Anda di halaman 1dari 29

PANDUAN PELAYANAN PATOLOGI ANATOMI

BAB I

DEFINISI

A. Latar Belakang

Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit (Departement

Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit Khusus dan

Swasta Sub Direktorat Penunjang Medik 1998),Good Laboratory Parctice (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia)Pusat laboratorium Kesehatan 1999, PerMenKes Republik

Indonesia Nomor 411/MENKES/PER/III/2010 Tentang Laboratorium Klinik, Teknik

Pengelolaan Sediaan Histopatologi dan Sitologi Laboratorium 1989.

Pemeriksaan Patologi Anatomi ialah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap sel

jaringan tubuh dan cairan yang berasal dari tubuh manusia, serta menggunakan metode

tertentu untuk mendapatkan diagnosis kelainan yang diderita. Instalasi Patogi Anatomi

melayani permintaan pemeriksaan Patologi Anatomi dari berbagai disiplin ilmu kedokteran

klinik.

Oleh karena itu sulit untuk menentukan prioritas pemeriksaan berdasarkan jenis yang

diperiksa, sehingga standart pemeriksaan tidak bias didasarkan jenis penyakit. Jenis atau

metode pemeriksaan Patologi Anatomi yang dilakukan, sangat bergantung pada dokter yang

akan memanfaatkan pemeriksaan tersebut dalam upaya memastikan diagnosis dari pasien

yang dirawat.
Dalam uraian tentang standart pelayanan medis untuk pemeriksaan Patologi Anatomi ini akan

lebih ditekankan pada penguraian prosedur pemeriksaan Patologi Anatomi, sehingga setiap

dokter atau pihak yang ingin memanfaatkan pemeriksaan Patologi Anatomi dapat mengetahui

secara jelas apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan sebaik-baiknya.

Patologi Anatomi dibagi atas patologi anatomi umum dan patologianatomi khusus. Patologi

anatomi umum mempelajari reaksi dasar dari seldan jaringan terhadap stimulasi/rangsangan

abnormal yang merupakan dasar dari semua penyakit. Patologi anatomi khusus mempelajari

respon spesifik dari jaringan dan organ tertentu terhadap stimulasi/rangsangan yang diketahui.

Pemeriksaan Patologi Anatomi jika dikaitkan dengan pelayanan medis memiliki peran dalam

seluruh tingkat pelayanan medis meliputi :

a.pencegahan penyakit dalam aspek deteksi dini kanker melalui pemeriksaan sitologi Pap

smear, sitologi dengan jarum halus, bilasan serta sikatan bronkus dan pencegahan

penyakit tertentu melalui penelitian dalam bidang ilmu kedokteran dasar maupun klinik,

misalnya penelitian tentang efek suatu zat terhadap jaringan tubuh (zat karsinogenik,

toksisitas, dll) dan penelitian tentang pengaruh suatu zat dalam mencegah kerusakan

jaringan oleh zat lain

b. Diagnosa penyakit/kelainan tubuh dalam aspek pemeriksaan Patologi Anatomi

mempunyai peran dalam menentukan kepastian jenis penyakit atau kelainan tubuh,

karena pemeriksaan secara Patologi Anatomi adalah menganalisis secara langsung

jaringan tubuh yang terkena penyakit


c.Pengelolaan penderita pemeriksaan Patologi Anatomi berperan dalam menentukan

tindakan dan pengobatan pada penderita secara tepat guna.Hal ini terlihat nyata pada

pemeriksaan potong beku, dimana tindakan operasi selanjutnya ditentukan oleh hasi

pemeriksaan potong beku. Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi yang dilakukan

di Rumah Sakit Emanuel meliputi teknik pengelolaan sediaan histopatologi, sediaan

sitologi..Dalam penatalaksanaan pasien, Patologi Anatomi sangatlah penting untuk

menegakkan diagnose serta suatu penyakit. Oleh sebab itu, Diperlukan Pedoman

Pelayanan Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi, guna pelayanan Laboratorium

Patologi Anatomi lebih terprosedur dan menjadi pedoman dalam pelayanan Laboratorium

Patologi Anatomi di RS. Emanuel

B. Tujuan Pedoman :

1. Tujuan Umum

Agar dalam pelayanannya Laboratorium Patologi Anatomi lebih terprosedur.

2. Tujuan Khusus

Menjadi pedoman Laboratorium Patologi Anatomi dalam melakukan pelayanan.


BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan Laboratorium Patologi Anatomi meliputi Pelayanan pemeriksaan

sebagai berikut :

1. Sitopatologi

2. Pap Smear

3. FNAB

Batasan Operasional

1. Sitopatologi adalah pemeriksaan sel tubuh yang mencari kelainan Pathologi sel baik

inti dan sitoplasma, baik sel tubuh yang tereafoliasi maupun sel tubuh yang diambil

secara aspirasi dan kerokan (Scraping) dengan menggunakan mikroskop cahaya.

2. Aspirasi Jarum Halus FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) adalah suatu tindakan

memeriksa suatu bagian tubuh dengan cara menyuntikkan sebuah jarum yang halus

(lebih kecil dari jarum suntik biasa) ke bagian yang membenjol, lalu melakukan

aspirasi (penyedotan) untuk mengambil isi benjolan itu. Selanjutnya bahan hasil

sedotan itu dikirim ke dokter Ahli Patologi untuk diperiksa . Dokter Ahli Patologi

akan menentukan jenis penyakit pada benjolan itu. Setelah itu dokter anda akan

memberikan obat atau cara pengobatan yang sesuai dengan penyakit.


3. Sitologi urine adalah tes untuk mencari sel-sel yang abnormal dalam urin Anda.

Sitologi urine digunakan bersama dengan tes dan prosedur untuk mendiagnosis kanker

saluran kemih lainnya. Sitologi urine yang paling sering digunakan untuk

mendiagnosa kanker kandung kemih, meskipun tes juga dapat mendeteksi kanker

ginjal, kanker prostat, kanker saluran kencing dan kanker uretra.

4. Pap smear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang di ambil dari leher rahim dan

kemudian di periksa di bawah mikroskop untuk dilihat perubahan-perubahan yang

terjadi dari sel-sel tersebut dan untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim

5. Cairan fistula adalah cairan dari koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ,

atau struktur lainnya.

6. Bilasan bronkus (bronchial washing) adalah tindakan membilas daerah bronkus dan

cabang - cabangnya dengan cairan normal saline via bronkoskop, pada permukaan lesi

7. Cairan Kiste adalah cairan yang terdapat didalam suatu benjolan/tumor bentuknya

kistik, biasanya cairan kental ataupun kumpulan darah yang umumnya berbentuk

seperti buah bertangkai

8. Cairan pleura adalah tindakan aspirasi cairan pleura dari rongga pleura dengan jarum

perkutan ( toraksentesis )

9. Cairan Pericardial ("cairan di sekitar jantung") adalah akumulasi abnormal cairan

dalam rongga perikardial karena jumlah terbatas ruang dalam rongga perikardial,
akumulasi cairan menyebabkan tekanan intrapericardial meningkat yang negatif dapat

mempengaruhi fungsi jantung.

10. Cairan Ascites adalah akumulasi dari cairan (biasanya cairan serous yang adalah

cairan kuning pucat dan bening) dalam rongga perut (peritoneal).

11. Pap bukal atau Bucal Smear adalah tes di mana sel-sel yang diambil dari lidah, sel

dikumpulkan oleh gesekan lidah dengan spatula dan sel-sel tersebut kemudian

ditempatkan pada slide, sel-sel dievaluasi adanya badan Barr (massa terlihat pada

kromosom seks perempuan normal)

12. Cairan otak / (LCS) adalah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus

choroideus di dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport aktif dan ultrafiltrasi,

sedangkan 30% dibentuk pada tempat lain,termasuk pedim ventrikel dan rongga

subarachnoid. Cairan otak ini pada orang dewasa diproduksi 500 ml setiap hari (21

ml/jam), walaupun hanya kurang lebih 120 - 150 ml saja yang bersirkulasi.

13. Cairan abdomen adalah terkumpulnya cairan patologis di dalam rongga abdomen

14. Cairan sendi adalah cairan viskos yang trdapat dalam rongga sendi

15. Histopatologi adalah pemeriksaan morfologi sel atau jaringan tubuh pada sediaan

mikroskopis dengan prosessing dan blok parafin serta pengecatan HE menggunakan

mikroskop cahaya dengan pembesaran 10 x 5 dan 40 x 5 yang meliputi perubahan

struktur dalam sel/jaringan yang disebabkan karena penyakit tertentu dan untuk

menetapkan diagnosis kelainan yang meliputi degenerasi, radang dan infeksi


neoplasma serta untuk menentukan batas sayatan operasi sudah bebas dari kelainan

atau belum.

16. Jaringan kecil adalah jaringan kuretase atau biopsi jaringan dalam di botol kecil

dengan diameter jaringan ≤ 3 cm

17. Biopsi Aspirasi Jarum Halus ( BAJAH )atau fine needle aspiration biopsy (FNAB)

adalah pengambilan material jaringan kelenjar getah bening untuk dilakukan

pemeriksaan sitologi dan mikrobiologi kelenjar getah bening yang di maksud di sini

ialah kelenjar getah bening (KGB) daerah submandibula, leher atau supraklavikula

18. Jaringan sedang adalah jaringan tidak teratur volume ≤ 5 cc dan jaringan sedang 3 cm

< Diameter ≤ 10 cm

19. Jaringan besar adalah jaringan tidak teratur volume > 5 cc dan jaringan besar

diameter > 10 cm

20. Frozen Sections atau potong beku adalah pemotongan jaringan yang sudah dibekukan

dengan bantuan gas CO, pemeriksaan frozen sections ini dilakukan pada waktu

penderita masih dalam kamar operasi.

21. Immunohistokimia adalah suatu metode visualisasi / pewarnaan sel dan jaringan

dalam penelitian yang digunakan dengan dasar : reaksi antigen – antibody, aplikasi

dasar dan teknik imunologi dalam mempelajari sel danjaringan

22. ER (Estrogen Reseptor) dan PR (Progesteron Reseptor) Estrogen dan Progesteron

adalah dua jenis hormone pada wanita, yang memicu pertumbuhan sel payudara dan
memegang peranan penting pada sebagian kanker payudara. Sel kanker memberi

respon pada hormone ini melalui ER dan PR tersebut. Test pada tumor untuk melihat

reseptor hormone dinamakan Reseptor Hormone Assay. Bila kanker tidak mempunya

reseptor ini, dinamakan PR- atau ER-. Sebaliknya bila kanker mempunyai reseptor

ini, maka dinamakan PR+ atau ER+. Kanker dapat juga hanya ER+ atau PR+.

23. HER2 adalah suatu protein yang merangsang pertumbuhan kanker payudara. Sekitar

15-20% kanker payudara memiliki protein ini. Kanker payudara dengan HER2 +

mempunyai kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat daripada

kanker payudara dengan HER2 -.HER2 ini merupakan suatu onkogen yang

mengcodeglikoproteintransmembran melalui aktivitas tirosin kinase, yaitu p185.

24. CISH (chromogenic in situ hybridization) dan FISH (fluorecence in situ

hybridization) adalah pemeriksaan imunohistokimia untuk mendeteksi adanya

overekspresi HER2/neu (c-erbB-2), adanya onkogen HER2/neu yang mengalami

amplikasi pada sel-sel kanker payudara berhubungan dengan prognosis yang buruk.

25. CD3 adalah digunakan untuk identifikasi sel T limfa

26. CD20 adalah digunakan untuk identifikasi sel B limfa

27. CD15 and CD30 adalah digunakan untuk identifikasi Hodgkin's disease

28. Sitokeratin adalah digunakan untuk identifikasi carcinoma tetapi juga dapat

terekspresi dalam beberapa sarkoma.


BAB III

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pelayanan laboratorium

Pendaftaran, Penerimaan dan Pencatatan

1. Pendaftaran :

a. Pasien Rawat Inap

Petugas bangsal mengantarkan jaringan maupun sitopatologi besertaformulir

pemeriksaan ke Laboratorium untuk selanjutnyaditerima oleh Petugas Laboratorium

Patologi Anatomi untuk diidentifikasi,di lakukan registrasi dan transaksi melalui

billing .

b. Pasien Rawat Jalan

Petugas poliklinik (rawat jalan) datang ke Laboratorium Patologi Anatomi dengan

membawa formulir pemeriksaan dan spesimen (Histopatologimaupun sitopatologi),

selanjutnya diterima oleh Petugas LaboratoriumPatologi Anatomi untuk

diidentifikasi, dilakukan registrasi dan transaksimelalui billing


2. Penerimaan :

Jaringan diterima oleh petugas Patologi Anatomi untuk pemeriksaanhistopatologi,

Jaringan yang diterima, keterangan yang ada pada wadahjaringan yang sudah diberi

formalin dicocokkan dengan formulir pemeriksaan

3. Pengiriman hasil

Koreksi hasil dan tandatangan oleh dokter PA dan oleh petugas PA ditulis ulang

bahan yang diterima pada formulirpemeriksaan. Pada formulir harus ada keterangan

tentang nama dokter pengirim/rumahsakit pengirim, nama pasien, umur pasien,

alamat pasien, jenis kelamin,diagnosa klinis, lokasi pengambilan jaringan dan

keterangan fiksasinya.

Buatkan nomer registrasi PA pada formulir sesuai dengan nomor hari ini,tanggal dan

tahun.Pada pemeriksaan histopatologi jaringan yang diperoleh difiksasi dengancairan

buffer formalin dan ditutup rapat. Perbandingan jaringan dengan cairanfiksasi 1:9

Petugas memberi nomor register PA pada etiket jaringan maupunsitopatologi dan

juga pada formulir pemeriksaannya dengan cara menulisnomor sampel : BJ14-nomor

urut untuk jaringan dan BS14-nomor urut untuksitopatologi.

4. Pencatatan :
Pencatatan pasien laboratorium :

Semua pasien di laboratorium Patologi Anatomi, baik rawat jalan dan rawatinap

tercatat pada buku register jaringan dan sitologi laboratorium patologianatomi. Buku

registrasi PA adalah buku besar yang sudah dibuat lajur-lajur dengan berisi data

penerimaan specimen sebagai berikut :

1. Tanggal penerimaan di laboratorium patologi anatomi

2. Nama

3. Umur

4. Jenis kelamin

5. Alamat bangsal dan alamat untuk pasien rawat inap

6. Alamat poliklinik (interna, Bedah, Ginekologi, dll) untuk pasien rawat jalan

7. Nomor Rekam Medik untuk pasien opname ditambah nomor Register.

8. Dokter pengirim

9. Diagnosa/keterangan klinis.

10. Jam datang di laboratorium patologi anatomi

11. Bahan yang diterima


B. Pengelolaan Spesimen

 Sitologi (Bahan berupa cairan)

 Sampel diterima oleh petugas administrasi, di periksa identitas pasien dengan lembar

pemeriksaan sudah sesuai atau belum.

 Melakukan pembillingan, setelah itu sampel siserahkan pada analis.

 Cairan yang diterima disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm

 Endapan dibuat 2 preparat hapus dan diberi nomor dengan pensil 2B sesuai dengan

nomor registrasi PA untuk pengecatan papanicolau.

 Setelah preparat selesai dibaca oleh dokter Patologi Anatomi, kemudian hasil diketik

pada computer dan diprint untuk diserahkan kepada pasien dan dokter pengirim.

 Hasil pemeriksaan sitologi kemudian di scan dan ditulis dibuku registrasi

pemeriksaan Patologi anatomi sebagai arsip.

 Pap Smear

1) Sampel diterima oleh petugas administrasi, di periksa identitas pasien dengan

lembar pemeriksaan sudah sesuai atau belum.

2) Melakukan pembillingan, setelah itu sampel siserahkan pada analis.

3) Preparat yang sudah kering dimasukkan ke dalam Alkohol 95% (1) selama 10

menit setelah itu dicat papanicolau.

4) Preparat dimasukkan ke dalam Alkohol 95% (2) sebanyak 10 dip/celup.

5) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Rinse water sebanyak 10 dip/celup


6) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam cat Hematoxylin selama 1 menit.

7) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Rinse water sebanyak 10 dip/celup.

8) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Bluing reagent selama 1 menit.

9) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Rinse water sebanyak 10 dip/celup.

10) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Alkohol 95% (3)sebanyak 10

dip/celup.

11) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam cat OG-6 selama 1 menit.

12) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Alkohol 95% (4) sebanyak 10

dip/celup.

13) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Alkohol 95% (5) sebanyak 10

dip/celup.

14) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam cat EA 50 selama 1 menit.

15) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Alkohol 95% (6) sebanyak 10

dip/celup.

16) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Alkohol 95% (7) sebanyak 10

dip/celup.

17) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Alkohol 100% (1) sebanyak 10

dip/celup.

18) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Alkohol 100% (2) sebanyak 10

dip/celup.

19) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Xylene (1) sebanyak 10 dip/celup.

20) Kemudian preparat dimasukkan ke dalam Xylene (2) selama 1 menit.

21) Setelah itu beri lem entelan dan preparat siap dibaca.
22) Setelah preparat selesai dibaca oleh dokter Patologi Anatomi, kemudian hasil

diketik pada computer dan diprint untuk diserahkan kepada pasien dan dokter

pengirim.

23) Hasil pemeriksaan sitologi kemudian di scan dan ditulis dibuku registrasi

pemeriksaan Patologi anatomi sebagai arsip.

 FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)

1) Dokter Patologi anatomi bersama analis melakukan infomconcent persetujuan

tindakan FNAB kepada pasien dan keluarga pasien.

2) Setelah mendapat persetujuan maka dilakukan pembillingan oleh petugas.

3) Kemudian dokter patologi anatomi dibantu dengan analis makukan penusukkan

pada daerah benjolan yang dicurigai dengan jarum 25G/26G/27G.

4) Setelah itu buat minimal 2 preparat hapus, beri identias dengan menggunakan

pensil 2B dan tunggu hingga kering untuk dilakukan pengecatan Kwik diff.

 Teteskan reagent solution1 (fixative) selama 1 menit.

 Setelah itu buang lalu teteskan reagent solution 2 (eosin) selama 1 menit.

 Buang dan teteskan reagent solution 3 (methylene blue) selama 1 menit.

 Kemudian masukkan ke dalam air sebanyak 10 dip/celup.

 Tunggu kering lalu beri lem entelan dan preparat siap dibaca.

5) Setelah preparat selesai dibaca oleh dokter Patologi Anatomi, kemudian hasil

diketik pada computer dan diprint untuk diserahkan kepada pasien dan dokter

pengirim.
6) Hasil pemeriksaan sitologi kemudian di scan dan ditulis dibuku registrasi

pemeriksaan Patologi anatomi sebagai arsip.

C. Melakukan Kontrol mutu internal

Kontrol mutu internal dilakukan dengan mengecek kwalitas cat setiap 3 bulan sekali.

D. Melakukan Kontrol mutu internal

Kontrol mutu eksternal dengan cara profiseinsi tes preparat dengan Rumah Sakit Siaga

Medika.

 Pengelolaan specimen untuk pemeriksaan sitologi Ada 2 macam :

1. Bahan berupa cairan (sitologi non ginekologi) :

 Cairan yang diterima disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000rpm

 Endapan dibuat 4 preparat hapus dan diberi nomor dengan pensil kaca/2B sesuai

dengan nomor registrasi PA

2 . Preparat dibuat preparat hapus kering untuk pengecatan dengan giemsa

 2 preparat dibuat preparat hapus basah yang direndam pada alkohol 95% untuk

pengecatan papanicoloau.

 Jika ada jendalan besar bisa diproses seperti jaringan


3.. Bahan berupa preparat basah atau kering diberi nomor dengan pensil kaca

sesuai dengan nomor registrasi PA siap untuk dilakukan pengecatan SITOPATOLOGI

E. Mutu Laboratorium Patologi Anatomi

 Pra Analitik

1. Uji Kelayakan Alat

Pelaksanaan uji kelayakan alat dilakukan setiap setahun sekali .

2. Preventive Maintenence

Sebelum semua alat dihidupkan, Petugas Laboratorium Patologi Anatomi

melakukan pengecekkan suhu dan stabilitas masing-masing alat.

3. Corrective Maintenence

a. Microtome

Masalah Kemungkinan Penyebab Solusi Untuk memotong hanya separo tidak sam atas

Ada lilin yang masuk ke dalam alat

Dibersihkan alat microtome dengan memakai xylene


Makrometer tidak dapat digunakan Terkunci secara otomatis Tekan tombol hitam agar

posisi alat kembali seperti semula

b. Waterbath

Masalah Kemungkinan Penyebab Solusi

Tidak panas

Tidak ada aliran listrik

Periksa sumber listrik

Tidak panas Periksa sumber listrik

Lupa memberi air pada waterbath

Matikan alat 15 menit dinyalakan kembali

Suhu dinaikkan

Hubungi bagian elektromedik

c. Tissue procesor

Masalah Kemungkinan Penyebab Solusi

Jaringan masih mentah

Waktu untuk proses kurang lama


Ubah program waktu untuk proses jaringan

Container kaset tidak memutar

Buffer formalin sudah kotor sekali

Ganti buffer formalin

Angkat kontainer dari alat terus coba masukkan lagi

Jaringan terlalu banyak

Jaringan dikurangi

Hubungi bagian elektromedik

d. Spencer Lens CO/FS

Masalah Kemungkinan Penyebab Solusi

CO2 tidak keluar

Habis

Setelah dicek ulang ternyata

tabung CO rusak

Minta ganti ke bagian Oksigen

 Analitik
Penanganan bahan pemeriksaan yang dilaksanakan di tempat bahan

pemeriksaan merupakan tanggung jawab pihak Laboratorium Patologi

Anatomi. Tahap ini merupakan tonggak pertama dan syarat mutlak agar hasil

proses bahan pemeriksaan dan penanganan selanjutnya dapat berlangsung

dengan baik. Adapun yang mencakup tahap ini adalah sebagai berikut :

1. Kelengkapan Identitas Pasien dan Keterangan Klinik yang Relevan.

 Petugas Laboratorium Patologi Anatomi melakukan pendataan

pasien yang mencakup data sebagai berikut :

 Identitas pasien (Nama Lengkap Pasien, Alamat Pasien, Nomor

Rekam Medis, Jenis Kelamin, Umur Pasien).

 Keterangan Klinik (Lokasi dan Ukuran Lesi, Durasi, Keluhan Lain

yang berhubungan termasuk keterangan tentang penyakit /

pemeriksaan PA terdahulu).

2. Cara Mendapatkan Bahan

Keterangan tentang cara memperoleh bahan pemeriksaan seperti

operasi, insisi, eksisi, kerokan, bilasan, apusan, fungsi biopsi aspirasi


jarum halus ( FNAB ).

3. Lokasi Bahan/Organ

Dikemukakan bila ada pengambilan bahan secara khusus dan perlu

penanganan khusus seperti :

a. Jenis Jaringan Tertentu

b. Pemeriksaan Radikalitas Operasi

c. Batas Sayatan dan tanda khusus

(misalnya : memberi benang gambar jaringan dengan

keterangannya).

4. Kondisi Lesi

Misalnya berupa bentuk benjolan, ukuran, konsistensi, terfiksasi/tidak, warna dan

tampilan jaringan saat operasi.

5. Penanganan Jaringan dan Cairan / Apusan di Laboratorium Patologi Anatomi

 Penanganan Jaringan

Petugas Laboratorium Patologi Anatomi memastikan jaringan yang di terima sudah

terfiksasi dalam buffer formalin 10% jika belum Petugas Laboratorium Patologi

Anatomi mengganti cara fiksasi tersebut dengan formalin sejumlah 5 x minimal dari
volume jaringan. Petugas Laboratorium Patologi Anatomi memastikan tempat

jaringan tidak terlalu kecil.

Jika jaringan berukuran besar Petugas Laboratorium Patologi Anatomi melakukan

lamilasi atau lamiler dengan ketebalan 1 – 2 cm, agar seluruh bagian jaringan

terpapar formalin, irisan harus sedemikian rupa sehingga masih dapat dengan mudah

dilakukan rekontruksi oleh Patugas Laboratorium Patologi Anatomi.

Beri label identitas pasien (Nama, No.Rekam Medis, No.Pemeriksaan) dan jenis

jaringan yang diambil agar tidak tertukar.

 Penanganan Cairan /

Apusan (Urine, Pleura, Ascites, Kiste, Lambung dll ).

a. Cairan yang diterima, diproses terlebih dahulu dengan alat sentrifuse dengan

kecepatan 1500 rpm selama 10 menit, lalu bahan apusan di apuskan pada objeck

glass, lalu dikeringkan minimal 30 detik selanjutnya dimasukkan dalam cairan

fiksasi alkohol 96 % minimal 30 menit.

b. Untuk cairan sputum sitologi Petugas

Laboratorium Patologi Anatomi membuat apusan di objek glass, lalu dikeringkan

dan dilakukan pewarnaan. Preparat yang sudah di lakukan pewarnaan, diserahkan

kepada dokter SpPA untuk di baca dokter secara mikroskopik.

 Pasca Analitik
Hasil yang sudah dibaca diinput ke komputer oleh petugas lab PA untuk dicetak dan di

koreksi oleh dokter SpPA / kasie /petugas lab PA senior, kemudian di tanda tangani,

setelah hasil di tanda tangani dokter, petugas laboratorium mengirim hasil

laboratorium patologi anatomi ke ruang rawat inap pasien atau ke dokter pengirim di

poliklinik jika pasien rawat jalan. Perawat atau petugas yang menerima hasil

menandatangani buku terima hasil lalu diarsipkan ke file hasil.

 Indikator Mutu Pelayanan

1. Sitopatologi

Judul Indikator : Respond Time Pemeriksaan Sitopatologi FNAB

Definisi Operasional : Merupakan waktu yang dibutuhkan dari penerimaan

spesimen sampai keluarnya hasil laboratorium patologi anatomi

Bagian/Unit : Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi

Person In Charge : Dokter Spesialis Patologi Anatomi

Kebijakan Mutu : Proaktif, cepat, tanggap

Rasionalisasi : - Untuk meningkatkan mutu agar pasien mendapatkan pengobatan

lebih cepat

- Demi kenyamanan pasien

- Kecepatan pelayanan pasien sitologi FNAB dalam kurun waktu selama 2 hari
Formula Kalkulasi :

X 100%

Numerator : Jumlah pemeriksaan sitopatologi FNAB yang sesuai respond time selama

2 hari per bulan

Denominator : Jumlah keseluruhan pemeriksaan sitopatologi FNAB per bulan

Kriteria inklusi : Termasuk pemeriksaan CITO (semua pemeriksaan sitopatologi

FNAB)

Kriteria Eksklusi : - Tidak termasuk kasus sulit yang perlu dibahas

dikonsultasikan

- Aspirasi ulang

Metodologi Pengumpulan data : Concurrent

Tipe Pengukuran : Struktur

Sumber Data : Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi yang masuk

Waktu Pelaporan : paling lambat tanggal 10 setiap bulan berjalan

Frekuensi Pelaporan : Satu bulan sekali

Target Kinerja : 75%


Jumlah Sampel : Total populasi

Area Monitoring : Ruang Lingkup Laboratorium Patologi Anatomi

Rencana Komunikasi ke staf : Melalui Gugus kendali mutu dan morning briefing

Referensi : SK Dir RS. Bethesda No.3161/KX1.22/2014 tentang Kebijakan Pelayanan

Laboratorium tertanggal 04 Maret 2014

2. Histopatologi

Judul Indikator : Respond Time Pemeriksaan Histopatologi

Definisi Operasional : Merupakan waktu yang dibutuhkan dari

penerimaan jaringan sampai keluarnya hasil

laboratorium patologi anatomi

Bagian/Unit : Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi

Person In Charge : Dokter Spesialis Patologi Anatomi

Kebijakan Mutu : Proaktif, cepat, tanggap

Rasionalisasi : - Untuk meningkatkan mutu agar pasien mendapatkan pengobatan lebih

cepat

- Kecepatan pelayanan histopatologi


Formula Kalkulasi :

X100%

Numerator : Jumlah pemeriksaan histopatologi yang sesuai respond time selama 3 hari

Denominator : Jumlah keseluruhan pemeriksaan histopatologi dikurang jumlah kriteria

eklusi per bulan

Kriteria inklusi : Semua pemeriksaan terkecuali jenis pemeriksaan yang termasuk dalam

kriteria eklusi

Kriteria Eksklusi : - Tidak termasuk kasus sulit yang perlu dibahas / dikonsultasikan

- Tidak termasuk potong ulang gross

- Tidak termasuk second opinion

- Tidak termasuk pemeriksaan yang dikirim keluar

Metodologi Pengumpulan data : Concurrent

Tipe Pengukuran : Struktur

Sumber Data : Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi yang masuk

Waktu Pelaporan : paling lambat tanggal 10 setiap bulan berjalan

Frekuensi Pelaporan : Satu bulan sekali


Target Kinerja : 75%

Jumlah Sampel : Total populasi

Area Monitoring : Ruang Lingkup Laboratorium Patologi Anatomi

Rencana Komunikasi ke staf : Melalui Gugus kendali mutu dan morning briefing

Referensi : SK Dir RS. Bethesda No.3161/KX1.22/2014 tentang Kebijakan Pelayanan

Laboratorium tertanggal 04 Maret 2014


BAB IV

DOKUMENTASI

Dokumentasi berkaitan dengan Pelayanan Patologi Anatomi meliputi :

1. Laporan hasil pemeriksaan

2. Pencatatan register pemriksaan

3. Pencatatan rujukan laboratorium Patologi Anatomi


DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik, Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah

Sakit, 1998

2. Departemen Kesehatan RI, Panduan Nasional Keselamatan Pasien

Rumah Sakit (Pasien Safety), Edisi-2, Jakarta, 2008.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan Rumah Sakit, 2008.

4. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, Pedoman Praktik

Laboratorium Kesehatan Yang Benar (Good Laboratory Practice), 2008.

5. Departeman Kesehatan RI, Pusat Laboratorium Kesehatan, Pedoman

Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis, 1997

6. Departemen Kesehatan RI, Pusat laboratorium Kesehatan, Petunjuk

Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan,

1997

Anda mungkin juga menyukai