Anda di halaman 1dari 7

SUMMARY AND JOURNAL

APPRAISAL ARTIKEL
DIAGNOSIS
BLOK NEOPLASMA

KELOMPOK B6

TUTOR :

Riyani Wikaningrum, Dr., DMM.,MSc., Hj.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2012
PENYUSUN SUMMARY DAN JOURNAL APPRAISAL :

1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
4. .......................................
5. ........................................
6. ........................................
7. .......................................
8. .........................................
9. .........................................
10.........................................

Artikel yang dipilih :

Primary Nasopharyngeal Carcinoma: Diagnostic


Accuracy of MR Imaging versus that of Endoscopy and
Endoscopic Biopsy

(Ann D. King , FRCR,Alexander C . Vlantis , FCS (SA)ORL,Kunwar S. S. Bhatia ,


FRCR,Benny C. Y. Zee , PhD,John K. S. Woo , FHKAM(ORL),Gary M. K. Tse ,
FRCPC,Anthony T. C. Chan , FRCP,Anil T. Ahuja ,FRCR.radiology.rsna.org.2011 ; 2 : 258 )
Sensitifitas dan penampilan karakteristik dari PCR langsung
dengan sampel tinja dalam perbandingan terhadap tehnik
konvensional untuk mendiagnosis Shigella dan infeksi
enteroinvasive Eschericia coli pada anak - anak dengan diare akut
di Calcutta, India

Abstract :
Sensitifitas tehnik konvensional dalam mengindentifikasi shigella dan E.coli
penyebab disentri cukup rendah, jadi PCR di teliti dalam study ini. Spesitifitas
sebanyak 100% diperoleh dengan metode PCR terhadap percobaan kuman shigella
EIEC dan organism selain shigella. Total 300 contoh feses diperoleh dari anak
anak dengan diare akut yang di letakan pada 2 agar media selektif setelah
diperkaya dalam luria broth. Jadi sensitifitas enriched kultur tinja (54%) , koloni
hibridisasi (60%) dan enricherd tinja PCR (96%). Bahkan uji PCR dapat
mengidentifikasi beberapa Shigella yang tidak terdeteksi menggunakan uji yang
lain.

Introduction :
Shigella dan EIEC adalah etiologi utama penyebab disentri dan tetap endemic di
negara berkembang. Metode kultur yang digunakan dalam mengidentifikasi
shigella dari sample tinja biasanya ga efisien, memakan waktu, diagnosis tetap
tidak jelas, kompetisi dari organisme komensial dan pengumpulan sample yang
tidak kompeten. Jika sample di ambil setelah terapi antibiotic maka pertumbuhan
organism tidak seimbang karena efek kerja dari antibiotic . Lalu pemeriksaan asam
hibridisasi dalam mendiagnosis shigella dan EIEC menggunakan ‘infasi’ plasmid
namun walau spesifik tapi metode ini menjadi kurang sensitive jika menggunakan
specimen ‘blotted’ tinja atau koloni dari media solid blotted pada membran.
Namun ditemukan second DNA dari gen S. flexneri ipaH yang lebih sensitive
dalam mengidentifikasi shigella dan EIEC (PCR).

Material and methods :


Strain bakteri :
Total 170 strain bakteri termasuk 64 serotype dari shigella dan 106 strain non
shigella. E.coli enterovirulen 41 dan E.coli avirulen 40 yang digunakan untuk
menguji spesifitas dari PCR. Semua strain shigella di isolasi dari disentri kasus di
Calcutta 1990-1997.

Plasmid dari strain :


Untuk mengidentifikasi keterangan dari plasmid maka plasmid di ekstraksi dari
shigella dan EIEC yang di isolasi melalu metode standart dan dipisahkan melalui
electrophoresis, stained menggunakan ethidium bromide dan visualisasi di bawah
UV trasiluminasi.

Oligo nucleotide dan hibridisasi DNA


Hybond and plus membranilon dibloted dengan enriched bacterial atau kultur tinja
dan diletakan dalam media agar dan diinkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam agar
makrokoloni dapat tumbuh.

