletak dekat dengan Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Pekalongan.
Terdapat keuntungan dari letak perusahaan tersebut, diantaranya
perusahaan yang terletak di sekitar pemukiman warga memudahkan untuk
mencari tenaga kerja musiman dan borongan. Tenaga kerja ini dibutuhkan saat
kegiatan produksi sedang tinggi dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak
untuk mempercepat proses produksi. Letak perusahaan yang dekat dengan pusat
kota ini memudahkan dalam mobilisasi baik kontainer yang memasok bahan baku
maupun kontainer yang membawa produk untuk dipasarkan. Selain itu,
perusahaan yang dekat dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPN Pekalongan
mempermudah dalam menyediakan bahan baku ikan lokal sehingga menekan
biaya produksi dari segi transportasi, serta ikan masih dalam keadaan segar.
33
34
perusahaan bisa tetap tumbuh dan tetap beroperasi (Sarika, 2009). Adapun tujuan
jangka pendek PT. Maya Food Industries ini terdiri dari :
1. Meningkatkan volume penjualan.
2. Mendapatkan keuntungan yang optimal.
Untuk tujuan jangka panjang yaitu memaksimalkan nilai perusahaan
sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dan para pemegang saham
lainnya (Sarika, 2009). Adapun tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh
PT. Maya Food Industries yaitu :
1. Mengadakan perluasan pabrik dan pemasaran.
2. Menjaga kontinyuitas perusahaan.
Tujuan perusahaan ini rutin dilakukan evaluasi yang merupakan tahap
akhir dari manajemen strategis (David, 2004). Tujuan jangka pendek PT. Maya
Food Industries dievaluasi setiap tiga bulan sekali sedangkan tujuan jangka
panjang dievaluasi setiap setahun sekali. Menurut Kaurvaki (2012), tujuan
evaluasi perusahaan adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan
perusahaan serta untuk mengetahui posisi perusahaan dan tingkat pencapaian
sasaran perusahaan, terutama untuk mengetahui bila terjadi keterlambatan atau
penyimpangan agar dapat segera diperbaiki, sehingga sasaran atau tujuan dapat
tercapai.
35
didalam
36
karena saling mengenal. Sedangkan kelemahan sistem garis ini yaitu manajer
harus menerima tanggung jawab lengkap atas sejumlah bidang tugas yang
mungkin tidak memiliki keahlian untuk itu, ada kecenderungan pimpinan untuk
bertindak otoriter, organisasi secara keseluruhan terlalu bergantung pada satu
orang dan kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas (Mayowan, 2012).
PT. Maya Food Industries terdiri dari 10 departemen utama (top
management) yang langsung dibawah pimpinan yang disebut managing director
(MD) atau sama dengan CEO. Managing director PT. Maya Food Industries
sebagai pimpinan perusahaan mewakili pemilik saham untuk mengendalikan
aktivitas internal perusahaan, mengkoordinasikan semua unsur-unsur yang ada di
dalam perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai wakil
dari perusahaan dalam hal berhubungan dengan pihak luar serta bertanggung
jawab pada dewan komisaris. Adapun tugas setiap departemen antara lain :
A. Pemasaran (Marketing)
Departemen ini bertugas untuk menjalin komunikasi dengan calon
pemesan dan melakukan negosiasi awal seperti melakukan kontrak kerja dan
mendiskusikan spesifikasi pesanan. Selain itu apabila produk yang dipesan telah
menjadi produk jadi, maka departemen ini kembali menghubungi pemesan dan
melakukan proses pembayaran atas produk yang telah dipesan dan memastikan
produk diterima oleh pemesan. Sedangkan untuk produk yang menggunakan
merek asli dari PT. Maya Food Industries maka bagian pemasaran langsung
berhubungan dengan para distributor yang akan memasarkan produk tersebut.
37
C. QC (Quality Control)
Departemen quality control ini melakukan kegiatan pengawasan terhadap
mutu bahan baku, produk yang masih dalam proses produksi dan juga
pengawasan terhadap produk jadi. Manajer QC bertanggung jawab untuk
menjalankan sistem keamanan kualitas produk dengan standar dan prosedur ISO
(International Organization for Standardization), HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point), dan GMP (Good Manufacturing Practice) serta apabila
terjadi suatu masalah pada produk di pasaran maka dilakukan kegiatan investigasi
untuk kemudian melakukan proses penarikan produk dari pasaran. Departemen
QC juga dapat mengawasi kinerja para pekerja serta mengawasi sanitasi karyawan
dan perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin kualitas produk sehingga
tetap memenuhi standar yang telah ditentukan.
38
D. Pembelian (Purchasing)
Departemen
purchasing
memiliki
tugas
untuk
mengoordinasikan
39
40
4.2.4 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan kegiatan
produksi. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pengalengan ikan ini berbentuk
padat karya yang membutuhkan jumlah karyawan banyak terutama pada bagian
pemotongan, pembersihan dan pengisian sehingga dapat memenuhi permintaan
41
pasar maupun pemesan dengan tepat waktu. PT. Maya Food Industries memiliki
jumlah karyawan sebanyak 621 orang yang berasal dari daerah disekitar
Pekalongan dan Batang. Adapun rincian tenaga kerja pada PT. Maya Food
Industries terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah karyawan PT. Maya Food Industries
Jumlah
No.
Jenis Karyawan
1.
Total
Laki-laki
Perempuan
36
16
52
2.
