Anda di halaman 1dari 34

KETERAMPILAN DAN PROSEDUR LABORATORIUM: KEBUTUHAN

ELIMINASI

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4

1. Masayu laela nurfitria


2. Nurfadilla
3. Rio sanjaya
4. Tria rizky ananda

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MATARAM TAHUN 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya-lah kami dapat menyelesaikan
makalah “KETERAMPILAN DAN PROSEDUR LAB KEB.ELIMINASI”.
Selain bertujuan untuk memenuhi tugas makalah ini juga disusun dengan maksud
agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentangketerampilan dan
prosedur lab keb.eliminasi. Makalah ini memuat tentang keterampilan dan prosedur
lab keb.eliminasi, dalam hal ini mahasiswa dituntut bukan hanya memahami tetapi
juga menerapkannya dalam melaksanakan praktek klinik. Luasnya pengetahuan
dapatmembuat seorang mahasiswa menguasai tahap ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Dosen yang telah
membimbing kami.Kritik dan saran selalu kami harapkan demi penyempurnaan
makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram , 19 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A. Teknik Pengumpulan Urine...............................................................
B. Irigasi Kandung Kemih Kontinu........................................................
C. Latihan Berkemih...............................................................................
D. Latihan Ulang Berkemih....................................................................
E. Kegel’s Exercises...............................................................................
F. Melakukan Enema.............................................................................
1. Huknah Rendah............................................................................
2. Huknah Tinggi.............................................................................
3. Huknah Gliserin...........................................................................
G. Mengeluarkan Feses Manual.............................................................
H. Teknik Pengumpulan Feses...............................................................
I. Menggunakan Pispot dan Urinal........................................................
J. Kateterisasi Urine...............................................................................
K. Kateterisasi Urine Pada Wanita.........................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laboratorium Keperawatan merupakan laboratorium terpadu yang merupakan
tempat praktikum yang memberikan gambaran tentang hospital image
sehingga bias diakses oleh keperawatan maupun kedokteran, bahkan bila
mungkin bidang keilmuan yan lain
1. Visi Laboratorium Keperawatan Menjadi pusat kegiatan dalam
penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi seluruh civitas
akademika, khususnya Jurusan S1 dan D3 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Misi Laboratorium Keperawatan
a. Menyelenggarakan Kegiatan Praktikum Keperawatan baik sebagai bagian
dari kegiatan Akademik maupun Non-Akademik
b. Menunjang Kegiatan Pengabdian Masyarakat
c. Menyelenggarakan Kegiatan Pelatihan Ilmu Keahlian dan Pelatihan
Keperawatan
d. Menyelenggarakan Pendampingan Keperawatan
e. Mengembangkan keahlianm / ketrampilan dan Riset di bidang Keperawatan
f. Turut serta mendukung dalam berbagai kegiatan untuk pengembangan
Profesi Keperawatan
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pemenuhan kebutuhan eliminasi?
2. Apa saja organ yang berperan?
3. Apa saja tindakan mengatasinya?
C. Tujuan
1. Mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan eliminasi.
2. Mengetahui organ-organ yang berperan dalam eliminasi
3. Mengetahui tindakan mengatasi masalah eliminasi urine
BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN DAN PROSEDUR LAB KEB.ELIMINASI
A. TEKNIK PENGUMPULAN URINE
Suatu tindakan mengambil sampel urine yang dipakai untuk bahan
pemeriksaan laboratorium
Menentukan adanya mikroorganisme, jenis organisme, dan antibiotic yang
dapat dipakai untuk pengobantannya
1. Persiapan alat
a. Botol yang telah disterilkan (tempat penampung spesimen)
b. Label spesimen
c. Sarung tangan sekali pakai
d. Larutan antiseptik
e. Kapas sublimat
f. Formulir laboratorium
g. Urinal/pispot jika klie tidak bias berjalan
h. Baskom air hangat
i. Waslap
j. Sabun
k. Handuk
2. Prosedur pelaksanaan
a. Beri tahu klien tujuan dan prosedur pelaksanaan
b. Untuk klien yang dapat berjalan
1) Antar klien ke kamar kecil
2) Anjurkan klien untuk membasuh dan mengelap daerah genetalia
dan perineal dengan sabun dan air (Dengan membasuh daerah
perineal, jumlah bakteri dan bakteri transien akan berkurang
sehingga dapat menurunkan risiko terkontaminasinya sampel
urine)
 Untuk klien wanita
 Bersihkan daerah perineal dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas desinfektan steril hanya sekali pakai
(Pembersihan daerah perineal dari depan ke belakang akan
membersihkan daerah yang paling kecil kemungkinan
terkontaminasi ke daerah yang paling sering
terkontaminasi)
 Untuk klien laki-laki
 Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik
 Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing.
Gunakan kapas streril hanya sekali pakai kemudian buang.
Berihkan area beberapa inci dari penis
c. Untuk klien yang memerlukan bantuan
1) Siapkan klien dan peralatannya
2) Bersihkan daerah perinealdengan sabun dan air kemudian
keringkan
3) Posisikan klien setegak mungkin jika diperbolehkan
4) Buka peralatan, hati-hati jangan sampai mengontaminasi
tempat
5) sampel (Penting untuk menjaga kesterilan tempat sampel untuk
mencengah kontaminasi)
6) Pakai sarung tangan
7) Bersihkan saluran kencing seperti yang telah dijelaskan di atas
(langkah no.2)
d. Ambil sampel dari klien yang tidak dapat berjalan atau ajarkan klien
yang dapat berjalan bagaimana mengambil sampel
1) Perintahkan klien untuk mulai BAK (Bakteri pada distal uretra
dan di saluran kencing akan hilang saat beberapa tetes pertama
urine keluar)
2) Tempatkan wadah di tempat aliran urine dan ambil sampel
jangan sampai wadah tersentuh penis (Untuk mencegah
kontaminasi antara wadah dan specimen itu sendiri)
3) Ambil ±30-60 ml urine di dalam wadah
4) Tutup wadah, sentuh hanya di bagian luar wadah (Mencengah
kontaminasi dan tumpah)
5) Jika perlu, bersihkan wadah dengan desinfektan (Untuk
mencengah pemindahan mikroorganisme)
Untuk pengambilan urine bagian tengah (midstream), anjurkan klien
kencing dulu kemudian menahannya dan kencing kembali, lalu urine
dimasukkan ke dalam botol ±30-60 cc, kemudian klien dianjurkan
mengeluarkan urine’mengosongkan kandung kemih secara
keseluruhan
e. Beri label pada botol dan bawa ke laboratorium
1) Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar,
letakkan pada botol (Pelabelan yang salah akan menyebabkan
kesalahan dalam diagnosis dan terapi)
2) Usahakan agar spesimen dapat dibawa ke laboratorium
secepatnya (Bakteri dapat berkembang biak dengan cepat
sebelum terjadi kontaminasi yang dapat menyebabkan hasil
yang salah)
f. Catat data yang bersangkutan
1) Catat data yang bersangkutan, seperti warna, bau, konsistensi,
kesulitan yang dialamiklien selama pengambilan sampel.
g. Spesimen urine periodik (urine tampung)
2) Dapatkan wadah specimen dengan zat pengawet dari
laboratorium, labeli wadah dengan identitas klien, kapan
pengumpulan dimulai dan selesai
3) Gunakan tempat yang bersih untuk mengambil sampel
4) Simpan semua sampel dari setiap pengambilan sampel dalam
wadah dan simpan wadah dalam lemari pendingin jagalah
sampel agar tidak terkontaminasi dengan kertas toilet atau
feses
5) Pada akhir periode pengambilan, perintahkanlah klien untuk
mengosongkan kandung kemih dan simpan urine sebagai
bagian dari spesimen, bawa semua sampel ke laboratorium
6) Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu
selesainya serta hasil pengamatan lain terhadap urine
7) Pengambilan spesimen urine dari kateter
8) Gunakan sarung tangan sekali pakai
9) Jika tidak ada urine dalam kateter, jepit tabung penampung
selama ±30 menit. Hal ini akan menyebabkan urine segera
berkumpul di dalam kateter
10) Bersihkan daerah penyuntikan jarumdengan menggunakan
desinfektan. Daerah penyuntikan ini sebaiknya agak jauh dari
gelembung tabung untuk mencengah tertusuknya gelembung
tersebut. Dengan menyucihamakan jarum mikroorganisme
akan menghilang pada permukaan kateter jadi, cegahlah
kontaminasi jarum dan masuknya mikroorganisme ke dalam
kateter
11) Masukkan jarum dengan sudut 30-45º
12) Lepaskan penjepit kateter
13) Ambil sampel urine secukupnya (3cc untuk kultur urine dan