Oligo nucleotide primer dan PCR


Menggunakan plasmid antigen gen (ipaH).

Persiapan sample tinja untuk menentukan sensitivitas dari kultur konvesional,


hibridasi dan PCR. Setiap dilusi dari sample tinja disebarkan dalam agar
MacConkey dan Hectoen. Peserta diperkaya dalam luria broth selama 4-6 jam.

Study Population
300 anak yang datang ke dr. B.C pada Rumah Sakit Roy children dengan diare
akut dari senin-jum’at februari-mei 1999.

Proses dalam Clinical Sample


Sampel tinja di transport menggunakan medium Carry-Blair ke lab mikro selama 2
jam. Tinja diperkaya dengan LB dan diletakkan di MacConkey dan Hectoen untuk
mengindentifikasi bakteri patogennya. Lalu tinja tersebut blotted pada membran
nylon untuk memperoleh makrokoloni dan koloni hibridasi. PCR menggunakan
sampel tinja yang diperkaya seperti DNA template hasilnya didapatkan dengan 3
metode yang dibandingkan dan dianalisa.
Metode Statistic
Metode x2 dengan koreksi Yates dan fisher digunakan untuk membandingkan
hasilnya. P <0.05 adalah hasil yang diharapkan.

Result
Spesifik analitik dan sensitifitas dari uji PCR
Sensitifitas dari metode ini digambarkan menggunakan jumlah dari organism yang
ada setiap ml dari sampel tinja yang dapat dideteksi. System tes dapat dikatakan
positif jika bernilai positif ++. Walaupun setelah diperkaya sensitifitas dari metode
kultur dan hibridasi ditemukan lebih rendah dibandingkan dengan uji PCR.

Identifikasi Shigella dan EIEC pada anak-anak dari sampel tinja


Ada 183 anak laki-laki dan 117 perempuan dari 300 anak yang menderita diare
akut. Median umur mereka 17 bulan yang minimal 1 bulan dan maksimal 60 bulan.
PCR dapat mengidentifikasi Shigella dan EIEC yang tidak teridentifikasi
menggunakan 2 metode yang lain.

Perbandingan dari Karakteristik pada 3 Metode


Untuk evaluasi Shigella dan EIEC diperoleh dalam perbandingan sensitifitas
enriched kultur tinja (54%) , koloni hibridisasi (60%) dan enricherd tinja PCR
(96%).

Discussion
PCR system sangat spesifik sampai 100% untuk mendiagnosis Shigella dan EIEC.
System ini menunjukan hasil negative terhadap semua bakteri yang diuji terkecuali
Shigella dan EIEC. Jadi, PCR lebih sesitif daripada koloni hibridasi dan metode
kultur untuk mendeteksi Shigella. Pada pemeriksaan di Calcuta, hanya 2 kasus
yang miss menggunakan system PCR. Uji ipaH telah menunjukan untuk
mengidentifikasi Shigella dan EIEC yang memiliki infasi essensial dari plasmid.
Studi sekarang menunjukan bahwa PCR tidak hanya memiliki sensitivitas tinggi,
tapi bisa membuktikan hasil pada specimen yang digunakan untuk dilakukan
evaluasi. Kesimpulannya, ipaH PCR yang dilakukan dengan enriched kultur tinja
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, cepat, simple. Ini berguna untuk
penelitian epidemic pada penyakit disentri.
JOURNAL APPRAISAL :

1. Apakah terdapat ketersamaan antara uji diagnosis yang sedang diteliti dengan
baku emas (Gold Standart) ?
Terdapat pada halaman 671 ‘Comparison of performance characteristics of
different methods’

2. Apakah sample subjek penelitian meliputi spectrum penyakit dari yang ringan
sampai berat , penyakit yang terobati dan tidak dapat terobati ? terdapat pada
halaman 669 ‘Study Population’ : ‘stool sample were collected from each child ,
irresective of history of antibiotic therapy, nature, severity and duration of
disease’

Format diatas adalah contoh untuk format pembuatan cover dan isi laporan
tugas summary dan journal appraisal yang dapat dijadikan sebagai panduan
oleh tutor dan mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai