Oleh :
JACKSON
NIM: 144011900002
Dosen pembimbing :
Dr. Erni Erfan, S.Pd, M.Biomed
Pada umumnya studi mengenai gen, baik studi mengenai jumlah maupun
kualitas dari DNA membutuhkan sebuah sampel sebagai persyaratannya dan
sampel yang biasa digunakan adalah darah perifer. Prosedur untuk
mendapatkan sampel tersebut bisa menimbulkan rasa sakit, takut dan berisko
menyebarkan penyakit serta membutuhkan tenaga ahli yang professional untuk
melakukan hal tersebut.9 Pengambilan sampel saliva merupakan metode yang
lebih nyaman dan non invaif ketika dilakukan untuk mengambil spesimen
biologis dari partisipan. Penggunaan DNA saliva untuk analisis variasi gen
sudah banyak dilakukan sebelumnya.10
Saliva dapat menjadi sumber yang sangai baik untuk DNA manusia
dibandingkan alternatif sumber DNA lainnya. saliva dapat dengan mudah
diperoleh meskipun tanpa tenaga ahli dan ekstraksi DNA dengan berat molekul
yang tinggi dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama hingga 5 tahun
dalam suhu ruangan berdasarkan Genotek DNA (DNA Genotek; Ottawa,
Ontario, Canada), serta perolehan DNA tidak menimbulkan rasa sakit, dengan
resiko penularan penyakit yang sangat minimal serta jika diperlukan
pengulangan untuk mengambil sampel saliva, partisipan umumnya toleran
karena prosedur yang lebih non invasif.9
Ekstraksi DNA dari saliva membutuhkan beberapa prosedur11 :
DNA yang diekstrasi melalui sel saliva telah terbukti memiliki kualitas yang
tinggi.12, 13 untuk melakukan quantifikasi DNA, cara tercepat dan murah adalah
14
dengan menggunakan metode ultraviolet (UV) spectrofotometri. cara lain
untuk penilaian ini dapat dilakukan dengan gel agarose elektroforesis,
fluorescent dyes seperti Hoeschst and PicoGreens ™, real-time polymerase
chain reaction (RT-PCR), dan teknik hidrasi.15 semua metode yang ada akan
terjadi bias pada saat quantifikasi jika sampel yang diperoleh memiliki
konsentrasi DNA yang rendah.16
Saliva mengandung material seluler dan hal ini dapat terbaca dengan
analisis DNA. PCR sangat sensitive dan 1ng hingga 5ng dari DNA dapat
terbaca dengan baik menggunakan proses ini. DNA dapat sukses terekstrak
dari saliva dari rentang 28.5 ug/ml hingga 61.5ug/ml. kekuatan penulisan DNA
dari 1uL saliva setara dengan 10uL dari darah.17
Potensial dari uji saliva untuk mendeteksi kanker rongga mulut telah
dilakukan dalam beberapa studi yang menggunakan sampel promoter
hypermethylation, sel yang eksfoliasi serta microbiota. Level transkrip dari
mRNA saliva dapat digunakan untuk diagnostik peluang kanker mulut. selain
kanker mulut, diagnosis pada rongga mulut dapat juga dilakukan dengan
analisis RNA dengan menggunakan saliva. Seperti halnya Sjogren’s sindrom
sebuha penyakit autoimun pada kelenjar saliva. Analisis teridentifikasi 26
potensial mRNA marker yang membedakan individu normal dengan penyakit
sjorgen.18
Saliva dapat menjadi refleksi dari berbagai fungsi fisiologis dari tubuh.
Saliva dapat dipertimbangkan penggunaannya untuk tujuan diagnosis, hanya
membutuhkan konsentrasi yang sedikit untuk dilakukan analisis dibandingkan
darah. Dengan berkembangnya metode molekular yang memiliki sensitifitas
yang tinggi dan teknologi nano, hal ini bukan lagi menjadi sebuah
keterbatasan.19 penggunaan saliva sebagai alat diagnostik memiliki berbagai
alasan yang kuat. (tabel 1) semua karakteristik ini menjadikan saliva sebagai
kandidat untuk deteksi dan monitoring dari berbagai biomarker pada bayi,
anak-anak, dewasa dan pasien yang tidak koperatif. Penyakit lain yang dapat di
deteksi menggunakan saliva antara lain : cystic fibrosis, penyakit jantung,
diabetes, HIV, karies, dan penyakit periodontal. Dengan pertimbangan
ketepatan, efikasi, dan kemudahan penggunaan serta harga yang lebih murah,
uji diagnostik saliva dapat diaplikasikan dalam klinis dan ilmu dasar.20
Tabel 1. Keuntungan saliva sebagai alat diagnostik
NO Alasan
1 Tidak invasive, mudah digunakan, murah
2 Mudah diaplikasikan dibandingan sampel serum (tidak membutuhkan jarum)
3 Memiliki nilai diagnostik real-time
4 Tidak membutuhkan tenaga ahli
5 Sampel yang banyak dapat didapatkan sekaligus
6 Pengambilan sampel dan skrining dapat dilakukan langsung dirumah
7 Resiko infeksi silang yang kecil
8 Sampling menjadi murah, menyaluran serta penyimpanan dibandingkan serum
9 Membutuhkan manipulasi yang lebih sedikit selama prosedur diagnostik
dibandingkan serum
10 Ketersediaan tes skrining komersial
DAFTAR PUSTAKA
1. Wong DT, editor. Salivary Diagnostics. John Wiley & Sons; Philadelpha, PA,
USA: 2008. pp. 1–320.
2. Chianeh YR, Prabhu K. Biochemical markers in saliva of patients with oral
squamous cell carcinoma. Asian Pac J Trop Dis. 2014;4(Suppl 1):S33–40.
3. Miller CS, Foley JD, Bailey AL, dkk. Current developments in salivary
diagnostics. Biomark Med. 2010 Feb; 4(1): 1710189
4. Bhattarai KR, Kim HR, Chae HJ. Compliance With Saliva Collection
Protocol in Healthy Volunteers : Strategies for Managing Risk and Error. Int J
Med Sci. 2018; 15(8): 823-831
5. Khan RS, Khurshid Z, Asiri FYI. Advancing Point-of-Care (POC) testing
Using Human Saliva as Liquid Biopsy. Diagnostic (Basel). 2017 Sep; 7(3):
39
6. Tabak LA. Point-of-care diagnostics enter the mouth. Ann. N. Y. Acad. Sci.
2007;1098:7–14.
7. Wang A, Wang C, Tu M, dkk. Oral biofluid biomarker research: Current
status and emerging frontiers. Diagnostics. 2016;6:45.
8. Cone EJ, Clarke J, Tsanaclis L. Prevalence and disposition of drugs of abuse
and opioid treatment drugs in oral fluid. J. Anal. Toxicol. 2007;31:424–433.
doi: 10.1093/jat/31.8.424.
9. Garbieri TF, Brozoski DT, Dionisio TJ, dkk. Human DNA extraction from
whole saliva that was fresh or stored for 3, 6, 12 months using five different
protocols. J Appl Oral Sci. 2017 Mar-Apr;25(2): 147-158
10. Bruinsma FJ, Joo JE, Wong EM, dkk. The utility of DNA extracted from
saliva for genome-wide molecular research platforms. BMC Res Notes. 2018;
11: 8.
11. Goode MR, Cheong SY, Li N, dkk. Collection and Extraction of Saliva DNA
for Next Generation Sequencing. J Vis Exp. 2014; (90): 51697.
12. Hansen TV, Simonsen MK, Nielsen FC, Hundrup YA. Collection of blood,
saliva, and buccal cell samples in a pilot study on the Danish nurse cohort:
comparison of the response rate and quality of genomic DNA. Cancer
Epidemiol Biomarkers Prev. 2007;16(10):2072–2076.
13. Rogers NL, Cole SA, Lan HC, Crossa A, Demerath EW. New saliva DNA
collection method compared to buccal cell collection techniques for
epidemiological studies. Am J Hum Biol. 2007;19(3):319–326.
14. Nishita DM, Jack LM, McElroy M, McClure JB, Richards J, Swan GE,
Bergen AW. Clinical trial participant characteristics and saliva and DNA
metrics. BMC Med Res Methodol. 2009;9:71.
15. Nunes AP, Oliveira IO, Santos BR, dkk. Quality of DNA extracted from
saliva sampels collected with the oragene TM DNA self-collection kit. BMC
Med Res Mthodol. 2012; 12: 65.
16. Garcia-Closas M, Moore LE, Rabkin CS, Franklin T, Struewing J, Ginzinger
D, Alguacil J, Rothman N. Quantitation of DNA in buccal cell samples
collected in epidemiological studies. Biomarkers. 2006;11(5):472–479.
17. Khare P, Raj V, Chandra S, dkk. Quantitative and qualitative assessment of
DNA extracted form saliva for its use in forensic identification. J Forensic
Dent Sci. 2014 May-Aug; 6(2): 81–85.
18. Zimmermann BG, Park NH, Wong DT. Genomic Targets in Saliva. Ann N Y
Acad Sci. 2007.Mar; 1098: 184-191.
19. Tremblay M., Loucif Y., Methot J., Brisson D., Gaudet D. Salivary pH as a
marker of plasma adiponectin concentrations in women. Diabetol Metab
Syndr. 2012;4(4)
20. Javaid MA, Ahmed AS, Durand R, dkk. Saliva as diagnostic tool for oral and
systemic diseases. J Oral Biol Craniofac Res. 2016 Jan-Apr; 6(1): 66–75.