Karyawan Kontrak
73
17
90
3.
Karyawan Musiman
441
448
4.
Karyawan Borongan
20
11
31
136
485
621
Total
42
B. Karyawan Kontrak
Merupakan karyawan yang dikontrak oleh perusahaan untuk bekerja
dalam jangka waktu tertentu (biasanya 6-12 bulan). Apabila masa kontrak telah
habis, karyawan tersebut dapat diberhentikan. Namun apabila karyawan tersebut
dinilai berprestasi maka dapat diusulkan untuk menjadi pegawai tetap atau
diperpanjang masa kerjanya oleh departemen yang bersangkutan. Gaji yang
diberikan oleh karyawan tersebut setiap satu bulan sekali.
C. Karyawan Musiman
Merupakan karyawan yang bekerja sebagai tenaga inti produksi namun
status kerjanya tidak tetap. Karyawan musiman ini dibutuhkan apabila terdapat
produksi pada unit departemen tertentu, dengan jumlah paling banyak pada
departemen MS. Karyawan ini dapat berasal dari dalam maupun dari luar Kota
Pekalongan. Sistem penggajian diberikan oleh perusahaan setiap satu minggu
sekali.
D. Karyawan Borongan
Merupakan karyawan dengan status kepegawaian yang tidak tetap.
Karyawan ini dipekerjakan apabila perusahaan sedang produksi dan mendapat
upah sesuai dengan volume atau bahan yang telah dikerjakan. Upah karyawan ini
dibayarkan setiap satu minggu sekali.
Hari kerja yang ditetapkan oleh perusahaan untuk karyawan tetap dan
kontrak yaitu dengan enam hari kerja, dimulai dari hari Senin sampai dengan
Sabtu. Waktu kerja untuk hari Senin sampai Kamis dimulai pada pukul 08.00
43
WIB sampai pukul 12.00 WIB kemudian waktu istirahat selama satu jam dan
dilanjutkan kembali pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Untuk hari Jumat, istirahat diperpanjang setengah jam mulai pukul 11.30 WIB
sampai pukul 13.00 WIB. Dan untuk hari Sabtu jam kerja lebih pendek dimulai
dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 14.30 WIB dengan waktu istirahat yang sama
dengan hari Senin sampai hari Kamis. Sedangkan untuk karyawan musiman dan
borongan dibagi menjadi tiga shift waktu kerja. Shift 1 dari pukul 07.00-15.00
WIB, shift 2 dari pukul 08.00-16.00 WIB, dan shift 3 dari pukul 10.00-18.00
WIB. Untuk kesejahteraan karyawan maka perusahaan memberikan tunjangan
hari raya (THR), cuti, hari libur, jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK),
upah lembur, dan sebagainya.
Jumlah karyawan di PT. Maya Food Industries setiap tahunnya tidak
selalu sama, hal ini dikarenakan produksi yang dilakukan juga tidak sama.
Fluktuasi jumlah karyawan terutama karyawan musiman dan borongan ini
bergantung pada permintaan konsumen atau pemesan terhadap suatu produk
terutama sarden atau makarel kaleng dan tersedianya stok bahan baku ikan yang
akan diolah. Bila perusahaan tidak sedang produksi maka perusahaan akan relatif
sepi, begitu pula sebaliknya.
44
Sedangkan produk yang merupakan kerjasama PT. Maya Food Industries dengan
Mitsui Co. Ltd Jepang yaitu merek Botan. Merek lainnya seperti Janus, Polo Star,
Alam Indo, Pomo, Grino, Tantan, Maroc, Continental Blue merupakan merek
yang menggunakan nama perusahaan pemesan sebagai produsennya, baik dari
dalam maupun luar negeri. Semua produk pengalengan ikan yang diproduksi oleh
PT. Maya Food Industries sudah mendapatkan sertifikat halal dari LP-POM MUI
dengan No. 00030010810999. PT. Maya Food Industries juga telah mendapatkan
Sertifikat Kelayakan Pengolahan dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan No. 1157/33/SKP/KL/IV/2013 yang akan ditinjau
setiap dua tahun sekali. Sertifikat lain yaitu sertifikat Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008. Sertifikat Majelis Ulama Indonesia (MUI), GMP dan ISO
terdapat pada Lampiran 3.
PT. Maya Food Industries tidak hanya memproduksi sarden dan makarel
kaleng, namun dapat juga memproduksi berbagai jenis olahan dari ikan seperti
surimi, bakso ikan, scallops, otak-otak, fish stick, kepiting kaleng dan sebagainya.
Namun untuk produk-produk tersebut
memproduksi bila ada pesanan saja. Perusahaan ini belum memproduksi produk
tersebut dengan nama PT. Maya Food Industries dan dipasarkan secara luas
karena perusahaan menganggap produk tersebut dinilai lebih sepi konsumennya
dan lebih banyak pesaingnya dibanding sarden dan makarel kaleng. Tidak ada
merek dagang khusus yang diberikan oleh PT. Maya Food Industries pada produk
surimi karena surimi merupakan produk pesanan yang biasanya dipesan oleh
perusahaan luar negeri yang juga dikemas dengan nama perusahaan pemesan.
45
Sarden dan makarel kaleng yang diproduksi oleh perusahaan ini terdiri
dari tiga jenis kaleng yaitu kaleng 202 (kaleng ukuran kecil), kaleng 301 (kaleng
ukuran besar) dan club can kaleng yang berbentuk datar horisontal. Kaleng ini
digunakan berdasarkan merek produk yang telah ditentukan seperti merek Botan
menggunakan kaleng 301 dan kaleng 202, sedangkan merek Pomo menggunakan
kaleng tipe club can.
