Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN SITOHISTOTEKNOLOGI

PEMERIKSAAN URIN DAN SPUTUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sitohistoteknologi

Disusun Oleh:

Devva Gusmawaty

P1337434117076

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


DIII ANALIS KESEHATAN SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil laporan ini dengan judul
“Pemeriksaan Sputum dan Urin”. Penyusunan makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Sitohistoteknologi.

Dalam penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada dr. Desi Amalia M.Si. Med selaku dosen mata
kuliah Sitohistoteknologi serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam
penyusunan hasil laporan ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan.
Penulis berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 25 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan……………......…………………………………………….3
BAB II Pembahasan   ……………..…………………………………………….4
A.    Pengertian ………..………………………………………………….5

B.     Bahan-bahan yang dapat diperiksa secara sitology....……………….7

C.     Persiapan preparat .....………………………………….…………....12

D.    Fiksasi untuk bahan pemeriksaan sitology.....………………………13

E.     Tahapan pengecatan...………………………………………………14

F.      Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan sitologi…..……23

G.    Teknik sitology tambahan..………………………………………....24

BAB III Penutup..........………………………………………………………....26


Daftar Pustaka...………………………………………………………………...27
           
BAB I

PENDAHULUAN

Sitologi berasal dari akar kata cytos yang artinya cel dan logos artinya
ilmu pengetahuan. Jadi sitologi berarti ilmu yang mempelajari tentang sel.
Definisi sel adalah sel merupakan unit struktural yang terkecil dari mahluk hidup
yang terdiri dari segumpal protoplasma dan inti sel. Selanjutnya seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan sehingga pada tahun 1930 ditemukan mikroskop
elektron. Definisi sel selanjutnya berbunyi “ Sel adalah merupakan unit struktural
dan fungsional yang terkecil yang mampu hidup di dalam suatu lingkungan yang
mati“.
Semua organisme tersusun atas sel sel. Sel merupakan unit terkecil dari
suatu bentuk kehidupan. Untuk ukuran sekecil itu, sel tergolong sangat luar biasa.
Sel seperti sebuah pabrik yang senantiasa bekerja agar proses kehidupan terus
berlangsung. Sel mempunyai bagian bagian untuk menunjang fungsi tersebut. Ada
bagian sel yang berfungsi untuk menghasilkan energi, ada yang bertanggung
jawab terhadap perbanyakan sel, dan ada bagian yang menyeleksi lalu lintas zat
masuk dan keluar sel. Dengan mengetahui komponen sel, kita dapat memahami
fungsi sel bagi kehidupan.
Diagnostik sitologi adalah ilmu penilaian (interpretasi) dari sel yang
berasal tubuh manusia, baik yang berasal dari sel yang terlepas (exfoliated) dari
permukaan epitel atau yang diambil dari beberapa tempat dengan cara tertentu.
Ilmu ini relatif masih baru dan banyak dipengaruhi oleh karya George N.
Papaniculau yang dianggap sebagai bapak sitologi. Pada masa kini sitologi telah
dipergunakan secara luas di negara-negara maju, sering kali dipergunakan untuk
pemeriksaan masal (mass screning), terutama untuk diagnosa dini kanker mulut
rahim. Pemeriksaan ini terkenal dengan nama pemeriksaan vaginal smear atau Pap
test. Sitologi mempunyai arti penting untuk :
1. Diagnosa kelainan patologi tertentu dari organ tubuh, terutama keganasan,
yang terpenting adalah diagnosa dini dari kanker, yang klinis tidak
menimbulkan gejala.
2. Pengaruh hormon ataupun kelainan hormonal dari genetalia wanita.
3. Pemeriksaan sex chromatin.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel. Telah ditemukan
bahwa pada pemeriksaan sitologi, sel yang diperiksa dapat berasal dari exfoliasi
sel yang spontan sebagai hasil dari pertumbuhan yang terus-menerus sel
permukaan, dimana sel-sel yang paling atas selalu terlepas untuk diganti dengan
sel yang lebih muda. Exfoliasi sel yang terjadi spontan dapat kita temukan
misalnya pada: urine, dahak, cairan ascites dan cairan vagina. Sel-sel tersebut
akan mengalami degenerasi bila tidak segera difiksasi. Pada saat terlepas dari
jaringan, sel-sel tesebut terlepas pula dari tekanan sekelilingnya, hingga akan
mengambil bentuk tertentu yang khas, yang dapat sangat berbeda dari bentu
semula sewaktu masih berada dalam jaringan.
Kelebihan pemeriksaan sitologi:

1. Mudah
2. Murah
3. Cepat
4. Sederhana
5. Pendarahan sedikit, bahkan tanpa rasa nyeri.
6. Dapat dilakukan pada beberapa pasien dalam waktu singkat.
7. Dapat dilakukan sebagai tindakan massal.
8. Untuk screening lesi yang derajat keganasannya tinggiàtidak menimbulkan
stimulasi metastase.
9. Efektif untuk diagnosis tumor saluran pencernaan, paru, saluran air kemih,
dan lambung.
10. Dapat memberikan hasil positif meskipun pada pemeriksaan langsung dan
palpasi tidak menunjukkan kelainan. Karsinoma dapat terdiagnosis
meskipun masih dalam stadium in situ.

2.  Kekurangan pemeriksaan sitologi


Diagnosa sitologi hanya berdasar perubahan sitoplasma dan inti sel

1. Perubahan yang terjadi harus dipastikan bukan akibat kesalahan teknis


2. Hanya dapat untuk mendeteksi lesi yang letaknya di permukaan mukosa
mulut
3. Hanya untuk lesi yang yang tidak tertutup keratin tebal
4. Tidak efektif untuk digunakan pada lesi nonulseratif dan hiperkeratotik
karena sel-sel abnormal masih tertutup oleh lapisan keratin
5. Hasil pemeriksaan sitologi yang mengindikasikan keganasan masih perlu
dikonfirmasi dengan biopsi
6. Sering kali bahan yang terambil tidak representatif.

            Diagnosa sitologi sering lebih sukar daripada diagnosa histologi, oleh
karena diagnosa sitologik hanya berdasar pada keainan-kelainan dari sitoplasma
dan inti dan perubahan-perubahan ini hanya akan berarti bila kelainan-kelainan
tersebut dapat dipastikan tidak disebabkan oleh kesalahan teknis.
            Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan pada pemeriksaan sitologi
perlu adnya kerja sama yang baik antara : pengirim bahan (dokter umum atau
spesiali klinis dengan ahli sitologi).
Hal yang perlu diperhatikan oleh pengirim bahan adalah:
1. Mendapatkan bahan yang representatif dari penderita dan difiksasi dengan
baik.
2. Penjelasan singkat tetapi jelas tentang keadaan penyakit penderita.
3. Mengirimkan bahan secepatnya ke laboratorium sitologi.
Diagnosa sitologi baru dapat ditegakkan dengan baik apabila dibantu dengan data
klinik yang lengkap. Kadang-kadang pemeriksaan sitologi harus dilakukan di rumah
sakit, berhubung perlu pengawasan penderita sebelum pemeriksaan dilakukan,
misalnya pada pemeriksaan cairan lambung.
Langkah-langkah yang diambil dalam pemeriksaan sitologi :
1. Pengumpulan bahan yang representatif untuk pemeriksaan dikerjakan oleh
dokter umum atau spesialis klinis.
2. Pembuatan sediaan apus.
3. Menentukan adanya sel-sel abnormal.
4. Interpretasi yang teliti.
5. Penegasan (konfirmasi) dengan biopsi, disusul dengan pengobatan.
B. Pengambilan Sampel
2.      Sputum atau dahak :
a.       Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 3x berturut-turut dengan jarak 3 hari.
b.      Sputum adalah hasil dari batuk yang dalam, dan berisi bahan yang berasal dari
bronchioli dan alveoli.
c.       Penderita diminta untuk batuk yang dalam dan mengumpulkan sputumnya
dalam tempat (botol) yang telah disediakan yang berisi bahan fiksasi alcohol 70%
kirim ke laboratorium sitologi.
d.      Bila sputum terlampau sedikit,penderita dapat diberi expectoransia selama 3 hari
dan diadakan sputum koleksi selama 24 jam dengan fiksasi alcohol 70%.
e.       Untuk tempat-tempat yang jauh, pengiriman dapat dilakukan secara kering ialah
dengan jalan membuat sediaan apusan dari sputum yang telah terkumpul pada 3
object glass yng bersih.
Untuk membuat apusan, pilihlah bagian yang mengandung garis darah atau
bagian yang padat. Kemudian masukkan dalam alcohol 95% selama 2 jam,
keringkan diudara dan dikirim ke laoboratorium Sitologi.

3.      Urine
Urine terbagi
-direct voided  urine = urine langsung
-urine hasil kateter.
a.  Paling sedikt 50 cc urine,fiksasi ethyl alcohol 50% aa- dikirim.
b. Pengiriman kering
c. Urine dengan alcohol 50% aa- centrifuge selama 10 menit, buat sediaan dari
endapan pada object glass yang telah diberi albumin dalam alcohol 95% selama
setengah jam dan keringkan dalam udara terbua – dikirim.
d. Bila kelainan diduga terletak dalam ureter/ginjal, harus dipakai urine kateter dari
ureter.
e. Untuk memperoleh bahan yang reprentatif, bila keadaan memungkinkan,penderita
dianjurkan exercise ringan sebelum penampungan urine.
4.      Cairan dari tubuh lain :
a.       Pleural effusion = cairan pleura
b.      Cairan pericardium
c.       Cairan ascites
d.      Cairan cerebrospinal
e.       Cairan sendi
Cairan diatas difiksasi dalam ethyl alcohol 50% dan dikrim ke laboratorium
Sitologi.
Untuk memperoleh bahan yang representative, sebaiknya posisi penderita  diubah-
ubah  sebelum dilakukan fungsi.

Ø  Teknik pengambilan sediaan


Pada rongga mulut, sediaan didapat dari hasil usapan atau kerokan
permukaan mukosa mulut. Alat yang efektif untuk keperluan ini adalah kayu
penekan lidah . ujungnya dapat digunakan sebagai kerokan pada lesi yang akan
dbuat sediaannya.
Disamping itu alat ini ternyata dapat mengumpulkan jumlah sel yang
diperlukan untuk mendiagnosa. Kayu penekan lidah diusapkan sepanjang
permukaan lesi sebanyak beberapa kali. Bila permukaan lesi kering, kayu ini
dapat dibasahi dulu dengan air atau ludah dari dasar mulut pasien yang
bersangkutan. Setelah itu ujung kayu diulaskan pada kaca tersebut. Sediaan ini
harus segera difiksasi.
Cara fiksasi adalah dengan memasukkan sediaan tersebut dalam alcohol
70% atau ether alcohol (50/50) selama 15-20 menit.Alcohol dapat juga
disiramkan pad sediaan tersebut dan dibiarkan tetap tergenangi selama waktu
seperti diatas. Sediaan selalu dianginkan supaya kering dan segera dilakukan
pengecatan.

C. Persiapan preparat apus


Bahan yang diambil untuk preparat apus dapat berasal dari berbagai
tempat diseluruh tubuh dan sekresinya mempunyai komposisi yang bervariasi.
Prostat, mamae dan saluran genital wanita dan dahak mempunyai cairan yang
kental dan biasanya mengandung sejumlah sel yang cukup tinggi. Oleh karena itu
bahan-bahan ini dapat menyebar secara langsung pada objek glass.
Sebaliknya air seni, cairan bilas saluran pencernaan atau bronchus dan
eksudat dan bahan lainnya lebih encer serta mengandung sedikit sel. Biasanya
terhadap bahan-bahan ini perlu dilakukan centrifuge (pemusingan) dalam waktu
tertentu sehingga tampak endapan dengan cairan yang jernih.
Kemudian cairan ini secara hati-hati dibuang. Endapannya dipisahkan ke
objek glass dengan pipet atau alat yang serupa kemudian dilakukan apusan dengan
menggunakan salah satu sisi objek glass yang lain.
Cairan yang kental tadi biasanya cepat melekat pada objek glass oleh
karena mengandung mukus atau protein. Bahan yang lebih encer mempergunakan
suatu cara yang lain yaitu melapisi permukaan objek glass dengan albumin agar
sel-sel dapat melekat dengan baik. Cara ini mengurangi bahaya sel terlepas selama
tahapan pengecatan dan resiko kontaminasi dari bahan lain.
Dua sampai tiga tetes albumin dapat ditambahakan pada bahan sebelum
sebelum pemusangin atau dicampur dengan endapan. Ioni dilakukan terutama
untuk apusan air seni yang juga membantu untuk memperkuat perlekatan sel-sel
dengan objek glass.
Setiap sediaan, baik yang berasal dari sediaan langsung maupun hasil
pemusingan haruslah mempunyai hasil yang baik untuk dapat dilihat dibawah
mikroskop.

D.    Fiksasi untuk bahan pemeriksaan sitologi


Untuk memeriksa struktur sel dengan jelas dan dengan perubahan yang
minimal perlu suatu proses yang disebut sebagai fiksasi. Bahan fiksasi ini akan
mengeraskan sel sehingga tahan terhadap berbagai reagen yang akan diberikan
dan merubah susunan protein degenerasi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri.
Terdapat beberapa metode fiksasi yang dapat digunakan, akan tetapi yang
dipakai tergantung dari jenis bahan, pemeriksaan yang diperlukan, tehnik
pengecatan yang digunakan.
Metode yang ditemukan oleh Papaniculaou untuk keperluan sitologi
eksfoliatif sangat mudah. Metode ini efektif oleh karena penetrasi yang cepat dari
sel oleh fiksasi yaitu larutan eter dan etil alkohol 95% dalam volume yang sama.
Jika bahan yang segar difiksasi dengan segera perubahan sel akan minimal.
Selanjutnya komposisi bahan fiksasi ini digunakan untuk pengecatan
Papaniculaou.
Segera setelah bahan siap, celupkan bahan tersebut tanpa dikeringkan
kedalam larutan eter alkohol sampai akan dilakukan pengecatan. Sebelum
difiksasi sediaan tidak boleh kering oleh karena dapat menyebabkan kerusakan sel
dan hilangnya afinitas untuk pewarnaan.
Untuk fiksasi sel diperlukan wakti 15 menit akan tetapi bagi sediaan yang
cenderung lepas akan lebih melekat apabila dicelupkan dalam fiksasi selama 1
jam lebih. Apabila bahan yang digunakan dari dahak dan cairan yang akan
difiksasi dengan larutan eter  alkohol terlebih dahulu dicampur dengan alkohol
segera setelah diletakkan pada objek glass untuk difiksasi awal kemudian dikirim
ke laboratorium.
Seandainya sediaan yang dibuat dari bermacam-macam bahan tersebut
terlambat dikirimkan ke laboratorium atau dalam proses pembuatan kadang-
kadang lama, pendinginan perlu dilakukan.

E.     Tahapan pengecatan


Pada tahun 1942, Papaniculaou menemukan cara mewarnai sediaan apus 
vagina, kemudian dengan sedikit perubahan teknik ini dipakai untuk berbagai
macam sediaan sitologi. Walaupun cara pengambilan bahan dan persiapannya
berbeda-beda ditiap laboratorium akan tetapi prinsip dasarnya sama.
Pertimbangan utama pemilihan teknik ini adalah :
1.      Akan mewarnai inti sel dengan jelas yang berguna untuk melihat struktur inti
apabila terdapat kemungkinan keganasan.
2.      Pewarna banding yang akan menimbulkan warna pada sitoplasma, sehingga
warna inti lebih kontras.
3.      Warna yang cerah dari sitoplasma akan memungkinkan untuk melihat sel-sel
lain dibawahnya yang kadang-kadang bertumpuk atau berkelompok.
Yang digunakan untuk mewarnai inti adalah Harris Hematoxylin.
Chromatin dan membran inti akan berwarna biru tua sampai ungu, sedangkan
anak inti berwarna merah, merah muda atau orange.
Preparat hematoxylin ini bisa saja diganti untuk dapat memberikan warna
seperti yang diinginkan. Harris hematoxylin adalah preparat yang sangat mudah
dibuat dan siap dalam waktu 24 jam.
Terdapat 2 pewarna banding yang baik untuk dipakai :
a.       Orange G (Papaniculaou formula OG-6)
Mewarnai sitoplasma menjadi kuning atau orange jika ada keratin. Sel
yang mengandung keratin dapat bersifat jinak atau ganas biasanya sel-sel banyak
mengandung keratin sehingga sitoplasmanya akan tampak bercorak, warna orange
berkilat kontras dengan warna inti yang gelap. Sel-sel tersebut akan tampak nyata
dibandingkan sel-sel lainnya pada sediaan.
b.      EA-50
                  Warna polikhromasi yang mengandung larutan eosin alkohol, light green
dan Bismark brown. Formula untuk pewarnaan polikhromasi aslinya ditemukan
oleh Papaniculaou untuk apus vagina, ditulis dengan kode EA-36. Preparat
komersil EA-50 dibuat dengan formula tadi kecuali pada pelarutnya dan dapat
digunakan bergantian dengan EA-36.
EA-36 mengandung “less light green”, kadang-kadang ini digunakan
untuk sediaan non ginekologi, terutama apabila sediaannya tebal dan menyerap
terlalu banyak warna hijau. Formula-formiula yang dibuat diatas dapat digunakan
pada berbagai jenis sediaan.
Sel-sel yang mempunyai sitoplasma yang asidofil memperlihatkan afinitas
terhadap eosin yang bersifat asam, sel-sel tersebut mengambil bayangan merah
muda sampai kuning. Sel yang mempunyai sitoplasma basofil akan berwarna biru
pucat atau biru kehijauan oleh light green (warna basa). Kebanyakan sel-sel epitel
gepeng berlapis yang superfisial akan bersifat asidofilik sementara yang lainnya
lebih asidofil.
Berbagai faktor anatara lain pengeringan, pH cairan, tebal apusan dapat merubah
reaksi pewarnaan, oleh karena itu untuk kriteria identifikasi morfologi sel lebih
penting daripada warna sitoplasma.

Pemeriksaan sediaan
Harris hematoxylin ( larutan stock)
      Hematoxylin                                       5 gram
      Etil alkohol                                          50 cc
      Alumunium dan amonium sulfat        100 gram
      Air destilata                                        1000 cc
Mercuric oxida (yellow) USP             2,5 gram
Larutan hematoxylin dalam alkohol, larutkan alumunium dan amonium
sulfat dalam air dan dipanaskan. Tambahkan larutan hematoxylin dan terus
dipanaskan . tambahkan larutan hematoxylin dan terus dipanaskan sampai titik
didih. Angkat dari api dan tambahkan mercuric  oxida dengan segera. Aduk
sampai larutan berwarna ungu tua kemudian celupkan tempatnya kedalam air
dingin dengan agar cepat dingin. Setelah dingin saringlah kedalam botol gelap dan
diamkan kurang lebih 24 jam.

Larutan pewarna hematoxylin untuk teknik I :


      Encerkan larutan stock dengan air destilasi dengan volume yang sama untuk
keperluan tahapan pengecatan. Simpan ditempat yang gelap dan ditutup rapat
apabila tidak digunakan. Saring sebelim dipakai.

PEWARNA BANDING
Formula OG-6 dan EA terdiri dari larutan alcohol 95%. Apabila orange G light
dan Bismarck Brown (bubuk) tidak bisa larut dalam alcohol 95% maka siapkan
larutan aquadest dan encerkan dengan alcohol.

OG-6
Siapkan 10% larutan orange G, gunakan aquadest kemudian siapkan untuk
2 hari.
Larutan OG-6 terdiri dari “
      Orange G, 10% aq. Sol.                                  50 cc
      Etil akohol 95%                                              950 cc
      Phospotungstic acid, C.P.                   0,15 gram
Simpan ditempat gelap dan tutup rapat. Saring sebelum dipakai.

EA-36
1.   Buat larutan seperti dibawah ini dengan menggunakan aquadest :
2%       Light Green S.F., yellowfish
10%     Bismarck Brown Y
Diamkan selama 2 hari.

2.   Pembuatan larutan stok alkohol :


A.  Light Green 0,1% :
Larutan light green 2%                       50cc
Larutan etil alkohol 95%                     950cc
B.  Bismarck Brown 0,5% :
Larutan Bismarck Brown 10%           5cc
Larutan etil alkohol 95%                     95cc
C.  Eosin 0,5% :
Eosin E, larut dalam air dan alkohol   5gram
Larutan etil alkohol     95%                 1000cc

3.   Pembuatan Larutan Pewarna ES-36;


Larutan stok alkohol A                             450cc
Larutan stok alkohol B                             100cc
Larutan stok alkohol C                             450cc
Phongphostungtic acid, C.P                     2gram
Larutan lithium carbonate, C.P.                10tetes
Campur dengan baik dan simpan ditempat dan tutup rapat. Saring sebelum dipakai.

EA-65
Menggunakan larutan light green 2%
A.  Menggunakan larutan light green 0,05% dalam alkohol :
Larutan light green S.F. Yellowfish   25cc
Larutan etil alkohol                             975cc

B. Pembuatan larutan pewarna EA-65 :


Larutan stok alkohol D                       450cc
Larutan stok alkohol C                       100cc
Phongphostungtic Acid, C.P.             6gramL

LARUTAN LAINNYA YANG DIPERLUKAN


1.   Celloidin dalam etil alkohol 0,5%
Larutkan 5 gram celloidin dalam 10cc eter dan 95% alkohol, dalam volume yang
sama. Diamkan 1 malam sebelum dipakai. Larutan ini harus disimpan dalam botol
yang tertutup rapat, bila terkena udara dan kelembaban akan mengeras.
2.   HCl dalam arutan air 0,25%
3.   Ammonium hidroksida dalam alkohol 70% sebanyak 1,5%
4.   Aquades
5.   Etil alkohol, 50%, 70%, 80%, 95%, 100%
6.   Campurkan dalam volume yang sama etil alkohol 100% dan xylol.
7.   Xylol
8.   Mounting medium (netral dan tidak berwarna)

TEKNIK PEGECATAN
Terdapat 2 teknik pengecatan :
1.   Teknik ini berdasarkan metode Papanicolaou. Hematoxylin digunakan secara
regresif akan tampak sel-sel lebih terang kemudian dipucatkan oleh asam HCl
lemah agar dapat tampak warna inti yang jelas dan untuk membuang sisa warna
dari sitoplasma. Air kran menetralkan asam dan menjadikan inti biru tua.
2.   Sediaan diwarnai dalam waktu yang singkat dengan hematoxylin kuat, sehingga
inti dapat dibedakan dan dipucatkan oleh ammonia. Metode ini terutama baik
digunakan untuk pewarnaan urin dan lambung yang mempunyai kecenderungan
akan terhapus jika ditempatkan pada air mengalir. Apabila apusan tebal diwarnai
dengan teknik ini, sitoplasma akan menahan hematoxilin dan merusak efek
pewarna banding.

Langkah 1 dan 2 dari teknik pewarnaan dianjurkan untuk bahan-bahan non


ginekologi sebagai pelindung sediaan.
Langkah ini tidak penting bagi sediaan ginekologi dan dapat langsung saja
dilakukan langkah ke-3.

CARA  PENGECATAN
cara 1 :
1.   Pindahkan sediaan dari eter alkohol tanpa pengeringan kedalam tempat yang
berisi alkohol 95%
2.   Masukkan kedalam larutan 0,5% celloidin dalam eter alkohol selama 2 menit
3.   Masukkan dalam etil alkohol 80%, 6-8 celupan atau 10-15 detik
4.   Masukkan kedalam etil alkohol 70%, 6-8 celupan atau 10-15 detik
5.   Masukkan kedalam etil alkohol 50%, 6-8 celupan atau 10-15 detik
6.   Masukkan kedalam larutan aquadest 6-8 celupan atau 10-15 detik
7.   Masukkan kedalam larutan Harris hematoxylin yang diencerkan dengan aquadest
dalam volume yang sama selama 6 menit.
8.   Masukkan kedalam aquadest, cuci di 2 tempat untuk menghilangkan sisa warna.
9.   Masukkan kedalam larutan HCl 0,25%, 6 celupan.
10. Dibilas pada air kran yang mengalir selama 6 menit.
11. Masukkan dalam larutan etil alkohol 50%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
12. Masukkan dalam larutan etil alkohol 70%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
13. Masukkan dalam larutan etil alkohol 80%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
14. Masukkan dalam larutan etil alkohol 95%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
15. Masukkan dalam larutan OG-6 selama 1,5 menit.
16. Masukkan dalam larutan etil alkohol 95%, cuci dalam 2 tempat akan tetapi tidak
boleh dicelupkan dalam alkohol tersebut.
17. Masukkan dalam larutan EA-36 (EA-50 atau EA-65 bisa bergantian) selama 1,5
menit.
18. Masukkan kedalam larutan etil 95%, cuci dalam 3 tempat dan jangan dicelupkan.
19. Masukkan kedalam larutan etil alkohol 100%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
20. Masukkan dalam larutan etil alkohol 100% dan xylol dalam volume yang sama, 6-
8 celupan atau 10-15 detik
21. Masukkan dalam larutan xylol 6-8 celupan atau 10-15 detik.
22. Masukkan dalam larutan xylol 6-8 celupan atau 10-15 detik.
23. Masukkan dalam larutan xylol.
24. Tutup objek glass.

Cara II :
1,2,3,4,5,6, sama dengan teknik I.
7. Warnai dalam waktu ¾ menit pada Harris hematoxylin stok yang telah diencerkan
dan ditambah dengan 4cc glacial acetic acid per 100 cc pewarna.
8. Cuci dalam 3 tempat aquadest.
9. Masukkan kedalam larutan etil alkohol 50%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
10. Masukkan kedalam larutan ammonium hidroksida 1,5% dalam alkohol 70%, 1
menit.
11. Masukkan kedalam larutan etil alkohol 70%, 6-8 celupan atau 10-15 detik
12. Sama dengan tahap 1.
13. Masukkan kedalam larutan etil alkohol 80%, 6-8 celupan atau 10-15 detik.
14. Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95% 6-8 celupan atau 10-15 detik.
15. Masukkan ke dalam larutan OG-6 selama 1 seperempat menit.
16. Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95%, cuci secara perlahan dalam dua
tempat dan jangan direndamkan.
17. Masukkan dalam larutan EA-65 selama 3 menit.
18. Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95%, cuci dalam 3 tempat dan jangan
direndam.
19. Tahap 19, 20, 21, 22, 23, 24 saama dengan tahap pada teknik pengecatan I.

Untuk kegunaan pada teknik pengecatan I, jika air kran (tahap 10) tidak bersih
atau hangat, lithium carbonate lemah (3 tetes aq. Sl. Lithium carbonate per 100 cc
aquadest) dapat menggantikannya. Cuci sediaan pada cairan aquadest setelah
tahap 9. Letakkan dalam lithium carbonate selama 1 menit, cuci lagi dalam
aquadest kemudian ke tahap 11 (sebelas).

Tahapan yang biasa dilakukan di laboratorium/ instalasi Patologi Anatomi

Cara pengecatan :
1.      Pindahkan sediaan dari eter alcohol tanpa pengeringan ke dalam tempat yang
berisi alcohol 95%.
2.      Masukkan ke dalam larutan 0,5% celloidin dalam eter alcohol selama 2 menit.
3.      Masukkan ke dalam etil alcohol 80%, 10 celupan.
4.      Masukkan ke dalam etil alcohol 70%, 10 celupan.
5.      Masukkan ke dalam etil alcohol 50%, 10 celupan.
6.      Masukkan ke dalam larutan aquadest 10 celupan.
7.      Masukkan kedalam larutan Harris hematoxylin yang diencerkan dengan
aquadest dalam volume yang sama selama 6 menit.
8.      Masukkan ke dalam aquadest, cuci di 2 tempat untuk menghilangkan sisa warna
smapai bersih di air mengalir.
9.      Masukkan ke dalam larutan HCl 0,25% 6 celupan.
10.  Dibilas pada air kran yang mengalir selama 10 celupan.
11.  Masukkan ke dalam lithium 10 celupan, cuci lagi dengan air 10 celupan.
12.  Masukkan dalam larutan etil alcohol 50% 10 celupan.
13.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 70% 10 celupan.
14.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 80% 10 celupan.
15.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95% 10 celupan.
16.  Masukkan ke dalam larutan OG-6 selama 3 menit.
17.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95%, cuci dalam 2 tempat 10 celupan,
akan tetapi tidak boleh direndam dalam alcohol tersebut.
18.  Masukkan dalam larutan EA-36, (EA-50) atau EA-65 bisa bergantian selama 3
menit.
19.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 95%, cuci dalam 2 tempat dan dikocok
10 celupan.
20.  Masukkan ke dalam larutan etil alcohol 100%, celupkan atau hapus dengan kertas
serap, untuk menghilangkan alcohol.
21.  Masukkan dalam larutan xylol 3 menit.
22.  Tutup objek glass dengan deck glass.

F.     Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan sitologi


1.      Cross Kontaminasi
            Selama pengecatan diusahakan jangan terjadi cross kontaminasi. Alat-alat
yang digunakan untuk memindahkan dahak atau sedimen ke objek glass harus
selalu dibersihkan sebelum dipakai kembali. Sel-sel yang terlepas selama
pengecatan sering menempel pada sediaan lain, untuk menghindarinya pada
waktu mencelupkan ke setiap larutan hrus secara hati-hati. Kontaminasi dari pipet
yang menyentuh bahan sediaan pada waktu mounting, dapat terjadi apabila pada
waktu meneteskan bahan mounting dilakukan di depanjang sediaan.
2.      Pemeliharaan Larutan Pewarna.
Apabila tidak dipakai pewarna harus selalu ditutup rapat dan di dalam
botol yang gelap untuk mencegah penguapan dan luntur. Juga harus sering
diperkuat dengan menambahkan larutan yang tidak diencerkan dapat dilakukan.
3.      Pemasangan Kaca Penutup
Pada waktu pemasangan kaca penutup objek glass cairan xylol yang
terlebih dahulu harus dibuang karena dapat terjadi rongga-rongga udara pada
waktu xylol menguap. Supaya kaca melekat dengan erat dapat dilakukan
pemanasan di tempat penghangat atau oven dengan temperature 37°.
4.      Antiseptik.
Bahan cairan dan dahak ahrus ditangani dengan hati-hati untuk mencegah
terjadinya penyebaran infeksi kepada teknisi.
Alat pembawa bahan dan alat-alat yang digunakan untuk membuat preparat apus,
harus dicuci dengan antiseptic. Ruangan tempat bekerja harus selalu bersih dan
sediakan lap kertaas atau Koran agar mudah dibuang.

5.      Identifikasi Bahan.


Yang tak kalah pentingnyan adalah memberi tanda pada setiap sediaan
yang diterima termasuk pemberian tanda identifikasi pada setiap alat yang dipakai
selam pembuatan sediaan.

G.    Teknik Sitologi Tambahan


Selain teknik yang telah dibicarakan ini beberapa alternative cara membuat
sediaan telah ada. Di bawah ini akan dapat dilihat beberapa alternative :
1.      Fiksasi.
·         Penggunaan ether kadang-kadang tidak amankarena mudah        terbakar,
penggantinya adalah alcohol 95%.
·         Etil alcohol mungkin terlalu mahal atau susah dicari, penngantinya dapat
digunakan methyl isopropyl atau preparat komersil yang mengandung alcohol
95%.
Perlu diperhatikan apabila sputum difiksasi dengan isopropyl alcohol akan
mengeras dan susah dibuat preparat apus.
·         Sediaan yang difiksasi dengan aseton 95% lebih mudah dan murah, juga
berguna untuk pengiriman asalakn dikeringkan setelah difiksasi.
·         Diaphone dan bahan fiksasi komersil lainnya yang dapat dipakai untuk
keperluan pengiriman.

Sediaan dapat dikirim dengan menggunakan teknik glicerine.


Setelah fiksasi biasa dengan ether alcohol, tambahkan 2-3 tetes glicerine pada
sediaan basah, kemudian tutup dengan kaca penutup. Apabila sampai di
laboratorium rendam lagi dalam ether alcohol untuk melepaskan penutup.
Catatan : Jika etil alcohol tidak digunakan sebagai fiksatif atau untuk mencuci dan
dehidrasi sediaan pada tahapan pengecatan, kadang-kadang reaksi pengecatan
akan berubah, sehingga modifikasi dalam waktu perlu dilakukan.

2.      Pemisaan sel dari bahan jaringan


·         Millipore filtration.
·         Flotation technique untuk mengisolasi sel tumor di dalam darah atau cairan
berdarah.
3.         Pengecatan.
·         Fluorescent technique.

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel . Diagnostik sitologi
adalah ilmu penilaian (interpretasi) dari sel yang berasal tubuh manusia, baik yang
berasal dari sel yang terlepas (exfoliated) dari permukaan epitel atau yang diambil
dari beberapa tempat dengan cara tertentu. Metode pengecatan yang digunakan
adalah Papaniculaou. Metode ini efektif oleh karena penetrasi yang cepat dari sel
oleh fiksasi yaitu larutan eter dan etil alkohol 95% dalam volume yang sama.
B.     Saran
Sebaiknya tahapan demi tahapan dalam pemeriksaan sitologi dilakukan
dengan benar dan sesuai prosedur agar didapatkan preparat yang baik atau
representative.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Prof. Dr. Mukawi, Tanwir Y. 1989. Teknik Pengelolaan Sediaan Histopatologi
dan Sitologi. Bandung : FKUI.
2.      http://potooloodental.blog.com/?p=109 diunduh 22 Oktober 2011 pukul 14.00
WIB
3.      http://n1nt1.blogspot.com/2010/12/teknik-pembuatan-sediaan-pemeriksaan.html
diunduh 22 Oktober 2011 pukul 14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai