Anda di halaman 1dari 49

Topik 1: ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIKA

SECARA HAYATI

Potensi Antibiotika :
Adalah kekuatan suatu antibiotika dalam menghambat
atau membunuh pertumbuhan mikroba. Satuannya
dalam IU/mg atau ug/mg

Penetapan potensi antibiotika secara mikrobiologi


merupakan metode penetapan hayati, sebagai jasad
renik digunakan mikroorganisme.

Sebagai pembanding digunakan antibiotika yang telah


diketahui kemurnian dan kekuatan/potensinya.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIKA
SECARA HAYATI

Prinsipnya:
Adalah membandingkan respon dari mikroba uji yang
peka dalam kondisi percobaan yang sama terhadap zat
baku standar dan zat uji.

Sebagai zat baku standar digunakan zat/senyawa yang


telah diketahui kemurnian dan kekuatan/potensinya.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIKA
SECARA HAYATI

Respon yang diamati :

Adalah berupa efek hambatan terhadap pertumbuhan


mikroba uji yang ditunjukkan oleh daerah bening
(inhibition zone) di sekeliling zat uji (Cara Difusi)

atau kekeruhan (turbiditas) yang ditimbulkan oleh


pertumbuhan mikroba dalam medium cair (Cara
Turbidimetri).

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Cara Analisis :

Analisis potensi antibiotika yang dilakukan selama ini


dapat dikelompokkan atas 2 bagian yaitu

1. Cara Difusi Agar (Cara Lempeng)

Prinsipnya, yaitu zat yang akan diuji berdifusi dari pencadang (reservoir)
ke dalam medium agar yang telah diinokulasi dengan mikroba uji.

Inkubasi selama waktu tertentu dan kemudian diamati adanya hambatan


pertumbuhan mikroba uji dan diukur diameter hambatannya.

Diameter hambatan yang terbentuk


dibandingkan dengan diameter
baku standar

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


2. Cara Turbidimetri (Cara Tabung)

Dengan cara ini digunakan media cair, hambatan


pertumbuhan mikroba uji diukur dengan menentukan
kekeruhan (turbiditas) larutan dengan suatu alat yang
cocok, misalnya spektrofotometer.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Beberapa faktor penting yang diperlukan dalam
analisis potensi antibiotika:

1. Mikroba Uji

- Mikroba uji yang digunakan harus berasal dari galur


murni

- Dapat memberikan respon yang bertingkat antara


peningkatan konsentrasi dengan peningkatan daerah
hambatannya.

- Untuk penetapan dengan cara difusi, daerah hambatan


yang terbentuk harus jelas dan mudah diukur,

- Untuk penetapan cara tabung (turbidimetri) perbedaan


kekeruhan pada tingkat dosis tertentu harus terlihat jelas.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Beberapa faktor penting yang diperlukan dalam
analisis potensi antibiotika:

2. Baku Pembanding Biologi

Sebagai baku pembanding biologi (biological reference)


digunakan antibiotika yang telah diketahui kemurniaan
dan potensinya secara pasti.

Baku pembanding ini direkomendasi oleh Badan


Kesehatan Dunia (WHO) dan di Indonesia melalui Badan
POM RI (SBI, SPI, SBN, SPN, SBL)

Baku ini diberikan dalam bentuk baku sekunder atas


permintaan laboratorium-laboratorium penelitian atau
Perguruan Tinggi.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


3. Media Perbenihan

Media perbenihan yang digunakan harus


mendukung pertumbuhan mikroba uji atau
dapat menumbuhkan mikroba uji dengan baik.

Media perbenihan tidak boleh mengandung zat yang


bersifat antagonis ataupun mempengaruhi aktivitas
antimikroba dari antibiotika yang diperiksa.

Di pasaran banyak ditemui media perbenihan dengan


berbagai merek dengan kode Antibiotic Medium No. 1, 2,
3 dan sebagainya.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


4. Larutan Dapar

Digunakan untuk melarutkan antibiotika yang akan


diperiksa,
baik baku pembanding maupun sampel uji.

Pemilihan larutan dapar yang digunakan disesuaikan


dengan sifat dan stabilitas bahan yang akan diuji.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Pemilihan terhadap metode

Pemilihan metode mana yang akan dipakai pada penetapan


potensi antibiotika, apakah cara difusi atau cara tabung
tergantung pada pengalaman yang dimiliki dan fasilitas
laboratorium yang ada.

Akan tetapi untuk zat-zat tertentu pemilihan tidak dapat


dilakukan sekehendak hati, karena sifat bahan yang akan diuji
tersebut.

Misalnya tirotrisin karena difusinya yang jelek tidak akan


memberikan hasil yang memuaskan bila menggunakan cara
difusi,

sebaliknya sefaloridin dengan cara tabung tidak cocok bila


sampel mengandung hasil urainya yang menyebabkan sampel
tetap keruh pada berbagai tingkat pengenceran.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Kelebihan dan kekurangan
dari kedua metode

1. Cara turbidimetri, biasanya mempunyai range daerah


pengerjaan yang sempit dengan perbandingan tingkat
dosis kurang dari 5 : 1.
Sebaliknya pada cara difusi, range tersebut lebih lebar
sehingga dimungkinkan perbandingan tingkat dosis
sampai 100 : 1.

2. Cara turbidimetri, hanya memerlukan waktu inkubasi


kurang dari 4 jam, sedangkan cara difusi memerlukan
waktu paling kurang 18-24 jam.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Kelebihan dan kekurangan
dari kedua metode

3. Cara turbidimetri adalah mengukur aktivitas total dari


antibiotika yang diuji, sedangkan cara difusi tergantung
pada kecepatan difusi zat aktif, sehingga ada
kemungkinan tidak mengukur aktivitas
totalnya.

4. Cara turbidimetri tidak dipengaruhi oleh sifat


difusibilitas dari zat aktif, sedangkan cara difusi sangat
dipengaruhi oleh hal lain tersebut.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Disain Analisis Potensi Antibiotika

Dalam penentuan potensi antibiotika secara mikrobiologi,


disain percobaan yang digunakan tergantung pada
ketepatan hasil yang diinginkan.

Biasanya digunakan tiga tingkat dosis , baik untuk


sediaan uji maupun pembanding.

Pengulangan dilakukan masing-masing 2-8 kali untuk cara


difusi dan 2-6 kali untuk cara turbidimetri.

Pada penetapan rutin seperti Laboratorium Kontrol


Kualitas Obat Pemerintah, biasanya dipakai susunan
dosis 3 : 3 tersebut.

Tingkat dosis yang berdampingan harus tetap, misalnya


2 : 1 atau 4 : 3.
Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt
METODE DIFUSI AGAR

Metode analisis potensi antibiotioka dengan cara


difusi agar merupakan cara yang sederhana dan hasil yang
diperoleh cukup teliti.

Cara ini merupakan cara terpilih (selected method) dan


direkomendasi oleh International Collaborative Study di Swedia
dan Food and Drug Administration di Amerika Serikat untuk
pengujian mutu antibiotika.

Prinsip penetapannya, yaitu mengukur luas hambatan


pertumbuhan mikroba uji yang disebabkan oleh zat baku standar
dan zat yang diuji.

Dalam range konsentrasi tertentu, terdapat hubungan yang linier


antara peningkatan konsentrasi dengan luas daerah hambatan
pertumbuhan mikroba uji.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Faktor yang dapat mempengaruhi luas daerah
hambatan dengan cara difusi-agar :

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt
Faktor yang dapat mempengaruhi
luas daerah hambatan dengan
cara difusi-agar :

1. Ingredien Medium Pertumbuhan

Komposisi ingredien yang umum terdapat pada medium pertumbuhan


mikroorganisme adalah :
- pepton - agar
- tripton - mineral
- ekstrak ragi

Banyak mineral yang dapat mempengaruhi aktivitas antibiotika,


misalnya kalsium, magnesium dan besi akan mempengaruhi sensitifitas
pertumbuhan daerah hambatan yang dihasilkan oleh tetrasiklin dan
gentamisin.

Natrium klorida mengurangi aktivitas antibiotika golongan


aminoglikosida dan menambah aktivitas fersidin.

Karbohidrat pada uji difusi dapat mempertinggi aktivitas nitrofurantoin


atau ampisilin.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


2. Pemilihan Medium Pertumbuhan

Untuk memperoleh hasil yang tetap dan reprodusibel,


diperlukan persiapan medium yang cocok bagi pertumbuhan
mikroorganisme,

demikian pula ketebalan dan konstituen harus merata pada


medium agar.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


3. Pengaruh pH

Pengaruh pH terhadap luas daerah hambatan


disebabkan oleh aktivitas antibiotika yang tergantung
pada pH medium.

Aktivitas antibiotika golongan aminoglikosida diperkuat


dalam suasana asam, sedangkan aktivitas tetrasiklin
berlaku sebaliknya.

Gas karbondioksida yang ada alam atmosfir dapat pula


menambah keasaman larutan atau medium yang
digunakan pada penetapan.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


4. Ukuran Inokulum

Luas daerah hambatan akan semakin kecil, jika inokulum


semakin besar kandugnan mikroorganismenya.

Suatu inokulum dikatakan ideal apabila kandungan


mikroorganisme homogen.

Akibat pertumbuhan yang rapat dapat menyebabkan terjadinya


penumpukan pada tempat-tempat tertentu.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


5. Stabilitas Mikroorganisme

Resistensi mikroorganisme terhadap suatu antibiotika dapat


terjadi dalam kondisi pertumbuhan tertentu.

Oleh sebab itu regenerasi mikroorganisme perlu dilakukan


secara periodik dan sewaktu-waktu diuji kemurnian dan
kepekaannya.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


6. Aktivitas Antibiotika

Untuk mendapatkan daerah hambatan yang baik dalam suatu


penetapan, terlebih dahulu perlu ditentukan kadar hambat
minimum (Minimal Inhibition Concentration) dari antibiotika yang
akan diuji.

Pengaruh pre-difusi larutan antibiotika yang terjadi sebelum


inkubasi, harus dihilangkan atau dikurangi dengan tekhnik
pengisian larutan antibiotika ke dalam medium agar.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


7. Waktu Inkubasi

Inkubasi inokulum dilakukan dalam waktu yang optimal,


sehingga keseimbangan antara aktivitas antibiotika dengan
daya tumbuh mikroorganisme dapat menghasilkan daerah
hambatan yang baik bagi pengukuran.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Cakram (Reservoir)
pada cara difusi agar

Cakram : Adalah tempat meletakkan sampel antibiotika yang akan


dianalisis potensinya di atas medium agar yang telah memadat.

1. Silinder gelas/logam

Silinder gelas/logam tahan karat dengan diameter 6-8 mm dapat


digunakan sebagai pencadang antibiotika.

Keuntungan:
Jumlah larutan antibiotika dalam silinder dapat diperbanyak untuk
menjamin ketersediaan antibiotika dalam cadangan selama waktu
inkubasi sesuai dengan daya tampung silinder.

Diameter hambatan yang terbentuk, semata-mata hanya disebabkan


oleh difusi antibiotika selama masa inkubasi.

Kerugian:
Adalah sukar mengatur kedalaman silinder secara manual, sehingga
difusi yang terjadi ada kemungkinan tidak homogen yang ditunjukkan
oleh diameter hambatan yang tidak merupakan lingkaran.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt
2. Cakram Kertas (Paper Disc)

Dengan menggunakan cakram kertas ini, jumlah larutan


antibiotika yang diserap dapat diatur homogen sesuai dengan
kapasitas dan daya serap kertas, tgt pada diameter dan
ketebalan cakram.

Akan tetapi bila komposisi kertasnya kurang baik,


maka dapat berpengaruh terhadap difusi zat uji sehingga
diameter hambatan yang terbentuk akan bervariasi.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt
3. Cetak Lobang (Punched Holes)
Dapat dilakukan dengan melobangi medium agar yang
telah diinokulasi dengan alat pengisap agar.

Keuntungannya:
Jumlah larutan antibiotika yang berdifusi dapat terukur
jumlahnya dan medium yang digunakan tidak terlalu
tebal.

Kerugiannnya:
Lobang yang terbentuk sering kurang sempurna
akibatnya juga akan mempengaruhi difusi zat uji.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt
Susunan Dosis untuk analisis :

1. Untuk Susunan Dosis 2 : 2

Baku Sampel-1 Sampel-2

Dosis Tinggi s2 (5) u2 (1) z2 (3)


Dosis Rendah s1 (6) u1 (2) z1 (4)

2. Untuk Susunan Dosis 3 : 3

Baku Sampel
Dosis Tinggi s3 (4) u3 (1)
Dosis Menengah s2 (5) u2 (2)
Dosis Rendah s1 (6) u1 (3)

Posisi masing-masingnya dalam cawan Petri dapat


dilakukan secara
acak Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt
Prosedur Uji Potensi Antibiotika

Menurut Farmakope Indonesia Edisi 3 (1979) :

Penetapan potensi dengan cara difusi dilakukan dengan


cara sebagai berikut :

Dituangkan inokulum tertentu sejumlah diperlukan ke


dalam cawam Petri atau suatu lempeng bujur sangkar
hingga tebal inokulum 3 sampi 4 mm.

Dasar cawan Petri atau lempeng harus rata dan letaknya


horizontal supaya inokulum sama tebalnya. Biarkan pada
suhu kamar selama 30 menit.

Jika digunakan cawan Petri, 6 silinder besi tahan karat


atau kaca porselin dengan diameter luar 8 mm, diameter
dalam 6 mm dan tinggi 10 mm, dijatuhkan ke permukaan
inokulum.
Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt
Jarak antara titik tengah silinder dengan yang lainnya
lebih kurang 28-30 mm.

Silinder diisi dengan larutan pembanding dan sediaan uji


dengan susunan dosis 3:3

sedemikian rupa hingga letak silinder yang berisi larutan


pembanding dan sediaan uji harus berselang-seling.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Begitu juga halnya dengan dosis tinggi, dosis menengah
dan dosis rendah.

Jika menggunakan lempeng bujur sangkar 36 silinder


dijatuhkan ke permukaan inokulum hingga tiap deret dan
kolom terdapat masing-masing 6 silinder.

Silinder diisi dengan larutan pembanding dan sediaan uji


dengan susunan dosis 3:3 sedemikian rupa hingga tiap
dosis harus terdapat pada setiap deret dan kolom.

Biarkan cawan Petri atau lempeng pada suhu kamar


selama 2 jam

Kecuali dinyatakan lain, inkubasi pada suhu 30-35oC


selama 16-18 jam.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Setelah masa inkubasi selesai, diangkat silinder, ukur
dengan seksama diameter daerah hambatan sampai 0,1
mm.

Hitung potensi menurut pola blok rawu untuk cawan Petri


dan kuadrat latin untuk lempeng bujur sangkar.

Perhitungan potensi dengan pola blok rawu, yaitu dengan


cara menentukan berbagai variasi blok dari hasil
pengukuran diameter daerah hambatan untuk
menentukan harga rasio potensi dan batas kepercayaan
rasio potensi.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Prosedur Metode Analisis potensi
Secara Turbidimetri :

Disiapkan beberapa tabung, sesuai dengan didisain


percobaan yang telah dirancang.

Diisi dengan larutan uji dan larutan pembanding dengan


susunan dosis tertentu dan kemudian ditambahkan
medium cair yang telah diinokulasi dengan mikroba uji.

Selanjutnya tabung diinkubasi pada suhu 37oC dan diaduk


pada suatu shaker inkubator selama 3-4 jam.

Setelah inkubasi, pertumbuhan mikroba uji dihentikan


segera dengan jalan merendamkan tabung-tabung
tersebut ke dalam penangas air suhu 80oC atau dengan
penambahan larutan formaldehid ke dalam masing-masing
tabung.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Suhu penangas air tidak boleh melebihi 80oC, karena
akan menyebabkan koagulasi protein. Selanjutnya
kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba
uji diukur menggunakan spektrofotometer uv-vis pada
panjang gelombang 530 nm.

Perhitungan potensi sama dengan cara difusi, dalam hal


ini data kekeruhan menggantikan data diameter
hambatan.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Sebanyak 36 tabung ditaruh dalam rak tabung, hingga pada
setiap deret dan kolom terdapat 6 tabung.

Tabung diisi secara acak dengan larutan pembanding dan


sediaan uji sejumlah 0,1 ml dengan susunan dosis 3 : 3
sedemikian rupa sehingga tiap dosis terdapat dalam setiap
deret dan kolom. Ditambahkan pada setiap tabung masing-
masing 0,9 ml inokulum.

Siapkan dua tabung blanko, pada satu tabung tuangkan 10 ml


inokulum dan pada tabung yang lainnya tuangkan 10 ml
inokulum dan 0,5 ml larutan formaldehid P.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Inkubasi dalam tangas iar suhu 37±0,5oC selama 3-4 jam.
Setelah inkubasi pada masing-masing tabung, kecuali tabung
blanko, tambahkan masing-masing 0,5 ml larutan formaldehid P.

Selanjutnya dengan menggunakan spektrofotometer, ukur


transmittan pada panjang gelombang 530 nm terhadap blanko
tabung yang berisi inokulum dan larutan formaldehid P.

Hitung potensi dengan cara Biometri.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Faktor yang harus diperhatikan pada penentuan
potensi antibiotika dengan cara turbidimetri:

1. Gunakan tabung-tabung dengan ukuran dan ketebalan


yang seragam sehingga rambatan panas yang
diterimanya juga sama.

2. Medium perbenihan yang telah diinokulasi hendaknya


didinginkan sebelum dimasukkan ke dalam tabung.

3. Gunakan bejana inkubasi/shaker incubator dg


kapasitas yang memadai, sehingga tabung-tabung
dapat diaduk dengan kapasitas yang sama.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


4. Pertumbuhan mikroba uji diakhiri pada waktu yang
sama.

Bila menggunakan panas, pakailah penangas air yang


besar dengan suhu 80Csehingga rak tabung dapat
dicelupkan secara sempurna pada waktu yang sama.

Bila menggunakan formalin, sebelum pemberian


formalin rak tabung diangkat dari bejana inkubasi,
lalu dicelupkan ke dalam air es, baru kemudian
diberikan formalin.

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Kurva Dosis-Respon pada penentuan
potensi antibiotika dengan cara turbidimetri:
Kurva antara dosis dan respon yang diberikan
umumnya linier pada range dosis tertentu.

Dosis kerja harus dipilih pada daerah linear ini.

Sebelum analisis harus ditentukan kurva ini dulu


untuk pemilihan
dosis yang tepat.

Kurva diplot konsentrasi sel = transmittan sebagai


sumbu y dan log dosis pada sumbu x

Prof. Dr. Akmal Djamaan, MS, Apt


Tabel 1: Hasil Pengukuran Diameter Hambatan Pertumbuhan Mikroba
Uji Terhadap antibiotika Rimfapisina dan Baku Pembanding

No. Diameter Hambatan ( mm/10) Jumlah


Blok
Baku (S) Uji (U)
S-1 S-2 S-3 U-1 U-2 U-3
1. 152 166 172 149 162 174 975
2. 152 164 176 152 163 172 979
3. 148 162 170 140 161 170 959
4. 147 163 172 142 164 170 968
5. 150 164 180 146 159 179 978
6. 149 163 171 148 162 174 957

898 982 1041 885 971 1039


Jumlah Respon dan kontras adalah sebagai berikut:

Sediaan Baku Sediaan Uji Jumlah


S U
Dosis rendah 898 885
Dosis menengah 982 971
Dosis tinggi 1041 1039

Jumlah sediaan S = 2921 U = 2895 Y = 5816


Kontras linear Ls = 143 Lu = 154 L = 297
Kontras kuadrat Qs = -25 Qu = -18 Q = -43

S = S1 + S2 + S3 U = U1 + U2 + U3
Ls = S3 – S1 Lu = U3 – U1
Qs = S1 – 2S2 + S3 Qu = U1 – 2U2 + U3
 1). Perhitungan Rasio Potensi

I = log 4/3 = 0,1249

ΣL = Ls + Lu = 297

b = ΣL / (d-1) Inh
= 297 / (3-1) x 0,1249 x 6 x 2 = 99,079

Ys = S / nd = 2921 / 6 x 3 = 162,277

Yu = U / nd = 2895 / 6 x 3 = 160,833

M‘u= Yu – Ys / b = -0,014574

Ru = anti log M‘u = 0,9669

Rasio potensi 96,69% terhadap pembanding diketahui potensi


pembanding Badan POM 985 UI/mg.

Didapatkan potensi rimfapisina sebesar 952,39 UI/mg.


2). Nilai koreksi
K = Y2 / n = (5816)2 / 36 = 939607,111

3). Nilai jumlah kuadrat


Sediaan = S2 + U2 _ K = 18,73
d–n
(Ls  Lu) 2
Regresi (E)   3675 , 375
2 n  h

2 2
Ls  Lu
Kesejajara n   E  5 , 041
2 n

(Qs  Qu) 2
Kuadrat (Kd)   25 , 681
6n - h

Qs 2  Qu 2
Beda kuadrat   Kd  0 , 681
6 n

S 2  S 2  S 2  U 2  U 2  U 2
Perlakuan  4 2 0 1 2 0  K  3725 , 563
n

Jumlah   (V 2 )  K

 (152 2  152 2  148 2  .......  172 2 )  K  4154 , 895

R 2  R 2  R 2  R 2  R 2  R 2  K
Blok  1 2 3 4 5 6
k

(975 2  979 2  .......  967 2 )  939607 , 111



3 x 2

 73,563

Deviasi  Kuadrat Jumlah - (perlakuan  blok)  155,75


Analisis Variansi

Sumber Variansi Derajat bebas Jumlah Kuadrat F P


kuadrat rata-rata

Sediaan h–1=1 18,75 18,75 - -


Regresi 1 3675,375 3675,375 589,948 0,05
Kesejajaran h–1=1 5,041 5,041 0,809 0,05
Kuadrat 1 25,681 25,681 4,122 0,05
Beda kuadrat h–1=1 0,681 0,681 0,109 0,05
Perlakuan k–1=5 745,113 745,113
Blok n–1=5 14,713 14,713 2,362 0,01
Deviasi 25 6,23 6,23

35 3984,875

Keterangan: F =nilai yang didapat dari rata-rata tiap variabel yang diuji.
dinyatakan sebagai rasio terhadap s2 (jumlah kuadrat rata-rata
deviasi)
P =probalitas
4). Batas Keyakinan Rasio Potensi
C 8 t  2,06
3

E 3675,375
C 
(E - s t ) (3675,375  (6,23) 2 (2,06) 2
2 2

 1,04691

Ao  anti log C.M'  (C - 1) (C.M. 2  C.I 2


 anti log - 0,0320998 dan anti log 0,0027223
 0,9287 dan 1,0062

Batas keyakinan rasio potensi 0,9287 - 1,0062


Batas keyakinan ini 96,14% - 104,04% dari rasio potensi yang diperoleh pada penetapan.
Keterangan Simbol
b = slop regresi respon logaritma dosis semua sediaan
c = koefisien evaluasi batas keyakinan (dafrar 45-1)
d = banyaknya ragam dosis tiap sediaan
h = banyaknya sediaan termasuk sediaan pembanding
k = banyaknya ragam perlakuan banyaknya pengadaan tiap perlakuan
s2 = varian
t = koefisien student (daftar 2-1)
C = koefisien dalam perhitungan batas keyakinan
E = kuadrat jumlah regresi
I = interval log dosis yang berdampingan
K = koefisien korelasi dalam analisis varian

Anda mungkin juga menyukai