Anda di halaman 1dari 30

SITOLOGI SALURAN KEMIH

"PENGUMPULAN SPESIMEN, LESI JINAK, NEOPLASMA PAPILLOMA, DAN


MALIGNANT LESI PADA SALURAN KEMIH"

MAKALAH

Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sitoteknologi

Disusun oleh Kelompok 3 Kelas B:


5121004 Dinda Septia Mutiarani
5121008 Rachel Roma Uliana S
5121014 Nabila Septianawati
5121032 Sofia Ardani
5121060 Dicky Farhan

PROGRAM STUDI D IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan "MAKALAH SITOLOGI
SALURAN KEMIH" yang disusun sebagai tugas dari Mata Kuliah Promosi
Kesehatan ini sesuai waktu yang telah di tentukan. "MAKALAH SITOLOGI
SALURAN KEMIH" disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Dosen Ni'matul
Murtafi'ah,S.Pd.,M.Sc. pada Mata Kuliah Sitoteknologi di Institut Kesehatan Rajawali.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Pengumpulan Spesimen, Lesi Jinak, Neoplasma Papilloma, dan
Malignant Lesi pada Saluran Kemih.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Liah


Kodariah, S.Pd., M.Si dan Ibu Wasiyah Khusna Fadhilah, S.Tr.Kes selaku dosen
koordinator dan pemgampu, tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 1 Desember 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN MASALAH...................................................................3

2.1 Pengumpulan Spesimen...................................................................................3

2.2 Lesi Jinak Pada Saluran Kemih......................................................................13

2.3 Neoplasma Papilloma.....................................................................................20

2.4 Malignant Lesi pada Saluran Kemih..............................................................21

BAB III KESIMPULAN......................................................................................25

REFERENSI.........................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sitologi merupakan salah satu bidang yang berkaitan dengan ilmu


yang mempelajari tentang morfologi selsel secara individual atau sel yang
berasal dari fragmen jaringan yang diamati secara mikroskopis. Sedangkan
sitopatologi merupakan cabang sitologi yang khusus mempelajari tentang
kelainan morfologi akibat jejas atau faktor lainnya (mikroorganisma atau
kanker). Sitologi urin sangat membantu dalam mendiagnosis tumor invasif
tingkat tinggi (sel kanker tumbuh dan menyebar dengan cepat) dan karsinoma
in situ (sekelompok sel abnormal yang hanya ditemukan di tempat pertama
kali terbentuk di dalam tubuh). Ini memiliki tingkat akurasi 95% untuk
mendiagnosis kedua kondisi ini.

Urinary tract/saluran kemih adalah sistem perkemihan yang meliputi


Ginjal (ren, kidney), Ureter yang membawa darah dari ginjal, urinary bladder
(vesica urinaria), dan urethra. Sistem ini berguna untuk menghasilkan urine
yang akan dibuang melalui urethra. Ureter terdiri dari mukosa, muscular coat,
dan fibrous outer coat. Ureter mengirimkan urine dari ginjal ke urinary bladder.
Ureter melewati pelvic brim pada bifurcasio common iliac arteries. Ureter
berjalan di dinding lateral pelvis dan memasuki urinary bladder. Ureter
mempunyai panjang sekitar 25-30 cm yang menghubungkan ginjal dengan
vesica urinaria.Ginjal penting untuk fungsi eksresi (urine), mengontrol tekanan
darah oleh juxtaglomerular apparatus.

Kandung kemih adalah kantung otot yang menyimpan urin. Dinding


kandung kemih dilapisi dengan epitel. Jenis epitel yang terdapat adalah epitel
transisional. Epitel transisional memungkinkan kandung kemih mengembang
dan berkontraksi saat terisi urin dan kemudian dikosongkan.

1
1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana pengumpulan specimen pada sitologi saluran kemih?

b) Bagaimana lesi jinak pada saluran kemih?

c) Bagaimana sitologi neoplasma papilloma pada saluran kemih?

d) Bagaimana sitologi malignant lesi pada saluran kemih?

1.3 Tujuan Masalah

a) Untuk mengetahui pengumpulan specimen pada sitologi saluran kemih

b) Untuk mengetahui sitologi lesi jinak pada saluran kemih

c) Untuk mengetahui sitologi neoplasma papilloma pada saluran kemih

d) Untuk mengetahui sitologi malignant lesi pada saluran kemih

2
BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Pengumpulan Spesimen

Spesimen yang dapat digunakan dalam pemeriksaan sitologi saluran


kemih adalah urine. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan
pemeriksaan sitologi ialah (1) ketepatan pengambilan (2) metode fiksasi yang
benar (3) cara pengepakan dan pengiriman sampel (4) prosesing sitologi
terutama pewarnaan sel. No 1 dilaksanakan oleh dokter. No 2-4 dilaksanakan
oleh teknisi laboratorium.

a) Voided urine

Voided urine adalah urin yang berasal dari porsi tengah dan diambil sekitar
25-100cc. voided urine tidak dianjurkan berasal dari urin pagi karena sel-
sel stagnan dalam keseimbangan asam basa (pH) rendah dan lingkungan
hipertonik sehingga berdegenerasi dan sudah lama dalam vesika urinaria
sehingga menyulitkan analisis. Kelebihan prosedur specimen urine ialah
prosedur non invasive karena tak ada kerusakan pada kulit atau kontak
dengan mukosa saat prosedur dilakukan sedangkan kekurangannya ialah
selularitas rendah, kontaminasi vagina, dan pengawetan hanya 1-2 jam jika
tak dimasukkan ke refrigerator. Prosedur pengambilan specimen ini ialah
pasien diminta untuk minum banyak air putih, lalu pasien mengeluarkan
urin kurang lebih 30 menit setelahnya dan ditampung pada pot urin steril.
Jika tidak memungkinkan untuk segera diperiksa, maka simpan pada suhu
4o C atau fiksasi dalam alcohol dengan perbandingan 2:1. yang harus
diperhatikan ketika mengambil specimen ialah (a) Pot urin harus
bersih/steril dan bebas dari partikel substansi yang mengganggu. (b) Pot
urin harus mempunyai penutup yang aman dan tahan bocor(leak-proof).

3
Pot yang leak-proof akan membantu mengurangi specimen bocor dan
menghindari petugas kesehatan dari terkenanya specimen dan memproteksi
specimen dari kontaminan. (c) Pot urin yang dibuat dari bahan yang tahan
pecah sangat direkomendasikan. (d) Pot urin tidak boleh mengandung
bahan yang mengandung zat yang larut ketika bercampur dengan specimen.
(e) Pot urin yang sudah dipakai tidak boleh digunakan lagi (re-use). (f)
Label harus dipasang di pot urin agar tidak tertukar dengan specimen yang
lain. Di label tersebut, waktu dan tanggal pengumpulan specimen juga
harus tertera. (g) Volume specimen harus cukup untuk menjalankan test. (h)
Jika specimen tidak langsung diperiksa melebihi batas waktu yang
ditentukan, Pengawet yang sesuai harus digunakan.

b) Urin kateter

Urin yang diambil menggunakan alat kateter. Keuntungan menggunakan


urin kateter ialah selularitas yang tinggi. Kekurangannya ialah metode
invasive, urin yang dikumpulkan pada suhu ruangan berjam-jam, dan
ujung dari kateter seringkali mengikis sel urotelial jinak, yang menyerupai
neoplasma papiler tingkat rendah. Specimen digunakan jika (a)Proses
persalinan dan operasi Cesar (b)Perawatan intensif yang membutuhkan
pemantauan keseimbangan cairan tubuh. (c)Proses pengosongan kandung
kemih sebelum, saat, atau sesudah operasi. (d) Pernah didiagnosis dengan
kondisi medis yang perlu pemasangan kateter. contohnya cedera saraf
tulang belakang, multiple sclerosis dan demensia (e) kanker kandung
kemih. Saat pemberian obat langsung ke dalam kandung kemih, missal
karena adanya (f) Tidak diperbolehkan untuk banyak bergerak, misalnya
akibat cedera atau setelah operasi. (g) Frekuensi dan volume produksi dan
aliran keluarnya urin perlu dimon pada pasien penyakit ginjal. (h) Pasien
yang memiliki retensi kemih akut atau kronis. Hal yang harus diperhatikan
ketika mengambil specimen tersebut (a) Sampel urine yang diambil pada
pasien pengguna kateter harus langsung dari selang kateternya, tidak boleh
dari kantung penampungan urine kateter untuk menghindari kontaminasi.

4
(b)Sampel harus segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Jika tidak.
memungkinkan untuk segera dianalisis, petugas laboratorium harus
memasukkan sampel urine terlebih dahulu ke dalam lemari pendingin. (c)
Setelah specimen dimasukkan kedalam wadah, tutup rapat agar tidak
tumpah atau terkontaminasi. (d) Pasien harus membersihkan area
kemaluannya menggunakan tisu steril, agar bakteri dan sel di sekitar
kemaluan tidak ikut terbawa ke dalam sampel.

c) Bladder Irrigation

Bladder irrigation adalah prosedur untuk mencuci bagian dalam kandung


kemih. Pembilasan diperlukan untuk menghilangkan kelebihan lendir yang
dibuat oleh usus yang ada di kandung kemih. Prosedur ini membantu urin
mengalir bebas melalui kateter dan menjaga kateter tidak tersumbat oleh
lendir, membantu mencegah infeksi dan batu. Kelebihan prosedur ini ialah
sel yang didapat cukup banyak, sel terjaga dengan baik dan kekurangannya
danya perlukaan pada saat pengambilan spesimen berlangsung (infasive),
diperlukan banyak alat/instrumen yang dibutuhkan. Specimen digunakan
saat pasien dengan penurunan jumlah leukosit secara drastic (leukopenia),
jika pasien diduga terinfeksi bakteri, pasien dengan ISK/Infeksi Saluran
Kemih. Tabung vacutainer yang mengandung bahan pengawet menjaga
jumlah bakteri pada tingkat yang stabil selama 24 jam tanpa pendinginan.

Pencucian kandung kemih diperoleh melalui kateter dengan mengairi


kandung kemih dengan larutan salin/larutan fixatif. Ini memiliki
kelemahan yang sama dengan spesimen kateter, namun seluleritas yang
diperoleh dan pelestarian sel sangat baik dan lebih unggul daripada urin
yang dikeluarkan.

5
d) Ileal Loop

Specimen ileal loop adalah specimen urin yang didapat dari stoma. Stoma
adalah perlubangan sementara atau permanen antara dinding abdomen
pada waktu prosedur pembedahan untuk mengeluarkan urine.
(2)Kekurangan dari prosedur ini terdapat sedikit sel, tidak tahan lama
sedangkan kelebihannya digunakan sebagai pemeriksaan skrining untuk
deteksi kanker kandung kemih. Specimen ileal loop digunakan saat pasien
dengan stoma adalah perlubangan sementara atau permanen dinding
abdomen pada waktu prosedur pembedahan untuk mengeluarkan air seni.

Alat dan Bahan

1. Tabung conical sentrifuge

2. Pipet pasteur

3. Teknik membran filtrasi/sitosentrifugasi/filter kapiler

4. spray fixative (Fig. 8.3) or by immersion in an alcohol bath

5. Isotonic physiologic saline (0.9%) or Ringer’s solution untuk


menghindari osmotik perubahan sel

6. Slide dengan ukuran 76×26mm dengan ketebalan 1-1.2mm serta


ketebalan cover slip 0.17mm

Larutan fiksatif

1.formalin 1:1 untik pewarnan giemsa dan papanilo

2. 10-20 ml urine dengan 50 mg dari thiomersal salt.

3. Asam asetat 1:1 kekurangannya ialah menyebabkan hemolisis pada


hematuria

6
Prosedur:

1. Homogenkan urin sampai merata

2. Tuangkan 10-20 ml ke tabung sentrifuge

3. Sentrifuge urine

4. Sentrifuge 2000rpm selama 5-10 menit

5. Tuangkan (decant) supernatant lalu proses selantunya atau fiksasi

6. Fiksasi terbagi atas fiksasi kering dan fiksasi basah. Untuk pewaraan
seperti giemsa, May-Griinwald/Giemsa, (Pappenheim panoptic stain),
dan pewarnaan hemacolor menggunakan fiksasi kering dengan
mengeringkan di udara selama 10 menit dengan sediaan tipis.
Sedangkan fiksasi basah dilakukan pada pewarnaan Papanicolaou atau
Szczepanik . Larutan fiksasi basah dapat terdiri dari (a) Alkohol 95-
96%. Larutan ini merupakan lariutan fiksatif yang ideal yang
dianjurkan di sebagian besar laboratorium sitologi. Hasil dari fiksasi ini
menghasilkan karakteristik inti Alkohol 95-96 ini adalah larutan
dehidrasi dan dapat menyebabkan penyusutan sel karena akan
menggantikan air di dalam sel. (b)Methanol absolut, larutan fiksasi
yang baik karena menghasilkan sediaan yang tidak begitu menyusut
jika dibanding dengan alkohol 95-96%. (c) Eter: alkohol 95% Fiksasi
basah menggunakan campuran eter : alkohol 95% = 1:1 Hasil dari
fiksasi menggunakan campuran ini menghasilkan sediaan yang lebih
baik dibanding dengan alkohol 95-96%. Namun eter yang digunakan
memiliki sifat yang berbahaya, berbau dan mudah mengikat air di
sekitar (higroskopis).(d)Propanol dan isopropanol 80% menyebabkan
penyusutan sel lebih sedikit dari eter-etanol atau metanol. Oleh karena
itu 80% propanol atau isopropanol merupakan pengganti etanol 95-
96% yang direkomendasikan. (e)Denaturasi alkohol, pada dasarnya
semua mengandung etanol sebagai bahan utama, dan karenanya ini

7
dapat digunakan pada konsentrasi 95% atau 100%. Salah satu
formulasi yang telah digunakan adalah campuran dari 90 bagian etanol
95% + 5 bagian 100% methanol + 5 bagian 100% isopropanol.(f)
Formalin Based yang digunakan untuk sediaan sitologik yang
ditargetkan pada pemeriksaan imunologi. Fiksasi kering dilakukan
selam 15 menit. Fiksasi terakhir ialah fiksasi coat/spray dengan
menyemprotkan larutan fiksatif dengan jarak 20-30cm. Larutan yang
bisa dipakai ialah 96% ethanol, methyl alcohol, 90% acetone, 99%
isopropyl alcohol, politylen glikol

7. Pewarnaan

a) Pewarnaan rapid

1. Giemsa

a) Fiksasi basah dengan alkohol absolut selama 30 menit atau


metil alkohol 5-10menit jangan dibilas tunggu hingga
kering.

b) Taruh preparat pada rak pewarna Larutan pewarna


diteteskan ke kaca objek dan harus menutupi seluruhnya.

c) Setelah 20-30 menit, bilas larutan pewarna dari kaca objek


dengan botol peras berisi air suling netral atau buffer fosfat
pada pH 7,2 (jangan miringkan kaca objek; arahkan
pancaran dari samping).

d) Setelah membilas, bersihkan permukaan bawah kaca objek


yang tidak dilapisi dengan kain bebas debu untuk
menghindari penumpukan yang mengganggu selama
pemeriksaan mikroskopis.

e) Miringkan slide untuk mengeringkan udara. Spesimen dapat


dievaluasi atau dipasang dengan corbite balsam.

8
2. Methylene Blue

a) Sentrifugasi urin segar atau yang diawetkan. Tempatkan


setetes sedimen pada slide.

b) Oleskan pewarna di sebelah sedimen sebelum kaca penutup


diaplikasikan atau di tepi kaca penutup yang diaplikasikan

c) Spesimen dapat diinterpretasikan 5-10 menit setelah


pewarnaan. Spesimen dapat disimpan di lingkungan lembab
maksimal 24 jam.

b) Pewarnaa Diferensial

1. May-Grünwald/Giemsa (Pappenheim).

a) Tutupi apusan yang belum difiksasi dan dikeringkan di


udara

b) dengan larutan May-Grünwald yang telah disaring dan


pekat kira-kira 0,5 ml pada rak pewarnaan selama 3 menit
jaga slide tetap rata

c) tambahkan air suling atau buffer fosfat pH 7,2 dengan


volume yang kira-kira sama (0,5 ml), diamkan selama 1-2
menit.

d) Jangan bilas dengan air, tapi miringkan untuk membuang


kelebihan larutan, kemudian oleskan larutan kerja Giemsa
yang telah disaring ke kaca objek dan biarkan selama 15-20
menit.

e) Bilas hingga bersih dengan air suling atau buffer fosfat pH


7,2 lalu bersihkan kontaminan dari permukaan bawah kaca
objek dengan kain lembab. memegang slide pada bagian
tepinya.

9
f) Letakkan kaca objek yang miring pada kertas saring atau
kertas isap hingga kering.

g) lakukan mounting jika diinginkan

2. Pewarna Szczepanik (Cytocolor)

a) fiksasi semprot atau perendaman alkohol (propanol-2)

b) dicelupkan ke dalam air suling (10 detik)

c) masukkan spesimen dalam larutan hematoksilin yang


dimodifikasi selama 60 detik lalu bilas dengan air mengalir
selama 5 detik

d) celupkan ke dalam propanol-2 selama 2 detik, lalu


masukkan ke dalam larutan pewarna kedua (polikrom
termodifikasi) selama 60 detik.

e) setelah dealkoholisasi pengawetan sel dan sebelum


pemasangan, rendam selama 5 detik dalam air suling dan
dua kali selama 5 detik dalam larutan propanol-2.

3. Pewarna Papanicolaou

Pengecatan Papanicolaou dapat digunakan pada pemeriksaan


blok sel karena pewarnaan Papanicolaou merupakan metode
pengecatan polikromatis. Yang merupakan kombinasi
pengecatan hematoksilin untuk mewarnai inti sel dan sitoplasma
pada bagian pewarna lainnya, hematoksilin merupakan
pewarnaan yang digunakan pada pengecetan sediaan blok
sel.Permasalahan yang sering terjadi pada pengecatan
Papanicolaou adalah nuklear terlalu pucat. Sehingga sampel
akan sulit terlihat dalam mikroskop. Hal ini terjadi karena
terkontaminasi hematoksilin yang mengurangi kemampuannya
menembus nukleus dan cat mengering sebelum

10
difiksasi(Leopold, 2006). Pewarnaan Papanicolaou yang
dilakukan Hijrawati (2018), preparat apusan terdapat sel-sel
yang berukuran besar dan jelas. Hal ini disebabkan karena pada
perlakuan apusan tidak dilakukan pemanasan yang akan
menyebabkan denaturasi protein. Kemudian sebelum dilakukan
fiksasi sediaan apusan tidak boleh kering karena dapat
menyebabkan kerusakan sel. Prosedur:

a) Pewarnaan Papanicolaou harus didahului dengan fiksasi


basah pada spesimen.Langkah awal prosedur pewarnaan Pap
bergantung pada apakah spesimen telah difiksasi dengan
fiksatif semprot atau dengan perendaman.

b) Jika spesimen masih basah dalam larutan fiksatif( alkohol


96%), masukkan spesimen ke dalam air suling dengan
rangkaian alkohol menurun: rendam selama 30 detik dalam
70%. 50%, dan etanol 30%. Jika apusan sudah menempel
dan kering, masukkan langsung ke dalam air suling. Jika
dilapisi dengan polietilen glikol (zat fiksatif semprot),
pertama-tama larutkan film dalam etanol 30% selama 30-60
detik.

c) Bilas selama 30 detik dalam air suling.

d) Tempatkan di Harris hematoxylin selama 2 menit (Pap soln.


I). Penting untuk mempersingkat langkah ini (biasanya 3-5
menit)

e) Bilas selama 30 detik dalam air suling. Untuk


membedakannya, satu atau dua kali celupkan ke dalam
larutan asam klorida encer 0,25% (HCI pekat diencerkan
kira-kira 1:400)

f) Bilas dan biru 5 menit dalam air keran yang mengalir

11
g) Dehidrasi spesimen dalam alkohol naik dalam 50%, 70%,
80%. dan etanol 95% masing-masing selama 30 detik.

h) Lakukan pewarnaan selama 3 menit dalam larutan orange G

i) Bilas dengan etanol 96%, rendam kaca objek ke dalam dua


kuvet berbeda masing-masing berdurasi 30 detik.

j) Bilas lagi dalam etanol 96%, menggunakan dua kuvet


berbeda (masing-masing 30 detik).

k) Tempatkan 1 menit dalam campuran etanol (96%) dan


xylene dengan perbandingan 1:1.

l) Bilas 2 menit dalam xylene, lalu mounting jika diinginkan.

8. Mounting

Media transparent corbite balsam mounting medium (contoh, Eukitt,


Merckoglas, Hico-Mic) sebarkan di coverglass lalu tunggu selama 10
menit

Pelaporan sitologi harus deskriptif dan prediktif terhadap temuan


histologi. Tumor yang jinak(benign) berarti deskuamasi/pengelupasan
lebih rendah dibandingkan lesi malignant atau ganas.