30cc untuk analisis urine rutin)
14) Pindahkan urine ke dalam wadah, pastikan jarum tidak
menyentuh bagian luar wadah
15) Buang jarum dan suntikkan ke dalam tempat penampungan
16) Tutup wadahnya
17) Lepaskan sarung tangan, dan taruh pada tempat yang
disediakan
18) Beri label wadah dan kirim ke laboratorium secepatnya untuk
analisis atau taruh di lemari pendingin
19) Catat dan dokumentasikan hasil specimen dan pengamatan
specimen
B. IRIGASI KANDUNG KEMIH KONTINU
1. Pengertian
Suatu sistem aliran yang tertutup, yang dialirkan ke dalam kandung
kemih secara kontinu dengan menggunakan larutan irigasi yang steril
pada pasien pascaoperasi pembedahan genitourinarius
2. Tujuan
Irigasi kandung kemih kontinu dilakukan untuk mempertahankan
patensi kateter uretra, irigasi ini dipertahankan dengan cara sistem
irigasi tertutup. Sistem tertutup menjamin sterilitas irigan dan sistem
irigasi
3. Dilakukan pada
Klien setelah menjalani pembedahan genitourinaria karena klien ini
beresiko mengalami pembekuan darah kecil dan fragmen mukus yang
dapat menghambat kateter urine
4. Persiapan alat
a. Larutkan irigasi streril (sesuai dengan instruksi dokter)
b. Slang irigasi dengan kliem (dengan atau tanpa konektor-Y)
c. Pole IV
d. Kapas antiseptic
e. Wadah metric
f. Konektor-Y
g. Selimut mandi (tidak menjadi keharusan)
h. Sarung tangan
5. Prosedur pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur kepada klien
Mengurangi ansietas dan meningkatkan kerja sama
b. Tutup tirai pintu ruangan
Memberikan privasi
c. Gunakan sarung tangan sekali pakai
Mengurangi transmisi mikroorganisme
d. Atur klien pada posisi dan tidak menghambat slang, baik aliran
masuk maupun aliran keluar
Mempertahankan kenyaman klien. Mencengah oklusi tidak
disengaja pada slang drainase kandung kemih
e. Kaji abdomen bawah terhadap tanda distensi kandung kemih
Mendeteksi apakah kateter atau sistem drainase urine tidak
berfungsi karena adanya blok drainase urine
f. Dengan menggunakan teknik aseptic, masukkan ujung slang irigasi
steril ke dalam katong yang berisi larutan irigasi
Mengurangi transmisi mikroorganisme
g. Tutup kliem pada slang dan gunting larutan pada pole IV
Mencegah kehilangan larutan irigasi
h. Buka klem dan biarkan cairan mengalir melalui slang, pertahankan
kesterilan ujung slang
Menghilangkan udara pada slang
i. Usap port irigasi dari kateter berlumen tripel atau hubungkan
konektor-Y steril ke kateter lumen ganda, lalu hubungkan ke slang
irigasi
Ketiga lumen kateter atau konektor-Y merupakan jalan masuknya
cairan irigasi ke dalam kandung kemih. Sitem hatus tetap steril
j. Pastikan kantong irigasi drainase terhubung dengan kuat ke port
drainase dari konektor-Y tripel ke kateter lumen ganda
Memastikan bahwa urine dan larutan irigasi akan mengalir dari
kandung kemih
k. Untuk aliran intermiten, klem slang pada sistem drainase, buka
klem pada slang irigasi, dan alirkan sejumlah cairan yang harus
masuk ke kandung kemih (normalnya 100 ml untuk orang
dewasa). Tutup klem slang irigasi, kemudian bukan klem slang
drainase
Cairan mengalir melalui kateter ke dalam kandung kemih dan
membilas sistem, cairan ini mengalir keluar setelah irigasi selesai
l. Untuk irigasi kontinu, hitung kecepatan tetesan dan sesuaikan klem
pada slang, pastikan klem pada slang drainaseterbuka dan periksa
volume drainase pada kantong drainase
Menjamin kontinuitas irigasi sistem katetr. Mencengah akumulasi
larutan di dalam kandung kemih, yang dapat meyebabkan distensi
kandung kemih dan kemungkinan cidera
m. Buang alat yang terkontaminasi, lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan
Mengurangi penyebaran mikroorganisme
n. Catat jumlah larutan yang digunakan sebagai iragan, jumlah yang
keluar sebagai drainase, dan konsistensi drainase serta lembaran
asupan dan haluaran. Laporkan kepada dokter jika terjadi okulasi
kateter, pendarahan tiba-tiba, infeksi, atau peningkatan nyeri
Mendomentasikan prosedur dan tolerabsi klien
C. LATIHAN BERKEMIH
1. Pengertian
Suatu latihan yang dilakukan dalam rangka melatih otot-otot kandung
kemih
2. Tujuan
Mengembalikan pola kebiasaan berkemih
3. Prosedur pelaksanaan
a. Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih
b. Rencankan waktu toilet terjadwal berdasarkan pola dari klien, bantu
seperlunya
c. Jika tidak dapat dibuat pola berkemih, rencankan waktu ke toilet 1-2
jam sekali
d. Usahan agar klien berapa pada posisi normal saat berkemih
e. Usahankan agar klien mengosongkan kandung kemih sesempurna
mungkin
f. Usahan agar asupan cairan 3000 ml/hari demi memenuhi volume
urineyang adekuat
g. Buat jadwal agar cairan diminum sebelum pukul 16:00
D. LATIHAN ULANG BERKEMIH
1. Pengertian
Suatu kegiatan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot kandung kemih
2. Tujuan
Menurunkan frekuensi inkontinensia urine
3. Prosedur pelaksanaan
a. Kenali pola BAK klien dan anjurkan BAK pada wkatunya atau
sesuai dengan jadwal BAK yang reguler dan bantu klien untuk
mempertahankan, saat klien merasa urgen atau tidak (missal setiap
1 atau 2 jam setiap hari dan sore, sebelum tidur malam setiap 4 jam
pada malam har selama terjaga) latihan peregangan relaksasi
secara teratur akan meningkatkan control volunter buat jadwal
latihan ulang berkemih, latihan tersebut dilakukan berulang dengan
jarak waktu yang berharap sesuai dengan kemampuan klien
b. Ketika klien sudah dapat mengontrol BAK, interval BAK dapat
diperpanjang secara perlahan tanpa kehilangan kontinensia
c. Atur asupan cairan, terutama sebelum klien tidur untuk membatu
mengurangi BAK pada waktu malam
d. Berikan cairan sekitar satu setengah jam sebelum waktu BAK
sekitar 600-1800 cc, atau sekitar 2 jam antara cairan terakhir dan
sebelum tidur. Jus buah dalam jumlah yang banyak dan sayuran
berkarbonat seharusnya dihindari karena jus buah bersifat alkali
dan softdrink menyebabkan iritasi kandung kemih
e. Stimulan (seperti teh, kopi, dan alkohol) seharusnya dihindari pada
mlam hari untuk menurunkan kemungkinan nokturnal
f. Jadwal diuretic diberikan pada awal pagi
g. Jelaskan pada klien bahwa asupan cairan yang adekuat dibutuhkan
untuk membantu produksi urine yang adekuat sehingga
merangsang refleksi miksi. Klien yang harus membatasi cairan
karena kondisi medis, asupan cairannya dipertahankan 1500 ml per
hari
h. Pasang bantalan protektor untuk menjaga alat tenun tetap kering
dan menjaga pakaian tetap kering
i. Anjurkan klien untuk mengikuti program latihan untuk
meningkatkan tonus otot abdomen dan pelvik
j. Sediakan sistem yang memberikan penguatan positif dan negatife
untuk mempertahankan kontinensia. Sistem yang umum adalah
perubahan perilaku dan perlunya kerja sama dan semua pihak yang
ikut serta dalam perawatan klien
E. KEGEL’S EXERCISES
1. Pengertian
Suatu bentuk latihan otot pelvis pada wanita yang bermanfaat memperkuat
otot-otot pelvis dan mengurangi terjadinya inkontinensia
2. Tujuan
a. Memperkuat otot-otot panggul
b. Mencegah terjadinya inkontinensia stress akibat adanya kelemahan
pelvis dan tekanan intraabdomen yang tinggi
c. Mencengah berulangnya episode inkontinensia
3. Prosedur pelaksanaan
a. Instruksikan klien duduk atau berdiri dengan kaki direnggangkan
b. Instruksikan klien untuk mengontraksikan rektum, uretra, dan
vagina kea rah atas dalam, dan tahan selama 5 detik. Kontraksi
seharusnya dirasakan pada panggul
c. Pada tahap awal, intruksikan klien untuk melakukan kontraksi 5
atau 6 kali. Setelah otot semakin kuat, tingkatkan frekuensi sampai
25 atau lebih setiap waktu. Tujuan akhirnya, yaitu 200 latihan per
hari tetapi tidak harus dilakukan pada saat satu waktu
d. Kembangkan jadwal yang dapat meningkatkan klien untuk
melakukan latihan, misalnya saat di kendaraan, berangkat kerja
atau saat di dapur
e. Instuksikan klien untuk mencoba memulai dan menghentikan
aliran urine
F. MELAKUKAN ENEMA (HUKNAH)
Memasukan larutan ke dalam rectum dan kolom.
Tujuan
a. Meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltic.
b. Melunakkan fases yang telah mengeras atau mengosongkan rectum
dan kolon bawah untuk prosedur diagnostic atau pembedahan.
1. HUKNAH RENDAH
Memasukkan cairan melalui anus sampai ke kolon desenden.
Tujuan
a. Merangsang peristaltic usus.
b. Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi,
kolonospi.
c. Tindakan pengobatan.
2. HUKNAH TINGGI
Memasukan cairan melalui anus (rectum) sampai ke kolom asenden.
Tujuan
a. Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi
fekal
b. Membantu defekasi yang normal sebagai bagia dari program
latihan defekasi (bowel training program)
c. Tindakan pengobatan/ pemeriksaan diagnostic.

1. Persiapan alat
Pemberian melalui slang rektal dengan wadah enema
a) Wadah enema (irrigator)
b) Volume larutan hangat
1) Dewasa: 700-1000 ml, dengan suhu 40,5-430CAnak-anak
 Bayi: 150-250 ml
 Usia beriman (toddler): 250-350 ml
 Usia sekolah: 300-500 ml
 Remaja: 500-700 ml
Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adalah 37,70C
2) Slang rektal dengan ujung bulat
 Dewasa: No. 22-30 G French (Fr)
 Anak-anak: No. 12-18 G Fr
c) Slang untuk menghubungkan slang rektal ke wadah (slang
irrigator)
d) Klem pengatur pada slang
e) Termometer air untuk mengukur suhu larutan
f) Pelumas larut dalam air (vaselin)
g) Perlak pengalas
h) Selimut mandi
i) Kertas toilet
j) Pispot
k) Baskom, waslap dan handuk , serta sabun
l) Sarung tangan sekali pakai
2. Pemberian melalui kemasan wadah sekali pakai
a) Batang dengan ujung untuk rektal
b) Sarung tangan sekali pakai
c) Pelumas larut dalam air
d) Perlak pengalas
e) Selimut mandi
f) Kertas toilet
g) Pispot
h) Baskom
i) Waslap dan handuk, serta sabun
3. Prosedur pelaksaan
1) Jelaskan prosedur kepada klien.
Mengurangi anisietas klien dan meningkatkan kerja sama
prosedur.
2) Tutup ruangan/ tirai
3) Memberikan privasi pada klien.
4) Bantu klien pada posisi miring ke kiri (lateral kiri) untuk
huknah rendah, dan miring ke kanan untuk huknah tinggi
dengan lutut kanan fleksi. Anak-anak biasanya di tempatkan
pada posisi rekumben dorsal.
5) Posisikan klien dengan sedikit control sfingter pada pispot.
Memungkinkan larutan enema mengalir kebawah dengan
bantuan gravitasi sepanjang lenkung natural kolon sigmoid
dan rectum, sehingga memperbaiki retensi larutan (klien
dengan control sfingter buruk tidak akan mampu menahan
larutan enema).
6) Letakan perlak pengalas di bawah bokong klien.
Agar linen tempat tidur tidak basah.
7) Selimuti tubuh dan ekstremitas bawah klien dengan selimut
mandi, biarkan hanya area anal yang kelihatan.
Mencegah pemajanan bagian tubuh yang tidak perlu dan
mengurangi rasa malu klien.
8) Susun wadah enema, hubungkan slang, klem, dan slang rektal.
Slang rektal harus cukup kecil untuk diameter anus klien, tetapi
cukup besar untuk mencegah kebocoran di sekitar slang.
9) Tutup klem pengatur.
Mencegah kehilangan larutan awal saat di tambah ke wadah.
10) Tambahkan larutan hangat ke dalam wadah. Hangatkan seperti
layaknya air seperti layaknya mengalir dari kran. Letaknya
wadah salin normal dalam baskom air panas sebelum
menuangkan salin normal dalam baskom kedalam wadah
enema. Periksa suhu larutan dengan tarmometer air atau
dengan meneteskan sedikit larutan di atas pergelangan tangan
sebelah dalam.
Air panas dapat membakar mukosa usus sedangkan air dingin
dapat menyebabkan kram abdomen dan sulit menahan air.
11) Bilas wadah, isi dengan larutan, lepaskan klem, dan biarkan
larutan keluar sampai taka da udara. Tempatkan dekat dengan
unit tempat tidur untuk memenuhi slang. Klem kembali slang.
Membuang udara dari dalam slang dan mencegah kehilangan
cairan.
12) Letakan pispot dekat tempat tidur.
Agar mudah diambil bila klien tidak mampu menahan enema.
13) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
14) Beri pelumas 3-4 cm pada ujung slang rektal dengan pelumas
jeli.
Memungkinkan insersi halus slang tanpa risiko iritasi atau
trauma pada mukosa rektal.
15) Alirkan sebagian kecil cairan ke luar,slang rektal untuk
mengeluarkan udara dalam slang. Kemudian tutup kembali
klem.
16) Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus.
Instruksikan klien untuk rileks dengan mengebuskan napas
perlahanmelalui mulut.
Dengan menembuskan napas, relaksasi sfingter anus eksternal
akan meningkat.
17) Masukan ujung slang rektal secara perlahan dengan
mengarahkannya ke umbilicus klien. Panjang insersi beragam:
7,4-10 cm untuk orang dewasa, 5-7,5 cm untuk anak-anak, dan
2,5-3,25 cm untuk bayi. Tarik slang dengan segera, jika di
temukan obstruksi.
Insersi hati-hati mencegah trauma pada mukosa rektal akibat
penusukan slang secara tidak sengaja pada dinding. Insersi
yang melebihi batas dapat menyebabkan perforasi usus.
18) Terus pegang slang sampai pengisisan cairan berakhir.
Kontraksi otot dapat menyebabkan ekspulsi rektal.
19) Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan
perlahan, dengan wadah padaSetinggi pinggul klien.
Pengifusan cepat dapat merangsang evakuasi dimi, sebelum
volume yang cukup diinfuskan.
20) Naiklah wadah secara perlahan sampai pada ketinggian di atas
anus (30-45 cm untuk ketinggian enema tinggi, 30 cm arau
untuk enema rendah, dan 7,5 cm untuk bayi). Waktu
pengaliran sesuai dengan pemberian volume larutan (missal, 1
liter dalam 10 menit).
Memungkinkan pengifusan perlahan terus-menerus, sebelum
volume yang cukupdi infuskan. Jika wadah dinaikan terlalu
tinggi,tetesan infus akan cepat dan memungkinkan nyeri akibat
distensi kolon.
21) Rendahkan wadah atau klem slang selaa 30 detik, kemudian
alirkan kembali secara lebih lambat jika klien mengeluh kram.
Penghentian sementara pengifusan adalah untuk mencegah
kram. kram dapat menghambat klien untuk menahan semua
cairan.
22) Klem slang setelah semua larutan di alirkan.
Mencegah masuknya udara ke dalam rectum.
23) Letakkan lapisan tisu toilet di sekitar slang pada anus dan
dengan perlahan tarik slang.
Memberikan kenyamanan pada klien dan kebersihan.
24) Jelaskan pada klien bahwa perasan distensi adalah normal.
Minta klien untuk menahan larutan selama mungkin saat
berbaring ditempat tidur (untuk bayi atau anak kecil, dengan
perlahan pegang kedua sisi bokong selama beberapa menit).
Larutan akan mendesak usus. Lamanya retensi beragam
dengan tipe enema dan kemampuan klien untuk mengontraksi
sfingter ani. Makin di tahan, perangsangan peristaltic dan
defaksi akan lebih efektif (bayi dan anak-anak mempunyai
kontrol sfingter yang buruk)
25) Bereskan wada enema dan slang pada tempat yang telah
disediakan atau cuci secara menyeluruh dengan air hangat dan
sabun bila akan di gunakan ulang.
Mengontrol transmisi mikroorganisme.
26) Lepaskan sarung tangan dengan cara menariknya hingga
terbalik dan taruh kedalam wadah yang telah di sediakan.
Mencegah transmisi mikroorganisme.
27) Bantu klien ke kamar mandi atau mengatur posisi di pispot.
Posisi jongkok normal meningkatkan defekasi.
28) Observasi fases dan larutan (peringaktkan klien agar jangan
menyiram toilet sebelum perawat menginspeksi).
Jika enema diinstrikusikan “sampai bersih”, penting untuk
mengbservasi isi larutan yang di keluarkan.
29) Bantu klien sesuai kebutuhan untuk mencuci area anal dengan
air hangat dan sabun.
Isi feses mengiritasi kulit. Kebersihan meningkatkan
kenyamanan klien.
30) Cuci tangan anda dan catat hasil enema pada catatan perawat.
Pencatatan segera memperbaiki dokumentasi hasil tindakan.
3. HUKNAH GLISERIN
Memasukan cairan memalui anus ke dalam kolon sigmoid dengan
menggunakan spuit gliserin.
Tujuan
a. Sebagai tindakan pengobatan.
b. Merangsang buang air besar.
c. Melunakkan feses.
1. Persiapan alat
a. Selimut mandi atau kain penutup
b. Perlak dan pengalas
c. Spuit gliserin
d. Benkok
e. Gliserin dalam tempatnya yang di rendam air panas
f. Mangkok kecil
g. Pispot
h. Sampiran
i. Tisu
j. Waslap 2 buah
k. Baskom 2 buah
l. Handuk
m. Sabun

