PENDAHULUAN
Sektor kelautan merupakan salah satu program unggulan Pemerintah saat ini,
program kelautan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Kertasada Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep dengan memanfaatkan ikan hasil tangkapan nelayan setempat
menjadi olahan makanan ringan yaitu krupuk amplang. Indonesia merupakan salah
satu penghasilan lautnya sangat besar dikarenakan memiliki wilayah laut yang sangat
luas dan memiliki potensi laut yang sangat banyak. Perikanan merupakan salah satu
yang banyak diharapkan dan mampu menjadi tonggak peningkatan kesejahteraan
rakyat indonesia (Rahmawati dkk, 2013).
Krupuk amplang merupakan salah satu makanan yang berbahan dasar ikan tengiri
yang pembuatannya cukup banyak digeluti masyarakat. Krupuk amplang yang
umumnya memiliki harga jual yang cukup tinggi yang disebabkan oleh faktor harga
ikan tengiri yang tergolong mahal dipasaran dibanding dengan harga ikan jenis lain
(Sari dan Hafid, 2019). Semakin banyaknya masnyarakat yang memproduksi krupuk
amplang banyak sekali perubahan inovasi terbaru misalnya krupuk amplang dari
daging.
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat,
selain harga yang murah, absorpsi protein ikan lebih tinggi dibandingkan dengan
produk hewani lain seperti daging sapi dan ayam, karena daging ikan mempunyai
serat-serat protein lebih pendek dari pada serat-serat protein daging sapi atau ayam.
Protein ikan memberi kontribusi terbesar dalam kelompok sumber protein hewani,
sekitar 57,2% (Wahyudi dan Maharani, 2016). Penangkapan ikan tidak gampang dan
tidak terlalu sulit hanya saja tergantung pada kondisi cuaca.
Kandungan gizi ikan tengiri pada 100 gr terdiri dari energi 109 kkal, lemak 2,6 g
dan protein 21,5 g. Protein merupakan molekul yang memiliki fungsi penting dalam
tubuh makhluk hidup. Protein adalah senyawa organik kompleks dengan berat molekul
tinggi (Faoziyah, 2014).
Sifat ikan tengiri yang cepat rusak serta menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan penurunan mutu hasil perikanan, apabila dibiarkan terlalu lama akan
mengalami perubahan fisik, kimia, dan mikrobiologi. Menurut Zainuri dkk (2016)
proses pembusukan ikan di daerah tropis berlangsung lebih cepat jika dibandingkan
dengan daerah sub-tropis. Maka perlu adanya penanganan lebih lanjut atau dengan
proses pengolahan misalnya dalam proses pembuatan krupuk amplang. Kesuksesan
dalam membuat krupuk amplang Bu Ruwami suatu produk yang memiliki mutu dan
sesuai dengan standart hanya dapat diperoleh dengan menerapkan sistem pengendalian
mutu secara merata mulai dari penerimaan bahan baku, proses pengolahan hingga
hingga menjadi produk akhir. Semua ini dapat tercapai jika semua karyawan dan
semuan departemen/devisi yang mengerti, dapat memahami dan dapat menerapkan
serta ikut berpartisipasi demi mencapai produk yang sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
Keamanan pangan sangat penting dalam dalam proses produksi krupuk amplang
karena Pangan yang tidak aman akan menyebabkan penyakit yang disebut foodborne
disease, yaitu segala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang
mengandung bahan atau senyawa beracun atau organisme patogen. Beberapa Negara
menjadikan masalah keamanan pangan sebagai salah satu isu yang perlu di atur secara
wajib (Mandatory). Oleh karena itu Praktik Kerja Lapang (PKL) ini sudah di
laksanakan di krupuk amplang Bu Ruwami untuk mengetahui proses penanganan dan
pengolahan ikan tengiri menjadi krupuk amplang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Krupuk
Krupuk merupakan makanan favorit masyarakat di berbagai kalangan. Tak
jarang kita sering melihat krupuk manjadi pendamping makanan masyarakat di saat
makan. Akan tetapi sedikit diantara masyarakat yang peduli akan kemanan pangan
pada krupuk. Padahal masih sering dijumpai produsen yang membuat krupuk
dengan menggunakan Bleng atau gendar. Bleng atau gendar tersebut merupakan
bahan tambahan pangan yang dilarang oleh pemerintah, yang dikenal dengan nama
boraks (Laila, 2015). Kerupuk tersebar hampir ke segenap pelosok Indonesia serta
digemari oleh semua lapisan masyarakat meskipun dengan nama dan campuran
bahan yang berbeda. Rasanya yang renyah dan gurih membuat makanan ini banyak
disukai oleh berbagai kalangan masyarakat. Banyak sekali penjual krupuk yang ada
di pasar tersebut. Oleh karena itu para penjual harus membuat atau mempersiapkan
krupuk sebaik mungkin sehingga krupuknya laku. Para pembeli akan tertarik
dengan krupuk yang teksturnya renyah sehingga penjual melakukan berbagai cara
untuk membuat krupuk mereka dapat mempunyai tekstur yang renyah.
Krupuk merupakan makanan ringan pelengkap makan yang seringkali tidak
boleh ketinggalan. Tanpa makanan ringan ini orang sering merasa ada yang kurang
dalam menu makannya. Rawon, soto, nasi goreng, rujak cingur adalah menu
makanan yang sering disertai dengan krupuk. Krupuk sangat beragam jenisnya,
baik bahan baku maupun bahan pemberi cita rasanya. Bahan utama krupuk ada
yang terbuat dari singkong seperti samiler, bisa tepung beras, tepung terigu atau
pun kanji Sementara itu, bahan pemberi rasa krupuk juga beragam, di antaranya
ialah ikan, udang, terasi atau bawang putih (Tri dan Frida, 2018).
2.2 Amplang
Amplang merupakan jenis kerupuk ikan dengan bahan dasar daging, ikan
tengiri, tepung tapioka, dan bahan tambahan seperti telur ayam, garam, gula,
penyedap rasa, dan soda (Anhar dan Wardanu, 2016). Amplang merupakan jenis
makanan yang diolah melalui proses penghancuran (ikan fillet), pencampuran,
percetakkan dan penggorengan. Bahan pengikat yang sering digunakan dalam
pembuatan amplang adalah bahan yang mengandung karbohidrat seperti tepung
terigu, tepung beras, tepung jagung, tepung tapioka, tepung ubi jalar dan tepung
sagu, Amplang biasa menggunakan ikan yang tinggi protein yaitu ikan tenggiri
dikarenakan rasa gurihnya lebih kuat (Wulandari dkk, 2018). Oleh sebab itu krupuk
amplang banyak di sukai oleh masnyarat kebutuhan krupuk amplang akan semakin
meningkat sejalan dengan peminatnya semakin banyak.
1 Penulisan
proposal
2 Konsultasi
proposal
3 Aktivitas
Lapang
4 Penulisan
dan
konsultasi
laporan
5 Ujian
6 Revisi
7 Pengumpula
n Laporan
PKL
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, M., Fitri, A. D. P., & Wijayanto, D. (2013). Analisis hasil tangkapan per
upaya penangkapan dan pola musim penangkapan ikan teri (Stolephorus spp.) di
Perairan Pemalang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology, 2(3), 213-222.
Sari, H., & Hafid, A. (2019). PENGEMBANGAN USAHA KERUPUK AMPLANG
BANDENG UNTUK MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT DESA
POLEJIWA KECAMATAN MALANGKE BARAT KABUPATEN LUWU
UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN. Panrita Abdi-Jurnal Pengabdian
pada Masyarakat, 3(2), 161-169.
Wahyudi, R., & Maharani, E. T. W. (2017). Profil protein pada ikan tenggiri dengan
variasi penggaraman dan lama penggaraman dengan menggunakan metode
SDS-PAGE. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL.
Kasim, K., & Triharyuni, S. (2016). Status pemanfaatan dan musim penangkapan ikan
tenggiri (Scomberomorus spp.) di Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia, 20(4), 235-242.
Faoziah, A. R. (2014). Pembuatan Glutamate Alami Menggunakan Ikan Tenggiri Sebagai
Alternatif Bumbu Penyedap Rasa Non Msg. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 9-14.
Zainuri, A. M., Hadiantoro, S., & Prihanta, W. (2016). PENGEMBANGAN KAWASAN
MINAPOLITAN MELALUI PEMBERDAYAAN UKM PENGOLAHAN
IKAN PASCA PRODUKSI. Research Report, 552-565.
Muchtar, M. M. (2017). ANALISIS PERILAKU ASERTIF ANAK JALANAN DI KOTA
KENDARI. Journal Ilmu KOMUNIKASI UHO, 2(2).
Munthe, A. P. (2015). Pentingnya Evaluasi Program di Institusi Pendidikan: Sebuah
Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 5(2), 1-14.
Muharrami, L. K. (2015). Analisis kualitatif kandungan boraks pada krupuk
puli di kecamatan kamal. J pena Sains, 2(2).
Fatmawati, F., & Mardiana, M. (2014). Analisa tepung ikan gabus sebagai
sumber protein. OCTOPUS: JURNAL ILMU PERIKANAN, 3(1), 236-243.
Rohimah, I. (2014). Analisis energi dan protein serta uji daya terima biskuit
tepung labu kuning dan ikan lele.