Oleh:
Dr. Dian Maulisa Fitriani
Pembimbing:
Dr. Tetty Aman Nasution, M.Med, Sc
Departemen:
Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
1.1. Pendahuluan
Prinsip yang harus diperhatikan pada pengambilan dan pengiriman sampel / spesimen
mikrobiologi yaitu menggalang kerjasama serta saling berinteraksi secara erat antara klinisi/
spesialis, petugas rumah sakit/tenaga paramedis, pasien, dan ahli mikrobiologi agar hasil
pemeriksaan mikrobiologi dapat dipercaya dalam penanganan kasus serta pengendalian infeksi.
Hasil dari suatu pemeriksaan mikrobiologi pada umumnya dapat menunjang diagnosis
klinis, tetapi bila hasil pemeriksaan negatif, tidak berarti spesimen yang diambil mutlak salah.
Pada pengambilan bahan harus diperhatikan jumlah spesimen untuk pemeriksaan, biakan kuman,
tes resistensi antibiotika. Spesimen merupakan bagian terpenting dalam menggali suatu
pemeriksaan, dimana hasil pemeriksaan laboratorium tidak lebih baik dari mutu spesimen yang
diperoleh.
Berdasarkan cara pengambilan, spesimen digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu,
spesimen non-invasif dan spesimen invasif. Spesimen non-invasif contohnya adalah urin,
sputum, feses, dan luka. Relatif mudah diambil ulang ketika terjadi kesalahan identifikasi.
Sedangkan untuk spesimen invasif contohnya adalah kultur darah, cairan tubuh steril sperti
cairan pleura dan cairan amnion.
Dalam pemeriksaan mikrobiologi adanya cemaran mikroba yang bukan merupakan
penyebab infeksi akan sangat mengganggu. Mikroba yang menjadi penyebab infeksi sendiri
harus dapat diperoleh dan dipertahankan hidup. Oleh karena itu cara pengambilan, penyimpanan,
dan transportasi spesimen yang baik merupakan salah satu faktor penentu mutu dari
pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan laboratorium lain.
BAB II
Pleura visceralis terdiri dari 3 lapisan. Bagian permukaan luarnya terdiri dati selapis sel
mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 gm). Di antara celah sel ini terdapat beberapa
jaringan limfoid. Dibawah sel-sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan
histiosit. Pada lapisan tengah terdapat jaringan kolagen dan serat-serat elastik. Lapisan terbawah
terdapat jaringan interstitial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler
- dari arteri pulmonalis dan arteri brakialis serta pembuluh getah bening. Keseluruhan
jaringan pleura visceralis ini menempel kuat pada jaringan parenkim paru.
Pleura parietalis merupakan jaringan lebih tebal dan terdiri dari sel-sel mesotelial dan
jaringan ikat (jaringan kolagen dan serat-serat elastik). Dalam jaringan ikat ini terdapat pembuluh
kapiler dari arteri interkostalis dan arteri mamaria interna, pembuluh getah bening dan banyak
reseptor saraf yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Sistem persarafan ini
berasal dari nervus interkostalis dinding dada dan aliran sesuai dengan dermatom dada.
Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi mudah juga dilepaskan
dari dinding dada diatasnya.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong antara kedua pleura tersebut,
karena terisi sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak
seara teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan lapisan pelumas antara kedua pleura, sehingga
mereka mudah bergeser satu sama lain. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak
dapat diukur karena sangat sedikit
Cairan dapat masuk kedalam rongga melalui pleura parietalis dan selanjutnya keluar
lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura viseralis via sistem limfatik dan vaskuler.
Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura viseralis dapat terjadi karena adanya perbedaan
tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh sistem
limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang
memudahkan penyerapan cairan pada pleura viseralis adalah terdapat banyak mikrovili disekitar
sel-sel mesotelial. Pleura viseralis yang melekat pada paru mempunyai kemampuan mereabsorbsi
sampai 90 %, sedangkan sisanya oleh pembuluh limfe.
2.1.2. Thoracentesis
Jenis cairan rongga pleura mungkin transudat atau eksudat sehingga perlu secara tepat
membedakan keduanya. Torasentesis merupakan proses pengambilan cairan ( sampling ) dari rongga
pleura. Tindakan yang juga disebut pungsi pleura ini dilakukan di linea aksilaris posterior di spasium
interkostalis VIII. Penuntun ultrasonografi (ultrasonographic guidance) atau CT scan diperlukan
bila jumlah cairan sangat sedikit, disamping bisa mengurangi insiden pneumatoraks setelah
tindakan.
Torasentesis dilakukan atas indikasi terapeutik atau diagnostik. Untuk keperluan terapeutik,
cairan yang diambil bisa mencapai 1500 ml atau lebih sampai pasien merasakan keluhannya
berkurang. Torasentesis diagnostik memerlukan lebih sedikit cairan pleura, yaitu 50-100 ml,
untuk keperluan pemeriksaan protein, glukosa, LDH, jumlah lekosit, hitung jenis, pembuatan
apusan, kultur atau analisa sitologi. Khusus untuk pemeriksaan sitologi, apabila hasil ternyata negatif,
maka harus diulangi dengan sampel yang diperoleh dari biopsi jarum (needle biopsy). Pengambilan
sampel ini memerlukan keahlian khusus mengingat komplikasi tindakan mencapai 14%.
Kemungkinan yang terjadi antara lain pneumotorak, infeksi, mengenai organ terdekat terutama paru dan
perdarahan. Syarat utama tindakan ini adalah bekerja steril untuk menghindari infeksi setelah
tindakan sekaligus memperoleh sampel yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2.1.2.1. Penampungan dan waktu pengiriman
Penampungan sampel disesuaikan jenis pemeriksaan yang dilakukan. Selain untuk keperluan
kultur, sampel yang diperoleh ditampung dalam botol atau tabung bersih dan kering dengan
antikoagulan untuk mencegah terbentuknya bekuan. Untuk keperluan kultur, penampung harus
steril dan tertutup rapat. Sampel sebaiknya segera dikirim dalam keadaan segar (segera
sesudah pengambilan). Penundaan pemeriksaan tidak diperkenankan lebih dari 8 jam karena
akan menimbulkan penurunan hasil pemeriksaan protein.
2.1.2.2. Alat
Fotometer untuk pemeriksaan protein harus dalam keadaan siap pakai dan selalu
terkalibrasi.
Kaca obyek dalam keadaan baru dan atau bersih sehingga diharapkan saat melakukan
penghapusan diperoleh hasil yang baik (tidak terputus-putus akibat kotornya kaca obyek)
Bilik hitung Neubauer Improved dalam keadaan bersih sehingga saat penghitungan
tidak terganggu oleh kotoran yang melekat.
2.1.2.3. Reagen
Untuk pengecatan dalam hitung jenis lekosit, wright giemsa selalu dibuat baru sehingga
hasil pengecatan optimal (sel-sel terwamai dengan jelas).
2.1.2.4. Pemeriksa
Pemeriksaan dil akukan oleh tenaga anali s yang t erl atih dan berpengalaman.
Hitung jenis leukosit dilakukan secara induplo untuk menghindari kesalahan subyektifitas.
2.1.3. Pemeriksaan Transudat-Eksudat
Sesuai pendapat Light, pemeriksaan LDH dan protein dapat dipakai untuk membedakan
transudat-eksudat. LDH terdapat pada semua sel tubuh, yaitu pada sitoplasma. Kadar tertinggi
terdapat dalam otot rangka, hati, jantung, ginjal dan eritrosit.41 Kadar dalam serum akan
meningkat bila terdapat kerusakan pada jaringan tubuh. Di laboratorium klinik yang
sederhana, pemeriksaan LDH biasanya belum dilakukan, sehingga pemeriksaan protein
menjadi hal yang penting.
Protein yang terdapat dalam cairan pleura khususnya eksudat secara umum sama dengan
kandungan protein yang terdapat dalam plasma pembuluh darah, yait-u mengandung albumin,
globulin dan fibrinogen. Perbandingan kadar protein cairan efusi biasanya lebih dari 0,5 dari protein
total yang terdapat didalam darah, sedangkan dalam transudat kurang dari 0,5 dari protein total
yang terdapat didalam darah. Pada kandungan protein yang tinggi dimana kadar fibrinogen
didalamnya juga tinggi, sampel tanpa antikoagulan akan membentuk bekuan yang
mengganggu pemeriksaan.
Mengingat terjadinya eksudat merupakan akibat proses inflamasi, pemeriksaan
jumlah dan hitung jenis sel dapat dilakukan untuk melengkapi penentuan transudat-eksudat.
glasial jenuh ( 1 tetes ) yang diencerkan dalam aquades sebanyak 100 cc, diteteskan cairan yang
akan diperiksa. Jika saat diteteskan cairan tersebut menunjukkan gambaran seperti kabut atau
kapas berarti tes positif , sebaliknya jika tidak ada disebut negatif. Pemeriksaan ini bersifat
Pemeriksaan ini dimulai dengan menetapkan berat jenis cairan. Apabila berat jenisnya
1,010, dibuat pengenceran 5-10 kali, sedangkan berat jenis 1,010 memerlukan pengenceran
20 kali. Pemeriksaan protein menurut Esbach dilakukan berdasarkan pengenceran yang telah
dibuat.
reagen Biuret dan hasil reaksinya dibaca dengan fotometer. Reagen Biuret terdiri dari :
Na OH 0,1 N
K-Na-Tartrat 16 mmol/L
ion tembaga dalam larutan alkalis akan menyebabkan komplek warna (ungu).
Pemeriksaan sel darah khususnya leukosit merupakan penentu eksudat atau transudat,
dimana pada transudat jumlah leukosit kurang dari 1.000/mm3, sedangkan pada eksudat lebih dari
atau sama dengan 1 000/mm3 terutama PMN. Berdasarkan jenis leukositnya yaitu
Hitung jumlah leukosit dapat dikerjakan dengan menggunakan bilik hitung Neubauer
Improved atau Fuch Rosenthal dan mengunakan larutan Na C1 0,9 % dengan pengenceran seperti
—
Selain dengan bilik hitung dapat pula dengan digunakan Automatic Blood Counter tetapi
hasilnya sering tinggi palsu ini diakibatkan oleh sel mesotelial, sel tumor, atau debris yang ikut
terhitung.
Untuk melisiskan eritrosit dapat dipakai asam asetat glasial 3 % dan untuk memberikan
sampel yang telah disentrifugasi. Pengecatan dapat dilakukan dengan memakai Giemsa atau
radang akut, leukosit didominasi jenis PMN dalam bentuk segmen netrofil, sedangkan radang
2.2. Bronkoskopi
Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti batang
tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi, bronkoskopi adalah
pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru yang disebut bronkus. Lebih
khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis, yang dilakukan oleh dokter yang
paru untuk tujuan diagnostik dan terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter
organ dalam tubuh. Tergantung pada alasan medis atau indikasi klinis untuk bronkoskopi,
dokter dapat menggunakan bronkoskopi kaku (rigid) atau Fiber Optic Bronchoscopy (FOB)
Berdasarkan bentuk dan sifat alat bronkoskopi, saat ini dikenal dua macam
bronkoskopi, yaitu Bronkoskopi kaku (Rigid) dan Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL).
Bronkoskopi rigid merupakan alat yang berbentuk tabung lurus terbuat dari bahan
stainless steel. Panjang dan lebar bervariasi, tetapi bronkoskopi untuk dewasa biasanya
berukuran panjang 40 cm dan diameter berkisar 9-13,5 mm, tebal dinding bronkoskop
berkisar 2-3 mm. Bronkoskopi rigid biasanya dilakukan dengan penderita di bawah anestesi
umum. Tindakan ini harus dilakukan oleh bronchoscopist yang berpengalaman di ruang
operasi. Bronkoskopi rigid diindikasikan pada penderita dengan obstruksi saluran nafas besar
dimana dengan FOB tidak dapat dilakukan. Indikasi umum lainnya adalah:
• Laser bronkoskopi
1). Indikasi
Terdapat beberapa indikasi dilakukannya bronchial washing, yaitu:
1. Diagnostik, yaitu untuk mendapatkan bahan pemeriksaan pada penyakit paru infeksi,
noninfeksi, keganasan, penyakit interstisial paru dan lain-lain
2. Terapeutik, yaitu pada beberapa kasus seperti pneumonia aspirasi oleh cairan lambung
dan aspirasi benda asing tertentu.
3. Perioperatif, yaitu untuk membersihkan sisa-sisa darah dan bekuan darah selama
pembedahan paru.
2). Persiapan
A. Pasien
- Permintaan dan ijin tindakan bronkoskopi (dari pasien dan diketahui keluarga
terdekat dengan saksi petugas paramedis/medis) setelah diberi penjelasan tentang
tindakan dan tujuan pemeriksaan serta komplikasinya.
- Foto toraks PA dan lateral (terbaru), bila ada foto lain (oblik, top lordotik, lateral
foto, tomogram, CT scan dan lain–lain).
- EKG baru atau hasil konsultasi kardiologi (bila perlu).
- Laboratorium (faal hemostasis, hasil pemeriksaan sputum bila ada).
- Puasa sekurang–kurangnya 5 jam sebelum tindakan.
- Codein tablet dan ekstrak belladona tablet 12 jam dan 6 jam sebelum tindakan.
- Buat status bronkoskopi.
B. Alat
- Unit Bronkoskop Serat Optik Lentur (BSOL) dan "light source" –
- Unit penyedot (suction) yang berfungsi baik dengan kekuatan sedot cukup
- Lampu kepala
- Aparatus instilasi lidocain
- Xylocain spray
- Pot lidocain dengan semprit 10 cc
- Asesori tindakan bronkoskopi
- Pulse oxymeter
- Sumber O2 dan aparatusnya (nasal kanul)
- Obat–obat emergensi
- Emergensi kit (Doctor Blue)
- Aparatus pencucian bronkoskop
- Alat–alat infuse
- Obat–obat premedikasi
C. Cara Kerja
- Pasien disiapkan di ruang persiapan dengan memeriksa tanda–tanda vital, status
paru dan kardiologis.
- Premedikasi dengan sulfas atropin 0,25 mg IM/IV atau diazepam 5 mg IM/IV
atau keduanya tergantung umur, status tanda vital, paru dan kardiologis.
- Anestesi lokal oral dengan kumur–kumur lidocain 5 ml selama 5 menit dalam
posisi duduk.
- Anestesi lokal lanjutan di daerah orofaring dan laringofaring serta pita suara
dengan xylocain spray 10% (5 – 7 semprot).
- Instilasi lidocain 2% 2 ml ke dalam trakea melalui pita suara dengan bantuan kaca
laring.
- Penderita siap diperiksa dalam posisi duduk, telentang atau posisi lainnya dengan
pemeriksa berdiri di belakang kepala pasien.
- Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk kanan/kiri, oksigen kanula nasal dengan
arus 3 – 4 liter/menit dan kedua mata ditutup dengan kain penutup untuk
mencegah terkena larutan lidocain/cairan pembilas.
- Mouth–piece diletakan di antara gigi rahang atas dan rahang bawah untuk
mencegah tergigitnya bronkoskop.
- Insersi bronkoskop bais secara transoral (tersering) atau transnasal.
- Dipelajari pita suara, trakea, karina, bronkus utama kanan/kiri, bronkus lobus,
bronkus segmen, bronkus subsegmen.
- Pada daerah bronkus yang dicurigai ada kelainan disikat dengan alat brush baik
yang tanpa selubung maupun yang dengan selubung tunggal/selubung ganda/
selubung ganda dengan ujung tertutup polyethylenegycol (tergantung pada
diameter "manouver channel" bronkoskop yang digunakan saat itu) beberapa kali
sampai dirasa cukup.
- Alat sikat ditarik ke dalam manouver channel dan bronkoskop berikut alat sikat
dikeluarkan dari pohok trakeobronkial.
- Di luar pasien, alat sikat dikeluarkan dari ujung bronkoskop sepanjang lebih
kurang 5 cm dan sikat dijentik–jentikan pada gelas objek serta ditratakan.
- Gelas objek yang telah berisi bahan pemeriksaan dilakukan fiksasi basah dan
fiksasi kering
- Fiksasi basah : setelah gelas objek difiksasi, keringkan dengan udara ruangan
kemudian direndam dalam pot plastic berisi alcohol 96%
- fiksasi kering : setelah gelas objek difiksasi, teteskan dengan alcohol 96% 1 tetes
kemudain keringkan dengan udara ruangan kemudian masukkan dalam pot plastik
steril yang kosong
- Alat brush dikeluarkan dari bronkoskop.
- Bronksokopi diulang untuk evaluasi akibat penyikatan apakah ada perdarahan.
- Bahan segera dikirim ke Laboratorium.
b. Bronchoalveolar Lavage
Bronchoalveolar lavage adalah tindakan melalui bronkoskop menguras permukaan
mukosa jalan napas kecil dan rongga alveoli.
BAL bertujuan untuk mengambil spesimen yang terletak pada ujung saluran nafas
(alveolus). Cairan salin atau ringer dimasukkan ke ujung scope bronkoskop kemudian disedot.
Tindakan ini diulang beberapa kali sampai didapat sampel 100-300 ml untuk mendapatkan
material yang cukup dari alveolus. Sampel yang didapat dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.
1). Indikasi
1. Diagnosis, yaitu untuk membantu penegakan diagnosis pada pasien dengan penyakit
keganasan paru, penyakit interstisial paru seperti asbestosis, sarkoidosis, silikosis,
histiosistosis, pneumonitis hipersensitiviti, dan fibrosis paru idiopatik.
2. Terapeutik, yaitu untuk membantu pengeluaran benda asing yang ada di alveoli, dan pada
inhalasi zat-zat radioaktif.
2). Persiapan
A. Pasien
- Permintaan dan ijin tindakan bronkoskopi (dari pasien dan diketahui keluarga
terdekat dengan saksi petugas paramedis/medis) setelah diberi penjelasan tentang
tindakan dan tujuan pemeriksaan serta komplikasinya.
- Foto toraks PA dan lateral (terbaru), bila ada foto lain (oblik, top lordotik, lateral
foto, tomogram, CT scan dan lain–lain).
- EKG baru atau hasil konsultasi kardiologi (bila perlu).
- Laboratorium (faal hemostasis, hasil pemeriksaan sputum bila ada).
- Puasa sekurang–kurangnya 5 jam sebelum tindakan.
- Codein tablet dan ekstrak belladona tablet 12 jam dan 6 jam sebelum tindakan.
- Buat status bronkoskopi.
B. Alat
- Unit Bronkoskop Serat Optik Lentur (BSOL) dan "light source" –
- Unit penyedot (suction) yang berfungsi baik dengan kekuatan sedot cukup
- Lampu kepala
- Aparatus instilasi lidocain
- Xylocain spray
- Pot lidocain dengan semprit 10 cc
- Asesori tindakan bronkoskopi
- Pulse oxymeter
- Sumber O2 dan aparatusnya (nasal kanul)
- Obat–obat emergensi
- Emergensi kit (Doctor Blue)
- Aparatus pencucian bronkoskop
- Alat–alat infuse
- Obat–obat premedikasi
C. Cara Kerja
- Pasien disiapkan di ruang persiapan dengan memeriksa tanda–tanda vital,
status paru dan kardiologis
- Premedikasi dengan sulfas atropin 0,25 mg IM/IV atau diazepam 5 mg IM/IV
atau keduanya tergantung umur, status tanda vital, paru dan kardiologis
- Anestesi lokal oral dengan kumur–kumur lidocain 5 ml selama 5 menit dalam
posisi duduk
- Anestesi lokal lanjutan di daerah orofaring dan laringofaring serta pita suara
dengan xylocain spray 10% (5 – 7 semprot).
- Instilasi lidocain 2% 2 ml ke dalam trakea melalui pita suara dengan bantuan
kaca laring.
- Penderita siap diperiksa dalam posisi duduk, telentang atau posisi lainnya
dengan pemeriksa berdiri di belakang kepala pasien.
- Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk kanan/kiri, oksigen kanula nasal
dengan arus 3 – 4 liter/menit dan kedua mata ditutup dengan kain penutup
untuk mencegah terkena larutan lidocain/cairan pembilas.
- Mouth–piece diletakan di antara gigi rahang atas dan rahang bawah untuk
mencegah tergigitnya bronkoskop.
- Insersi bronkoskop bais secara transoral (tersering) atau transnasal.
- Dipelajari pita suara, trakea, karina, bronkus utama kanan/kiri, bronkus lobus,
bronkus segmen, bronkus subsegmen.
- Dipakai bronkoskop serat optik berdiameter 4 – 5,6 ml.
- Lokasi yang dipilih lobus medius atau lingula kecuali ada lesi lokal di lobus
tertentu
- Setelah dipelajari seluruh percabangan bronkus kanan dan kiri, ujung
bronkoskop ditujukan ke lobus medius atau lingula dan disumbatkan pada
bronkus lobus/ segmen tersebut
- Cairan steril garam fifiologis 0,9% dengan suhu 37°C diinstilasikan sebanyak-
banyaknya 20 – 50 ml kemudian secara hati-hati cairan tersebut dihisap
kembali dengan kecepatan 5 ml/detik.
- Tindakan tersebut dilanjutkan sampai sebanyak 100 – 300 ml.
- Cairan yang dihisap kembali hanya 40 – 60%. Pada pasien emfisema/penyakit
obstruksi jalan napas hanya 10 – 40%.
- Cairan yang diaspirasi dapat disimpan pada temperatur kamar dan
ditempatkan dalam es bila akan dikirim ke laboratorium dan dianalisis dalam
waktu 1 jam setelah pengisapan.
DAFTAR PUSTAKA