2. Prosedur pelaksanaan
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksaan
b. Pasang sampiran
c. Pasang selimut mandi dan tarik selimut.
d. Lepas pakaian bagian bawah
e. Atur posisi pasien
 Dewasa: miring ke kiri dengan lutut kanan fleksi
 Bayi dan anak: rekumben dorsal di bawahnya di beri
pispot.
f. Pasang alas dan perlaknya
g. Tetetskan gliserin pada punggung tangan untuk memeriksa
kehangatan kemudian tuangkan ke mangkok kecil.
h. Isi spuit gliserin 10-20 cc dan keluarkan udara.
i. Setelah pasien berada pada posisi miring , tangan kiri dan
tangan kanan mendororng bokong ke atas sambil
memasukan spuit perlahan-lahan hingga ke rectum, lalu
pasang bengkok.
j. Masukan spuit gliserin 7-10 cm untuk orang dewasa dan 5-
7,5 cm untuk anak serta 2,5-3,75 cm untuk bayi.
k. Masukkan gliserin perlahan-lahan sambil menganjurkan
pasien untuk menarik napas panjang dan dalam.
l. Cabut spuit dan letakkan dalam bengkok .
m. Bantu pasien BAB.
 Bantu pasien ke toilet untuk pasien yang ke toilet
 Untuk pasien dengan keadaan umum yang lemah dan
tirah baring, pasien pispot.
n. Ambil pispot
o. Bersihkan daerah perianal pada pasien yang buang air besar
pada pispot.
 Bersihkan dengan tisu
 Ambil waslap dan bersihkan dengan air sabun pada
daerah perianal
 Bilas dengan air bersih.
 Keringkan dengan handuk.
p. Tarik alas dan perlak
q. Ganti selimut andi dan selimut tidur
r. Bantu pasien mengenakan pakaian bawah
s. Buka sampiran
t. Rapikan alat kemudian cuci tangan
u. Dokumentasikan warna dan konsistensi feses, adanya
distensi abdomen.

G. MENGELUARKAN FESES SECARA MANUAL


Mengeluarkan feses secara manual atau dengan jari adalah tindakan
memasukan jari perawat ke dalam rectum klien untuk mengambil,
menhancurkan masa feses, dan mengeluarkannya dalam bentuk yang telah
hancur.Yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan feses yang keras dari
rectum.
1. Persiapan alat
a. Sarung tanga
b. Vaselin dalam tempatnya beserta sudip atau minyak kelapa di
tempatnya.
c. Pispot dan tutupnya
d. Alas bokong
e. Bengkok
f. Bangku untuk pispot
g. Kertas cebo/ tisu
h. Sampiran
i. Dua baskom berisi air (yang satu untuk sabun)
j. Waslap
k. Handuk
l. Sampiran
m. Sabun
n. Selimut mandi.
2. Prosedur pelaksanaan
1) Jelaskan tujuan prosedur
2) Bawa alat ke depan pasien
3) Tutup jendala dan pasang sampiran
4) Pasang selimut mandi dan turunkan selimut tidur pasien
5) Pasang alas di bawah bokong pasien
6) Buka pakaian bawah pasien.
7) Anjurkan pasien untuk miring ke kiri dengan lutut sedikit
fleksi
8) Dekatkan kursi kecil dengan pispotdi atasnya pada pasien
9) Cuci tangan
10) Pakai sarung tangan
11) Olesi jari tangan dengan vaselin
12) Masukan jari telunjuk sampai rectum dan perlahan-lahan
masukkan jari ke dalamnya
13) Jika feses keras, gerakkan jari untuk menghancurkan feses.
14) Keluarkan feses dan letakkan fesfet ke pispot
15) Sebelum memulai memasukkan jari lagi, kaji tanda-tanda
kelelahan,diaphoresis.
16) Bersihkan daerah perianal dengan tisu
17) Lepaskan sarung tangan
18) Gunakan waslap untuk membersihkan daerah perianal dengan
air sabun
19) Bilas dengan air bersih
20) Keringkan dengan handuk
21) Lepas alas bokong
22) Kenakan kembali pakaian pasien.
23) Angkat selimut mandi sambil menarik selimut pasien ke atas
24) Ganti linen jika kotor
25) Rapikan pasien
26) Buka sampiran dan buka jendela
27) Bersihkan pispot
28) Cuci tangan
29) Dokumentasikan warna, bau, dan konsistensi feses.
H. TEKNIK PENGUMPULAN FESES
Suatu tindakan pengumpulan bahan feses untuk analisis laboratorium.Yang
bertjuanMengetahui adanya kelainan dari feses.
1. Persiapan alat
a. Botol yang telah di sterilkan (tempat penampung specimen)
b. Label specimen
c. Lidi kapas
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Format laboratorium
f. Pispot jika klien tidak dapat berjalan
g. Baskom air hangat
h. Waslap
i. Sabun
j. Handuk

2. Prosedur pelaksanaan
a. Beri tahu klien tujuan dan prosedur tindakan
b. BAB ke dalam pispot
c. Jangan mengotori specimen dengan darah menstruasi atau
urine (karena tidak bisa di pakai)
d. Jangan letakkan tisu dalam pispot ketika selesai BAB karena
dapat merusak analisis laboratorium.
e. Setelah selesai beri tahu perawat, cuci daerah anus dengan air
dan sabun dan lap dengan handuk (untuk pasien yang tidak
dapat mencuci sendiri anus dengan waslap, jangan lupa
gunakan sarung tangan).
f. Ambil sampel feses dengan menggunakan lidi kapas
steril,masukkan ke dalam wadah yang di sediakan (biasanya
2,5 cm feses atau 15-30 ml cairan feses).
g. Beri label dan kirim ke laboratorium.
I. MEMBANTU MENGGUNAKAN PISPOT DAN URINAL
Membantu pasien yang hendak buang air besar atau buang air kecil (BAB
atau BAK) di atas tempat tidur
Tujuannya
a. Membantu pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
b. Mengurangi pergerakan pasien
c. Mengetahui adanya kelainan feses/urin secara langsung
d. Menjaga kebersihan pasien dan alat tenun pasien
1. Persiapan alat
a. Pispot dan tutupnya atau urinal
b. Sampiran
c. Alas bokong
d. Bangku kecil untuk pispot/trolly
e. Bel (jika ada)
f. Tisu
g. Dua baskom berisi air (satu untuk bilas sabun)
h. Sabun
i. Dua waslap
j. Handuk
k. Linen (jika diperlukan)
l. Selimut mandi
2. Prosedur
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
2) Bawa alat ke dekat pasien
3) Tutup jendela dan pasang sampiran
4) Cuci tangan
5) Pasang selimut mandi dan turunkan selimut pasien
6) Tinggikan tepi tempat tidur untuk mencengah pasien jatuh
7) Minta pasien untuk mengangkat bokongnya atau miring (jika perlu
dibantu perawat), lalu bentangkan alas bokong pasien
8) Buka pakaian pasien bagian bawah
9) Anjurkan pasien untuk berpengangan di bawah/bagian belakang
tempat tidur sambil menekuk lutut dan diikuti dengan mengagkat
bokong kemudian masukkan pispot perlahan-lahan
10) Jika pasien pria, pasang urinal untuk BAK
11) Pastikan bahwa sprei dan stik tidak terkena
12) Tinggalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bel jika
sudah selesai atau memberi tahu perawat
13) Jika sudah selesai, tarik pispot dan letakkan lengkap dengan
tutupnya di ataskursi atau meja dorong
14) Bersihkan daerah perianal dengan tisu (untuk pasien wanita,
bersihkan mulai dari uretra sampai dengan anus untuk mencengah
perpinfahan mikroorganisme dari rektal ke saluran kemih)
kemudian buang tisu di pispot
15) Gunakan waslap untuk memcuci daerah perianal dengan air sabun
16) Bilas dengan air besrih
17) Keringkan daerah perianal dengan handuk
18) Angkat alas bokong
19) Kembalikan posisi pasien seperti semula
20) Kenakan kembali pakaian pasien
21) Angkat selimut mandi dan sekaligus menarik selimut pasien ke
atas
22) Ganti lenin jika kotor karena terkena feses atau urine
23) Rapikan pasien
24) Buka sampiran dan buka jendela
25) Jika perlu beri pengharum ruangan
26) Bersihkan pispot
27) Cuci tangan
28) Dokumentasikan warna, bau,feses, urine, dan konsistensi feses
serta catat kondisi daerah perianal

J. KATETERISASI URIN SEMENTARA(STRAIGH) DAN


MENETAP(INGWELLING)
Memasukkan slang karet atau pelastik melalui uretra dank e dalam kandung
kemih.
Tujuan
a. menghilangkan distensi kandung kemih.
b. menat laksana kandung kemih inkompeten.
c. mendapatkan specimen urine steril.
d. mengkaji jumlah residuurine, jika kandung kemih tidak mampu
sepenuhnya di kosongkan.
K. KETETERISASI URINE PADA WANITA
1. Persiapan alat
a. Baki instrument steril berisih
b. sarung tangan steril
c. sarung tangan bersih.
d. satu duk steril.
e. satu duk fenestrated (duk dengan lubang di tengahnya).
f. larutan pembersih anti septik.
g. kapas.
h. pinset.
i. kateter sementara atau menetap.
j. spuit yg sudah terisi dengan larutan aquades atau air matang untuk
mengembangkan balon
Pada kateter menetap
a. kom.
b. pelumas.
c. wadah specimen (botol obat bersih)
d. lampu senter.
e. slang drainase steril dan kantong pengupul urin (urin bag).
f. Plester
g. slimut mandi.
h. perlak pengalas.
i. kantong sampah atau bengkok.
j. baki dengan air hangat dan sabun
k. handuk mandi.
l. waslap.
2. Prosedur pelaksanaan
1) jelaskan prosedur kepada klien.
Meminimalkan ansientas dan meningkatkan kerja sama
2) atur posisi pasien senyaman mungkin
meningkatkan kemudahan pelaksanaan tindakan
3) tutup ruangan atau tirai ruangan
mengurangi rasa malu klien dan membantu reaksi selama prosedur.
4) Cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
5) Berdiri di sebelah kiri tempat tidur jika tangan dominan anda kiri
(di sebelah kanan tempat tidur jika tangan dominan anda kanan).
Bersihkan meja samping tempat tidur dan atur peralatan
Pemasangan kateter dan berhasil jika posisi anda nyaman dan
semua peralatan anda semua mudah terjangkau
6) tinggikan pagar (side rail) tempat tidur pada sisi yang berlawanan
meningkatkan keamananklien
7) bantu klien pada posisi rekumben dorsal (terlentang dengan lutut
fleksi) minta klien untuk merilekskan pahanya sehingga
memudahkan rotasi eksternal jika klien tidak dapat
mengabduksikan tungkainya pada sendi pinggul (mis,artritis sendi)
baringkan klien pada posisi miring (sims) dengan tungkai atas
fleksi pada lutut dan pinggul
memberikan kemudahan akses pada struktur perineal dan
memudahkan efektivitas kerja
8) selimuti klien dengan sekimut mandi. letakkan selimut dalam
bentuk intan di atas tubuh klien satu ujung pada setiap kaki dan
ujung terakhir di atas premium
menghindari pemajanan yg tidak perlu pada bagian tubuh dan
mempertahankan kenyamanan klien
9) pasang perlak pengalas dan pispot.
Menghindari pengotoran tempat tidur.
10) Kenakan sarung tangan sekali pakai dan cuci area parineal dengan
sabun dan air hangat dengan menggunakan waslap sesui dengan
kebutuhan dan keringkan dengan handuk
Menurunkan jumlah mikroorganisme yang berada dekat meatus
uretra
11) Angkat pispot dan perlak pengalas
Mengurangi teransmisi mikroorganisme
12) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
13) Ketika akan memasang keteter menetap,buka system drainase.
Letakkan kantong drainase di tepi dasar kerangka tempat tidur
Setelah kateter di pasang.anda harus segera menghubungkannya ke
system drainase kemudian cegah kemungkinan akses kontaminasi.
sistem di posisikan untuk meningkatkan pengaruh gravitasi drainase
14) Posisikan lampu menyinari area perineal. jika menggunakan
lampu senter, minta perawat lain untuk memegangnya.
Memungkinkan identifikasi akurat dan visualisasi baik pada
meatus uretra.
15) Buka kantong kateter sesuai petunjuk, jaga bagian dasar wadah
tetap steril.
Mencegah transmisi mikroorganisme dari meja atau area kerja
pada alat steril.
16) Gunakan sarung tangan teril.
Memungkinkan anda memegang peralatan steril
17) Ambil duk sterildan biarkan tidak melipat. pastikan bahwa duk ini
tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
Kesterilan duk yang akan di gunakan sebagai permukaan kerja
dapat di pertahankan.
18) Biarkan ujung atas duk membentuk penutup pada kedua tangan
anda, letakkan duk di atas tempat tidur
19) Di antara paha klien.sisipkan tepi duk tepat di bawah bokong
klien,hati –hati jangan sapai meyentuh permukaan terkontaminasi
dengan tangan anda yang telah memakai sarung tangan.
Permukaan duk yang menutup tangan masih steril. Duk steril yg
bersentuhan dengan sarung tangan steril adalah steril.
20) Ambil duk steril fenestrated dan biarkan tidak melipat seperti pada
langkah no.17.tutupkan duk di atas perineum klien,pajankan labia,
dan hati-hati jangan sampai menyentuh permukaan yang
terkontaminasi.
Duk fenestrated memberikan area kerja bersih dekat sis insersi
kateter
21) Letakan baki instrument steril beserta isinya di atas duk steril di
antara paha klien.
Memungkinkan kemudahan akses pada peralatan selama
pemasangan katater
22) Buka kemasan yang berisi larutan pembersih antispetik dan
tuangan isinya ke kapas atau kasa (pastikan untuk tidak
menuangkan larutan ke dalam wadah yang akan menampung
urine)
Semua peralatan disiapkan sebelum memegang kateter untuk
memperthankan teknik aseptik selama prosedur.
23) Buka wadah spesimen urine,pertahankan bagian atasnya agar tetap
steril
Disiapkan untuk menampung specimen.
24) Berikan pelumas pada dasar ujung kateter .2,5-5cm.
Pelumas memudahkan insersi ujung kateter melalui meatus uretral.
25) Dengan tangan non dominan anda, secara hati –hati
regangkan.labia untuk pemajanan sempurna meatus
uretra.pertahankan tangan nondominan anda pada posisi ini
sepanjang perosedur.
Memberikan visualisai sempurna meatus. Retraksi penuh
mengecah kontaminasi meatus selama pembersihan. Penutupan
labia pembersihan memerlukan pengulangan prosedur
26) Dengan tangan dominan anda, ambil kapas dengan pinset dan
bersihkan area perineal, usap dari depan ke belakang, dari klitoris
ke arah anus. Gunakan bola kapas bersih baru untuk setiap
uasapan, sepanjang dekat lipatan labia, sepanjang area yang jauh
dari lipatan labia, dan pada meatus
Pembersiahan mengurangi jumlah mikroorganisme pada meatus
uretral. Penggunaan satu bola kapas untuk setiap usapan
mencengah pemindahan mikroorganisme. Pembersihan berasih
dari area yang sedikit terkontaminasi ke area yang paling
terkontaminasi. Tangan dominan anda tetap steril
27) Dengan tangan dominan anda, ambil kateter ±7,5 -10 cm dan dari
ujungnya. Letakkan ujung kateter pada wadah penampung urine.
Penampungan ini mencengah linen tempat tidur klien agar tidak
basah dan memungkinkan pengukuran akurat haluran urine.
Dengan memegang kateter dekat ujungnya manupulasi ujung
kateter selama insersi ke dalam meatus akan lebih mudah
28) Minta klien untuk menghindari mengenjan dengan cara menarik
nafas dalam dan dengan perlahan memasukkan kateter melalui
meatus
Relaksasi sfingter eksternal membantu insersi kateter
29) Dorong kateter ±5-7,5 cm pada orang dewasa, 2,5 cm pada anak-
anak, atau sampai urine mengalir keluar pada ujung kateter
kemudian dorong kateter sejauh 5 cm lagi(Uretra wanita pendek.
Urine yang tampak keluar pada ujung kateter sudah berada di
dalam kandung kemih atau uretra bawah)
Dengan mendorong kateter lebih jauh, letak kateter dalam kandung
kemih dapat dipastikan
30) Lepaskan labia dan pegang kateter dengan menggunakan tangan
nondominan.
Kontraksi kandung kemih atau sfingter dapat menyebabkan
keeluarnya kateter tanpa disengaja.
31) Kumpulam specimen urine sesuai dengan kebutuhan isi botol
specimen sampai ketinggian yang dinginkan (20-30 ml) dengan
memegang ujung kateter pada tangan non dominan anda di atas
wadah. dengan tangan dominan, lipat kateter untuk menghentikan
sementara aliran urine, lepaskan lipatan kateter untuk mengalirkan
urine yang masih tersisa dalam kandung kemih ke penampung
urine tutup tples specimen dan siapkan untuk pemberian label.
32) Biarkan kandung kemih sampai benar-benar kosong (biasanya
750-1000 ml), kecuali kebijakan institusi membatasi volume
maksimal urine untuk dialirkan pada setiap kateter.
Urine yang tertahan dapat bekerja sebagai wadah pertumbuhan
mikroorganisme. (pada klien obstetric, kewaspadan harus
dilakukan untuk menghadiri hipotensi yang di sebabkan oleh
hilangnya tekanan tiba-tiba terhadap pembuluh dasar pelvik).
33) Tarik kateter sementara sekali pakai dengan perlahan tetapi lembut
sampai terlepas.
Meminimalkan ketidaknyamanan klien.
34)Pada kateter menetap
a) Saat memegang dengan ibu jari dan kelingking dari tangan
nondominan, ambil ujung kateter dan letakkan di antara jari
pertama dan kedua dari tangan tersebut.
Kateter harus tersangkut saat memanipulasi spuit
b) Dengan tangan dominan yang bebas, hubungkan spuit ke port
injeksi pada ujung kateter.
Port menghubungkan lumen yang mengarah pada
pengembangan balon
c) Perlahan injeksi sejumlah total larutan. Jika klien mengeluh
nyeri tiba-tiba aspirasi kembali dan dorong lagi kaeter lebih
jauh.
d) Balon di dalam kandung kemih dikembangkan. Jika terjadi
kesalahan posisi pada uretra, akan menyebabakan nyeri selama
pengembangan
e) Setelah mengembangkan balon dengan baik, gunakan tangan
nondominan untuk menarik perlahan kateter dan merasakan
tahanan (kantong pengumpul urine).
Penggelembungan balon menahan ujung kateter pada tempat
di atas outlet kandung kemih.
f) Hubungkan ujung kateter ke slang penampung dari sistem
drainase.
Menciptakan sistem tertutup untuk drainase urine.
g) Fiksasi kateter ke sebelah dalam paha klien dengan plester
nonalergik (tersedia plester kateter Velcro). Biarkan
mengendur sehingga gerakan paha tidak menimbulkan
tegangan pada kateter.
Slang paten memungkinkan drainase urine dengan bebas
dengan pengaruh gravitasi dan mencegah aliran balik ke
dalam kandung kemih.
h) Lepaskan sarung tangan dan rapikan peralatan, duk, dan urine
ke dalam wadah yang telah di sediakan.
Mencegah transmisi mikroorganisme.
i) Bantu klien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area
perineal sesuai kebutuhan.
Mempertahankan kenyamanan dan keamanan klien.
j) Ajarkan klien tentang cara berbaring di tempat tidur dengan
kateter: miring menghadap sistem drainase- kateter slang pada
tempat tidur tidak terlipat; terlentang dengan kateter slang di
plester di atas paha; miring menjauh dari sistem karakter dan
slang berada di antara kaki.
Urine harus mengalir dengan bebas tanpa obstruksi. Kateter
yang di letakkan di bawah ekstremitas dapat menyebabkan
obstruksi akibat penekanan slangoleh berat klien. Kateter
jangan diletakan di atas paha atas jika klien berada pada sisi
yang menjauh dari sistem; hal ini memaksa urine mengalir ke
atas.
k) Ingatkan klien agar tidak menarik kateter.
l) Cuci tangan anda.
Mengurangi pemindahan mikroorganisme.
m) Catat hasil prosedur di catatan perawat termasuk ukuran
kateter, jumlah dan karakter urine serta toleransi klien.
Mendokumentasikan respons klien dan hasil terapi.

L. KATERISASI URINE PADA PRIA

1. Persiapan alat
a. Baki instrument steril berisi:
b. Sarung tangan steril
c. Satu duk steril
d. Satu duk fenestrated
e. Pelumas
f. Larutan pembersih antiseptic
g. Kapas
h. Pinset
i. Kateter sementara atau menetap
j. Spuit yang telah diisi dengan larutan aquades atau air matang untuk
mengembangkan balon kateter menetap
k. Sarung tangan bersih
l. Basko m
m. Wadah specimen (botol obat bersih)
n. pelummas (jeli)
o. lampu senter
p. slang drainase steril dan kantong pengumpul urine
q. plaster
r. selimut mandi
s. perlak pengalas
t. kantong sampah/ bengkok
u. baskom dengan air hangat dan sabun
v. hannduk mandi

PROSEDUR PELAKSANAAN

1) Jelaskan proses pada klien

Meminimalkan ansietas klien dan meningkatkan kerja sama


1. Atur posisi klien senyaman mungkin.
Meningkatkan kemudahan dalam melaksanakan perawatan
2. Tutup ruangan atau tirai ruangan
Mengurangi rasa malu klien dan membantu reaksi selama prosedur.
3. Cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
4. Berdiri di sebelah kiri tempat tidur jika tangan dominan kiri (di sebelah
kanan tempat tidur jika tangan dominan kanan). Bersihkan meja
samping tempat tidur dan atur peralatan.
Pemasangan kateter akan berhasil jika posisi nyaman dengan semua
Peralatan mudah di jangkau
5. Tinggikan pagar tempat tidur pada sisi yang berlawanan. Bantu klien
untuk posisi tentang dengan paha agak abduksi.
Meningkatkan keamanan klien. Mencegah tegangan abdominal dan
Otot pelvik
6. Selimuti tubuh atas klien dengan selimut mandi dan tutup ekstremitas
bawah dengan selimut tidur, hanya memanjakan bagian genitalia.
Mencegah pemanjaan tubuh yang tidak perlu dan mempertahankan
kenyamana klien efektivitas kerja
7. Tempatkan perlak pengalas dan pispot.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
8. Tempatkan handuk mandi di bawah genitalia.
Agar linen tempat tidur tidak basah.
9. Kenakan sarung tangan dan cuci perineum dengan sabun dan air sesuai
dengan kebutuhan. Pada pria yang tidak disirkumsisi,yakinkah untuk
meretraksi (menarik) prepusium untuk bersihkan meatus uretral
(jangan biarkan sabun masuk ke dalam meatus).
Menurunkan jumlah mikroorganisme yang berada dekat meatus
Uretral.
10. Angkat pispot dan perlak pengalas .
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Mengurangi transmisi bakteri dari tangan anda ke meatus.
12. Ketika akan memasang kateter menetap, buka sistem drainase.
Tempatkan kantong drainase di atas tepi dasar kerangka tempat tidur.
Bawa slang drainase ke atas diantara sisi pagar tempat tidur dan kasur.
Jika kateter terpasang , sistem drainase segera dihubungkan
kemudian
mencegah kemungkinan akses kontaminasi. Sistem di posisikan untuk
meningkatkan pengaruh grativitasi drainase.
13. Buka kantong kateter sesuai petunjuk, pertahankan dasar wadah tetap
steril.
Mencegah transmisi mikroorganisme dari meja atau area kerja pada
Alat steril
14. Gunakan sarung tangan steril.
Mempertahankan asepsis selama prosedur.
15. Pasang duk steril. Ambil duk steril pada ujungnya dan biarkan tidak
terlipat. Pastikan duk tidak menyentuh permukaan yang
terontaminasi .pasang duk diatas paha klien tepat di bawah penis
dengan posisi lubang duk di atas penis.
Mempertahankan sterilisasi pada duk pada permukaan kerja.
16. Letakkan baki steril dan isisnya diatas duk di sisi paha klien atau pada
paha atas.
Memberikan kemudahan akses pada peralatan selama insersi kateter.
17. Ambil bola kapas ataukasa dengan larutan antiseptic. Buka wadah
specimen steril dengan mempertahankan bagian atasnya tetap steril.
Menyiapkan wadah untuk specimen.
18. Oleskan pelumas pada dasar ujung kateter 12,5-17,5 cm.
Pelumas mempermudah insersi ujung kateter melalui meatus uretral.
19. Dengan tangan nondominan, regangkan prepusium pria yang tidak
disirkumsisi. Pegang penis pada batang tepat dibawah glans.
Regangkan meatus uretra diantara ibu jari dan jari
telunjuk.pertahankan dengan dominan pada posisi ini selaa prosedur.
Genggaman yang kuat menimalkan kesempatan terjadinya ereksi (jik
ereksi terjadi hentikan prosedur). Pelepasan prepusium secara tidak di
sengaja atau turunnya penis selama pembersihan menuntut
pengualangan proses.
20. Dengan tangan dominan, ambil bola kapas dan bersihkan penis dengan
gerakan melingkar dari meatus bawah ke dasar glans. Ulangi sebanyak
dua kali dengan menggunakan bola kapas yang bersih setiap kali.
Mengurangi jumlah microorganism pada dan berpindah dari area
kurang terkontiminasi sampai area paling terkontraminasi.
Tangan dominan tetap steril.
21. Ambil dengan tangan dominan yang telah menggunakan sarung tangan
±7,5-10 cm kateter dari ujungnya. Pegang ujung kateter, gulung
ditelapak tangan dominan anda (tidak menjadi keharusan) , lalupegang
kateter dengan prinset.
Dengan memegang kateter dekat ujungnya, menipulasi selama