12
2.2 Lesi Jinak Pada Saluran Kemih

Elemen Normal Pada Sitologi Urin

Sel Urotelial dan Sel


Squamosa. Sel yang
paling banyak yaitu
urotelial intermediate
dengan bentuk piramida
atau oval

Voided urine

Sel payung

Voided urine

13
Sel Basal Urotelial

Spesimen urin kateter

Sel seminal vesicle


ephiteliel sel pada voided
urine

Infeksi Benign Lesions (Lesi Jinak)

Polyomavirus

14
Herpes Simplex Virus

Sel multinukelar

Papanicolaou

Toxoplasma gondii

May-Grunwald Stain 850×

Schistosomiasis haematobium pada


kandung kemih ukuran lebih kecil
dari sel urotelial, mirip granulosit
segmen dengan perbedaan "tulang
terminal" perbesaran (850×)
Papanicolaou

Non Infeksi Lesi Jinak

15
Sel reaktif urotelial dengan
sitoplasma kasar

Casts

Crystal

Kandung kemih adalah kantung otot yang menyimpan urin. Dinding


kandung kemih dilapisi dengan epitel. Jenis epitel yang terdapat pada kandung
kemih adalah epitel transisional . Epitel transisional merupakan jenis epitel
yang terdiri dari beberapa lapisan sel yang dapat berubah bentuk. Epitel jenis
ini ditemukan pada jaringan tubuh yang mengalami tekanan mekanis, seperti
kandung kemih. Epitel transisional memungkinkan kandung kemih
mengembang dan berkontraksi saat terisi urin dan kemudian dikosongkan.
Kandung kemih dilapisi dengan epitel transisional, yaitu sejenis epitel yang

16
dapat berubah bentuk. Epitel transisional ditemukan di area yang banyak
mengalami peregangan dan pergerakan, seperti kandung kemih, yang perlu
mengembang jika sudah penuh dengan urin. Kandung kemih terdiri dari
urothelium, yang merupakan lapisan dalam. Di dalam tubuh manusia terdapat
sel urothelial (disebut juga sel transisi). Urothelium epitel transisi dikenal
dalam konteks urothelium epitel epitel. Ini adalah lapisan tipis jaringan ikat
yang mengelilingi urothelium yang disebut lamina propria (juga dikenal
sebagai submukosa). Sel epitel transisi adalah penghalang permeabilitas yang
sangat efektif yang mematikan semua molekul kecil dan air. Jaringan ini
kemungkinan merupakan salah satu jaringan yang paling sensitif terhadap
osmotik. Ini terdapat di saluran kelenjar prostat serta kandung kemih, ureter,
dan uretra.

Jaringan ini menghubungkan dinding bagian dalam kandung kemih


dengan bagian luar kandung kemih, sehingga kandung kemih dapat berfungsi
dengan baik. Sel epitel transisi juga diperlukan untuk membantu melindungi
kandung kemih dari infeksi. Keempat, sistem epitel transisional berperan
penting dalam ekskresi urin. Organ kelima dalam tubuh, sel epitel transisional ,
berkontribusi menjaga urin bebas asam. Organ keenam adalah organ epitel
transisional, yang membantu pergerakan urin. Terakhir, membran epitel
transisional dapat rusak dalam berbagai cara, sehingga mengakibatkan masalah
kandung kemih.

Epitel transisional; sel epitel berlapis-lapis pada bagian superfisial


berbentuk pipih, sedangkan lapisan dalam bentuknya bervariasi dari kuboid
sampai kolumner. Sel-sel lapisan luar mengalami penandukan (kornifikasi).
Ureter, pada bagian superfisial terlihat sel-sel yang bentuknya seperti payung
(sisi atas lebih lebar dari sisi bawah) dan sel-sel lapisan di bawahnya berbentuk
polygonal.

Jamur paling umum yang menginfeksi kandung kemih adalah


Candida. Organisme ini hadir dalam bentuk ragi dan pseudohifa serta disertai

17
dengan latar belakang inflamasi campuran dan seluler. Setiap sel urothelial
yang ada biasanya menunjukkan perubahan reaktif. Jika Candida terdapat
dalam urin pasien wanita, kemungkinan kontaminasi vagina harus
dipertimbangkan. Kontaminasi vagina, bukan infeksi sebenarnya,
kemungkinan besar terjadi ketika latar belakang vagina mengandung banyak
sel skuamosa dan bakteri serta sedikit neutrofil.

Infeksi virus pada kandung kemih termasuk virus herpes simpleks,


cytomegalovirus, polyomavirus, dan human papillomavirus. Infeksi herpes
pada kandung kemih jarang terjadi, biasanya terlihat pada pasien yang sistem
imunnya lemah. Perubahan sitopatik meliputi multinukleasi, tekstur kromatin
kaca dasar, dan kondensasi kromatin perifer. Dalam beberapa kasus, sel
mempunyai inklusi inti eosinofilik yang besar dengan sudut tajam. Sel yang
terinfeksi dapat membesar secara signifikan,berbentuk aneh, dan memiliki
sitoplasma padat dan buram. Sitomegalovirus mempengaruhi epitel saluran
kemih, paling umum pada sel tubulus ginjal, pada pasien dengan sistem
kekebalan tubuh lemah. Sel-sel yang terkena dampaknya membesar dan
memiliki inklusi nuklear dan sitoplasma. Inklusi inti bersifat soliter, basofilik
gelap, dan dikelilingi oleh zona clearing kromatin di dalam inti. Penampilan
yang lebih bervariasi adalah beberapa inklusi sitoplasma, yang lebih kecil,
basofilik, dan berbutir halus atau kasar.

Protozoa parasit Trichomonas vaginalis merupakan salah satu


penyakit menular seksual yang paling umum. Biasanya berhubungan dengan
vaginitis, namun dapat menyebabkan uretritis dan bahkan prostatitis. Dalam
urin seorang wanita, organisme tersebut kemungkinan besar merupakan
kontaminan dari infeksi vagina jika disertai dengan sel skuamosa dan flora
vagina yang melimpah. Jarang, mereka menyebabkan uretritis pada pria dan
diidentifikasi dalam sitologi urin pasien tersebut. Ukuran organisme bervariasi,
dengan panjang dan lebar rata-rata 10 dan 7 µm. masing-masing. Nukleusnya
kecil dan lonjong, dansitoplasma mengandung butiran merah halus.

18
Polyomavirus manusia (virus JC dan BK), anggota keluarga
papovavirus, umumnya menginfeksi sel urothelial pada individu yang sehat
dan sistem imunnya lemah, dan perubahan sitopatik virus yang khas terlihat
pada 4% sampel urin." Infeksi ini biasanya tidak memiliki gejala klinis.
penting, namun sel yang terinfeksi tampak atipikal dan dapat disalahartikan
sebagai sel ganas. Sel urothelial yang terinfeksi memiliki inti yang besar dan
terletak eksentrik dengan inklusi inti basofilik yang sepenuhnya menggantikan
inti dan tampak seperti kaca, buram, atau keruh sangat menebal Pada anak-
anak pada orang dewasa dengan imunosupresi, sel-sel yang mengalami
perubahan jumlahnya banyak, sedangkan pada orang dewasa dengan
imunokompeten, sel-sel tersebut biasanya jumlahnya sedikit. Berbeda dengan
sel yang terinfeksi sitomegalovirus, yang mana terdapat lingkaran cahaya di
sekeliling inklusi, inklusi poliomavirus mengisi seluruh nukleus. Karena
peningkatan ukuran inti dan hiperkromasia, sel yang terinfeksi poliomavirus
dapat disalahartikan sebagai sel ganas, oleh karena itu dinamakan "sel umpan".
Namun, tidak seperti kebanyakan sel ganas, sel pemikat mempunyai inti yang
sangat halus dan bulat. Berbeda dengan sel tumor yang sering bergerombol
membentuk kelompok, sel urothelial yang terinfeksi poliomavirus hanya
ditemukan sebagai sel terisolasi. Karena sel UC yang mengalami degenerasi
dapat menyerupai sel umpan, namun spesimen tidak boleh didiagnosis sebagai
negatif kecuali jika morfologi sel umpan memang klasik. Diagnosis banding
sel umpan juga mencakup sel urothelial jinak yang mengalami degenerasi. Inti
yang terinfeksi poliomavirus tampak tercoreng dan basofilik padat, dan tekstur
kromatinnya lebih seragam dibandingkan sel urothelial yang mengalami
degenerasi. Human papillomavirus dapat menginfeksi saluran kemih,"tetapi
dengan perubahan sitopatik yang khas dari virus initerlihat pada spesimen urin
yang keluar dari seorang wanita, sel kemungkinan besar berasal dari vulva atau
vagina. Namun, koilosit dalam spesimen yang dikateterisasi menunjukkan hal
inikondiloma pada saluran kemih.

19
2.3 Neoplasma Papilloma

Neoplasma ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan,


tidak terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus- menerus
meskipun rangsang yang menimbulkan telah hilang. Sel neoplasma mengalami
transformasi , oleh karena mereka terus- menerus membelah. Pada neoplasma,
proliferasi berlangsung terus meskipun rangsang yang memulainya telah
hilang. Proliferasi demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai
sifat progresif,tidak bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak
ada hubungan dengan kebutuhan tubuh dan bersifat parasitic. Sel neoplasma
bersifat parasitic dan pesaing sel atau jaringan normal atas kebutuhan
metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan lemah .
Neoplasma bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Proliferasi
neoplastik menimbulkan massa neoplasma, menimbulkan pembengkakan /
benjolan pada jaringan tubuh membentuk tumor. Semua tumor baik tumor
jinak maupun ganas mempunyai dua komponen dasar ialah parenkim dan
stroma. Parenkim ialah sel tumor yang proliferatif,yang menunjukkan sifat
pertumbuhan dan fungsi bervariasi menyerupai fungsi sel asalnya. Sebagai
contoh produksi kolagen ,musin,atau keratin. Stroma merupakan pendukung
parenkim tumor ,terdiri atas jaringan ikat dan pembuluh darah. Penyajian
makanan pada sel tumor melalui pembuluh darah dengan cara difusi.

Klasifikasi neoplasma yang digunakan biasanya berdasarkan dasar sifat


biologik tumor atas dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas tumor
yang bersifat jinak (tumor jinak) dan tumor yang bersifat ganas (tumor ganas)
dan tumor yang terletak antara jinak dan ganas disebut “ Intermediate”.

Tumor Jinak (Benign)Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya


mempunyai kapsul. Tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya
dan tidak menimbulkan anak sebar pada tempat yang jauh. Klasifikasi atas

20
dasar asal sel / jaringan (histogenesis) Tumor sel yang berdiferensiasiJenis sel
dewasa yang berdiferensiasi, terdapat dalam bentuk sel alat-lat tubuh pada
kehidupan pot natal. Kebanyakan tumor pada manusia terbentuk dari sel
berdiferensiasi.Tata nama tumor ini merupakan gabungan berbagai faktor yaitu
perbedaan antara jinak dan ganas, asal sel epnel dan mesenkim lokasi dan
gambaran deskriptif lain. Salah satunya ialah tumor epitel jinak disebut
adenoma jika terbentuk dari epitel kelenjar misalnya adenoma tiroid, adenoma
kolon. Jika berasal dari epitel permukaan dan mempunyai arsitektur popiler
disebut papiloma. Papiloma dapat timbul dari eitel skuamosa (papiloma
skuamosa), epitel permukaan duktus kelenjar (papiloma interaduktual pada
payudara) atau sel transisional (papiloma sel transisional ).Tumor ganas epitel
disebut karsinoma. Kata ini berasal dari kota yunani yang berarti kepiting. Jika
berasal dari sel skuamosa disebut karsinoma sel skuamosa. Bila berasal dari
sel transisional disebut karsinoma sel transisional. Tumor ganas epitel yang
berasal dari epitel belenjar disebut adenokarsinoma.

2.4. Malignant Lesi pada Saluran Kemih

Malignant lesi terdiri dari: Sel skuamosa karsinoma,


adenokarsinoma, clear cell carsinoma, small cell carsinoma. Kriteria sitologi
untuk diagnosis lesi derajat rendah, homogenitas sitoplasmarasio nuklir-
sitoplasma yang tinggi, membran inti tidak teratur. Sensitivitas sitologi untuk
mendeteksi tumor tingkat rendah, menggunakan kriteria ini, adalah sekitar
30%, dan spesifisitasnya sekitar 80%. Kriteria arsitektural untuk mendiagnosis
lesi tingkat rendah:fragmen papiler dengan inti fibrovaskular (diagnostik,
tetapi jarang) kelompok sel tanpa inti (tidak spesifik; juga terlihat pada
urolitiasis, kateterisasi)kelompok sel tidak beraturan (lebih sering dikaitkan
dengan UC daripada kelompok sel halus). Karsinoma dan Karsinoma
Urothelial Tingkat Tinggi di SituDalam sistem klasifikasi WHO yang baru,
UC tingkat tinggi didefinisikan secara histologis sebagai tumor dengan

21
sitologi dan arsitektur atipia sedang hingga berat; itu bisa berupa tumor invasif
atau tumor papiler noninvasif. CIS Urothelial adalah lesi datar dan non-invasif
yang terbatas pada epitel dan terdiri dari sel-sel ganas secara sitologis.
Sitomorfologi karsinoma in situ dan urothelial high grade kanker: rasio nuklir-
sitoplasma yang tinggi ditandai hiperkromasia nuklirkromatin butiran kasar,
garis inti tidak beraturannukleolus besar (beberapa kasus). Inti bersifat
hiperkromatik dengan kromatis granular kasar.membran inti matin dan tidak
beraturan; diperbesar dannukleolus sudut terlihat dalam beberapa kasus.
Beberapa sel ganas mengandung badan Melamed-Wolinska. Latar belakang
dapat berisi puing-puing nekrotik, darah, dan sel-sel inflamasi dan tidak
membantu membedakan tumor in-situ dari tumor invasif. UC tingkat tinggi
dapat menunjukkan diferensiasi skuamosa atau kelenjar. Dalam kebanyakan
kasus, diagnosisnya mudah. Sensitivitas sitologi urin untuk UC tingkat tinggi
adalah 79%,dan spesifisitasnya lebih besar dari 95%,

Karena peningkatan ukuran inti sel dan hiperkromasia, sel yang


terinfeksi virus polioma (sel umpan) dapat disalahartikan sebagai sel ganas,
khususnya UC tingkat tinggi. Namun, inti sel ganas jarang berbentuk bulat
sempurna seperti inti sel pemikat. Berbeda dengan sel tumor yang ada yang
berbentuk kelompok, sel urothelial yang terinfeksi poliomavirus hanya
ditemukan sebagai sel terisolasi. Batu ginjal dan kandung kemih menyebabkan
iritasi pada urothelium, yang dalam beberapa kasus menyebabkan atipia sel
urothelial yang menyerupai UC. Jika pasien diketahui menderita batu,
diperlukan pendekatan konservatif dalam diagnosis. Pencucian saluran atas
(ureter dan panggul ginjal) yang normal rentan terhadap diagnosis positif
palsu. Selnya banyak, dengan inti besar dan rasio nuklir-sitoplasma yang
tinggi. Spesimen bilateral sangat membantu karena memungkinkan
perbandingan antara spesimen lesi dan spesimen normal. Mempersiapkan blok
sel dari sisa sedimen juga sangat berguna dalam situasi ini".

22
Malignant Lesi

Urothelial carsinoma tingkat tinggi Adenokarsinoma urothelial carsinoma


(malignant sel, yang membesar, inti varian (nukleus hiperkromatik,
gelap, dan peningkatan rasio nukleus ke
sitoplasma

Grade 1 urothelial carsinoma, inti non


pleomorphic dan hiperkrom perbesaran 850×
Grade 2 Sel Urothelial rasio sitoplasma
Papanicolaou
dan nukleus kurang jelas tanpa
pleomorphic Papanicolaou 340×

23
Grade 3 kromatin abnormal nukleus gelap,
hyperkromatik

Metastasis adalah pergerakan sel–sel kanker dari satu bagian tubuh ke


bagian lain. Metastasis terjadi melalui penyebaran sel–sel kanker dari tempat
awal (primer) didarah atau limfe ke tempat baru (sekunder). Istilah keganasan
(malignancy) mengacu kepada kemampuan tumor untuk bermetastasis
Perkembangan tumor yang bermetastasis : Sel kanker cenderung membesar :
Sebagian besar terperangkap di jaringan limfe atau bantalan kapiler dibagian
bawah dari tempat primer

Derajat pertumbuhan tumor ganas bergantung pada 3 hal yaitu Derajat


pembelahan sel tumor. Derajat kehancuran tumor,dan Sifat elemen non
neoplastik pada tumor/ Pada pemeriksaan mikroskopik : jumlah mitosis dan
gambaran aktifitas metabolisme inti berkaitan dengan kecepatan tumbuh tumor
yaitu : inti yang besar, kromatin kasar, anak inti besar

Kanker mempengaruhi jaringan di sekitar nya dengan bertumbuh ke


dalam atau mendorong jaringan di sekitarnya, mengiritasi atau menekan
menyebabkan rasa sakit.Tekanan bisa menghambat jaringan untuk melakukan
fungsi normal. kanker kandung kemih atau kanker getah bening pada perut
bisa menekan pembuluh (ureter) yang menghubungkan ginjal dengan kandung
kemih menyumbat aliran kemih

Berdasarkan diferensiasi dan anaplasia sel, sel tumor jinak, atau benign
tumor, mampu berdiferensiasi dengan baik sehingga sulit dibedakan antara sel
kanker itu sendiri dengan sel-sel normal dalam tubuh.

24
BAB III

KESIMPULAN

a) Spesimen yang dapat digunakan dalam pemeriksaan sitologi saluran kemih


adalah urine. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan
pemeriksaan sitologi ialah (1) ketepatan pengambilan (2) metode fiksasi
yang benar (3) cara pengepakan dan pengiriman sampel (4) prosesing
sitologi terutama pewarnaan sel. No 1 dilaksanakan oleh dokter. No 2-4
dilaksanakan oleh teknisi laboratorium. Meliputi : Voided Urine, Urine
Kateter, Blader Irigation, dan Ileal Loop

b) Kandung kemih adalah kantung otot yang menyimpan urin. Dinding


kandung kemih dilapisi dengan epitel. Jenis epitel yang terdapat pada
kandung kemih adalah epitel transisional . Epitel transisional merupakan
jenis epitel yang terdiri dari beberapa lapisan sel yang dapat berubah
bentuk. Epitel jenis ini ditemukan pada jaringan tubuh yang mengalami
tekanan mekanis, seperti kandung kemih. Epitel transisional
memungkinkan kandung kemih mengembang dan berkontraksi saat terisi
urin dan kemudian dikosongkan. Kandung kemih dilapisi dengan epitel
transisional, yaitu sejenis epitel yang dapat berubah bentuk.

c) Neoplasma ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak


terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus- menerus meskipun
rangsang yang menimbulkan telah hilang. Sel neoplasma mengalami
transformasi , oleh karena mereka terus- menerus membelah. Pada
neoplasma, proliferasi berlangsung terus meskipun rangsang yang
memulainya telah hilang. Proliferasi demikian disebut proliferasi
neoplastik, yang mempunyai sifat progresif,tidak bertujuan, tidak
memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak ada hubungan dengan kebutuhan

25
tubuh dan bersifat parasitic.

d) Kriteria sitologi untuk diagnosis lesi derajat rendah, homogenitas


sitoplasmarasio nuklir-sitoplasma yang tinggi, membran inti tidak teratur.
Sensitivitas sitologi untuk mendeteksi tumor tingkat rendah, menggunakan
kriteria ini, adalah sekitar 30%, dan spesifisitasnya sekitar 80%. Kriteria
arsitektural untuk mendiagnosis lesi tingkat rendah:fragmen papiler dengan
inti fibrovaskular (diagnostik, tetapi jarang) kelompok sel tanpa inti (tidak
spesifik; juga terlihat pada urolitiasis, kateterisasi)kelompok sel tidak
beraturan (lebih sering dikaitkan dengan UC daripada kelompok sel halus).

26
REFERENSI

Askandar Tjokroprawiro. 2018. Buku ajar Ilmu penyakit dalam.


https://books.google.com/books/about/Buku_ajar_ilmu_penyakit_dalam_Ed
_2.html?id=BICSDwAAQBAJ#v=onepage&q&f=false

Ayustina Candra. Tanpa Tahun. Makalah Pemeriksaan Sitologi.


https://www.academia.edu/43003354/MAKALAH_PERERIKSAAN_SITO
LOGI

Cornel University. 2019. Cytology. https://www.vet.cornell.edu/animal-health-


diagnostic-center/testing/protocols/cytology

Fouzia Siraj. 2022. Peniruan Kanker Kandung Kemih yang Jinak: Seri Kasus.
https://www-ncbi-nlm-nih_gov.translate.goog/pmc/articles/PMC7732960/

Ghina NurAzizah. Tanpa Tahun. Tumor non-kanker dan kondisi kandung kemih.
https://cancer-ca.translate.goog/en/cancer-information/cancer-
types/bladder/what-is-bladder-cancer/nocanceroustumours?_x_tr_sl=en&
x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc 7

Jennifer Garcia. 2022. Tumor Kandung Kemih Jinak: Jenis, Gejala dan
Pengobatannya. https://www-patientpower-info.translate.goog/bladder
cancer/benign-bladder.tumor?x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr..hl=id&_x_tr
pto=tc&_x_tr_hist=true

Prof Stephen Gallik. 2022. Urinary Bladder. https://stevegallik.org/what-typw-of-


epithelium-is-found-in-the-bladder/

Shruthi vasan. 2018. Cytology of urinary.


https://www.slideshare.net/8056933252/cytology-of-urinary-tract

27

Anda mungkin juga menyukai