Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ANALISIS MIKROBIOLOGI HP

Oleh :
Veri Gunawan
NRP. 57213113719

Dosen Pengampu :
Dr. Niken Dharmayanti, A.Pi., M.Si.

SARJANA TERAPAN PERIKANAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2024
1. Mengapa Selenite Cystine Broth tidak digunakan lagi dan media apa yang
direkomendasikan FDA untuk digunakan pada uji pengkayaan Salmonella menggantikan
SCB?
Jawab :
SCB tidak lagi direkomendasikan oleh FDA untuk pengujian pengkayaan
Salmonella karena kurang sensitif, spesifik, dan aman dibandingkan media pengayaan
Salmonella yang lebih baru.
Media Alternatif yang Direkomendasikan FDA, yaitu :
a. Kaldu Tetrathionate Hajna (Tetrathionate Broth): Media ini lebih selektif dan sensitif
untuk Salmonella dibandingkan SCB.
b. Kaldu Rappaport-Vassiliadis (RV Broth): Media ini juga lebih selektif dan sensitif
untuk Salmonella dibandingkan SCB.
c. Kaldu Mueller-Kauffmann Tetrathionate (MKTTn): Media ini lebih selektif dan
sensitif untuk Salmonella dibandingkan SCB.

2. Pada Tetrathinate broth perubahan apa yang dilakukan saat pengujiannya?


Jawab :
Dalam pengujian Salmonella menggunakan Tetrathionate broth, ada beberapa
perubahan yang dilakukan dibandingkan dengan media pengkayaan tradisional seperti
Selenite Cystine Broth (SCB):
1. Penambahan Tetrathionate: Tetrathionate ditambahkan sebagai agen pengoksidasi
yang menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan beberapa bakteri Gram-
negatif, meningkatkan selektivitas media untuk Salmonella.
2. Penambahan Iodine: Iodine ditambahkan sebagai agen penghambat yang menekan
pertumbuhan bakteri coliform, yang sering kali mengganggu deteksi Salmonella.
3. Inkubasi Anaerob: Tetrathionate broth diinkubasi secara anaerobik, yang mendukung
pertumbuhan Salmonella dan beberapa bakteri lainnya.
4. Durasi Inkubasi: Inkubasi Tetrathionate broth biasanya lebih lama (hingga 48 jam)
dibandingkan dengan SCB (24 jam), untuk meningkatkan peluang deteksi
Salmonella.
5. Subkultur: Setelah inkubasi, sampel dari Tetrathionate broth disubkulturkan ke
media lain, seperti Salmonella-Shigella agar (SS agar) atau Hektoen Enteric agar
(HEA), untuk isolasi dan identifikasi Salmonella.
Perubahan-perubahan ini meningkatkan sensitivitas dan selektivitas Tetrathionate
broth untuk Salmonella dibandingkan dengan SCB, menghasilkan tingkat deteksi yang
lebih tinggi dan hasil yang lebih akurat.

3. Pada hasil isolasi menggunakan media selektif apakah koloni yang tidak menunjukkan
ciri khas tetap dilanjukan uji biokimia, mengapa?
Jawab :
Pada hasil isolasi menggunakan media selektif, koloni yang tidak menunjukkan
ciri khas tidak selalu langsung dibuang dan bisa dilanjutkan uji biokimia. Alasannya adalah:
1. Ketidakjelasan ciri khas:
 Media selektif dirancang untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu dengan ciri
khas, seperti warna, bentuk, atau tekstur koloni.
 Namun, tidak semua mikroorganisme menunjukkan ciri khas yang jelas pada media
selektif.
 Faktor-faktor seperti mutasi, kondisi lingkungan, dan komposisi media dapat
memengaruhi penampilan koloni.
2. Kemungkinan Kontaminasi:
 Koloni yang tidak menunjukkan ciri khas bisa jadi merupakan kontaminan dari
mikroorganisme lain.
 Uji biokimia dapat membantu mengidentifikasi mikroorganisme secara lebih akurat
dan membedakannya dari kontaminan.
3. Keanekaragaman Mikroorganisme:
 Ada banyak spesies mikroorganisme yang dapat tumbuh pada media selektif.
 Beberapa spesies mungkin tidak menunjukkan ciri khas yang spesifik pada media
tersebut.
 Uji biokimia dapat membantu mengidentifikasi spesies mikroorganisme dengan
lebih tepat.
4. Kegunaan Penelitian:
 Tujuan penelitian dapat memengaruhi keputusan untuk melanjutkan uji biokimia.
 Jika penelitian berfokus pada spesies tertentu, koloni yang tidak menunjukkan ciri
khas mungkin tidak perlu diuji.
 Namun, jika penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi semua mikroorganisme
yang ada, uji biokimia dapat memberikan informasi yang lebih lengkap.

4. Saat ini FDA menguji Salmonella dengan metoda apa ?


Jawab :
Saat ini, FDA menggunakan beberapa metode untuk pengujian Salmonella, antara
lain:
1. Uji Kultur:
a. Metode tradisional:
 Sampel makanan diperkaya dengan media selektif untuk Salmonella.
 Koloni yang dicurigai Salmonella diidentifikasi dengan tes biokimia dan serologis.
b. Metode modern:
 Teknologi PCR (Polymerase Chain Reaction) digunakan untuk mendeteksi DNA
Salmonella secara spesifik.
 Teknik ini lebih cepat dan sensitif daripada metode tradisional.

2. Uji Imunologi:
a. Metode ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay):
 Mendeteksi keberadaan antigen Salmonella dalam sampel makanan.
 Metode ini cepat dan mudah dilakukan, tetapi tidak se-spesifik metode PCR.

3. Uji Spektroskopi:
a. Metode MALDI-TOF (Matrix-Assisted Laser Desorption/Ionization Time-of-
Flight):
 Mengidentifikasi bakteri berdasarkan sidik jari proteinnya.
 Metode ini cepat dan akurat, tetapi membutuhkan peralatan yang mahal.

4. Uji Sekuens Genom:


a. Metode Whole Genome Sequencing (WGS):
 Memberikan informasi lengkap tentang genom Salmonella, termasuk virulensi
dan resistensi antibiotik.
 Metode ini masih tergolong baru dan mahal, tetapi memiliki potensi besar untuk
meningkatkan keamanan pangan

5. Mengapa bisa terjadi saat produk paha kodok yang diuji di Indonesia negatif Samonella
sampai di Amerika dinyatakan positif, Jelaskan!
Jawab :
Karena berbedanya metode pengujian yang mana Amerika mungkin
menggunakan metode yang lebih sensitif dan selektif, sehingga dapat mendeteksi
Salmonella yang tidak terdeteksi oleh metode yang digunakan di Indonesia dan kriteria
negatif untuk Salmonella mungkin berbeda di Indonesia dan Amerika. Di Amerika,
mungkin terdapat batas deteksi yang lebih rendah, sehingga jumlah Salmonella yang
lebih kecil dapat dideteksi dan dinyatakan positif.

Anda mungkin juga menyukai