Bahan Masuk
Persiapan Raw
Material Packing
Final product
Anteroom
Anteroom
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
44444444
444bkkgy
storage
Glazing
Proses produksi Anter Produk
(headless) oom jadi
Freezing keluar
Diagram alir proses pembuatan udang beku (headless) menurut standart SNI
Menurut Novia et al., (2019) tahap proses produksi udang windu dimulai dari
penyimpanan udang dalam Cold Storage. raw material diterima dari supplier
lalu plating, kemudian dilakukan pembekuan pada udang, telah itu dikakukan proses
glazing dan packing udang dengan kemasan primer kemudian produk yang sudah
dikemas akan melewati Metal Detector dan akan dipacking dengan box karton.
Washing IV
Weighing IV
Raw Final
material product
storage Grading Metal detector storage
Sorting Glazing
Washing III
Weighing I
Devining Packing
primer
Peeling
Produ
Weighing II
k jadi
keluar
Washing II
Headless
Keterangan :
- Receiving
- Washing I
- Weighing I
- Headless
- Washing II
- Weighing II
- Peeling
- Devining
- Washing III
- Weighing III
- Soring
- Grading
- Washing IV
- Weighing IV
- Plating (tray)
3.A. Freezing
- Spiral freezer
B. Glazing
- Glazing
4. Packing
- Packing primer
- Pasteurization
- Metal detector
Analysis Critical Control Points (HACCP) yang merupakan suatu sistem yang
dirancang untuk mencegah terjadinya masalah kualitas produk makanan baik yang
disebabkan faktor biologi, kimia maupun fisis (Food Safety Problem). GMP
PIRT. Peran GMP dalam menjaga keamanan pangan selaras dengan penerapan
pada seluruh mata rantai proses pengolahan makanan mulai penyediaan bahan
baku sampai produk akhir berkaitan dengan suatu proses untuk mencegah
produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai air atau sarana
penyediaan air, fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi, kesehatan dan higiene
menunjang kegiatan produksi harus mudah dibersihkan dan mudah dirawat agar
tidak mencemari produk. Perusahaan ini memiliki banyak bangunan seperti ruang
mesin, ruang penerimaan bahan baku, ruang produksi, ruang penyimpanan non
bahan baku, ruang pemotongan kepala, ruang sortir, ruang pembekuan, ruang
pembuatan es flake dan cold storage. Dinding disetiap ruang dilapisi keramik
pembersihan dinding. Pertemuan dinding satu dengan lainnya tidak terbentuk sudut
proses sanitasi. Lantai diruang produksi memiliki kemiringan 50 dan terbuat dari
dan sanitasi yaitu ± 50 (Saulina, 2009). Penggunaan bahan marmer bertujuan agar
lantai tidak licin dan mudah untuk dibersihkan. Namun konstruksi lantai masih
cair yang dilapisi dengan PVC. Langit-langit yang digunakan terbuat dari alumunium
dengan bingkai alumunium dan terdapat atap yang keropos , berkarat dan
mengelupas. Hal ini tidak sesuai dengan pedoman GMP Nomor : 75/M-
terkelupas atau terkikis, mudah dibersihkan dan tidak mudah retak. Sumber
penerangan disetiap ruang cukup terang dan setiap lampu ditutup dengan PVC,
dari bahan tahan lama, kuat dan tidak mudah pecah. Pintu ruangan yang berada di
pabrik ini sesuai dengan pedoman tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pintu ruang satu
ke ruang lain terdapat tirai yang terbuat dari PVC. Pintu tirai dari bahan PVC
sanitasi yang diamati diantaranya adalah sarana penyedia air, sarana toilet, sarana
pembuangan limbah dan sarana hygiene karyawan. Sarana penyedia air di PT.
Starfood International dibagi menjadi dua bagian yaitu air proses dan air sanitasi. Air
proses merupakan air yang digunakan pada setiap proses produksi dan memiliki
suhu 50C. Air sanitasi merupakan air yang ditujukan untuk kegiatan sanitasi didalam
pabrik. Air yang digunakan di pabrik ini berasal dari sumber mata air gunung yang
berdekatan dengan lokasi pabrik, air telah dilakukan pengujian kualitas agar sesuai
dengan standar mutu air minum yang ditetapkan oleh pemerintah. Sarana toilet
terletak di ruangan sebelum masuk ke ruang proses yang yang berjarak ±5 meter
dari ruang proses dan dilengkapi dengan SOP sebelum dan sesudah masuk
toilet.Jumlah toilet yang disediakan berjumlah 4 buah. Ketentuan jumlah toilet telah
kamar mandi, 1 buah jamban, dan 2 buah wastafel, sedangkan untuk 1 sampai
kamar mandi, 1 buah jamban dan 2 buah wastafel. Pembersihan toilet dilakukan
setiap 3 hari sekali. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Kanduri dan Eckhardt
(2002), pembersihan toilet dilakukan setiap hari dan pastikan ketersediaan air, tisu,
dan sabun diisi ulang untuk kebutuhan hari berikutnya. Sarana pembuangan limbah
terdapat disetiap bagian proses produksi, berupa pipa saluran limbah cair dan
tempat pembuangan limbah padat. Limbah cair ditampung oleh Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) dan diberikan perlakuan penambahan bakteri pengurai dengan
metode aerasi sampai limbah cair aman sebelum dilepas ke laut. Sedangkan limbah
padat dari sisa pembekuan diolah menjadi tepung ikan. Sedangkan tempat
pembuangan sampah akhir dari limbah padat selain hasil dari produksi berada di
dalam lokasi pabrik yang jaraknya ± 50 m dari lokasi pabrik. Sarana hygine
cuci tangan terdapat didekat toilet sebelum masuk ke ruang produksi. Tempat cuci
kaki berada di ruang sebelum masuk ruang ganti dan ruang sebelum masuk ruang
dengan sabun cair, chlorin30 ppm. Sedangkan bak pembilas sepatu dilengkapi
dengan campuran air dengan chlorin 100 ppm. Washtafel yang digunakan di tempat
yang menyebabkan black spot. Disamping itu bagian kepala merupakan sumber
kontaminasi sebab 75 % bakteri pembusuk bersumber pada usus yang berada pada
bagian ini. Juga apabila selama pengangkutan ke pabrik, udang didinginkan dengan
air laut, maka masih adanya kepala akan menaikan kadar garam udang yang
Pencucian udang merupakan hal yang penting, sebab jumlah bakteri dari udang
yang baru ditangkap sekitar 1000 sampai 1.000.000 per gram sedangkan jumlah
bakteri dalam udang yang telah dibekukan masih dapat diterima ialah lebih kecil dari
500.000 per gram. Oleh karena itu air pencuci dan air untuk pengolahan harus
memenuhi syarat sebagai air minum, diantaranya pH 6,5 – 9,0 dan sisa chlor 0,2 –
0,4 ppm. Dengan pencucian ini diharapkan jumlah mikroba dapat dikurangi. Glazing
tekanan uap air pada permukaan bahan yang dibekukan lebih tinggi dari tekanan
uap air pada permukaan pipa-pipa pendingin, karena suhu bahan lebih tinggi dari
suhu pipa pendingin. Glazing dapat dilakukan dengan mengisikan sejumlah air
kedalam kotak yang berisi udang, setelah selesai pembekuan. Perebusan udang
pada pembuatan cooked and peeled dan butterfly biasanya dilakukan pada suhu
perebusan 30 – 40%, hal ini dapat diperkecil hingga 15% dengan melakukan
perebusan menggunakan uap jenuh yang suhunya 225ÝF sampai 260ÝF dengan
tekanan 4 – 21 psi dalam waktu 3 – 6 menit dan kemudian segera dinginkan dengan
air es.
1). Pencucian Pencucian disini bertujuan untuk membersihkan udang dari kotoran –
kotoran mikroba yang terdapat pada permukaannya serta memisahkan udang dari
sampai 2 ºC. 2). Pemotongan Kepala Proses ini hanya dilakukan terhadap udang
yang berasal dari pelelangan pasar ikan dan dari hasil penangkapan kapal.
berat yang diakibatkan oleh proses ini untuk tiap – tiap jenis udang berbeda. Pada
udang yang kecil prosentase berat kepalanya lebih besar. Udang jerbung
penyusutannya 30-32%, udang windu 32%, udang dogol 35%, udang sudu 40%. 3).
dan mikroba yang terdapat pada permukaannya serta memisahkan udang dari
sampai 2 ºC. Udang yang telah dipotong kepala dicuci dengan larutan chlor (kaporit)
Pada tahap ini udang dipisah – pisahkan antara yang segar sesuai dengan ukuran –
ukurannya dan yang mutunya di bawah standar B.S ( below standar) yang ditandai
oleh warna kemerah – merahan pada bagian punggung, tekstur lunak, terjadinya
black spot, atau terjadinya kerusakan fisik seperti ekor yanng patah, kulit yang
pecah. Proses ini juga dilakukan dengan tangan, walaupun demikian kecepatannya
cukup tinggi yaitu untuk setiap meja yang terdiri dari 4 orang karyawan dapat
mencapai 120 sampai 140 Kg perjam. Sortasi dilakukan menurut jenis, ukuran dan
mutu.
Pada tahap ini udang yang telah ditimbang, dibersihkan satu persatu, kemudian
disusun dalam pan. Penyusunan ini bertujuan agar udang beku yang dihasilkan
terlihat menarik.
Udang yang telah disusun dalam pan, dicuci beberapa kali dengan air es, dan
kemudian baru diisi dengan sejumlah air es. Dengan adanya air es ini maka hasil
pembekuan nanti akan berupa balok – balok es. 7). Pembekuan Pembekuan ini
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan air blast freezer yang mempunyai kapasitas
sekitar 10 ton dengan waktu pembekuan 10 sampai 15 jam, dan contact plate
freezer yang kapasitasnya 400 kg dengan waktu pembekuan 4 jam. Suhu pada saat
wadah yang kedap air dengan berat tertentu, kemudian diberi air sampai semua
udang terendam, lalu dibekukan dalam ruang pembekuan pada suhu antara minus
oleh : § Jumlah udang yang dibekukan. Makin banyak udang yang dibekukan makin
tipe plat) lebih cepat membekukan bahan dari pada air blast freezer. § Suhu
pembekuan selesai.
Produk yang telah beku siap untuk dipacking. Hasil pembekuan yang baik
menampakkan ciri – ciri sebagai berikut : § Lapisan es rata dan menutup seluruh
permukaan produk § Tidak terjadi pengeringan pada permukaan produk atau tidak
Glazing Udang
Glazing dilakukan dengan mencelupkan balok – balok udang dalam air yang
balok – balok udang itu kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik poly ethylen
(sebagai wadah primer), kemudian dimasukkan dalam inner carton sebagai wadah
sekunder dan diberi tanda pada bagian luar inner carton sesuai dengan jenis dan
ukuran udang, inner carton yang terbuat dari karton berlapis lilin. Lapisan lilin ini
Pengepakan
(wadah tertier) sesuai dengan jenis dan ukuran udang. Setelah itu master carton
ditutup dengan kertas berperekat, lalu diikat dengan tali plastik tahan karat dan
setiap master carton berisi enam inner carton. Penggunaan inner carton hanya
dilakukan untuk udang beku segar mutu I (first grade). Sedangkan untuk udang
lainnya hanya menggunakan kantong plastik lain dan dipres lagi setelah diberi etiket
yang menunjukan ukuran udang. Master carton dibuat dari karton yang tidak berlapis
lilin setelah pengepakan ini maka master carton disusun berdasarkan ukuran dan
jenisnya, kemudian siap untuk disimpan dalam ruang pendingin untuk siap diekspor.
Setelah pembekuan udang kemasan blok dikeluarkan dari freezing room, lalu
dicelupkan ke dalam bak fiber glass yang berisi air untuk melepaskan balok udang
rata atau tidak. Bila permukaan es tidak rata, maka dilakukan penyerutan dan bila
ada udang yang tidak seluruhnya tertutup es, maka udang tersebut dikembalikan ke
Balok – balok udang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik poly
ethylen (sebagai wadah primer), lalu dimasukkan ke dalam inner carton sebagai
wadah sekunder dan diberi tanda pada bagian luar inner carton sesuai sesuai
dengan jenis dan ukuran udang. Selanjutnya dimasukkan ke dalam master carton
(wadah tertier) sesuai dengan jenis dan ukuran udang. Setelah itu master carton
ditutup dengan kertas berperekat, lalu diikat dengan tali plastik tahan karat dan
disambung dengan metal plate. Setelah itu master carton tersebut ditumpuk
Penyimpanan Beku
Produk yang terkemas disimpan dalam gudang beku (cold storage) khusus untuk
penyimpanan udang dan sejenisnya, tidak boleh dicampur dengan produk lain. Di
dalam cold storage, dus – dus disusun bertumpuk – tumpuk sampai empat meter
kayu (pallet) setinggi kira – kira 10 cm sebagai alas tumpukan dan suhu
udara pada setiap kemasan. Jika memungkinkan produk yang paling lama disimpan