46
47
konsentrik ini dapat dilaksanakan dengan cara menambah produk atau jasa yang
baru tetapi masih berhubungan. Tujuan strategi ini untuk membuat produk baru
yang berhubungan untuk pasar yang sama.
48
49
(gram)
Unit 1
Unit 2
Unit 3
Unit 4
155
2520
1680
2240
2240
425
972
648
864
864
50
seperti ini yaitu ikan lemuru yang akan dijadikan produk sarden kaleng. Alat
tersebut memiliki permukaan yang berlubang dan kasar sehingga ketika mesin
berputar akan mengelupas sisik ikan. Mesin tersebut juga didesain memiliki sekat
yang berputar sampai ujung sehingga ikan akan keluar dengan sendirinya. Mesin
ini sekaligus dapat mencuci ikan dari kotoran yang masih melekat.
H. Mesin Pembuat Saus
Mesin ini digunakan untuk memasak pasta saus, Modified Corn Starch
(MCS), air dan garam menjadi satu hingga siap digunakan sebagai medium
kaleng sekaligus pemberi rasa untuk produk. Mesin beroperasi dengan bantuan
uap panas, serta memiliki prinsip kerja berdasarkan pengadukan dan pemindaian
panas terhadap saus sehingga saus dapat tercampur rata. Perusahaan memiliki
mesin pemasak saus sebanyak empat buah dengan kapasitas 750 liter.
I. Alat Penutup Kaleng (Can Seamer)
Merupakan alat pengepres yang digunakan untuk menutup kaleng secara
sempurna baik kaleng tipe 202, kaleng tipe 301 dan club can. Menggunakan
tenaga listrik dan tekanan untuk dapat mengepres kaleng. Mesin ini mampu
melakukan penutupan kaleng sebanyak 220 kaleng per menit. Cara kerja mesin ini
dengan cara melipat bagian kaleng silinder dengan tutup yang masih berlebih,
lipatan dilakukan lebih dari satu, hal ini berguna untuk lebih menjamin kaleng
tidak mengalami kebocoran saat disterilisasi. Alat penutup kaleng yang dimiliki
oleh PT. Maya Food Industries sebanyak empat unit yaitu dua unit empat head
yang digunakan untuk kaleng berukuran 202 x 308 dan 301 x 407, sedangkan
sisanya enam head untuk kaleng berukuran 202 x 308 dan 301 x 407. Mesin
51
penutup kaleng yang digunakan dari Taiwan dengan merek Shin-I. Adapun
kapasitas mesin penutup kaleng tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Kapasitas kaleng penutup kaleng (Can Seamer)
Jenis
Jenis
Kapasitas
Mesin
Seamer 4 head
Seamer 6 head
Kaleng
(kaleng/menit)
120 kaleng
132 kaleng
164 kaleng
186 kaleng
52
53
permukaan tutup kaleng. Cara kerja alat ini dengan cara kaleng dilewatkan
melalui conveyor dan ketika kaleng menyentuh sensor mesin akan langsung
mencetak. Alat berjalan secara otomatis dengan menggunakan sistem yang hanya
perlu diatur satu kali penggunaan. PT. Maya Food memiliki satu buah unit mesin
pembuat kode produksi yang berada di ruang pengepakan.
P. Pallet
Pallet berfungsi sebagai alas untuk menjaga produk maupun bahan
pengemas dari kelembaban tinggi yang dapat merusak produk dan kemasan.
Pallet juga mempermudah pemindahan ke tempat lain dengan cara diangkut
menggunakan forklift.
Q. Katrol Mekanis
Katrol yang digunakan jenis semi otomatis karena masih dikendalikan
oleh operator untuk bergerak dan berfungsi untuk mengangkat basket berisi
kaleng yang telah ditutup sehingga mempermudah transportasi ikan dalam ruang
produksi. PT. Maya Food Industries memiliki lima buah katrol. Satu katrol
digunakan untuk mengangkut keranjang dari bak penampung kaleng sementara,
tiga buah berada dibagian retort, dan satu buah katrol yang berada diruang
printing digunakan untuk mengangkut ikan kaleng yang sudah didinginkan.
R. Cold Storage
PT. Maya Food Industries memiliki cold storage yang berfungsi untuk
tempat penyimpanan bahan baku ikan lemuru dan scomber. Perusahaan ini
memiliki tiga cold storage dibagian depan dan belakang perusahaan. Di dalam
54
satu cold storage terdiri dari sebuah ante room dan enam ruang holding freezer.
Didalam satu ruang holding freezer mampu menampung enam kontainer, dengan
berisi bahan baku ikan didalam satu kontainer sebanyak 28 ton ikan.
S. Forklift
Forklift merupakan kendaraan bertenaga diesel yang digunakan untuk
memindahkan karton-karton berisi produk setelah dikemas ke gudang
penyimpanan dan pemindahan dari kontainer. Selain itu, forklift juga berfungsi
membawa bahan baku seperti kaleng dan karton dari tempat yang telah
ditentukan. Penggunaan forklift dilengkapi dengan pallet untuk meletakkan bahan
atau produk sehingga mempermudah pemindahan.
55
56
dilakukan oleh BKI Semarang selama kurang lebih lima hari. Ikan yang masih
dalam pemeriksaan oleh BKI Semarang akan disegel dan tidak diperbolehkan
untuk digunakan dalam proses produksi, selain itu di dalam internal perusahaan
juga dilakukan kegiatan pengujian di dalam labolatorium perusahaan untuk
memastikan ikan yang digunakan tidak berbahaya. Faktor yang menjadi perhatian
pemeriksaan menurut SNI 01-4110.1-2006 yaitu tes organoleptik, kandungan
formalin, bakteri E. coli, Vibrio cholerae, Salmonella dan Parasit Anisakis. Tes
organoleptik menggunakan score sheet ikan segar sesuai SNI 01-2729.1-2006 dan
ikan beku sesuai SNI 01-4110.1-2006 (dapat dilihat pada Lampiran 4) yaitu
minimal 7 serta dilakukan uji formalin dengan test kit, dimana tidak boleh ada
kandungan formalin. Apabila ikan telah dinyatakan bebas dari kandungan
formalin serta mikroorganisme berbahaya, maka ikan telah siap digunakan untuk
produksi ikan kaleng.
Ikan impor dalam pengiriman di kontainer dan di dalam ruangan
penyimpanan (cold storage) perusahaan ikan memiliki suhu ruangan -18C,
sesuai dengan SNI 3548.3:2010. Irving dan Sharp (1976) dalam Koswara (2009)
mengatakan bahwa pada umumnya sebagian besar bahan pangan akan
mempunyai mutu penyimpanan yang baik sekurang-kurangnya 12 bulan bila
disimpan pada suhu -18C. Bila suhu penyimpanan naik 3C maka kecepatan
kerusakan akan berlipat ganda. Namun pada saat kegiatan praktek lapang ini
diketahui terdapat ikan yang datang disimpan dalam cold storage yang bersuhu
-11C. Hal ini dikarenakan dua tempat penyimpanan lainnya (bersuhu -18C)
telah penuh sehingga digunakanlah tempat penyimpanan lama yang bersuhu lebih
57
tinggi. Menurut Koswara (2009) makanan yang disimpan pada suhu -15C atau
-12C hanya akan memiliki daya simpan masing-masing enam bulan atau tiga
bulan saja. Kondisi tersebut menyebabkan diterapkannya prinsip First Expired
First Out (FEFO) yaitu ikan yang disimpan dalam tempat penyimpanan bersuhu
-11C harus digunakan terlebih dahulu.
B. Pasta Saus
Pasta saus yang digunakan diimpor dari China dan dikemas dengan
alumunium foil sebagai kemasan primer dan drum sebagai kemasan sekunder
sehingga mempermudah transportasi. Keunggulan pasta saus dari China yaitu
harga relatif lebih murah, penyediaan dapat dalam jumlah besar dan kontinyu,
serta kualitasnya terjamin. Pemasok pasta saus dari China yaitu UrumQi Amkey
Tarding Inc. dan Tianjin Won-Star Internasional Trade Co Ltd. Saus tomat tidak
diberi perlakuan khusus saat akan digunakan. Pemeriksaan yang dilakukan pada
saus hanya kadar gula, warna, flavour dan kekentalan saus yang disesuaikan
dengan produk ikan kaleng yang akan dibuat. Biasanya untuk sarden kaleng
digunakan tingkat kekentalan 28-30 Brix yang diukur dengan menggunakan Brix
Meter. Dalam penyimpanannya, pasta saus ini diletakkan diatas pallet untuk
menghindari bersentuhan langsung dengan lantai yang lembab.
C. Modified Corn Starch (MCS)
Tepung jagung termodifikasi berfungsi sebagai penstabil pasta tomat
sehingga diperoleh emulsi pasta tomat yang homogen dan stabil. MCS yang
digunakan untuk sarden kaleng ini diimpor dari Thailand. MCS sebelum
58
digunakan dalam proses produksi, terlebih dahulu dilihat keadaan barang tersebut
sehingga menjamin kelayakan penggunaan bahan.
D. Garam
Garam yang digunakan yaitu garam beryodium sesuai dengan SNI
3584.3:2010. Garam memiliki fungsi untuk menambah atau meningkatkan cita
rasa dan memperpanjang masa simpan produk. Garam dipasok dari PD. Niaga
Cirebon.
E. Air
Air berfungsi sebagai pengencer pasta saus, yang dapat melarutkan MCS
dan garam sehingga didapatkan kekentalan dan konsentrasi medium yang tepat.
Air juga digunakan selama proses produksi seperti untuk thawing, pencucian,
perendaman dan sanitasi ruang proses.
Air yang digunakan oleh PT. Maya Food Industries berasal dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sumber air bersih yang dikelola
langsung oleh PT. Maya Food Industries yaitu sumur bor yang dilengkapi dengan
pompa otomatis. Air akan ditampung dalam tangki air dengan daya tampung 6 ton
air/tangki. Perusahaan ini memiliki daerah pengelolaan air (water treatment) yang
terletak dibagian belakang perusahaan. Sebelum digunakan untuk produksi,
dilakukan proses water treatment dengan menggunakan sand filter, carbon filter
dan klorinasi untuk mengurangi kandungan zat berbahaya sehingga air dipastikan
tidak terdapat bakteri maupun zat tertentu yang berbahaya. Selain dilakukan oleh
laboratorium perusahaan, hasil pengujian air juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Pekalongan.
59
F. Es
Es merupakan bahan tambahan yang dibutuhkan untuk mengawetkan ikan
segar yang dikirim oleh supplier. Ikan segar perlu ditambahkan es agar memiliki
suhu sekitar 5C sesuai dengan SNI 3548.3:2010 sehingga berdaya simpan lebih
lama. Es yang digunakan oleh PT. Maya Food Industries diperoleh dari KUD di
Pekalongan yang memenuhi syarat SNI 01-4872.1-2006 dengan penanganan dan
penyimpanan di tempat yang bersih untuk mencegah kontaminasi.
60
425
155
215
berfungsi
untuk
mempermudah
proses
penyimpanan,
61
Kapasitas Kaleng
48 kaleng
24 kaleng
100 kaleng
50 kaleng
48 kaleng
Pengemas sekunder ini dilengkapi dengan layer berupa karton yang dapat
mencegah terjadinya gesekan antar kaleng. Pengemasan dalam karton juga
dilengkapi dengan pita perekat agar karton menjadi lebih kuat. Bagian luar karton
terdapat label merek produk, kode dan tanggal produksi.
62
dikeluarkan dari cold storage dan diletakkan pada ante room yang
63
mempercepat proses pencairan ikan, sebelum hari produksi terlebih dahulu ikan
dimasukkan kedalam ante room yang bersuhu 5C selama kurang lebih 24 jam.
Fungsi ikan dimasukkan kedalam ante room agar ikan lebih cepat mencair karena
suhu awal ikan mempengaruhi lamanya proses pencairan dalam metode thawing
udara. Kemudian ikan melalui proses thawing udara dengan cara ikan dikeluarkan
dari kotak ikan dan diletakkan pada meja-meja pemotongan dan keranjang plastik,
ikan tersebut ditumpuk dan dihamparkan diatas meja, dibiarkan selama satu
malam.
Bila pada keesokan harinya masih terdapat es dalam tubuh ikan maka
proses thawing dapat dipercepat dengan menyiramkan air melalui pipa-pipa air
disekitar meja pemotongan. Dengan metode ini, kualitas ikan tetap dalam keadaan
baik. PT. Maya Food Industries ini dalam proses thawing pernah mempergunakan
metode thawing air tanpa metode thawing udara, namun hal tersebut dinilai tidak
efektif, kulit ikan dapat ikut mengelupas karena terlalu lembek. Kualitas ikan
dengan thawing air mengalami penurunan. Keuntungan thawing udara adalah
rendahnya biaya yang digunakan. Hal ini sedikit berbeda dengan SNI
3548.3:2010 yang mengisyaratkan proses thawing dilakukan dengan cara thawing
air hingga suhu ikan berada pada suhu 0C -5C.
64
65
66
67
68
69
kaleng, dan juga berfungsi untuk mengurangi waktu sterilisasi, dengan cara
meningkatkan proses perambatan panas serta dapat mengurangi korosi kaleng
dengan cara menghilangkan udara (Adawyah, 2008) serta medium mampu
mendapatkan derajat keasaman yang lebih tinggi (Astawan, 2005).
Saus tomat sebelum dimasukkan kedalam kaleng terlebih dahulu dicampur
dengan bahan-bahan lain yang terdiri dari pasta saus ditambah dengan air, garam
dan Modified Corn Starch (MCS). Bahan-bahan tersebut dimasak pada kuali
dengan sistem uap hingga saus bersuhu 70C. Kemudian dialirkan melalui
pipa-pipa menuju ke pengisian kaleng dengan adanya katup pengeluaran saus
yang dilengkapi dengan kran pembuka. Menurut SNI 01-2712.2-1992, suhu
medium tidak boleh kurang dari 70C, karena jika suhu medium semakin tinggi
akan menyebabkan kondisi vakum semakin tinggi. Pada suhu yang tinggi peluang
udara yang terperangkap diantara bagian produk dalam kaleng lebih kecil
(Winarno, 1994 dalam Safitri, 2013).
Pengisian dilakukan dengan cara kaleng-kaleng berjalan pada belt
conveyor kemudian secara otomatis kaleng terisi saus tomat. Pada saat pengisian,
kaleng berada pada posisi tegak berdiri, kemudian kaleng akan dimiringkan
dengan sudut kemiringan sebesar 95 untuk dapat membentuk head space pada
kaleng. Besar head space untuk produk kaleng ini kurang lebih tiga milimeter.
Fungsi head space adalah membentuk ruang kosong antara permukaan produk
dengan tutup yang berfungsi sebagai ruang cadangan untuk pengembangan
produk selama disterilisasi agar tidak menekan wadah karena dapat menyebabkan
kaleng menjadi menggembung (Adawyah, 2008).
70
Head space yang terbentuk sebesar tiga milimeter kurang dari batas head
space yang seharusnya yaitu tidak boleh kurang dari 0,25 inchi atau enam
milimeter (Muchtadi, 1994 dalam Utami, 2012). Bila head space terlalu kecil
akan menyebabkan kecepatan pemindahan panas menurun, sehingga waktu
pengolahan menjadi lebih lama (Trianto dan Akbarsyah, 2007).
71
yang
akan
dicuci
diletakkan
secara
horisontal
untuk
72
4.6.12 Sterilisasi
Sterilisasi adalah metode dasar dalam pengawetan ikan dengan teknik
pengalengan (Adawyah, 2008). Kaleng yang telah dikeluarkan dari bak air dari
proses pencucian kemudian dimasukkan kedalam mesin retort horizontal untuk
dilakukan proses sterilisasi. Proses ini merupakan bagian yang penting dalam
proses pengalengan karena sterilisasi tidak hanya bertujuan untuk menghancurkan
mikroba pembusuk dan patogen, tetapi juga berguna untuk membuat produk
menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari penampilannya, teksturnya dan cita rasa
sesuai yang diinginkan (Muchtadi, 1994 dalam Utami, 2012).
Sterilisasi dilakukan pada suhu 117C dan tekanan 0,70-0,80 kg/cm2
dengan waktu yang berbeda bergantung pada besar kecilnya ukuran kaleng. Untuk
kaleng yang berukuran besar (kaleng tipe 301) sterilisasi dilakukan selama 90
menit, sedangkan untuk kaleng kecil (kaleng tipe 202) selama 80 menit. Pada
proses ini diusahakan mencapai suhu 117C tersebut, karena bila suhu tidak
tercapai, produk tersebut akan dinilai gagal dan perlu diulang kembali.
Diantara bakteri-bakteri yang berhubungan dengan pengalengan ikan,
Clostridium botulinum adalah yang paling berbahaya. Bakteri tersebut dapat
menghasilkan racun botulin dan membentuk spora yang tahan panas. Pemanasan
selama empat menit pada suhu 120C atau 10 menit pada suhu 115C sudah
cukup untuk membunuh semua strain C. botulinum (A-C). Karena sifatnya yang
tahan panas, jika proses pengalengan dilakukan secara tidak benar, bakteri
tersebut dapat aktif kembali selama penyimpanan. Selain itu, ikan termasuk ke
dalam makanan golongan berasam rendah, yaitu mempunyai kisaran pH 5,6-6,5.
73
74
mati (Adawyah, 2008). Pendinginan dilakukan sampai suhunya sedikit diatas suhu
kamar, maksudnya agar air yang menempel pada dinding wadah cepat menguap,
sehingga terjadinya karat dapat dicegah (Trianto dan Akbarsyah, 2007).
4.6.14 Inkubasi
Kaleng yang telah ditiriskan kemudian dimasukkan kedalam gudang
labelling untuk diinkubasi selama satu minggu pada suhu ruang (28-30C) dengan
keadaan masih di dalam basket. Berbeda dengan SNI 3548.3:2010 yang
menyatakan bahwa inkubasi dilakukan selama dua minggu pada suhu ruang
dalam posisi terbalik. Tujuan inkubasi adalah untuk mengontrol kualitas produk
yang telah dihasilkan, bila masih terdapat adanya Clostridium sp. dalam kaleng
maka kemasan kaleng akan terlihat menggelembung. Bila setelah diinkubasi
kaleng tetap dalam keadaan baik maka produk dinilai aman dan siap untuk
dipasarkan.
75
76
dibuang ke bagian limbah untuk dijadikan tepung ikan. Berikut contoh pemberian
kode pada produk kaleng :
mempermudah
dalam
pengangkutan
dan
pengiriman.
Kaleng
dimasukkan kedalam karton dengan jumlah sesuai kapasitas karton dan disusun
dengan rapi agar tidak merusak kaleng. Cara pengepakan kaleng sarden ini yaitu
memasukkan kaleng dengan tutup dibagian atas. Pada bagian luar karton juga
diberikan label sama seperti pada kemasan kaleng didalamnya.
77
78
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa pemanasan tidak dapat
membunuh semua mikroba, khususnya thermofilik (tahan terhadap panas).
Mikroba tahan panas tersebut tidak akan tumbuh pada kondisi penyimpanan yang
normal. Apabila penyimpanan dilakukan pada ruang yang bersuhu cukup tinggi
atau terkena cahaya matahari langsung, mikroba tahan panas tersebut akan aktif
kembali dan merusak produk. Penyimpanan produk harus dilakukan pada suhu
yang cukup rendah, seperti pada suhu kamar normal dengan kelembaban rendah.
Akan menjadi lebih baik lagi bila disimpan pada lemari pendingin. Kondisi
penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu ikan dalam kaleng. Suhu yang
terlalu tinggi dapat meningkatkan kerusakan cita rasa, warna, tekstur dan vitamin
yang dikandung oleh bahan akibat terjadinya reaksi-reaksi kimia (Astawan, 2005).
Hudaya
(2008),
menambahkan
bahwa
suhu
penyimpanan
yang
dapat
79
80
81
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diperoleh dari kegiatan praktek kerja lapang ini
antara lain :
1. Teknik pengalengan ikan yang dilakukan oleh PT. Maya Food Industries
dimulai dari proses penerimaan bahan baku dan pengujian kelayakan,
persiapan bahan baku, thawing, pemotongan dan pengeluaran isi perut,
pencucian 1, pengisian ikan kedalam kaleng, cek pengisian dan kebersihan,
pre cooking, penirisan, pengisian medium, penutupan kaleng, pencucian 2,
sterilisasi,
pendinginan,
inkubasi,
labelling
dan
pengemasan,
serta
hal tersebut
departemen.
Perusahaan
untuk
merupakan
organisasi
padat
karya
karena
83
pula jumlah karyawan tidak selalu sama setiap tahun terutama karyawan
musiman dan borongan. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan
perusahaan terhadap banyaknya karyawan dalam mendukung kegiatan
produksi dan banyaknya pesanan produk dari pemesan.
3. Permasalahan yang ditemui pada proses pengalengan ikan di PT. Maya Food
Industries yaitu ketersediaan stok ikan lemuru yang bersifat musiman. Hal ini
mengakibatkan proses produksi tidak berjalan rutin. Selain itu mesin yang
mengalami gangguan ditengah kegiatan produksi serta bencana banjir yang
menyebabkan kaleng rawan berkarat.
5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan kepada PT. Maya Food Industries ini
meliputi :
1. Pada saat proses thawing ikan berjalan relatif lama, hal ini karena suhu ikan
saat penyimpanan mencapai -18C sehingga membutuhkan waktu lama.
Mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan thawing dengan menggunakan air
hangat dengan suhu air yang tidak terlalu tinggi sehingga mampu
mempercepat pencairan dan ikan lebih cepat diolah untuk produksi.
2. Terkait pasokan bahan baku ikan yang tidak selalu ada dan tidak menjamin
kelangsungan produksi setiap bulannya maka disarankan PT. Maya Food
Industries mencari supplier tambahan untuk memasok bahan baku ikan
terutama lemuru sehingga tidak bergantung pada supplier tetap.
3. Peralatan yang digunakan dalam proses pemotongan ikan yaitu pisau dinilai
karyawan tidak cukup tajam dan menghambat proses pemotongan, maka
84
diperlukan tenaga kerja yang bertugas untuk mengasah pisau saat perusahaan
tidak produksi sehingga pisau dapat mengefektifkan kerja karyawan.
4. Mesin can seamer perlu diperiksa secara rutin terutama sebelum proses
produksi dimulai, hal ini dikarenakan salah satu can seamer sering mengalami
gangguan saat proses produksi sedang berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. hal
120-133.
Aprilia, S. 2011. Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang
Digunakan Nelayan Di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Skripsi.
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 117 hal.
Astawan, M. 2005. Teknologi Pengolahan Pangan : Ikan Kalengan Tetap Kaya
Gizi. http://web.ipb.ac.id. diakses 13 Februari 2014. 3 hal.
Bachrin, N., Sudirman, Zainuddin dan Mukti. 2011. Zona Potensial Penangkapan
Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Berdasarkan Parameter Oseanografi
dan Hasil Tangkapan Di Perairan Kecamatan Liukang Tupabbirin
Kabupaten Pangkep. Universitas Hasanuddin. Makassar. 50 hal.
Bali Post. 2003. Jembrana Kejar Ketertinggalan - Benahi Pendaratan Ikan, Genjot
Produksi. http://www.balipost.co.id/.diakses pada 5 Maret 2014.
David, F. R. 2004. Strategic Management: Concepts and Cases. Edisi ke-7.
Penerjemah: Sindoro Alexander. PT Indeks. Jakarta. hal 4-6.
David, F. R. 2006. Manajemen Strategis: Konsep. Edisi ke-10. Penerjemah:
Ichsan Setiyo Budi. Salemba Empat. Jakarta. hal 223-247.
Hasibuan, M. S. P. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi
Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. hal 2.
Hudaya, S. 2008. Tahapan Proses Pengalengan. Pelatihan Teknologi Pengolahan
Hasil Pertanian Pengolahan dan Pengawetan Pangan, 13 Oktober 2008. 7
hal.
IFT Fishing. 2013. Ikan Lemuru. http://www.iftfishing.com. diakses 23 November
2013.
Kaurvaki, R. 2012. Evaluasi Kinerja: Definisi, Tujuan, Faktor dan Manfaatnya.
http://id.shvoong.com. diakses 23 Februari 2014.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2011. KKP Perbarui Impor
Perikanan. http://www.kkp.go.id/. diakses pada 5 Maret 2014.
Khalishi, Z. 2011. Karakteristik dan Formulasi Rengginang Tepung Ikan
Tembang (Sardinella fimbriata). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal.
86
Rendah.
Ikan
Lemuru.
Saliman, A. R., Hermansyah dan A. Jalis. 2005. Hukum Bisnis untuk Perusahaan :
Teori dan Contoh Kasus. Kencana Renada Media Group. Jakarta. hal 6.
Sangadji, E. M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis
Dalam Penelitian. Andi. Yogyakarta. hal 171-174.
87
Sarika, D. 2009. Pengaruh Kas Terhadap Likuiditas pada PT. Unilever Indonesia
Tbk. Skripsi. Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Komputer
Indonesia. Bandung. 74 hal.
Soepranianondo, K., Romziah S., Dady S.N, Sri H, Pratisto, dan Sunaryo H.W.
2013. Buku Ajar : Kewirausahaan, Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Bagi
Mahasiswa. Airlangga University Press. Surabaya. hal 195-197.
Sonnino. 2012. Upaya Memperpanjang Daya Simpan
http://id.shvoong.com. diakses 24 November 2013.
Ikan
Pindang.
88
89
90
Lampiran 3. Sertifikat MUI, GMP, ISO dan HACCP yang diperoleh PT. Maya
Food Industries
91
Lanjutan Lampiran 3.
92
Lanjutan Lampiran 3.
93
Lanjutan Lampiran 3.
94
Lampiran 4. Score sheet tes organoleptik sesuai dengan SNI
SNI 01-2729.1-2006
95
Lanjutan Lampiran 4.
SNI 01-4110.1-2006
96
Lanjutan Lampiran 4.
97
Lanjutan Lampiran 4.
98
99
Lampiran 6. Analisis usaha PT. Maya Food Industries
Biaya Investasi
No
Nama Peralatan
Jumlah
Total
1
2
Tanah
Pendirian
Gedung
Exhaust Box
Meja
Pemotongan
Pisau dan
Talenan
Bak Plastik dan
Keranjang
Timbangan
Digital
Conveyor
Drum Rotary
Washer
Alat Pembuat
Saus
Can Seamer
Can Washer
Bak Penampung
Kaleng
Basket
Retort
Bak Pendingin
Printer Labelling
Pallet
Derek Mekanis
Cold Storage
Forklift
Total
23.000 m2
5.100 m2
Rp. 3.450.000.000,00
Rp. 950.000.000,00
Nilai
Penyusutan/tahun
Rp. 500.000,00
4 buah
60 buah
Rp. 168.000.000,00
Rp. 126.000.000,00
Rp. 450.000,00
Rp. 350.000,00
450 pasang
Rp. 157.500.000,00
Rp. 250.000,00
200 buah
Rp. 30.000.000,00
Rp. 250.000,00
10 buah
Rp. 45.000.000,00
Rp. 350.000,00
5 buah
1 buah
Rp. 14.000.000,00
Rp. 12.000.000,00
Rp. 350.000,00
Rp. 400.000,00
4 buah
Rp. 22.000.000,00
Rp. 450.000,00
3 buah
2 buah
1 buah
Rp. 92.000.000,00
Rp. 29.000.000,00
Rp. 9.750.000,00
Rp. 400.000,00
Rp. 350.000,00
Rp. 350.000,00
15 buah
4 buah
1 buah
1 buah
25 buah
5 buah
3 buah
15 buah
Rp. 13.500.000,00
Rp. 300.000.000,00
Rp. 10.000.000,00
Rp. 12.000.000,00
Rp. 6.250.000,00
Rp. 17.500.000,00
Rp. 930.000.000,00
Rp. 187.500.000,00
Rp. 6.582.000.000,00
Rp. 150.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 250.000,00
Rp. 350.000,00
Rp. 150.000,00
Rp. 250.000,00
Rp. 550.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 7.150.000,00
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
No
1
2
3
4
5
Biaya Tetap
Keterangan
Jumlah
Biaya/bulan (Rp)
Listrik dan Air
Rp. 12.450.000,00
Karyawan Tetap
52 orang
Rp. 3.200.000,00
Karyawan Kontrak
90 orang
Rp. 1.750.000,00
Karyawan Musiman 448 orang Rp.
800.000,00
Karyawan Borongan
31 orang
Rp.
550.000,00
Total
Total/bulan (Rp)
Rp. 12.450.000,00
Rp. 166.400.000,00
Rp. 157.500.000,00
Rp. 358.400.000,00
Rp. 17.050.000,00
Rp. 711.800.000,00
100
Lanjutan Lampiran 6.
No
1
2
3
4
5
6
7
Biaya Variabel
Keterangan
Kebutuhan/bulan
Ikan Lemuru
148 ton
Pasta Saus
13,3 ton
MCS
2,4 ton
Garam
1.475 kg
Es
2 ton
Kaleng
1.166.000 buah
Karton
14.000 buah
Total
Harga per
Kemasan
Total
Penerimaan
Sarden Kaleng Besar
216.000
Rp. 16.000,00
Rp.
3.456.000.000,00
950.000
Rp. 7.500,00
Rp.
7.125.000.000,00
Total
Rp. 10.581.000.000,00
101
Hari
Bahan Baku
Jumlah
20 Januari 2014
Fresh Sardine
8.000 kg
21 Januari 2014
Frozen Sardine
83.250 kg
23 Januari 2014
Frozen Sardine
136.500 kg
27 Januari 2014
Frozen Mackarel
50.357 kg
30 Januari 2014
Kaleng
5 Februari 2014
Zat Adiktif
5.000 kg
7 Februari 2014
Fresh Sardine
7.500 kg
11 Februari 2014
Frozen Sardine
28.000 kg
14 pallet
@ 4.800 kaleng
Catatan :
Penerimaan ikan segar atau lokal dalam satu kali penerimaan sekitar 7,512 ton. Namun proses produksi hanya akan dilakukan bila stok ikan mencapai 10
ton keatas, sehingga bila stok ikan segar kurang dari 10 ton disimpan di cold
storage terlebih dahulu. Dalam 10 ton ikan dapat dihasilkan 750 kaleng besar atau
1100 kaleng kecil untuk satu kali produksi.
102
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Keterangan :
(a) Pisau; (b) Talenan; (c) Meja Pemotongan; (d) Bak Plastik; (e) Keranjang;
(f) Timbangan
103
Lanjutan Lampiran 8.
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
Keterangan :
(g) Chain Conveyor; (h) Belt Conveyor; (i) Exhaust Box; (j) Drum Rotary
Washer; (k) Mesin Pembuat Saus; (l) Can Seamer
104
Lanjutan Lampiran 8.
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)
(r)
Keterangan :
(m) Can Washer dan Bak Penampung; (n)Basket; (o) Retort Horisontal; (p) Bak
Pendingin; (q) Printer Labelling; (r) Pallet
105
Lanjutan Lampiran 8.
(s)
(t)
(u)
(v)
Keterangan :
(s) Katrol Mekanis; (t) Cold Storage; (u) Forklift; (v) Kaleng