memasukan kateter kedalam meatus akan lebih mudah dan mencegah


ujung distal menyentuh permukaan terkontaminasi.
22. Angkat penis pada posisi tegak terhadap tubuh klien dan terapkan
traksi ringan.
Meluruskan kanalis uretral untuk memudahkan insersi kateter.
23. Minta klien untuk menghindari mengejan dengan cara menarik napas
dalam dengan perlahan, masukkan kateter melalui meatus.
Relaksasi sfingter eksternal membantu inters kateter.
24. Masukkan kateter 17,5-23 cm pada orang dewasa dan 5-7,5 cm pada
anak-anak, atau sampai urine mengalir keluar dari ujung kateter, lalu
tamping pada bengkok. Jika terasa tahanan, tarik kateter,jangan
paksakan mendorongnya kedalam uretra. Jika urine tampak keluar,
dorong kateter.
Uretra pria dewasa panjang.Keluarnya urine mengindikasikan ujung
kateter berada di dalam kantung kemih atau uretra.Tahanan pada
jalan. kateter mengkin disebabkan oleh struktur uretral atau
pembesaran prostat.
25. Turunkan penis dan pegang kateter dengan kuat pada tangan
nondominan. Letakan ujung kateter pada wadah urine.
Kateter mungkin secara tidak sengaja keluar akibat kontraksi kadung
kemih atau uretra.Penampungan urine mencegah linen agar
tidak basah dan memberikan pengukuran haluaran.
26. Tampung specimen urine berdasarkan langkah 30 pada prosedur
kateterisasi wanita.
27. Biarkan kandung kemih sampai benar-benar kosong kecuali kebijakan
institusi membatasi volume maksimal urine yang di keluarkan setiap
kateresisasi.
Urine yang tersisa bekerja sebagai wadah pertumbuhan
mikroorganisme. (kewaspadaan dapat mencegah hipotensi
akibat hilangnya tekanan tiba-tiba terhadap pembuluh darah dasar
pelvik dibawah kandung kemih).
28. Lepaskan prepusium diatas glans. Dengan kateter sementara sekali
pakai, tarik dengan perlahan tetapi halus sampai lepas.
meminimalkan ketidaknyamanan selama pelepasan .
prepesium disekitar,penis dapat menyebabkan udema ketengangan
local dan ketidaknyamanan.
29. Jika diinstruksikan pemasangan kateter menetap, kembangkan balon
dan periksa kekuatan tahanan sesuai langkah 33 pada pemasangan
kateter wanita.
30. Hubungkan ujung kateter ke slang penampung sistem drainase
(kantong pengumpul urine)
Menciptakan sistem tertutup untuk drainase urine.
31. Fiksasi kateter pada bagian paha atas klien atauabdomen bawah
(dengan penis mengarah kea rah dada klien)menggunakan plester.
Gunakan strip plester nonelergik. Biarkan sedikit mengendur sehingga
setiap gerakan yang terjadi tidak menimbulkan tegangan pada kateter.
Tahanan yang kuat meminimalkan trauma pada uretra dan
meatus.Pemasangan plester pada abdomen meminimalkan iritasi pada
sudut penis dan skrotum.Plester nonalergik mencegah kerusakan kulit.
32. Pastikan tidak terdapat obstruksi atau lipatan pada slang. Tempatkan
kelebihan gulunganslang pada tempat tidurdan kecangkan pada dasar
linen tempat tidur dengan klip pada set drainase atau dengan gelang
karet dan peniti.
Kepatenan slang memungkinkan drainsae bebas urine dengan gravitasi
dan mencegah aliran balik urine ke dalam kandung kemih.
33. Lepaskan sarung tangan, lalu rapikan semua peralatan.
Mencegah transmisi mikroorganisme.
34. Bantu klien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area perineal sesuai
kebutuhan.
Mempertahakan kenyamanan dan keamanan klien.
35. Ajarkan klien tentang posisi yang nyaman dan tekankan pada klien
untuk tidak menarik kateter.
Memastikan adanya sumbatan drainase sepanjang sistem tertutup.
36. Cuci tangan.
Mengurangi pemindahan mikroorganisme.
37. Catat pada catatan perawat hasil prosedur trmasuk ukuran kateter,
jumlah, dan karakter urine serta toleransi klien.
Mendokumentasikan respons klien dan hasil terapi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi Organ yang berperan dalam eliminasi urine
adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan
eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses
pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal
untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi. Gangguan
kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine, inkontinensia urine dan
enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan
urine untuk bahan pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan melakukan
katerisasi. menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan, membantu pasien
buang air besar dengan pispot dan memberikan gliserin
B. Saran
untuk melakukan prosedur dan keterampilan lab untuk setiap
kebutuhan dasar manusia kita harus memahami tindakan agar tidak
mengakibatkan terjadinya ketidak puasan pasien/klien dalam suatu perawatan
untuk memenuhi kebutuhan dasar terutama salah satunya kebutuhan dasar
eliminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Kusyati Eni Dkk,2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan


Dasar, Jakarta: EGC

Kusyati Eni Dkk,2013, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan


Dasar,Ed.2, Jakarta: EGC

Potter & Ferry, 2012, Fundamental Keperawatan, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai